Suaminya Masih di Dalam Rumah (4)
Menurut Sayyid Quthb, masyarakat Amerika pada umumnya telah bekerja bagai
sebuah mesin otomatis. Mereka memiliki tuhan bernama pabrik, industri,
materi, dan teknologi. Efek dari ini semua bahwa Amerika telah mengalami
keruntuhan psikologis dalam taraf yang akut. Masyarakat Amerika sangat asyik
bekerja sampai-sampai mereka lupa bahwa mereka adalah manusia. Sayyid Quthb
menulis,
*"**Saya khawatir bahwa di Amerika tidak ada keseimbangan antara kebesaran
dan peradaban materi dengan kebesaran manusia yang menciptakan perabadan
tersebut. Saya khawatir bahwa roda kehidupan akan terus berjalan dan
lembaran zaman telah terlipat, sedangkan Amerika belum menambahkan apa-apa
atau menambahkan tetapi hanya sedikit sekali dari nilai nilai kemanusiaan
itu, nilai-nilai yang membedakan antara manusia dengan benda, membedakan
antara manusia dengan binatang.*"
Padahal menurut Sayyid Quthb suatu peradaban manapun yang dilalui manusia
tidak terletak pada kecanggihan teknologi yang diciptakannya. Tidak pula
terletak pada kedahsyatan kekuatan yang dimilikinya atau hasil-hasil
produksinya, tetapi sebagian besar nilai suatu peradaban terletak pada besar
kecilnya manusia mengetahui kenyataan-kenyataan tentang alam semesta dan
gambaran-gambaran serta nilai kehidupan. Artinya Sayyid Quthb meletakkan
fondasi rabbani sebagai kebenaran hakiki dari kemajuan peradaban.
Oleh karena itu, hasil dari ideologi materialisme yang diterapkan dalam
standar kehidupan bangsa Amerika, akan sangat terlihat bagaimana ketika
masyarakat Amerika melihat apa yang kita sebut sebagai nilai-nilai ukhrawi.
Menurut Sayyid Quthb, ada fenomena menjijikkan di Amerika. Bagaimana
masyarakat Amerika melihat sebuah musibah dengan kacamata hedonisme.
Ada sebuah pengalaman menarik tentang hal ini yang diuraikan dengan sangat
baik oleh Sayyid Quthb. Kisah ini pernah ia tulis dalam Majalah* Ar Risalah,
*Mesirtertanggal 15 November 1951. Menurutnya, saat mendapati musibah,
masyarakat Amerika nyaris menghadapinya tanpa hati dan perasaan. Ini pernah
terjadi saat Sayyid Quthb berada di Rumah Sakit George Washington. Saat itu,
sore hari, tidak biasanya rumah sakit tampak demikian gaduh. Para pasien
yang biasa berjalan melangkah berlarian menuju tempat dimana telah banyak
manusia berkumpul. Mereka bertanya-tanya tentang kegaduhan yang tiba-tiba
merobek ketenangan suasana rumah sakit.
Tidak butuh waktu berapa lama, diketahui bahwa salah seorang pegawai rumah
sakit tertimpa musibah dimana secara tidak sengaja tubuhnya telah tertimpa
oleh kotak lift yang cukup berat. Melihat panorama itu, nukannya membantu
sang korban, salah seorang diantara mereka justru menceritakan kepada sang
korban sambil tertawa terbahak-bahak. Ya meski keadaan pegawai malang itu
dalam kondisi sekarat dengan lidah yang telah terjulur kaku.
*"**Saya menanti reaksi kemarahan atau kecaman dari orang-orang yang
mendengarnya. Tapi-tapi sia-sia, para pendengar yang semakin banyak malah
ikut tertawa dengan gaya peniruan yang keji itu,"* tutur Sayyid Quthb.
Kisah lain lagi didapat dari seorang teman Sayyid Quthb yang bercerita
kepadanya mengenai murahnya harga ukhrawi dalam benak bangsa Amerika. Kala
itu kawan Sayyid Quthb menghadiri acara kematian salah seorang warga
Amerika. Dengan lumuran balsam, sebuah jenazah dibaringkan di tengah rumah
semata-mata menunggu ucapan duka yang mengalir oleh para kerabat.
Uniknya, ketika acara itu berakhir, kawan Sayyid Quthb ini begitu terkejut
melihat orang-orang Amerika justru bercanda di sekitar jenazah. Sang Istri
dari mayit itupun tidak menampakkan gurat kesedihan sedikit pun. Ia malah
ikut tertawa membelah ketenangan mayat yang dingin di sekitar tubuh yang
telah terbungkus kafan. Mereka sama sekali tidak menyiratkan hati penuh duka
bagai diselimuti keibaan pasca ditinggal keluarga tercinta selama-lamanya.
Kisah lain juga didapat ketika salah seorang ustadz di Washington mendapat
undangan pesta bersama istrinya. Dalam penuturan Sayyid Quthb, sebelum
berangkat, istri sang ustadz mendadak sakit. Maka demi menemani ujian yang
diterima istrinya, beliau menelepon dan mengabarkan bahwa beliau tidak dapat
menghadiri karena alasan tersebut. Tetapi penyelenggara pesta mengatakan,
bahwa ia bisa hadir walau tanpa istri. Kata sang penyelenggara,
*"**Jangankan baru istri yang ditinggal sakit, sedang di pesta ini ada salah
seorang wanita yang baru saja ditinggal mati suaminya tapi tetap menghadiri
pesta yang tengah dirayakan.*"
Sang penyelenggara itu pun kemudian mengatakan kepada ustadz ini, "*Bukankah
satu keberuntungan jika Ustadz bisa menemuinya,*" tentu dengan bahasa
sedikit nakalanya. Lantas, betapa kagetnya sang ustadz, karena bagaimana
mungkin bahwa seorang istri sudah menghadiri sebuah pesta padahal jenazah
sang suami masih berbaring dirumah. Ini sama sekali tidak masuk akal, selain
naluri kemanusiaannya telah tergerus kepada hingar bingar dunia.Mengenai
kejadian ini Sayyid Quthb berkisah,
*"**Ingatanku kembali melayang pada suasana yang memberi pengaruh yang dalam
pada perasaanku…. Kami memelihara burung di rumah. Suatu hari kami
menyembelih salah satu di antaranya. Lantas betapa kami terkejut, ketika
melihat burung-burung lainnya berdiri dan berkeliling dengan tenang menatap
burung yang kami sembelih. Pemandangan tersebut adalah suatu kejutan yang
tidak diharapkan oleh seekor burung yang walau tidak memiliki derajat yang
tinggi, tetapi merupakan hantaman yang membuat kami tidak lagi menyembelih
seekor burung di hadapan kelompok burung yang lainnya.".* *Subhanallah*
Sayyid Quthb menjelaskan akar dari permalasahan ini bermula dari kekeliruan
bangsa Amerika dalam memandang masalah. Menurutnya, dalam menilai suatu
masalah, pendapat antara manusia yang satu berbeda dengan manusia lainnya.
Hal ini disebabkan karena perbedaan prinsip yang digunakan tiap-tiap orang
dalam menilai suatu persoalan, sebagai konsekuensi adanya perbedaan maka
berbeda pula hasil kesimpulannya.
Pada titik inilah Sayyid Quthb membongkar bahwa kesuksesan bukanlah
berdasarkan materi. Kesukesan bukanlah dapat diukur dari panjangnya
gedung-gedung tinggi. Karena materialisme adalah lubang yang digali
jahiliyyah untuk mengubur naluri rabbani seorang manusia. Ia adalah jebakan
teramat halus yang menjauhkan umat manusia dari fitrahnya. Sayyid Quthb
akhirnya menulis,
*"**Oleh karena itu, sudah seyogyanya umat Islam tidak memandang Amerika
segala-galanya. Bangsa Amerika adalah orang yang dungu dan lugu apabila kita
memandangnya dari lensa keimanan, ya meski jumlah mereka besar sekali di
berbagai Negara dan mereka memiliki kontrol terhadap pendidikan di
negeri-negeri muslim."* (pz/bersambung)
[Non-text portions of this message have been removed]
------------------------------------
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar