Kamis, 26 November 2009

[daarut-tauhiid] CAHAYA LANGIT: TADINYA SAYA INGIN MEMBERI HAPE INI

 

Momentum Iedul Qurban tahun ini membuat saya membaca berulang kali
beberapa literatur tentang pengorbanan yang dilakukan Ibrahim
Alaihis-salam. Saya yakin, anda sudah mengetahui hal ini. Saya
mendalami makna cinta yang begitu kuat dalam hati Ibrahim As kepada
Tuhannya, hingga ia rela mengorbankan apa saja yang terbaik miliknya
demi mempertahankan kecintaan yang luar biasa itu.
Membahas tentang
pengorbanan berjuang di jalan Allah, ada satu kisah yang hendak saya
sampaikan atas perjalanan hidup yang Allah hadiahkan kepada saya.

Dompet
Dhuafa Kaltim mengundang saya untuk berpartisipasi dalam acara yang
mereka buat demi membantu saudara-saudara korban gempa bumi di Sumatera
Barat pada medio Oktober lalu. Tiket sudah dipesan, acara telah
dirancang, hanya menunggu hari 'H'. Tanggal yang dimaksudpun tiba.
Seperti
perjalanan ke luar kota sebelum-sebelumnya, saya menganggap bahwa ini
adalah perjalanan dakwah biasa-biasa. Namun ternyata tidak!
Pesawat
dikabarkan delayed 30 menit. Sebab saya merasa lapar saat itu, maka
saya pun pergi mencari makan. Begitu saya kembali ke ruang tunggu
rupanya sudah sepi, dan saya diberitahu bahwa pesawat sudah menutup
pintu dan hendak berangkat beberapa saat.
Sedikit 'nerved', saya
berargumen kepada petugas bahwa saya tidak mendengar panggilan atas
nama saya atau pemberitahuan bahwa pesawat akan diberangkatkan. Setelah
berupaya menghubungi pihak pesawat, petugas itu pun memberitahukan saya
bahwa saya bisa naik ke pesawat. "Alhamdulillah...!" pekik saya. Andai
saya tertinggal pesawat, maka tak bisa dibayangkan kekecewaan panitia
penyelenggara di  Balikpapan.

Beberapa saat kemudian, pesawat
tiba di bandara Sepinggan, Balikpapan. Saya dijemput oleh perwakilan
panitia. Dalam perjalanan menuju hotel, saya menanyakan lokasi acara.
Mereka memberitahukan bahwa acara digelar di masjid Istiqomah. Saya
bertanya , "Apa ada jemaahnya... bukankah ini malam minggu dan acara
digelar pukul 20?" Dengan santai panitia menjawab, "Tenang pak....,
insya Allah jemaahnya banyak. Sudah beberapa kali masjid ini bikin
acara pada waktu serupa, Alhamdulillah jemaah antusias untuk datang."
Saya sedikit terhibur mendapat jawaban itu.

Rupanya benar dugaan
saya, jemaah yang saya harap akan banyak hadir rupanya hanya memenuhi
kira-kira seperempat dari kapasitas ruang masjid. Banyak terlihat
'space' melompong di sana-sini. Agak sedikit prihatin dengan jumlah
jemaah yang ada, dan saya berpikir keras tentang target penggalangan
dana panitia, maka saya pun berujar dalam hati, "Ya Allah, semoga kami
mampu memberi yang terbaik di jalan-Mu!"
Jujur saja, sebelum
memulai menyampaikan materi, saya sedikit pesimis akan dana yang hendak
digalang. Namun berulang kali saya berhenti berceramah untuk sekedar
meluruskan niat Lillahi Ta'ala.

Maka saat penggalangan dana pun
tiba. Saya melihat mereka semua antusias mengulurkan tangan memberi
bantuan. Namun lagi-lagi karena jumlah audiens yang sedikit saya merasa
khawatir akan jumlah dana yang tidak akan menyentuh target.
Alhamdulillah...
dana terkumpul beberapa belas juta rupiah malam itu, namun jumlah itu
saya yakin masih jauh dari target panitia.

Hanya kepada Dia Yang Maha Agung, kita sepantasnya berserah diri.

Malam
itu bagi saya bukanlah sebuah prestasi dakwah yang menggembirakan. Saya
sedikit prihatin dan kecewa. "Mengapa hanya segini rezeki yang Allah
karuniakan dalam majelis kita?" batin saya.

Namun rupanya
kekhawatiran itu segera dijawab Allah Swt. Seorang panitia datang
kepada saya memberitahukan bahwa ada seorang jemaah hendak minta waktu
untuk berbicara.
Setelah saya bersedia maka jemaah tersebut dipersilakan dan kami pun duduk berdua di karpet masjid.

Dia
adalah seorang anak muda berusia 27 tahun, sebutlah namanya Hakim. Dari
wajahnya saya melihat ada sinar yang Allah pancarkan ke dalam hatinya.
Ia
mengajak bicara beberapa menit sebagai pembuka. Saat saya tanya apa
keinginannya, maka Hakim berkata, "Tadi bapak dalam ceramah
menyampaikan berulang-ulang untuk memberi yang terbaik di jalan Allah."
"Ya, betul!"jawab saya.
Hakim melanjutkan, "Tadinya saya ingin
memberikan hape saya ini sebagai infak..." Kalimat dari mulutnya
terputus. Ada jeda beberapa detik bagi Hakim untuk menyambung
kalimatnya. Saya pun penasaran menunggu selama itu.
"Namun setelah pikir-pikir, sepertinya saya urung memberi hape ini" jelas Hakim.
"Lalu
apa yang hendak Anda sampaikan kepada saya?" saya bertanya kepadanya.
Hakim pun menjawab, "Setelah saya berpikir ulang, maka saya mendapati
bahwa harta terbaik yang saya miliki bukanlah hape, tapi saya mohon
bapak menerima ini sebagai infak dari saya!"
Maka Hakimpun menjulurkan tangannya kepada saya seolah ingin berjabat, dan saya pun menyambut tangannya yang terulur.
Namun
saya merasa ada sebuah benda cukup besar yang terselip antara telapak
tangan kami. Saya bertanya kepada Hakim, "Apa ini?" Dia menjawab, "Itu
harta terbaik yang bisa saya infakkan, pak!"
Saya pun membuka telapak tangan saya. "Subhanallah...!" saya terperanjat. Kini ditelapak tangan saya ada sebuah kunci mobil.
Saya
terkagum, terpesona, dan sesaat terbungkam. Betapa terperanjat hati
saya sehingga bola mata terasa hendak meloncat saat menerima infak
sebesar ini.
Seketika itu juga hati saya berbunga sebab merasa terhibur dengan anugerah luar biasa yang Allah berikan kepada saya.
Dana
yang telah digalang malam itu yang bernilai hanya beberapa belas juta
rupiah, rupanya dilengkapi Allah Swt dengan sebuah mobil milik Hakim
yang ia infakkan dengan harga saya yakin lebih dari 100 juta rupiah.

Hakim,
27 tahun memberikan harta terbaik yang ia miliki untuk membantu
saudara-saudaranya yang menjadi korban gempa di Sumatera Barat.
Ia
berkorban dengan sepenuh hati dan kesadaraan penuh. Meski mungkin kini
ia belum punya mobil lagi, namun saya yakin hatinya sudah setenang
nabiyullah Ibrahim Alaihis-salam saat hendak mengorbankan anaknya
tercinta. Ya, ketenangan dan kedamaian yang diberikan kepada Ibrahim As
dari Allah Swt yang kagum atas pengorbanan hamba-Nya.

Cahaya Langit,
Bobby Herwibowo
0817200456

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: