Rabu, 25 Mei 2011

[daarut-tauhiid] Mata Tanpa Cahaya

 

*Mata Tanpa Cahaya*

"Sebagai orang komunis, selama ini saya tidak percaya adanya surga dan
neraka. Tapi sebagai ilmuwan kami percaya bahwa neraka itu ada karena kami
pernah berada seolah begitu dekat darinya."

Demikian perkataan Dr. Azakov, seorang ilmuwan Rusia, setelah *super
sensitive microphone* yang digunakan dalam penelitiannya di kedalaman
lapisan bumi mendeteksi suara jeritan jutaan manusia yang tengah disiksa
(ada yang menyimpulkan sebagai suara ruh-ruh yang tengah disiksa di alam
barzakh). Ternyata peristiwa yang luar biasa itu tidak berpengaruh padanya,
ia tetap seorang komunis; hanya saja ia percaya bahwa neraka itu ada. Sedang
surga, ia belum juga mempercayainya.

Masih banyak lagi contoh manusia yang serupa dengan Dr. Azkov, tinggi
pengetahuannya tentang alam, gejala dan berbagai rahasia ilmiahnya namun
tetap bodoh terhadap hakekat yang mengiringi itu semua. Tidak sedikit
profesor Fisika, Biologi, dan sebagainya tetapi mereka tetap kafir lantaran
pengetahuannya tidak disertai perenungan atas apa yang diketahuinya.

*Dua Golongan Manusia.*

Indera adalah pintu memahami *kauniyah* Allah; mata untuk melihat, telinga
untuk mendengar, lidah untuk mengecap rasa, hidung untuk mencium, kulit
untuk merasa segala nuansa sentuh, dan yang lainnya.

Selanjutnya, ada golongan manusia yang mau menggunakan akal untuk memikirkan
apa yang ditangkap oleh inderanya. Namun ada pula golongan lain yang
mengabaikan begitu saja. Jenis kedua inilah golongan yang menyia-nyiakan
indera sekaligus akalnya. Allah mencela mereka, "Dan perumpamaan
(orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang
memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja.
Mereka tuli, bisu, dan buta, (maka oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.
(QS. Al Baqarah: 171).

Selanjutnya lagi, ada orang yang sudah bisa menggunakan akalnya sebagaimana
disebut di atas namun belum sampai pada tingkatan *taffakur*. Bagi golongan
ini, interaksinya terhadap ciptaan Allah tidak sampai melibatkan hati yang
mampu merasakan kebesaran kekuasaaNya. Apa yang ditangkap oleh Indera, atau
bahkan apa yang telah dipahami dengan baik oleh akalnya, tidak bisa mengasah
keimanannya.

Akal memiliki kedudukan utama. Allah *Ta'ala* menjadikannya sebagai alat
untuk memeahami dan syarat bagi *taklif* (pembebanan syariat). Dia
memerintahkan untuk menjaga dan merawatnya, mengaharamkan segala sesuatu
yang merusak dan menyimpangkan dari keadaan normalnya.

Namun demikian, sesungguhnya akal memiliki keterbatasan jangkauan kecuali
pada yang nampak dan bisa diindera. Ibaratnya mata, setajam apapun
kemampuannya tidak mampu kecuali dengan adanya cahaya yang meneranginya.
Maka akal pun tidak akan mampu mengenali sesuatu dengan baik dan benar
kecuali dengan cahaya petunjuk.

Antara akal dan *risalah*, keduanya memiliki kedudukan yang sama pentingnya.
Setiap keadaan yang muncul tanpa bersama akal adalah kurang, setiap
perkataan yang menyelisihi akal adalah batil. Dan semua rasul itu datang
dengan membawa sesuatu yang mana akal tidak mampu menentangnya. Dalil-dalil
akal yang *shahih* selalu bersesuaian dengan apa yang dibawa oleh para
rasul, dan sesungguhnya akal yang *sharih* tidak bertentangan dengan *nash*yang
*shahih*. *Manhaj salaf* memulai dengan mengedepankan *syara'* atau *
sam'iyyah*, atau juga *naqliyyah* dalam menetapkan keyakinan agama dan
hakekat *dien*. Baru kemudian mengikutkan akal setelahnya.

*Akal Kebablasan*

Kenapa babi diharamkan? Karena babi mengandung cacing pita. Begitulah
kesimpulan orang-orang yang tersesat karena terlalu mengandalkan akalnya.
Sampai pada kesimpulan berikutnya yang tidak kalah sesatnya: apabila daging
babi telah dimasak sampai minimal 100 C maka telah berubah hukumnya menjadi
halal, lantaran sudag tidak membahayakan. *Na'udzubillah*!

Padahal semestinya sudah cukup dengan jawaban bahwa karena Allah
*Ta'ala*yang mengharamkannya. "Diharamkan
bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih
atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala" (QS.
Al-Maa'idah: 3) Adanya cacing pita mungkin merupakan salah satu hikmahnya,
dan tidak menutup kemungkinan masih ada yang lebih berbahaya lagi dari
sekedar cacing pita. *Wallahu a'alam*.

Ada lagi golongan manusia yang terlalu mengutamakan akal. Diantara mereka
adalah ahlul kalam (orang-orang filsafat) dan yang sejenis dengan mereka.
Mereka memulai pengkajian dengan apa-apa yang diterima dan diridhai akal,
kemudian baru mengikutkan *nash-nash syara'*. Mereka mentakwilkan apa yang
menyelisihi pendapat-pendapat akal agar sesuai dengan yang diinginkan
sebagaimana iblis ketika menentang syariat Allah. "*Saya lebih baik
daripadanya, Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari
tanah*". (QS. A'raf: 12).

Sebagian lagi mencoba menggunakan akal untuk menjamah wilayah yang tak
mungkin terjangkau dengannya. Mengagan-angan hal ghaib, menerka-nerka,
kemudian memastikan hakekatnya. Bahkan diantaranya berani mereka-reka Dzat
Allah *Ta'ala*, seperti apa serta bagaimana kaifiyah terkait asma' dan
sifatNya. Padahal Allah *Ta'ala* berfirman, "Tidak ada sesuatu pun yang
menyerupai-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Melihat." (QS. Asy-Syura: 11)
Karenanya pula Rasulullah SAW telah menegaskan,

"Fikirkanlah ciptaan Allah jangan memikirkan mengenai siapa (pencipta)
Allah" (HR. Thabrani)

Merekalah golongan yang telah jauh tersesat lantaran tidak menyadari
kelemahan keadaanya. Merekalah aqlaniyyun. *Wallahul Musta'an* (hanif)

Sumber ar-risalah No 55

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: