Teladan Nabi
By: agussyafii
Pada suatu malam di Rumah Amalia ada salah satu anak yang
bertanya kepada saya, 'Kak Agus, apakah Nabi Muhamad suka membantu orang-orang
miskin dan anak yatim?' Saya kemudian menjelaskan padanya bahwa Nabi Muhamad
SAW selalu menolong orang-orang miskin dan anak yatim. Kemudian saya
menceritakan padanya, Pada suatu ketika ada langkah sepasang kaki terhenti oleh
sesegukan gadis kecil di tepi jalan. 'apakah gerangan yang membuat engkau
menangis anakku?' lembut menyapa suara itu menahan beberapa detik segukan sang
gadis.
Tak menoleh gadis kecil itu ke arah suara yang menyapanya,
matanya masih menerawang tak menentu seperti mencari sesosok yang amat ia
rindui kehadirannya di hari bahagia itu. Ternyata, ia menangis lantaran tak
memiliki baju yang bagus untuk merayakan hari kemenangan. 'Ayahku mati syahid
dalam sebuah peperangan bersama Rasulullah,' tutur gadis kecil itu menjawab
tanya lelaki di hadapannya tentang Ayahnya.
lelaki itu mendekap gadis kecil itu. 'Maukah engkau,
seandainya Aisyah menjadi ibumu, Muhammad Ayahmu, Fatimah bibimu, Ali sebagai
pamanmu, dan Hasan serta Husain menjadi saudaramu?' Sadarlah gadis itu bahwa
lelaki yang sejak tadi berdiri di hadapannya tak lain Nabi Muhammad SAW, Nabi
anak yatim yang senantiasa memuliakan anak yatim. Begitulah lelaki agung itu membuat seorang gadis kecil yang
bersedih di hari raya kembali tersenyum. Barangkali, itu senyum terindah yang
pernah tercipta dari seorang anak yatim, yang diukir oleh Nabi anak yatim.
Rasulullah membawa serta gadis itu ke rumahnya untuk diberikan pakaian bagus,
terbasuhlah sudah airmatanya.
Teladan Nabi
harus pula dipahami sebagai keseluruhan kepribadian Nabi dan akhlak beliau, yang
dalam kepribadian dan akhlak beliau disebutkan dalam Kitab Suci sebagai teladan
yang baik (uswah hasanah) bagi kita semua "yang
benar-benar berharap pada Alloh pada Hari Kemudian,
serta banyak ingat kepada Alloh" (Q.S. al-Ahzab
33:32).
Dan beliau juga dilukiskan dalam Kitab Suci sebagai seorang
yang berakhlak amat mulia (Q.S. al-Qalam 68:4). Dengan demikian Nabi, dalam hal ini
tingkah laku dan kepribadian
beliau sebagai seorang yang berakhlak
mulia, menjadi pedoman hidup kedua setelah Kitab Suci bagi seluruh kaum beriman.
Tetapi justru karena itu maka memahami sunnah Nabi tidak
dapat lepas dari memahami Kitab Suci.
Sebab sesungguhnya akhlak Nabi yang mulia itu tidak lain adalah semangat Kitab
Suci al-Qur'an itu sendiri, sebagaimana dilukiskan A'isyah,
isteri beliau. Dari Kitab Suci kita mengetahui lebih banyak
perkembangan kepribadian Nabi yang menggambarkan pengalaman Nabi, baik yang menyenangkan
atau tidak, yang keseluruhannya menampilkan sosok Nabi
yang berkepribadian mulia. Dari pengamatan atas
gambaran itu kita dapat memperoleh ilham tentang peneladanan
pada beliau, dan keseluruhan
sasaran peneladanan itu tidak lain ialah sunnah nabi. Sebagai contoh, dua surat yang termasuk paling banyak dibaca dalam sholat dapat
kita renungkan maknanya di sini.
Demi pagi yang
cerah dan demi malam
ketika telah kelam. Tidaklah Tuhanmu meninggalkan
engkau (Muhammad), dan
tidak pula murka. Dan
pastilah kemudian hari lebih baik bagimu daripada yang sekarang
ada. Dan juga pastilah
Tuhanmu akan
menganugerahimu, maka kamu akan lega. Bukankah Dia
mendapatimu yatim,
kemudian Dia melindungimu?
bingung, kemudian Dia membimbingmu?
Dan Dia mendapatimu miskin, kemudian Dia
memperkayamu?
janganlah
engkau menghardik! Dan kepada
peminta-minta, janganlah
kamu membentak! Sedangkan berkenaan dengan nikmat
karunia Tuhanmu, engkau harus nyatakan! (QS. al-Dhuha 93:1-11)
Bukankah Kamu
telah lapangkan dadamu?! Dan Kami bebaskan bebanmu, yang memberati punggungmu?! Serta Kami muliakan namamu?! Sebab sesunggahnya
bersama kesulitan tentu ada kemudahan!
Maka jika engkau bebas, kerja keraslah! Dan kepada
Tuhanmu, senantiasa berharaplah! (QS. al-Syarh 94:1-8)
Para ahli hampir semuanya sepakat bahwa surat al-Dhuha turun kepada
Nabi berkenaan dengan peristiwa terputusnya wahyu yang relatif panjang, sehingga
menimbulkan ejekan dan sinisme
kaum musyrik Makkah bahwa Alloh SWT telah meninggalkan Nabi
dan murka kepadanya. Dari latar belakang
turunnya, surat ini juga menggambarkan
tentang suatu dinamika pengalaman Nabi dalam perjuangan beliau, sehingga seperti
dikatakan Sayyid Quthub, Alloh menghibur
beliau dan memberinya
dorongan moral, bahwa Alloh sama sekali tidak meninggalkan
beliau dan tidak pula murka.
Alloh juga
mengingatkan Nabi bahwa masa
mendatang lebih penting
daripada masa sekarang. Dalam terjemah kontemporernya, Alloh mengingatkan Nabi bahwa perjuangan
jangka panjang, yang strategis lebih penting daripada
pengalaman jangka pendek,
yang
taktis. Oleh karena itu hendaknya Nabi tidak putus
asa atau kecil hati oleh pengalaman kekecewaan
jangka pendek. Sebab,
perjuangan besar selalu memerlukan waktu untuk mencapai hasil dan semakin besar
nilai suatu perjuangan maka semakin
panjang
pula dimensi waktu yang
diperlukannya. Dan dalam
jangka panjang itulah, selama perjuangan diteruskan
dengan penuh kesabaran dan harapan, Alloh menjanjikan untuk
memberi kemenangan yang bakal membuat beliau puas dan lega. (Janji Alloh
ini kelak ternyata terbukti dan terlaksana, berupa kemenangan demi
kemenangan yang diraih Nabi setelah hijrah ke Madinah, dan beliau pun wafat
memenuhi panggilan menghadap Alloh dalam keadaan menang dan sukses luar biasa)
Bersamaan dengan itu Alloh juga mengingatkan
akan masa lampau Nabi yang penuh kesusahan seperti keadaan beliau yang
yatim-piatu, bingung tentang apa yang
hendak dilakukan dan miskin, dan bagaimana
Alloh telah menunjukkan kasih-Nya pada
beliau dengan memberi kemampuan mengatasi kesusahan itu
semua. Dan berdasarkan latar belakang itu maka Alloh berpesan agar Nabi janganlah sampai
menghardik anak-yatim, atau membentak peminta-minta, dan selalu ingat dengan penuh syukur akan nikmat karunia Alloh SWT.Wassalam, agussyafii ----
Yuk,Berbagi Nikmat Qurban bersama anak-anak Amalia. Dalam program kegiatan 'Qurban Untuk Amalia (QUA) pada hari Ahad, 29 November 2009 di Rumah Amalia. Kirimkan dukungan dan komentar anda di http://agussyafii.
[Non-text portions of this message have been removed]
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar