Selasa, 24 November 2009

[daarut-tauhiid] Teladan Nabi

 



Teladan Nabi

By: agussyafii

Pada suatu malam di Rumah Amalia ada salah satu anak yang
bertanya kepada saya, 'Kak Agus, apakah Nabi Muhamad suka membantu orang-orang
miskin dan anak yatim?' Saya kemudian menjelaskan padanya bahwa Nabi Muhamad
SAW selalu menolong orang-orang miskin dan anak yatim. Kemudian saya
menceritakan padanya, Pada suatu ketika ada langkah sepasang kaki terhenti oleh
sesegukan gadis kecil di tepi jalan. 'apakah gerangan yang membuat engkau
menangis anakku?' lembut menyapa suara itu menahan beberapa detik segukan sang
gadis.

Tak menoleh gadis kecil itu ke arah suara yang menyapanya,
matanya masih menerawang tak menentu seperti mencari sesosok yang amat ia
rindui kehadirannya di hari bahagia itu. Ternyata, ia menangis lantaran tak
memiliki baju yang bagus untuk merayakan hari kemenangan. 'Ayahku mati syahid
dalam sebuah peperangan bersama Rasulullah,' tutur gadis kecil itu menjawab
tanya lelaki di hadapannya tentang Ayahnya.

lelaki itu mendekap gadis kecil itu. 'Maukah engkau,
seandainya Aisyah menjadi ibumu, Muhammad Ayahmu, Fatimah bibimu, Ali sebagai
pamanmu, dan Hasan serta Husain menjadi saudaramu?' Sadarlah gadis itu bahwa
lelaki yang sejak tadi berdiri di hadapannya tak lain Nabi Muhammad SAW, Nabi
anak yatim yang senantiasa memuliakan anak yatim.  Begitulah lelaki agung itu membuat seorang gadis kecil yang
bersedih di hari raya kembali tersenyum. Barangkali, itu senyum terindah yang
pernah tercipta dari seorang anak yatim, yang diukir oleh Nabi anak yatim.
Rasulullah membawa serta gadis itu ke rumahnya untuk diberikan pakaian bagus,
terbasuhlah sudah airmatanya.

Teladan  Nabi
harus   pula   dipahami   sebagai   keseluruhan kepribadian Nabi dan akhlak beliau, yang
dalam kepribadian dan akhlak beliau disebutkan dalam Kitab Suci sebagai teladan
yang baik   (uswah  hasanah)  bagi  kita  semua  "yang 
benar-benar berharap pada Alloh pada Hari  Kemudian, 
serta  banyak  ingat kepada Alloh"   (Q.S.   al-Ahzab 
33:32).   
Dan  beliau  juga dilukiskan dalam Kitab Suci  sebagai  seorang 
yang  berakhlak amat  mulia  (Q.S. al-Qalam 68:4). Dengan demikian Nabi, dalam hal ini
tingkah laku dan kepribadian 
beliau  sebagai  seorang yang  berakhlak 
mulia,  menjadi  pedoman  hidup kedua setelah Kitab Suci bagi seluruh kaum beriman.

Tetapi justru karena itu maka memahami sunnah Nabi tidak
dapat lepas  dari  memahami  Kitab  Suci.
Sebab sesungguhnya akhlak Nabi yang mulia itu tidak lain  adalah  semangat  Kitab
Suci  al-Qur'an  itu  sendiri, sebagaimana dilukiskan A'isyah,

isteri beliau. Dari Kitab Suci kita  mengetahui  lebih  banyak
perkembangan  kepribadian  Nabi  yang menggambarkan pengalaman Nabi, baik yang menyenangkan
atau tidak,  yang  keseluruhannya menampilkan   sosok   Nabi 
yang  berkepribadian  mulia.  Dari pengamatan atas 
gambaran  itu  kita  dapat  memperoleh  ilham tentang  peneladanan 
pada  beliau,  dan  keseluruhan 
sasaran peneladanan itu tidak lain ialah sunnah nabi. Sebagai  contoh, dua  surat yang termasuk paling banyak dibaca dalam sholat dapat
kita renungkan maknanya di sini.

Demi pagi yang 
cerah  dan  demi  malam 
ketika  telah  kelam. Tidaklah  Tuhanmu  meninggalkan 
engkau  (Muhammad), dan
tidak pula murka. Dan 
pastilah  kemudian  hari  lebih  baik  bagimu daripada  yang  sekarang 
ada.  Dan juga pastilah
Tuhanmu akan

menganugerahimu, maka kamu akan lega. Bukankah Dia
mendapatimu yatim,  
kemudian   Dia  melindungimu?!  Dan  Dia  mendapatimu
bingung,  kemudian  Dia  membimbingmu?
Dan  Dia  mendapatimu miskin,  kemudian  Dia 
memperkayamu?! Maka kepada anak yatim,

janganlah 
engkau  menghardik!   Dan   kepada  
peminta-minta, janganlah 
kamu  membentak!  Sedangkan berkenaan dengan nikmat
karunia Tuhanmu, engkau harus nyatakan! (QS. al-Dhuha 93:1-11)

Bukankah Kamu 
telah  lapangkan  dadamu?!  Dan  Kami  bebaskan bebanmu,  yang memberati  punggungmu?!  Serta  Kami  muliakan namamu?!  Sebab  sesunggahnya 
bersama  kesulitan  tentu   ada kemudahan! 
Maka jika engkau bebas, kerja keraslah! Dan kepada

Tuhanmu, senantiasa berharaplah! (QS. al-Syarh 94:1-8)

Para ahli hampir semuanya sepakat bahwa surat  al-Dhuha  turun kepada 
Nabi berkenaan dengan peristiwa terputusnya wahyu yang relatif panjang, sehingga
menimbulkan ejekan dan sinisme 
kaum musyrik  Makkah  bahwa Alloh SWT telah meninggalkan Nabi
dan murka kepadanya.  Dari  latar  belakang 
turunnya,  surat  ini  juga menggambarkan 
tentang  suatu  dinamika  pengalaman Nabi dalam perjuangan beliau, sehingga seperti
dikatakan  Sayyid  Quthub, Alloh  menghibur 
beliau  dan memberinya
dorongan moral, bahwa Alloh sama sekali tidak  meninggalkan 
beliau  dan  tidak  pula murka.

Alloh juga 
mengingatkan  Nabi  bahwa  masa 
mendatang  lebih penting
daripada masa sekarang. Dalam terjemah kontemporernya, Alloh  mengingatkan Nabi bahwa perjuangan
jangka panjang, yang strategis lebih penting  daripada 
pengalaman  jangka  pendek,

yang 
taktis.  Oleh  karena itu hendaknya Nabi tidak putus
asa atau kecil hati  oleh  pengalaman  kekecewaan 
jangka  pendek. Sebab,
perjuangan besar selalu memerlukan waktu untuk mencapai hasil dan semakin besar
nilai suatu  perjuangan  maka  semakin

panjang 
pula  dimensi  waktu  yang 
diperlukannya.  Dan dalam
jangka panjang itulah,  selama  perjuangan  diteruskan 
dengan penuh  kesabaran  dan harapan, Alloh menjanjikan untuk
memberi kemenangan yang bakal membuat beliau  puas  dan  lega.  (Janji Alloh 
ini  kelak  ternyata  terbukti  dan  terlaksana, berupa kemenangan demi
kemenangan yang diraih Nabi setelah hijrah  ke Madinah,  dan  beliau  pun  wafat
memenuhi panggilan menghadap Alloh dalam keadaan menang dan sukses luar biasa)

Bersamaan dengan itu Alloh juga  mengingatkan 
akan  masa lampau  Nabi  yang penuh kesusahan seperti keadaan beliau yang
yatim-piatu, bingung tentang apa yang 
hendak  dilakukan  dan miskin,  dan  bagaimana
Alloh telah menunjukkan kasih-Nya pada

beliau dengan memberi kemampuan mengatasi kesusahan itu
semua. Dan  berdasarkan  latar  belakang itu maka Alloh berpesan agar Nabi janganlah sampai
menghardik  anak-yatim,  atau  membentak peminta-minta,  dan  selalu  ingat  dengan  penuh  syukur akan nikmat karunia Alloh SWT.Wassalam,                                                                                                   agussyafii                                                                                                                   ----
Yuk,Berbagi Nikmat Qurban bersama anak-anak Amalia. Dalam program kegiatan 'Qurban Untuk Amalia (QUA) pada hari Ahad, 29 November 2009 di Rumah Amalia. Kirimkan dukungan dan komentar anda di http://agussyafii.blogspot.com atau http://www.facebook.com/agussyafii atau sms di 087 8777 12 431
 

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: