Jumat, 20 Mei 2011

[daarut-tauhiid] Sekuntum "cinta" Pengantin Surga

 

Sekuntum "Cinta" Pengantin Surga

sumber : Kafemuslimah.com

=================

"Cinta itu mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, memunculkan
keberanian, mendorong berpenampilan rapi, membangkitkan selera makan,
menjaga akhlak mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian,
memperhatikan pergaulan yang baik, serta menjaga adab dan kepribadian.
Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shaleh dan cobaan
bagi ahli ibadah," Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam bukunya Raudah
Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin memberikan komentar mengenai pengaruh
cinta dalam kehidupan seseorang.

Bila seorang kekasih telah singgah di hati, pikiran akan terpaut pada
cahaya wajahnya, jiwa akan menjadi besi dan kekasihnya adalah magnit.
Rasanya selalu ingin bertemu meski sekejab. Memandang sekilas bayangan
sang kekasih membuat jiwa ini seakan terbang menuju langit ke tujuh dan
bertemu dengan jiwanya.

Indahnya cinta terjadi saat seorang kekasih secara samar menatap
bayangan orang yang dikasihi. Bayangan indah itu laksana air yang
menyirami, menyegarkan, menyuburkan pepohonan taman di jiwa.

Dahulu di kota Kufah tinggallah seorang pemuda tampan rupawan yang tekun
dan rajin beribadat, dia termasuk salah seorang yang dikenal sebagai
ahli zuhud. Suatu hari dalam pengembaraannya, pemuda itu melewati sebuah
perkampungan yang banyak dihuni oleh kaum An-Nakha'. Demi melepaskan
penat dan lelah setelah berhari-hari berjalan maka singgahlah dia di
kampung tersebut. Di persinggahan si pemuda banyak bersilaturahim dengan
kaum muslimin. Di tengah kekhusyu'annya bersilaturahim itulah dia
bertemu dengan seorang gadis yang cantik jelita.

Sepasang mata bertemu, seakan saling menyapa, saling bicara. Walau tak
ada gerak lidah! Tak ada kata-kata! Mereka berbicara dengan bahasa jiwa.
Karena bahasa jiwa jauh lebih jujur, tulus dan apa adanya. Cinta yang
tak terucap jauh lebih berharga dari pada cinta yang hanya ada di ujung
lidah. Maka jalinan cintapun tersambung erat dan membuhul kuat.
Begitulah sejak melihatnya pertama kali, dia pun jatuh hati dan
tergila-gila. Sebagai anak muda, tentu dia berharap cintanya itu tak
bertepuk sebelah tangan, namun begitulah ternyata gayung bersambut.
Cintanya tidak berada di alam khayal, tapi mejelma menjadi kenyataan.

Benih-benih cinta itu bagai anak panah melesat dari busurnya, pada
pertemuan yang tersamar, pertemuan yang berlangsung sangat sekejab,
pertemuan yang selalu terhalang oleh hijab. Demikian pula si gadis
merasakan hal serupa sejak melihat pemuda itu pada kali yang pertama.

Begitulah cinta, ketika ia bersemi dalam hati… terkembang dalam kata…
terurai dalam perbuatan…Ketika hanya berhenti dalam hati, itu cinta yang
lemah dan tidak berdaya. Ketika hanya berhenti dalam kata, itu cinta
yang disertai dengan kepalsuan dan tidak nyata…

Ketika cinta sudah terurai jadi perbuatan, cinta itu sempurna seperti
pohon; akarnya terhujam dalam hati, batangnya tertegak dalam kata,
buahnya menjumbai dalam perbuatan. Persis seperti iman, terpatri dalam
hati, terucap dalam lisan, dan dibuktikan oleh amal.

Semakin dalam makna cinta direnungi, semakin besar fakta ini ditemukan.
Cinta hanya kuat ketika ia datang dari pribadi yang kuat, bahwa
integritas cinta hanya mungkin lahir dari pribadi yang juga punya
integritas. Karena cinta adalah keinginan baik kepada orang yang kita
cintai yang harus menampak setiap saat sepanjang kebersamaan.

Begitupun dengan si pemuda, dia berpikir cintanya harus terselamatkan!
Agar tidak jadi liar, agar selalu ada dalam keabadian. Ada dalam bingkai
syari'atnya. Akhirnya diapun mengutus seseorang untuk meminang gadis
pujaannya itu. Akan tetapi keinginan tidak selalu seiring sejalan dengan
takdir Allah. Ternyata gadis tersebut telah dipertunangkan dengan
putera bapak saudaranya.

Mendengar keterangan ayah si gadis itu, pupus sudah harapan si pemuda
untuk menyemai cintanya dalam keutuhan syari'at. Gadis yang telah
dipinang tidak boleh dipinang lagi. Tidak ada jalan lain. Tidak ada
jalan belakang, samping kiri, atau samping kanan. Mereka sadar betul
bahwa jalinan asmaranya harus diakhiri, karena kalau tidak, justeru akan
merusak 'anugerah' Allah yang terindah ini.

Bayangkan, bila dua kekasih bertemu dan masing-masing silau serta mabuk
oleh cahaya yang terpancar dari orang yang dikasihi, ia akan melupakan
harga dirinya, ia akan melepas baju kemanusiaannya dengan menabrak tabu.
Dan, sekali bunga dipetik, ia akan layu dan akhirnya mati, dipijak
orang karena sudah tak berguna. Jalan belakang 'back street' tak ubahnya
seperti anak kecil yang merusak mainannya sendiri. Penyesalan pasti
akan datang belakangan, menangispun tak berguna, menyesal tak mengubah
keadaan, badan hancur jiwa binasa.

Cinta si gadis cantik dengan pemuda tampan masih menggelora. Mereka
seakan menahan beban cinta yang sangat berat. Si gadis berpikir
barangkali masih ada celah untuk bisa 'diikhtiarkan' maka rencanapun
disusun dengan segala kemungkinan terpahit. Maka si gadis mengutus
seorang hambanya untuk menyampaikan sepucuk surat kepada pemuda tambatan
hatinya:

"Aku tahu betapa engkau sangat mencintaiku dan karenanya betapa besar
penderitaanku terhadap dirimu sekalipun cintaku tetap untukmu.
Seandainya engkau berkenan, aku akan datang berkunjung ke rumahmu atau
aku akan memberikan kemudahan kepadamu bila engkau mau datang ke
rumahku."

Setelah membaca isi surat itu dengan seksama, si pemuda tampan itu pun
berpesan kepada kurir pembawa surat wanita pujaan hatinya itu.

"Kedua tawaran itu tidak ada satu pun yang kupilih! Sesungguhnya aku
takut akan siksaan hari yang besar bila aku sampai durhaka kepada
Tuhanku. Aku juga takut akan neraka yang api dan jilatannya tidak pernah
surut dan padam."

Pulanglah kurir kekasihnya itu dan dia pun menyampaikan segala yang disampaikan oleh pemuda tadi.

Tawaran ketemuan? Dua orang kekasih? Sungguh sebuah tawaran yang
memancarkan harapan, membersitkan kenangan, menerbitkan keberanian.
Namun bila cinta dirampas oleh gelora nafsu rendah, keindahannya akan
lenyap seketika. Dan berubah menjadi naga yang memuntahkan api dan
menghancurkan harga diri kita. Sungguh heran bila saat ini orang suka
menjadi korban dari amukan api yang meluluhlantakkan harga dirinya, dari
pada merasakan keindahan cintanya.

"Sungguh selama ini aku belum pernah menemukan seorang yang zuhud dan
selalu takut kepada Allah swt seperti dia. Demi Allah, tidak seorang pun
yang layak menyandang gelar yang mulia kecuali dia, sementara hampir
kebanyakan orang berada dalam kemunafikan." Si gadis berbangga dengan
kesalehan kekasihnya.

Setelah berkata demikian, gadis itu merasa tidak perlu lagi kehadiran
orang lain dalam hidupnya. Pada diri pemuda itu telah ditemukan seluruh
keutuhan cintanya. Maka jalan terbaik setelah ini adalah mengekalkan
diri kepada 'Sang Pemilik Cinta'. Lalu diapun meninggalkan segala urusan
duniawinya serta membuang jauh-jauh segala sesuatu yang berkaitan
dengan dunia. Memakai pakaian dari tenunan kasar dan sejak itu dia tekun
beribadat, sementara hatinya merana, badannya juga kurus oleh beban
cintanya yang besar kepada pemuda yang dicintainya.

Bila kerinduan kepada kekasih telah membuncah, dan dada tak sanggup lagi
menahahan kehausan untuk bersua, maka saat malam tiba, saat manusia
terlelap, saat bumi menjadi lengang, diapun berwudlu. Shalatlah dia
dikegelapan gulita, lalu menengadahkan tangan, memohon bantuan Sang Maha
Pencipta agar melalui kekuasaa-Nya yang tak terbatas dan dapat
menjangkau ke semua wilayah yang tak dapat tersentuh manusia.,
menyampaikan segala perasaan hatinya pada kekasih hatinya. Dia berdoa
karena rindu yang sudah tak tertanggungkan, dia menangis seolah-olah
saat itu dia sedang berbicara dengan kekasihnya. Dan saat tertidur
kekasihnya hadir dalam mimpinya, berbicara dan menjawab segala
keluh-kesah hatinya.

Dan kerinduannya yang mendalam itu menyelimuti sepanjang hidupnya hingga
akhirnya Allah memanggil ke haribaanNya. Gadis itu wafat dengan membawa
serta cintanya yang suci. Yang selalu dijaganya dari belitan nafsu
syaithoni. Jasad si gadis boleh terbujur dalam kubur, tapi cinta si
pemuda masih tetap hidup subur. Namanya masih disebut dalam doa-doanya
yang panjang. Bahkan makamnya tak pernah sepi diziarahi.

Cinta memang indah, bagai pelangi yang menyihir kesadaran manusia.
Demikian pula, cinta juga sangat perkasa. Ia akan menjadi benteng, yang
menghalau segala dorongan yang hendak merusak keindahan cinta yang
bersemayam dalam jiwa. Ia akan menjadi penghubung antara dua anak
manusia yang terpisah oleh jarak bahkan oleh dua dimensi yang berbeda.

Pada suatu malam, saat kaki tak lagi dapat menyanggah tubuhnya, saat
kedua mata tak kuasa lagi menahan kantuknya, saat salam mengakhiri
qiyamullailnya, saat itulah dia tertidur. Sang pemuda bermimpi
seakan-akan melihat kekasihnya dalam keadaan yang sangat menyenangkan.

"Bagaimana keadaanmu dan apa yang kau dapatkan setelah berpisah denganku?" Tanya Pemuda itu di alam mimpinya.

Gadis kekasihnya itu menjawab dengan menyenandungkan untaian syair:

Kasih…

cinta yang terindah adalah mencintaimu,

sebuah cinta yang membawa kepada kebajikan.

Cinta yang indah hingga angin syurga berasa malu

burung syurga menjauh dan malaikat menutup pintu.

Mendengar penuturan kekasihnya itu, pemuda tersebut lalu bertanya kepadanya, "Di mana engkau berada?"

Kekasihnya menjawab dengan melantunkan syair:

Aku berada dalam kenikmatan

dalam kehidupan yang tiada mungkin berakhir

berada dalam syurga abadi yang dijaga

oleh para malaikat yang tidak mungkin binasa

yang akan menunggu kedatanganmu,

wahai kekasih…

"Di sana aku bermohon agar engkau selalu mengingatku dan sebaliknya aku
pun tidak dapat melupakanmu!" Pemuda itu mencoba merespon syair
kekasihnya

"Dan demi Allah, aku juga tidak akan melupakan dirimu. Sungguh, aku
telah memohon untukmu kepada Tuhanku juga Tuhanmu dengan kesungguhan
hati, hingga Allah berkenan memberikan pertolongan kepadaku!" jawab si
gadis kekasihnya itu.

"Bilakah aku dapat melihatmu kembali?" Tanya si pemuda menegaskan

"Tak lama lagi engkau akan datang menyusulku kemari," Jawab kekasihnya.

Tujuh hari sejak pemuda itu bermimpi bertemu dengan kekasihnya, akhirnya
Allah mewafatkan dirinya. Allah mempertemukan cinta keduanya di alam
baqa, walau tak sempat menghadirkan romantismenya di dunia. Allah
mencurahkan kasih sayang-Nya kepada mereka berdua menjadi pengantin
syurga.

Subhanallaah! Cinta memiliki kekuatan yang luar biasa. Pantaslah kalau
cinta membutuhkan aturan. Tidak lain dan tidak bukan, agar cinta itu
tidak berubah menjadi cinta yang membabi buta yang dapat menjerumuskan
manusia pada kehidupan hewani dan penuh kenistaan. Bila cinta dijaga
kesuciannya, manusia akan selamat. Para pasangan yang saling mencintai
tidak hanya akan dapat bertemu dengan kekasih yang dapat memupus
kerinduan, tapi juga mendapatkan ketenangan, kasih sayang, cinta, dan
keridhaan dari dzat yang menciptakan cinta yaitu Allah SWT. Di negeri
yang fana ini atau di negeri yang abadi nanti.

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antara kamu rasa kasih sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berpikir." (QS. Ar-Ruum : 21)

===================

**SURYATI**
Gd. Pascasarjana FEUI
Pascasarjana Ilmu Ekonomi Lt. 2
Kampus UI
Depok

Telp : 78849152-53
Fax : 78849154
Email : y4t12002@yahoo.com, suryati06@ui.ac.id

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: