Rabu, 25 November 2009

[daarut-tauhiid] Kebaikan adalah keindahan yang memukau

 



 

Baik adalah kata yang amat sederhana, ia cocok kepada siapa
saja, mudah diterima. Bahkan ia menjadi idaman bagi setiap orang. Sesuai dengan
fitrah manusia yang menyukai kebaikan, keberuntungan adalah kata pasti bagi
setiap pemilik kebaikan. Di tengah-tengah keluarga, ia pencipta suasana yang
penuh kebahagiaan. Terhadap masyarakat ia menjadi panutan, bagi Negara ia
merupakan rantai perjuangan yang keberadaanya memberikan makna bagi siapapun
yang berada di dekatnya, bahkan di sisi Allah ia mendapat tempat yang
diberkati:

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu dalam keadaan merugi.   Kecuali
orang yangberiman dan beramal kebaikan. Dan saling berwasiat dengan
kebenaran dan kesabaran".

Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang kebaikanya tidak
tertandingi, bukan hanya para sahabat dan orang-orang muslim saja yang pernah
merasakan kebaikanya, bahkan orang kafir sekalipun. Dalam satu riwayat ada
seorang kafir yang selama tiga hari berturut-turut meludahi Beliau ketika akan
berangkat ke mesjid, pada hari yang ke empat sang kafir tidak lagi meludah
karena sakit parah, dengan tanpa diduga-duga ternyata Rasulullah adalah orang
yang pertama dating untuk menjenguk peludah tersebut. Lalu dengan tanpa ragu,
diapun memeluk agama Islam, karena terharu dengan kebaikan Beliau.Subhanallah,
ternyata ada manusia di atas dunia ini yang tidak mengambil "tindak" ketika
dijahili. Ya Allah jadikan hati kami seperti hati kekasihMU.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kebaikan itu masih
sesuatu yang asing bagi kita, di antaranya:

Ø 
Syaithon tidak akan pernah
mencabut sumpahnya untuk menyesatkan anak adam sampai hari kiamat kelak, dan
syaithon tidak menginginkan umat manusia masuk syurga karena amal kebaikan yang
mereka lakukan.

Ø 
Belum adanya keinginan yang
kuat dari dalam diri untuk menjadi yang terbaik di hadapan Allah SWT.

Ø 
Banayaknya interaksi sosial
dengan masyarakat yang masih jauh dari kebaikan agama.

Ø 
Makna kebaikan yang
dikaburkan oleh syaitho di mata manusia. Untuk lebih jelasnya lagi mari kita
ikuti simulasi di bawah ini:

1.      
Ketika si Ahmad sering
meninggalkan sholat subuh, sering di marah oleh ibunya, bahkan kadang-kadang di
pukul.

2.      
Nancy selalu diberikan
mainan yang baru, padahal yang lama masih bagus

Pada peristiwa yang menimpa Ahmad di atas akan membuat ia
berfikiran negatif terhadap orang tuanya, dan si Nancy akan beranggapan orang
tuanya amat menyayanginya. Begitulah kita dalam kehidupan sehari-hari. Kita akan
menganggap orang lain itu baik ketika ia menguntungkan, dan sebaliknya kita
akan menganggap orang lain itu jahat ketika ia merugikan. Padahal alat ukur
kebaikan itu adalah agama bukan hawa nafsu, sedangkan kunci dari pada kebaikan
itu adalah hati. Karena hati orang bisa mulia, dan karena hati orang bisa terhina.

"ketahuilah bahwa di dalam tubuh itu ada segumpal darah,
jika darah itu baik maka baik pula amalan tubuhnya, jika darah itu buruk maka
buruk pula amalan tubuhnya, ketahuilah bahwa yang dimaksud dengan darah itu
adalah hati".

Pancaran kebaikan hati akan Nampak dari wajah hambaNYA yang
senantiasa beramal ibadah dan mencintai kebaikan yang tolak ukurnya adalah Al Qur'an
dan As Ssunah.

Dan menjadi fitrah manusia untuk mencintai kebaikan, karena
kebaikan adalah keindahan yang memukau.

Oleh Abdurrahman Yusak
Ana tunggu silaturrahminya di WWW.manaraby.blogspot.com

 

 

 

 

Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: