Senin, 16 Mei 2011

[daarut-tauhiid] Siksa yang Tak Terduga

*Siksa yang Tak Terduga*

Oleh Abu Umar Abdillah

æóÈóÏóÇ áóåõã ãøöäó Çááøóåö ãóÇ áóãú íóßõæäõæÇ íóÍúÊóÓöÈõæäó

"Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka
perkirakan." (QS. az-Zumar: 47)

Suatu malam, Muhammad bin al-Munkadir khusyuk dengan shalatnya. Beliau
banyak menangis hingga keluarga mengkhawatirkan keadaannya. Di sela-sela
shalat, keluarga bertanya penyebab tangisannya. Namun tak ada jawaban,
selain bertambah histeris tangisannya. Keluarga pun berinisiatif mengundang
Abu Hazim RHM, seorang ulama sekaligus teman dekat Muhammad al-Munkadir.
Dengan harapan beliau bisa menenangkan dan menghentikan tangis Muhammad
al-Munkadir.

Setelah bertemu, Abu Hazim bertanya, "Apa sebenarnya yang membuatmu
menangis, hingga keluargamu mengkhawatirkan dirimu?" Muhammad menjawab, "Aku
membaca al-Qur'an, lalu sampai pada suatu ayat."

Ayat manakah itu? Tanya Abu Hazim penasaran. Lalu Muhammad bin al-Munkadir
membacakan ayat yang dimaksud,

"Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka
perkirakan." (QS. Az-Zumar:47)

Mendengar ayat dibacakan, kontan saja Abu Hazim turut menangis, hingga
keduanya menangis bersama-sama. Keluarga Muhammad pun menggerutu, "Anda kami
undang untuk menghentikan tangisnya, tapi justru Anda makin membuatnya
menangis."

Pernah pula seseorang memuji Sulaiman at-Taimy akan keshalihannya,
"Anda…siapa lagi yang bisa seperti Anda?" Beliau menyergah, "Janganlah Anda
berkata seperti itu, karena saya tidak tahu, apa yang akan ditampakkan Allah
kepadaku, karena Allah *Azza wa Jalla* berfirman, " "Dan jelaslah bagi
mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan." (QS.
Az-Zumar:47)

Ayat ini begitu membekas di hati orang-orang shalih, membuat takut
orang-orang yang hatinya lembut. Betapa tidak, mereka khawatir jika nantinya
dihadapkan siksa yang tak terduga. Sungguh, kelak akan banyak orang-orang
yang tercengang, kaget dan ketakutan. Banyak ahli tafsir menjelaskan,
mengapa mereka terkejut dengan siksa yang tidak pernah mereka perkirakan.

*Dikira Amal Baik, Ternyata Buruk*

Sebagian ahli tafsir mengatakan, bahwa orang yang zhalim tidak menyangka
bertemu dengan adzab lantaran, "Mereka mengerjakan amalan yang mereka anggap
kebaikan, namun di akhirat ternyata dihitung sebagai keburukan." Inilah
pendapat Mujahid bin Jabr dan Fudhail bin Iyadh. Kesalahan anggapan itu bisa
dikarenakan cara yang ditempuhnya salah, bisa juga karena salah niat. Salah
cara, karena dia mengasumsikan kebaikan dan berbuat baik menurut versinya,
atau ikut-ikutan kebanyakan orang, bukan mengikuti syariat yang digariskan.
Atau dia menyangka telah menjalankan sunnah, padahal yang dilakukan adalah
bid'ah.

Adapun salah niat, bisa jadi amalnya sesuai syariat, tapi dia bermaksud
riya' dalam ibadahnya. Ketika membaca ayat tersebut, sebagian ulama berkata,
"Celakalah orang yang berbuat riya' (pamer)."

Allah berfirman,

"Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia
ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya." (QS.
al-Kahfi: 103-104)

*Dianggap Ringan Ternyata Berat*

Sebab lain yang membuat manusia terkejut dengan siksa yang dihadapinya
adalah, dia menganggap suatu dosa sebagai hal yang remeh, padahal di sisi
Allah dihitung sebagai sesuatu yang besar. Allah berfirman,

"dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja.Padahal dia pada sisi Allah
adalah besar." (QS. an-Nur:15)

Selayaknya kita takut termasuk dalam kriteria ini. Berapa banyak dosa yang
kita anggap sepele, lalu dengan ringan kita menjamahnya. Anas bin Malik
berkata, "Sesungguhnya kalian melakukan suatu perbuatan yang dalam anggapan
kalian lebih ringan dari biji gandum, padahal di zaman Nabi SAW kami
menganggapnya sebagai dosa yang membinasakan." Ini beliau katakan kepada
generasi tabi'in, dan masih hidup pula beberapa sahabat Nabi SAW, lantas
bagaimana penilaian beliau sekiranya melihat realita di zaman ini?

Begitu biasa pemandangan haram disaksikan di televisi, dan hampir semua
keluarga menikmati. Di sana penuh dengan tayangan mengumbar aurat,
mempromosikan zina, menyebarkan gosip serta melestarikan khurafat dan
kesyirikan. Seakan dianggap hiburan yang aman-aman saja. Belum lagi perilaku
buruk dalam muamalah; curang dalam berjual beli, menipu timbangan, korupsi,
bicara dusta dan pergaulan bebas dengan lawan jenis. "Dan kamu menganggapnya
suatu yang ringan saja. Padahal di sisi Allah adalah besar."

Memang, sebagian pelaku itu juga memiliki amal ketaatan, tapi ketika
menghadapi sesuatu yang diharamkan oleh Allah, tanpa beban mereka
menjamahnya. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya ada di antara umatku
yang datang dengan membawa pahala sebesar gunung Tihamah yang putih, lalu
Allah jadikan laksana debu yang berterbangan." *Subhanallah*, bagaimana amal
kebaikan sebesar gunung menjadi debu yang berterbangan? Nabi menyebutkan,

ÃóãóÇ Åöäøóåõãú ÅöÎúæóÇäõßõãú æóãöäú ÌöáúÏóÊößõãú æóíóÃúÎõÐõæäó ãöäó
Çááøóíúáö ßóãóÇ ÊóÃúÎõÐõæäó æóáóßöäøóåõãú ÃóÞúæóÇãñ ÅöÐóÇ ÎóáóæúÇ
ÈöãóÍóÇÑöãö Çááøóåö ÇäúÊóåóßõæåóÇ

"Mereka adalah saudara kalian, yang berkulit seperti kulit kalian, mereka
bahkan juga shalat malam sebagaimana kalian, tapi mereka adalah suatu kaum
yang jika menghadapi apa yang diharamkan Allah, mereka menjamahnya." (HR.
Ibnu Majah, al-Albani menshahihkannya)

*Mengira Kebaikan Lebih Banyak*

Sebagian lagi nekad berbuat maksiat lantaran merasa masih banyak memiliki
tabungan pahala. Mereka sangka kebaikan yang dikumpulkannya bisa menutupi
kezhaliman yang diperbuatnya. Tapi pada hari Kiamat mereka melihat kenyataan
yang sebaliknya. Raslullah SAW bersabda, "Tahukah kalian, siapakah orang
yang bangkrut itu?" Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku
adalah orang yang datang pada hari Kiamat dengan pahala shalat, shaum maupun
zakat. Namun dia juga mencela si fulan, menuduh si fulan, memakan harta si
fulan, menumpahkan darah si fulan, memukul si fulan, lalu kebaikannya
diambil untuk membayar ini dan itu. Hingga tatkala kebaikannya habis sebelum
kezhalimannya lunas terbayar, maka dosa-dosa orang yang dizhalimi ditimpakan
atasnya, dan iapun dilempar ke neraka."

Jika demikian, alangkah pantasnya jika Muhammad bin Munkadir menangis
membaca ayat ini. Begitupun dengan Abu Hazim, Sulaiman at-taimy dan juga
Ibnu al-Jauzy. Lantas bagaimana dengan kita? Adakah kita merasa aman dari
siksa yang tak disangka-sangka?

*Rabbana zhalamna anfusanaa wa inlam taghfirlanaa watarhamna, lanakuunanna
minal khaasiriin. *

(Abu Umar Abdillah)

http://www.arrisalah.net/analisa/tafsir-qolbi/2010/11/siksa-yang-tak-terduga.html


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: