Jumat, 20 November 2009

[daarut-tauhiid] Bahagiamu, Bahagiaku

 

Bahagiamu, Bahagiaku

Penulis : Mujahid Alamaya


==============
Empat
tahun yang lalu, kita saling mengenal. Bermula dari dunia maya,
kemudian sama-sama aktif dalam komunitas yang sama. Aku, saat itu,
seperti patung yang tidak peka. Hingga akhirnya ku tersadar, ketika
teman-teman sering menyindirku. "Ah, rupanya kau perhatian sekali."

Suatu hari, tak sengaja kita berpapasan. Dalam guyuran hujan, kau
menyapaku. Aku pun berbalik arah, untuk mendengar apa yang ingin kau
katakan. Air matamu menetes, ketika kau bertanya kalau aku akan menikah
dalam waktu dekat. "Ah, dapat gosip dari mana?"

Tiga tahun yang lalu, interaksi kita berkurang. Hingga pada suatu hari,
kau memintaku untuk menemanimu memilihkan barang keinginanmu dan makan
di tempat favorit komunitas kita, tentu kau selalu minta ditraktir.
"Ah, aku pun harus meluangkan waktu."

Seiring berjalannya waktu, kesibukanku dan kesibukanmu telah memisahkan
kita. Hingga, dua tahun yang lalu, kau bercerita bahwa ada seseorang
yang ingin mengenalmu. Wajahmu menunduk ketika kau mengatakan hal itu.
"Ah, aku bersyukur dan senang, sekaligus sedih."

Setahun yang lalu, secara kebetulan, kita sering bertemu tanpa sengaja.
Karena keterbatasan waktu, hanya sapaan yang terucap. Kau tampak anggun
saat itu. Ketika kutanya, kapan waktunya? Kau bilang, mungkin tahun
depan. "Ah, semoga segera terwujud."

Beberapa bulan yang lalu, kau mengajakku untuk bertemu. Aku senang
mendengarnya. Mudah-mudahan, tali silaturrahim yang sempat terputus
dapat disambung kembali. Lagi-lagi, aku terlupa karena disibukkan
dengan aktifitasku. "Ah, maafkan aku."

Kau pun mengabariku bahwa dalam waktu dekat akan tinggal se-kota
denganku. Betapa riangnya hatiku. Tapi, ternyata kabar itu membuatku
bahagia sekaligus sedih. Bahagia karena mungkin kita dapat bertemu
kembali. Dan sedih karena aku takut kehilangan. "Ah, it's complicated."

Hingga, kau memberitahuku bahwa kau akan segera menggenapkan setengah
din. Aku tersentak kaget sekaligus senang. Akhirnya niatmu segera
terwujud. Tapi aku sungguh kehilangan. Ya, kehilangan dirimu yang
shalehah. "Ah, ternyata kau bukan jodohku."

Di hari yang istimewa bagimu, kehadiranku sangat kau harapkan, tapi aku
tidak datang ke pernikahanmu. Bukan, bukan karena aku tidak merestuimu,
tapi kondisiku yang tidak memungkinkan untuk hadir di dua kota pada
saat yang sama. "Ah, do'aku menyertaimu, baarakallaahu laka wa baaraka
'alayka wa jama'a baynakuma fii khayrin."

Dan, Ahad itu, tanpa disengaja, kita bertemu di sebuah persimpangan.
Dari seberang, kau melambaikan tangan ke arahku. Refleks, aku pun
membalasnya dan mendekatimu, walaupun harus menerobos ramainya laju
kendaraan. "Ah, kulakukan apa pun untukmu."

Saat itu, suamimu ada di sana, memegang kemudi motor. Baru kali ini aku
bertemu dan bersilaturrahim dengan suamimu, walaupun namanya sering
kudengar darimu. Raut wajahmu menampakkan kebahagiaan. Aku pun turut
bahagia. "Ah, bahagiamu, bahagiaku."

Buat sahabat sekaligus adikku, makasih atas kenang-kenangannya.

Semoga engkau bahagia selalu.

----------sumber:eramuslim.com
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: