Senin, 16 Mei 2011

[daarut-tauhiid] Karena Prasangka Menjadi Nyata

*Karena Prasangka Menjadi Nyata*

Oleh Abu Umar Abdillah

Ibnu Hibban meriwayatkan, bahwa Nabi Ayyub *alaihis salam* terjangkit
penyakit selama delapan belas tahun. Hingga orang-orang dekat maupun yang
jauh mengasingkan beliau. Kecuali dua orang dari saudaranya. Di mana
keduanya setiap pagi dan sore menjenguk beliau. Suatu hari, salah seorang
dari keduanya berkata kepada yang lain, "kamu tahu, demi Allah Ayyub telah
melakukan suatu dosa yang tidak pernah dilakukan oleh seorang pun di alam
ini." Temannya berkata, "Apa itu?" Dia menjawab, "Sejak delapan belas tahun
Allah tidak mengasihi dia." (Silsilah ash-shahihah, al-Albani menyatakan
'shahih')

Perbincangan itu sampai ke telinga Ayyub *alaihis salam*. Namun, semua itu
tidak menyurutkan harapannya kepada Allah. Beliau ridha atas ketetapan
Allah, dengan tetap optimis, bahwa Allah akan mengasihi dan menolongnya.
Subhanallah, selama delapan belas tahun, beliau menjaga prasangka baiknya
kepada Allah, dan tak pernah turun kadarnya dengan interval waktu yang
begitu lama. Hal yang barangkali seandainya terjadi di antara kita
(nas'alullahal 'aafiyah), harapan segera pupus setelah beberapa lama
berusaha dan berdoa. Atau minimal terjadi pergulatan hebat antara keyakinan,
keraguan dan bahkan ketidakpercayaan. Namun, tidak demikian dengan Nabi
Ayyub AS. Hingga suatu hari, Allah mewahyukan kepada beliau,

"(Allah berfirman): "Hantamkanlah kakimu; Inilah air yang sejuk untuk mandi
dan untuk minum".

(QS. Shaad 42)

Begitulah, kemudian beliau sembuh total, seperti tidak pernah sakit
sebelumnya, dan bahkan keadaannya lebih baik dari sedia kala.

*Prasangka Menjadi Nyata*

Apa yang dialami Nabi Ayyub alaihis salam itu menguatkan kebenaran hadits
qudsy, di mana Nabi saw bersabda bahwa Allah Ta'ala berfirman,

ÃóäóÇ ÚöäúÏó Ùóäøö ÚóÈúÏöì Èöì

"Aku tergantung persangkaan hamba-Ku kepada-Ku." (HR Bukhari)

Selagi seseorang berharap sembuh kepada Allah, dan terus terjaga prasangka
baiknya kepada Allah, niscaya Allah akan menyembuhkannya. Begitu pula
sebaliknya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, di mana
ketika Nabi menengok seorang badui yang sedang sakit, beliau mengatakan,

"*la ba'sa, thahuurun insya Allah*!", tidak apa-apa, menjadi pembersih
(dosa) insyaaAllah.

Tapi, si badui itu malah menyanggah dengan kata-kata, "(Penyakit ini
menjadi) pembersih katamu? Bukan, ini adalah demam tinggi yang menyerang si
tua renta dan akan mengantarkannya ke dalam kubur!"

Nabi saw menjawab, "na'am idzan", ya, baiklah kalau begitu.

Maka sakit itupun menyebabkan si badui itu wafat. Begitulah, buruk sangka
menghasilkan hasil yang buruk, sebagaimana berbaik sangka kepada Allah
membuahkan hasil yang diinginkan.

Betapa sering manusia menghadapi masa-masa menentukan seperti itu; antara
sembuh dan tidak sembuh, antara selamat atau tidak selamat, antara optimis
dan pesimis, antara berharap dan putus asa. Dan kesudahan yang akan terjadi,
sangat bergantung dengan persangkaan dalam hatinya.

Dalam hal perolehan manfaat juga seperti itu. Manusia sering diuji
persangkaannya kepada Allah, antara berhasil atau gagal, pesimis ataukah
pesimis. Kemana arah persangkaannya, di situlah hasil yang akan dipetiknya.

Begitu pentingnya husnuzhan kepada Allah, hingga Ibnu Abid Dunya dalam
kitabnya "Husnuzhan Billah", menyebutkan 151 dalil baik berupa ayat maupun
hadits, yang kesemuanya menghasung kita untuk optimis dalam berpengharapan,
meninggalkan pesimistis dan putus asa, dan senantiasa konsisten dengan
prasangka yang baik.

*Karena Prasangka adalah Doa*

* *

Prasangka kepada Allah, tidak sama dengan prasangka kepada selain-Nya.
Karena semua makhluk terbatas kemampuannya, sedangkan Allah, kuasa berbuat
apa saja yang dikehendaki-Nya. Berbaik sangka kepada Allah tidak saja
menimbulkan semangat berusaha lantaran luasnya harapan dan kesempatan. Namun
hakikatnya, prasangka itu adalah permohonan dan doa. Ibnul Qayyim
al-Jauziyah menjelaskan efek prasangka dalam usaha dan pengharapan, "Setiap
kali seorang hamba berbaik sangka kepada Allah, maka harapanpun yang muncul
adalah yang baik-baik, tawakalnya kepada Allah menjadi kokoh. Maka Allah
tidak akan menyia-nyiakan keinginannya sedikitpun. Allah tidak akan
menelantarkan orang yang berusaha dengan dilandasi optimis dan prasangka
yang baik (kepada-Nya). Maka tidak ada yang lebih melapangkan dada setelah
iman kepada Allah, selain percaya penuh kepada Allah, berharap kepada-Nya,
dan selalu berbaik sangka kepada Allah."

Bahkan Abdullah bin Mas'ud *radhiyallahu 'anhu* atas dasar hadits qudsy di
atas berkata, "Demi Allah yang tiada ilah yang haq kecuali Dia, tiada
seorangpun berbaik sangka kepada Allah, melainkan Allah akan memberikan
sesuai yang disangkanya, karena kebaikan ada di tangan-Nya." (Atz-Tadzkirah,
imam al-Qurthubi)

Maka selayaknya seorang muslim tidak pernah melepaskan husnuzhannya kepada
Allah dalam meraih segala kemaslahatan, baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam hal perolehan rejeki misalnya. Tak selayaknya seorang muslim khawatir
dan takut jatuh dalam kemiskinan. Seakan rejekinya bergantung kepada
manusia, musim, atau lingkungan di mana ia tinggal di dalamnya. Buruknya
persangkaan ini justru menjadi penyebab sejati, seseorang akhirnya menjadi
miskin papa. Karena tatkala ia merasa peluang ma'isyah sempit, menjadi
sempitlah harapannya. Kemudian akan menjalar pada lemahnya usaha dia untuk
mencari karunia dari Allah. Andai saja dia berbaik sangka, bahwa Allah kuasa
membagikan rejeki kepada siapapun, kapapun dan seberapapun, niscaya keadaan
akan berubah. Tak ada satu kekuatanpun yang mampu menahan tatkala Allah
menghendaki untuk menganugerahkan rejeki kepada kita. Begitupun sebaliknya,
tak ada satupun orang hebat, orang kaya, orang yang memiliki lapangan
pekerjaan, tidak pula kondusifnya ekonomi sekitar bisa mendatangkan rejeki
kepada kita, jika Allah menahannya. Allah berfirman,

"Atau siapakah dia yang memberi kamu rizki jika Allah menahan rizki-Nya?

(QS.al-Mulk :21)

Begitupun ketika seseorang berada dalam ancaman, ketakutan dan kekhawatiran
atas bahaya yang mengancam. Apa yang menjadi kenyataan pada akhirnya,
tergantung persangkaan di awalnya. Orang-orang yang merasa berputus asa
untuk berusaha, pun telah pupus harapannya kepada Allah, hanyalah orang yang
lemah imannya terhadap kekuasaan-Nya. Merekapun jutsru mendatangi dukun,
mengalungkan jimat dan menempuh hal-hal yang jauh dari nalar, jauh dari
iman. Allah mencela orang-orang musyrik yang meragukan kekuatan dan
kekuasaan Allah, lalu berpaling kepada sesembahan selain Allah,

"Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya pada
hal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung
dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang
mereka persekutukan.

(QS az –Zumar 67)

Simaklah bapaknya kau *muwahhidin*, *Khalilullah* Ibrahim *alaihis salam*.
Betapa kuat persangkaan baiknya kepada Allah. Bahwa tiada suatu kekuatanpun
yang kuasa menahan kehendak-Nya, betapa pula tipu daya manusia itu lemah dan
remeh di hadapan kekuasan-Nya. Tatkala Ibrahim *alaihis salam* dilemparkan
ke dalam api yang menyala-nyala, beliau yakin, Allah akan menyelamatkannya
dengan cara yang dikehendaki-Nya. Diapun menyerahkan keselamatannya kepada
Allah dengan berucap, "hasbunallah wa ni'mal wakil", cukuplah Allah sebagai
penolong, dan Dia adalah sebaik-baik Pelindung. Apa yang terjadi setelahnya?
Allah membalas lunas persangkaan baik Ibrahim alaihis salam kepada
Penciptanya,

"Kami berfirman:"Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi
Ibrahim", mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan
itu mereka orang-orang yang paling merugi." (QS al-Anbiya' 69-70)

*Baik Sangka Hingga Ajal di depan Mata*

*Husnuzhan* kepada Allah, senantiasa berkhasiat sepanjang hayat. Bahkan, di
detik-detik akhir kehidupan manusia, husnuzhan lebih dibutuhkan lagi. Karena
kegentingan yang dihadapi tak tertandingi. Itulah saat yang paling
menakutkan, mengkhawatirkan, sekaligus menentukan apa yang akan terjadi
sesudahnya. Maka Nabi saw memperingatkan dengan serius, untuk menjaga
husnuzhan sampai titik penghabisan. Beliau bersabda,

áÇó íóãõæÊóäøó ÃóÍóÏõßõãú ÅöáÇøó æóåõæó íõÍúÓöäõ ÈöÇááøóåö ÇáÙøóäøó

"Janganlah salah seorang di antara kamu mati, kecuali dalam keadaan
berprasangka baik kepada Allah." (HR Muslim)

Anas bin Malik juga menceritakan, bahwa Nabi saw menjenguk seorang pemuda
yang sedang menghadapi sakaratul maut, lalu belia bertanya, "Bagaimana
keadaan dirimu?" Orang itu berkata, "Demi Allah wahai Rasulullah,
sesungguhnya saya berharap (baik) kepada Allah, dan saya takut akan
dosa-dosaku." Kemudian Rasulullah saw bersabda,

"Tidaklah berkumpul dua hal itu terkumpul dalam hati seorang hamba di saat
seperti ini, kecuali Allah memberikan karunia sebagaimana yang diharapkannya
dan akan menyelamatkannya dari apa yang dia takuti." (HR Tirmidzi, Syaikh
al-Albani mengatakan, "hasan")

Begitulah dahsyatnya prasangka kepada Allah, maka silakan berprasangka
kepada Allah, sesuai dengan apa yang Anda suka. *Wallahu a'lam*. (Abu Umar
Abdillah)

http://www.arrisalah.net/kolom/2011/05/karena-prasangka-menjadi-nyata.html


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: