Senin, 23 November 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2891[3 Attachments]

Messages In This Digest (7 Messages)

Messages

1.

Artikel: Menyelami Samudera Kehidupan Kita

Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com   dkadarusman

Sun Nov 22, 2009 3:51 am (PST)



Artikel: Menyelami Samudera Kehidupan Kita
 
Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.
 
Kengerian macam apa yang membayangi anda ketika berhadapan dengan laut lepas? Seandainya anda kecebur laut yang penuh ombak itu, kira-kira nasib apa yang akan anda alami? Jangankan kecebur laut, mendengar debur ombaknya saja rasanya sudah menggetarkan, bukan? Saat membayangkan betapa luas dan dalamnya lautan, kita sering dihantui oleh pikiran-pikiran yang menyeramkan. Takut diserang ikan hiu. Takut tenggelam ditelan gelombang. Dan beragam macam ketakutan lainnya yang membuat hati kita ciut. Lalu, ingatkah anda bahwa selain untuk menggambarkan laut luas, kita juga menggunakan kata 'Samudera' untuk  menggambarkan betapa luas dan misteriusnya kehidupan kita? Kita menyebutnya 'samudera kehidupan'. Jika demikian, apakah hati kita juga diliputi kengerian saat membayangkan betapa luas dan dalamnya samudera kehidupan ini?
 
Semua kengerian tentang laut benar-benar membanjiri hati istri saya ketika dia telah mengenakan pakaian khusus penyelam. Maklum, ini adalah penyelaman pertama yang dilakukannya. Tetapi, kami meyakinkan dirinya bahwa dibawah sana ada keindahan yang dihamparkan Tuhan bagi mereka yang bersedia untuk menyelaminya. Keindahan yang tidak pernah bisa kita tatap dari permukaan air laut yang penuh gelombang dan tamparan ombak beriak-riak. Keindahan yang hanya bisa kita nikmati, jika kita bersedia untuk menceburkan diri, dan menyibakkan kengerian yang menyelimutinya.
 
"Embaknya kok tegang begitu?" goda instruktur diving yang memandu kami. "Tenang saja,Mbak," katanya lagi. Sembari sekali lagi dia meyakinkan bahwa diving itu adalah kegiatan yang sangat aman. Saya memegang erat tangan istri saya untuk mengurangi kecemasan yang mengganggunya. Bagaimanapun juga, untuk ukuran orang yang pertama kali diving, prestasi istri saya layak diacungi jempol. Gemetaran sedikit masih bisa dimaklumi.
 
"Takut ya?" tiba-tiba saja penyakit iseng saya kambuh. Istri saya hanya mencibir sambil menambah kencang pegangan tangannya ketika boat yang membawa kami meluncur semakin jauh ke tengah laut. Dan ketika tiba saatnya untuk menyelam, tidak ada lagi kesempatan untuk berpegangan tangan dengan saya. Sehingga dia harus benar-benar percaya bahwa dia bisa menyelam bukan hanya sekedar aman, tetapi juga menyenangkan. Didalam air, saya tidak melihat ketegangan menyelimuti dirinya. Mungkin beragam ikan warna-warni  yang mengerubutinya telah memakan habis ketegangan itu. Meski tanpa kata, saya bisa merasakan bahwa istri saya sangat menikmatinya. Sampai-sampai kantong plastik berisi roti yang menjadi umpan ikan terlepas dari tangannya. Seekor ikan besar menyambar dan membawanya pergi. Untung instrukturnya berbaik hati memberikan umpan miliknya sehingga istri saya masih bisa merayu ikan-ikan itu untuk datang mendekat.
 
Setelah penyelaman itu, sama sekali tidak terlihat ketegangan yang sebelumnya saya baca diseluruh tubuhnya. Yang ada hanya tawa dan cerita ini itu tentang pengalaman menakjubkan yang baru saja didapatkannya. Terlebih lagi tentang ikan besar yang memiliki dua gigi menonjol dimulutnya. Istri saya bilang, ikan itu cantik. Bahkan dia mengatakan kalau ikan itu seperti memiliki alis mata yang diukir. Juga tentang pesona ikan- ikan yang cantik  seolah mengenakan kosmetik. Serta sejuta kisah lainnya dalam penyelaman itu. Diam-diam, saya bertanya pada diri sendiri;"pergi kemana semua kengerian yang pernah menakuti dirinya?"
 
Tiba-tiba saja, saya jadi teringat akan Samudera Kehidupan kita. Mengingat betapa luasnya ia, kita sering ngeri dibuatnya.  Kita sering dibayangi oleh ketakutan akan ada hal-hal mengerikan dalam hidup kita, seperti kita takut akan ada hiu yang siap menyerang. Mengingat betapa misteriusnya dia, kita sering khawatir atas apa yang akan terjadi esok. Mengingat betapa penuh teka-tekinya dia, kita sering tidak berani melakukan sesuatu untuk menemukan keindahan hidup yang sesungguhnya. Seperti ketakutan yang menyelimuti hati istri saya ketika dia harus terjun ke laut lepas. Padahal, seandainya dia memutuskan untuk tidak melakukannya, maka dia tidak akan pernah bisa bercerita tentang  alis mata ikan-ikan yang memanjakannya itu.
 
Ketika membayangkan untuk terjun ke laut, istri saya begitu takut. Namun, setelah menyelam kedalamnya, dia seolah enggan untuk kembali ke perahu. Karena ternyata, didalam laut yang membuat kita takut itu, terdapat keindahan yang tiada terlukiskan. Ketika membayangkan untuk terjun kedalam samudera kehidupan, kita sering begitu takut. Kita takut tidak bisa menyelam didalamnya. Kita takut terseret gelombangnya. Kemudian tenggelam. Dan tidak bisa kembali ke permukaan. Padahal, boleh jadi; dikedalaman samudera kehidupan kita yang penuh misteri itulah keindahan hidup kita tersimpan. Sebab, seperti kita memandang lautan dari atas; kita hanya mampu melihat deburan ombak dan hamparan gelombang. Kita sama sekali tidak bisa melihat keindahan yang mereka sembunyikan dibawahnya. Demikian pula halnya dengan hidup kita. Jika kita hanya berani memandang permukannya saja; mungkin kita hanya bisa melihat gelombang-gelombang yang mendebarkan. Kita sama sekali tidak bisa
melihat apa yang disembunyikan didalam gelombang kehidupan itu, jika kita tidak bersedia untuk masuk kedalamnya.
 
Sungguh, laut itu indah. Namun, keindahan sesungguhnya hanya bisa kita temukan ketika kita menyelam masuk kedalamnya. Sungguh, hidup ini indah. Namun, boleh jadi keindahan hidup sesungguhnya hanya bisa kita temukan ketika kita bersedia benar-benar menceburkan diri kedalam kehidupan itu sendiri. Sebab, seperti apa yang kita alami sewaktu menyelam. Pemandangan didalam air, sungguh sangat berbeda dari apa yang terlihat dipermukaan. Oleh karena itu, untuk menemukan keindahan sesungguhnya dari hidup ini, barangkali; tidaklah cukup hanya dengan melihat dan menjelajahnya dipermukaan saja. Barangkali, kita harus bersedia 'menahan nafas' lalu terjun kedalam. Meskipun beresiko. Sekalipun pada awalnya tidak nyaman. Namun, ketika kita sudah sampai kedalam, kita akan menemukan sejatinya sebuah keindahan. Dan begitu kita berhasil menemukannya, kita menjadi tahu bahwa keindahan itu tidak bisa didapatkan jika kita bersikukuh untuk tetap tinggal dipermukaan.
 
 
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman
Natural Intelligence & Mental Fitness Learning Facilitator  
http://www.dadangkadarusman.com/  
Talk Show setiap Jumat jam 06.30-07.30 di 103.4 DFM Radio Jakarta
 
Catatan Kaki:
Kita sering menilai hidup ini dari tampak luarnya yang penuh dengan gelombang. Padahal seperti laut, keindahan sesungguhnya dalam hidup akan ditemukan ketika kita bersedia menyelaminya.  
 
Melalui project Mari Berbagi Semangat! (MBS!) sekarang buku saya yang berjudul "Belajar Sukses Kepada Alam" versi Bahasa Indonesia dapat diperoleh secara GRATIS. Jika Anda ingin mendapatkan ebook tersebut secara gratis silakan perkenalkan diri disertai dengan alamat email kantor dan email pribadi (yahoo atau gmail) lalu kirim ke bukudadang@yahoo.com
 
 
 

2a.

Re: Utk para moderator =>CARA JITU CEPAT LULUS TES TPA Oto BAPPENAS,

Posted by: "Dayat" dayat_xxx@yahoo.com   dayat_xxx

Sun Nov 22, 2009 6:17 pm (PST)



hehehehe.....bukan ditegur seh, cuma diingetkan..
sama mak nya novi tuh...hehehe...

Ga saling tunjuk, kok, mas Dayat, tapi saling mengingatkan :-)

Hehe, mas Dayat mau ditegur lagi, ga? Ditegur sapa maksudnya. Hehe. Peace :-D

New Email addresses available on Yahoo!
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/
2b.

Re: Utk para moderator =>CARA JITU CEPAT LULUS TES TPA Oto BAPPENAS,

Posted by: "Nia Robie'" musimbunga@gmail.com

Sun Nov 22, 2009 8:32 pm (PST)



emang gak bisa ketauan ya.. siapa yg meloloskan siapa?

Pada 21 November 2009 23:58, Novi Khansa <novi_ningsih@yahoo.com> menulis:

>
>
>
> Ga saling tunjuk, kok, mas Dayat, tapi saling mengingatkan :-)
>
> Hehe, mas Dayat mau ditegur lagi, ga? Ditegur sapa maksudnya. Hehe. Peace
> :-D
>
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com<sekolah-kehidupan%40yahoogroups.com>,
> Dayat <dayat_xxx@...> wrote:
> >
> >
> >
> > hayoo moderator saling tunjuk2an...heee
> > kayaknya emang kudu lebih selektif...
> > dulu aja waktu aku pertama gabung pernah dikasih "kartu kuning"
> > sama salah satu moderator. padahal g se vulgar ini, cuma ngasih link web
> perusahaan aja kalau g salah.....hehehhe
> >
> >
> >
> >
> >
> > Wassalam
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > ________________________________
> > From: Novi Khansa <novi_ningsih@...>
>
> > To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com<sekolah-kehidupan%40yahoogroups.com>
> > Sent: Friday, November 20, 2009 10:45:47
> > Subject: [sekolah-kehidupan] Re: Utk para moderator =>CARA JITU CEPAT
> LULUS TES TPA Oto BAPPENAS, PSIKOTES, TOEFLS2 (PASCA SARJANA) UI,UGM,UNPAD,
> ITB
> >
> >
> > New Email names for you!
> > Get the Email name you&#39;ve always wanted on the new @ymail and
> @rocketmail.
> > Hurry before someone else does!
> > http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/
> >
>
>
>
3a.

Re: (Catatan Kecil) Kunci Kehidupan (Terima kasih buat semua)

Posted by: "asma_h_1999" asma_h_1999@yahoo.com   asma_h_1999

Sun Nov 22, 2009 7:37 pm (PST)



Bund..semoga lebih bahagian lagi dengan 3 resep kunci kehidupan tersebut,amminn.

as

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Elisa Koraag <elisa201165@...> wrote:
>
> (Catatan Kecil) KUNCI KEHIDUPAN
> Icha Koraag
>  
>  
> Note:
> Hi Guys,….Terima kasih ku sampaikan dengan penuh kebahgiaan dan cinta atas ucapan selamat yang disampaikan lewat email, sms, telephone, fb .  Aku bahagia!
>  
> Hari ini hari ulang tahunku. Usiaku bertambah setahun lagi. (Jadi makin banyak)  Bisa di bilang menjelang  pukul 15.00 sore. Kan kata orang kalau usia melewati 60 th berarti usia Senja. Mendekati 70  th atau lewat 70  th berarti masuk malam. Karena aku lewat dari 40 tapi belum 50, yah kira-kira di ambang petang kali yah? Entah siapa yang memberi istilah tersebut.
> Saat ku terbangun pagi ini, Kehangatan langsung merasuk di relung kalbu. Terbangun di antara suami tercinta dan anak-anak terkasih adalah karunia tak ternilai. Secara ukuran, kamar kami tak besar. Tapi kamar ini penuh sejuta cerita. Sejuta gelak tawa, sejuta cinta dan sejuta curahan hati. Ada kehangatan kasih tapi juga ada pendar-pendar kepedihan, manakala rencana tak sejalan dengan kenyataan atau kesepakatan harus di langgar.
> Kamar ini, memancarkan kehangatan cinta. Menatap sepasang mata belahan jiwaku, saat kami terbaring dan diam. Tak perlu ada suara atau kata terucap. Tapi lewat tatap matanya, kutahu kami masih sejalan dan akan tetap sejalan. Mengarungi samudera kehidupan dengan bahtera yang kami bangun hampir 14 tahun lamanya.
> Dua hari lalu aku agak bersitegang dengan suamiku. Lantaran tiba-tiba mengabarkan keberangkatan ke Pekanbaru, Sabtu  21 Nov pk. 10.00 pagi. Jujur, agak sedikit punya beban pikiran di hari ulang tahunku.  Bingung mengatur jadwal untuk berbagi dengan semua orang-orang terdekatku. Karena besok pagi Frisch harus ke Pekanbaru, sementara aku harus mengikuti gathering dengan teman-teman kantor. Sabtu adalah waktu libur bagi Bas dan Van. Lah kali ini, mama dan papanya harus meninggalkan mereka di waktu yang bersamaan.
> Memang sih bukan yang pertama kami meninggalkan keduanya tapi kami tetap berusaha salah satu dari orang tuanya ada. Maka jadual kami berdua sungguh-sungguh harus detil dan terbuka. Maka perubahan jadual kerberangkatan membuatku sedikit kesal. Tapi mau bilang apa, aktivitas yang kami lakukan bukan aktivitas sendiri tapi bersinergi dengan orang lain. So, kami berdua harus sabar dan kompromi.
> Maka keputusannya aku akan mengadakan makan malam di rumah mami tepat tgl 20 Nov (Nanti malam) sekaligus menitip Bas dan Van di sana. Kebetulan adik bungsuku yang guru TK, ada kegiatan outbond yang bisa diikuti Bas dan Van pada hari Sabtunya. Jadi, semua aman dan terkendali.
> Aku menyempatkan diri merenungi perjalanan kehidupanku yang hampir setengah abad. (kayaknya lama banget yah?) Tuhan memberikan manusia Kunci Kehidupan. Bukan satu tapi 3 kunci kehidupan. Yaitu
> Senyum, Syukur, dan Kasih.
>  
> Senyum bisa kita gunakan untuk membuka perbedaan dan mengasihi yang terluka..
> Syukur bisa digunakan untuk membuka kesadaran untuk apapun yang kamu dapat dan hadapi..
> Kasih bisa membuka semua pintu ketertutupan untuk menjalani hidup ini.
>  
> Banyak yang ingin kutulis mengenai semua kebahagiaan yang ku dapat di hari ulang tahunku. Mungkin di lain catatan. (HO, Jumat 20 Nov 2009. Habis potong  kue di kantor)
>  
> Aku ngeblog maka aku bahagia:
> http://elisakoraag.blogspot.com/
>

4a.

[KELANA LEBARAN] Blitar, Setelah Delapan Tahun Kutinggalkan

Posted by: "dhimaskahar" dhimaskahar@yahoo.com   dhimaskahar

Sun Nov 22, 2009 8:51 pm (PST)



Oleh: Kahar S. Cahyono

Lebaran tahun ini kami memutuskan untuk mudik ke rumah orang tua di Blitar. Memang, ada berjanjian tidak tertulis antara saya dan Maimunah, istri saya, bahwa prosesi mudik dilakukan bergantian setiap tahun. Tahun lalu, dengan alasan anak kedua saya baru lahir, saya menghabiskan waktu lebaran di Serang, Banten. Sementara pada lebaran sebelumnya, kami mudik ke Palembang, kampung halaman istri.

Beginilah serunya bila menikah dengan orang berbeda pulau. Saya berasal dari Blitar, Jawa Timur. Sedangkan istri asli orang Palembang, Sumatera Selatan. Dengan profesi sebagai karyawan swasta yang bergaji pas-pasan, jelas merupakan hal yang sulit jika kami harus mudik di dua Provinsi itu secara bersamaan. Setiap tahun.

TERTINGGAL

Selepas shalat Jum`at, kami meluncur ke agen bus. Saat itu tanggal 18 September 2009. Menurut informasi yang kami dengar di televisi, hari ini adalah puncak arus mudik. Apalagi, lebaran jatuh pada tanggal 20 September, maju satu hari, sebagaimana yang tertulis di dalam kalender. Bayangan peluk hangat emak dan bapak ketika menyambut kedatangan kami terus memanggil-manggil agar cepat sampai.

Senang saja membayangkan suasana pedesaan tempat saya bermain-main diwaktu kecil. Tentang hamparan padi yang menguning, juga sungai yang mengalir dengan jernih hingga terlihat bebatuan aneka warna di dasarnya. Apalagi kali ini ada yang special, dimana untuk yang bertamakalinya kami mudik bersama anak kedua saya. Auriza Haya Satifa, yang masih berumur 16 bulan.

Sedang asyik-asyiknya membaca buku, istri tampak panik ketika menghampiri saya. “Pa, ATM-nya ketinggalan…,” suaranya tertahan.
Saya berusaha tenang, dan memintanya untuk mengecek kembali. Sia-sia, ATM itu tetap saja tidak ditemukan. Padahal waktu sudah menujukkan pukul 14.35, sedangkan 25 menit lagi mobil dijadwalkan berangkat. Untuk alasan keamanan, kami memang sengaja membawa uang tunai secukupnya selama perjalanan. Sehingga ketinggalan ATM, sama artinya melakukan perjalanan hanya dengan berbekal pakaian.

Tidak ada pilihan lain, saya kembali pulang ke rumah setelah terlebih dahulu bernegosiasi dengan pihak bus agar bersedia menunggu jika saya terlambat datang. Tanpa terduga sebelumnya, di jalan, saya satu angkot dengan Tini, teman satu pabrik. Dari gadis berambut sebahu itu saya mengetahui kalau Ahmad Toing, salah satu Yunior Supervisor di tempat kami bekerja meninggal dunia. Ahmad Toing tertabrak pengendara motor yang hendak mudik ke Lampung.

“Sekarang saya mau melayat kesana,” ujar Tini.

Cerita Tini cukup mengejutkan, karena saya kenal baik dengan Ahmad Toing. Tetapi tetap saja, berita duka itu tidak bisa mengalihkan kegalauan hati saya akibat ketinggalan ATM. Juga kegalauan membayangkan suara protes orang satu bus, karena saya terlambat datang.

Sampai dirumah, saya langsung membuka laci dimana ATM biasa disimpan. Tidak ada. Saya telpon istri, kalau-kalau ATM-nya sudah dipindahkan ke tempat lain. Namun istri menjawab bahwa ATM itu masih di tempat biasanya. Ia tidak merasa memindahkan. Penasaran dengan penglihatan saya, saya keluarkan isi laci itu satu persatu. Beberapa kosmetik yang tersimpan disana saya pindahkan dengan kasar. Sebagaian bahkan saya banting. Kesal.

Masih tidak ada!

Pada titik inilah, kaki saya terasa lemas. Menyadari bahwa saya harus pulang ke Blitar tanpa uang saku, yang berarti harus kembali ke Banten dengan meminta agar tiket dibelikan orang tua. Dalam hati saya berdo`a, agar keajaiban segera tiba.
Dan benar saja. pada saat yang bersamaan, handphone saya berbunyi. Dari istri, “Pa, ATM-nya ternyata enggak ketinggalan. Terselip di tas, dibawah tumpukan baju,” ujar Maimunah sambil meminta maaf. Lega rasanya mendengar kabar itu. Kini tinggal satu persoalan, bagaimana caranya agar cepat kembali ke agen bus agar tidak ketinggalan.

17 JAM DI PANTURA

Hari ini puncak arus mudik, ini sudah saya katakan tadi. Kemacetan panjang terjadi di jalur pantura. Untuk menggambarkan bagaimana kondisi malam puncak arus mudik saat itu, cukuplah saya katakan bahwa kami terjebak dalam kemacetan selama 17 jam. Semalaman kami terkurung dalam lautan kendaraan, yang berebut ingin lebih awal sampai ke tempat tujuan. Bahkan ketika adzan subuh terdengar perlahan dari sebuah masjid yang terletak dipinggir jalan, kami masih belum keluar dari jalur yang terkenal rawan macet itu.

Suasana semakin tidak nyaman manakala anak-anak kecil mulai menangis. Meski mobil yang kami tumpangi ber-AC, namun tetap saja kami merasa gerah manakala mengetahui mobil kami tidak bergerak sama sekali.
Tanggal 19 September 2009, pukul 12 siang, kami beristirahat di sebuah rumah makan di Cirebon. Jam segini baru sampai di Cirebon? Gila! Padahal dalam waktu normal, kami sudah sampai di perbatasan Jawa Timur.

Sambil menggendong Fadlan, anak saya yang pertama, saya menatap langit terik siang itu dengan penuh dendam. Berjanji dalam hati, untuk bekerja lebih giat agar lebaran tahun depan bisa mudik dengan mobil pribadi. Tidak perlu lagi berdesakan di dalam bus yang penuh sesak, tidak perlu lagi membeli tiket yang harganya melonjak tiga kali lipat.

“Papa, kapan sampai ke Blitar,” suara anak saya kembali terdengar. Mungkin pertanyaan ini sudah yang ke-30 kali diucapkannya. Mungkin juga lebih.

TAKBIR IDUL FITRI, DI TERMINAL PURBAYA

20 September 2009, Pukul 01.00 dinihari, kami sampai di Terminal Purbaya, Madiun. Dari terminal ini kami harus berganti kendaraan agar bisa sampai ke Blitar. Sambil menunggu kendaraan yang membawa kami ke kota kelahiran, sayup-sayup terdengar suara takbir idul fitri dari sebuah masjid yang terletak tidak jauh dari terminal. Saya melihat wajah istri berkaca-kaca, sambil menggendong Haya, yang tertidur lelap di gendongannya. Sementara di pangkuan saya, Fadlan juga sedang tertidur pulas.

Sebuah perasaan haru tiba-tiba menyeruak kedalam kalbu, ‘hari kemenangan’ ini harus kami rayakan di tengah perjalanan. Saat mata kami bertemu, tak kuasa saya menahan air mata. Lebaran telah tiba, sementara bus jurusan Madiun â€" Blitar belum tersedia.
Dua jam menunggu, bus yang kami tumpangi mulai bergerak meninggalkan terminal. Kendati jalur Madiun â€" Blitar relatif lancar, tetap saja kami sampai ke rumah keesokan harinya, bersamaan dengan orang-orang pulang dari sholat Idul Fitri.

Begitu kami sampai di rumah, yang disambut dengan peluk hangat dan linangan air mata orang tua, keharuan itu pun tumpah. Kerinduan menemukan obatnya. Rasa letih dan lelah selama perjalanan mendadak hilang. Inilah barangkali yang disebut orang sebagai sugesti mudik. Yang membuat mereka rela menghabiskan THR dan uang tabungan agar bisa sampai ke kampung halaman. Yang membuat mereka rela terjebak dalam kemacetan, setiap kali waktu mudik tiba. Bahkan, janji di hati kecil saya untuk tidak lagi mudik jika belum memiliki mobil pribadi, dengan sendirinya hilang dari ingatan. Sekarang yang ada adalah luapan rasa bahagia. Bertemu orang tua, handai taulan, dan mantan pacar.

BLITAR IN MEMORIAN

Liburan kali ini saya mengajak istri dan anak-anak menyempatkan diri untuk menyusuri kembali jalan-jalan yang pernah saya jejakkan saat masih remaja. Tahun-tahun sebelumnya, setiap kali ke Blitar, kami tidak sempat berjalan-berjalan. Dan sekarang, setelah delapan tahun menunggu, akhirnya kesempatan itu datang juga. Tempat yang pertama kami kunjungi adalah SMKN 1 Blitar di Jalan Kenari, tempat dimana saya pernah menuntut ilmu. Senang saja menunjukkan kepada istri dan anak-anak, bahwa delapan tahun yang lalu saya pernah bersekolah disini.

Memandangi tower air yang menjulang tinggi ke angkasa, sebagai ciri khasnya, membuat saya teringat kembali masa-masa berseragam abu-abu putih. Terutama dengan teman-teman yang tergabung dalam Journalistic Technical High School, yang senantiasa dalam kekompakan mencari jati diri. Yang tidak pernah bosan menuangkan gagasan dan pemikiran-pemikirannya melalui Majalah Arsitek, majalah resmi sekolah kami.

Dari Jalan Kenari, saya melanjutkan perjalanan ke alun-alun Blitar melalui Jalan Veteran. Jalan ini memiliki kenangan tersendiri buat saya, karena saya pernah menabrak mobil di tempat ini. Ceritanya, saat malam minggu, berboncengan dengan sahabat saya, Santon, kami hendak ‘wakuncar’. Saya sebenarnya melihat kalau ada mobil sedang berputar arah, sudah berusaha menginjak rem motor, tetapi motor tetap melaju dan menghantam bagian samping mobil. Orang-orang di pinggir jalan berteriak dan segera menolong kami, dan dalam sekejap, ‘wakuncar’ yang kami rencanakan gagal total. Pelajaran berharga yang bisa dipetik, berhati-hatilah selama perjalanan, pikiran jangan melayang kemana-mana!

Dari alun-alun, kami meluncur ke Istana Gebang (Ndalem Gebang), rumah tempat tinggal Orang tua Bung Karno. Rumah ini terletaknya di jalan Sultan Agung No. 69 Kota Blitar. Di rumah inilah Sang Proklamator pernah tinggal ketika remaja. Ketika masih bersekolah di Blitar dan menjadi Pimred Majalah Arsitek, saya sering datang ke tempat ini sepulang sekolah dengan berjalan kaki. Sekedar mencari inspirasi, dan sesekali melengkapinya dengan mengamati dari kejauhan muda-mudi yang asyik berpacaran didalam Kebon Rojo, taman kota. Ach, ini merupkan kenakalan saya saat remaja. Meski, sebagai pembenaran, saya mengatakan ini adalah bagian dari proses kreatif seorang penulis….

Dalam bayangan saya saat itu, saya mengandaikan diri seperti Bung Karno. Kebiasaan beliau pada sore hari adalah ber jalan-jalan di Kebon Rojo dan ke luar masuk kampung di Bendogerit. Sepanjang perjalanan, Bung Karno selalu diikuti anak-anak dan remaja. Acara santai demikian biasanya diakhiri sampai di ndalem Gebang menjelang matahari terbenam.

Ketika memasuki ndalem Gebang, buku autobiografi Bung Karno yang ditulis Cindy Adams benar-benar membakar jiwa muda saya. Dalam buku itu disampaikan, bawah Bung Karno merupakan salah satu tokoh kunci yang sebelumnya mengetahui akan terjadinya sebuah pemberontakan oleh Laskar Pejuang PETA di Blitar pada 14 pebruari 1945. Di ndalem Gebang inilah, sekelompok pemuda yang dipimpin oleh Sudancho Supriyadi berdiskusi dengan Bung Karno perihal rencana Pemberontakan tersebut. Kenyataannya, Bung Karno sendiri memang lebih memilih berjuang melawan penjajahan Jepang lewat jalur kooperatif.

Itulah sebabnya, ketika beberapa waktu lalu kabar bahwa rumah keluarga Bung Karno ini akan dijual, saya ikut gusar. Apalagi alasan dari rencana penjualan rumah bersejarah itu adalah karena ahli waris yang terdiri dari 11 cucu Soekarmini tidak memiliki cukup dana untuk merawat rumah yang menyimpan benda dan barang kenangan terkait Bung Karno itu. Beruntung, Pemerintah Kota Blitar, memastikan akan membeli Istana Gebang, sehingga cagar budaya itu tidak jatuh ke tangan orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Dari sini kami mampir ke pusat oleh-oleh khas Blitar, Wajik Kletik Bu Prayitno. Tadinya ingin membeli beberapa bungkus untuk oleh-oleh saat kembali ke Banten nanti. Namun karena uang yang kami bawa pas-pasan, niat itu kami batalkan.

Setelah makan siang, di sebuah warung yang terletak di pinggir jalan, kami melanjutkan traveling ke Candi Penataran. Lokasi candi ini terletak di lereng barat-daya Gunung Kelud pada ketinggian 450 meter dpl (di atas permukaan air laut), di desa yang juga bernama Panataran, Kecamatan Nglegok, Blitar. Hanya membutuhkan waktu setengah jam dari Istana Gebang untuk sampai ke tempat ini.

Memasuki areal Candi, di pintu utama kami disambut dua buah arca penjaga pintu atau disebut dengan Dwaraphala yang dikalangan masyarakat Blitar terkenal dengan sebutan "Mba Bodo". Yang menarik dari arca penjaga ini bukan karena arcanya yang besar, namun karena wajahnya yang menakutkan (Daemonis). Pahatan angka yang tertera pada lapik arca tertulis dalam huruf Jawa Kuno : tahun 1242 Saka atau kalau dijadikan Masehi menjadi tahun 1320 Masehi. Berdasarkan pahatan angka yang terdapat pada kedua lapik arca, bahwa bangunan suci palah (nama lain untuk Candi Panataran) diresmikan menjadi kuil negara (state-temple) baru pada jaman Raja Jayanegara dari Majapahit yang memerintah pada tahun 1309-1328 Masehi.

Hari sudah senja ketika kami memutuskan untuk meninggalkan Candi Penataran. Waktu terasa berjalan lebih cepat dari biasanya. Padahal kami masih belum puas menjelajahi setiap tempat wisata kota kenangan ini. Mengagumi keindahannya. Belajar dari pesan sejarah yang terkandung di dalamnya.

Kemacetan selama 17 jam di pantura terbayar tunai disini. Selalu ada yang harus dibayar untuk mendapatkan kebahagiaan. Orang bijak mengatakan, berakit-rakit ke hulu, bersenang-senang kemudian. Menyadari akan hal itu, kami memang sengaja tidak menunggu mudik tahun berikutnya untuk melakukan rekreasi.

Saya menyadari kenangan itu tersimpan disini, di dalam hati. Itulah sebabnya, saya berharap, catatan ini bisa dikenang kembali oleh Fadlan dan Haya saat ia sudah bisa ‘memahami’ dunia. (*)

5.

[KELANA LEBARAN] Pesona Sungai Musi

Posted by: "Kahar S. Cahyono" dhimaskahar@yahoo.com   dhimaskahar

Sun Nov 22, 2009 8:51 pm (PST)

[Attachment(s) from Kahar S. Cahyono included below]

Dear Panitia Lomba Kelana Lebaran;

Berikut saya kirimkan artikel kedua saya yang berjudul 'Pesona Sungai Musi' sebagai bentuk partisipasi saya dalam lomba kelana lebaran. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Tertanda;
Kahar S. Cahyono

&quot;Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang!
http://id.mail.yahoo.com&quot;

Attachment(s) from Kahar S. Cahyono

1 of 1 Photo(s)

2 of 2 File(s)

6.

(Catatan Kecil) PAPA

Posted by: "Elisa Koraag" elisa201165@yahoo.com   elisa201165

Mon Nov 23, 2009 12:55 am (PST)





Note: Dari kiriman seorang teman.
 
PAPA
 
Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.....
 
Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.
Lalu bagaimana dengan Papa? Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
 
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,
tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
 
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......
Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya" ,
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....
Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
 
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.
Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?
 
Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :
"Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
 
Ketika kamu sudah beranjak remaja....
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?
 
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')
Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?
 
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .
Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?
"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"
 
Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti....
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa
Ketika kamu menjadi gadis dewasa....
Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...
Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
 
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain. Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak..... Tidak bisa!"
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
 
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"
 
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Papa tahu.....
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Dan akhirnya....
Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
 
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik....
Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....
Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."
Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....
Papa telah menyelesaikan tugasnya....
 
Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..  
 
(Icha yang sedang mengenang almarhum papa yang ultah 18 Nov)

Recent Activity
Visit Your Group
Sitebuilder

Build a web site

quickly & easily

with Sitebuilder.

Yahoo! Groups

Going Green

Connect with others

who live green

Y! Messenger

Group get-together

Host a free online

conference on IM.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: