Kamis, 01 Maret 2012

[daarut-tauhiid] Rantai Berbagi

 

Rantai Berbagi
 
"Pak, kalau mau naik angkot ke Sukasari dimana ya?" tanya
Anwar kepada salah seorang petugas di terminal Baranangsiang, Bogor. Mungkin
karena sedang sibuk, ia tak menggubris pertanyaan sahabat saya itu. Tak berapa
lama, seorang lelaki penjual bacang, makanan sejenis lontong berbentuk
segitiga, menghampiri Anwar. Tangannya cacat, bagian lengannya pendek dan
mengecil dengan jari-jari yang mengeriting. Jalannya pun nampak kesulitan,
namun ia berusaha membantu, "mari pak, saya antar…" sambil mengajak Anwar untuk
melintasi jembatan penyeberangan menuju arah angkot yang dimaksud. Sebelumnya
Anwar sempat menolak dan cukup minta ditunjukkan saja arahnya, namun lelaki itu
tetap memaksa untuk mengantarnya.
 
Setelah bertemu saya, Anwar menceritakan pengalamannya
itu. "Sederhana ya, tapi lihat saja sepanjang perjalanan kita hari ini. Pagi
ini seseorang sudah berbagi kepada kita, maka kita pun harus membayarnya dengan
berbagi pula," kata saya sebelum berangkat ke Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Kang
Agus, sahabat saya yang seorang petani mangggis, mengundang sahabat-sahabatnya
dalam rangka sukuran satu tahun sekolah gratis yang didirikannya tak jauh dari
tempat tinggalnya.
 
Sesaat sebelum berangkat, isteri saya menunjukkan arah
jalan yang lebih mudah untuk ke Leuwiliang. "Lewat Parung Kuda saja…" ujarnya.
Saya pun mengerti jalan yang ditunjukkan, tidak terpikir sebelumnya akan lewat
jalan itu. Motor pun melaju, berdua kami berboncengan. Sesampainya di
perempatan Parung Kuda, pagi itu tak biasanya jalan penuh kendaraan yang tak
bergerak, klakson pun bersahutan. Ternyata ada sebuah mobil mogok persis di
perempatan jalan. Tak tunggu aba-aba, saya parkir motor sementara Anwar sudah
melompat ke arah mobil itu dan mendorongnya. Saya dan satu orang warga lainnya
ikut membantu. Sesaat kemudian, jalan pun kembali lancar.
 
"Terpikir nggak, isteri saya menunjukkan jalan ke arah
sini adalah bagian dari skenario Allah bahwa kita harus berbagi untuk membayar
kebaikan orang lain yang sebelumnya kita terima?" tanya saya ke Anwar. Yang
ditanyapun tersenyum. Terbayang oleh saya Sabtu sore ketika membawa serta
isteri dan anak-anak ke Bogor menumpang Kereta Api. Gerbong penuh sesak ketika
kami masuk, tapi beberapa orang langsung bangkit dari kursinya dan
memersilahkan isteri saya dan anak-anak untuk duduk. Sebagian orang menganggap
hal seperti ini sepele, karena sudah lumrah dan sangat biasa bila seseorang di
kendaraan umum memberikan tempat duduknya kepada orang yang lebih membutuhkan.
Tapi bagi saya, tak sesederhana itu. Ini jelas bagian dari rangkaian berbagi
yang hendak saya ceritakan selanjutnya.
 
Setelah aksi dorong mobil tadi, motor terus melaju sampai
kami tiba di Madrasah Mazroatusshibyan yang dikelola Kang Agus. Tak disangka, mereka
sudah menunggu kehadiran kami, karena ternyata saya didaulat untuk memberikan
motivasi kepada siswa-siswi sekolah itu. "Terserah kang Gaw lah, yang penting berikan
mereka semangat bahwa biarpun sekolah di gunung dan kampung terpencil, mereka
punya kesempatan yang sama untuk berhasil dan jadi orang sukses" harap Kang
Agus.
 
Usai acara, waktunya makan-makan di rumahnya. Karena acara
intinya adalah panen manggis, dua keranjang manggis pun dikeluarkan, pesta pun
dimulai. Dalam diskusi menarik yang juga dihadiri oleh anak-anak SMA Bogor yang
tergabung dalam komunitas Gebu Cinta, saya katakana satu hal, "Sadar nggak
berapa banyak mangggis yang kita makan? Berapa harganya seandainya Kang Agus
meminta bayaran? Tapi kita tahu Kang Agus tidak akan memintanya, karena ini
cara ia berbagi. Boleh jadi, kebaikan yang Kang Agus berikan hari ini, karena
pagi tadi, atau hari kemarin kita baru saja melakukan kebaikan untuk orang lain…"
saya melirik ke Anwar, yang dilirik tersenyum seraya membayangkan aksi dorong
mobil di perempatan jalan tadi.
 
"Ini lebih dari yang kita bayangkan," ujar Anwar sambil
menenteng dua plastik besar manggis untuk oleh-oleh keluarga di rumah.
 
Pesta usai, waktunya kembali meski hujan sama derasnya
dengan pacuan motor kami. Langit mulai gelap, perjalanan masih jauh sementara
tubuh mulai kedinginan karena kami tak membawa jas hujan. "Ngopi enak kayaknya
nih…" seru saya ke Anwar. Di daerah Sindang Barang, sebuah kedai kopi jadi
sasaran. Begitu buka helm, Anwar kaget melihat mata saya yang bengkak. Setengah
jam sebelumnya memang mata saya kemasukan binatang kecil, perih, gatal tapi
perjalanan terus dilanjutkan.
 
Setelah menyeduh kopi untuk kami berdua, penjual kopinya
membawa sebuah piring kecil berisi air bening hangat dan menyodorkan ke saya, "matanya
direndam kang…" Wah, Alhamdulillah setelah direndam beberapa kali gatal dan
perihnya hilang. Hangat tubuh, mata sembuh, perjalanan bisa dilanjut. Tapi… ban
motor bocor!
 
Alhamdulillah tak jauh dari kedai kopi, ada bengkel motor
yang masih buka. Bahkan 24 jam! Sambil istirahat menunggu ban ditambal, saya
bilang lagi ke Anwar, "Coba ingat-ingat perjalanan kita hari ini, ada rantai
berbagi yang tak putus. Mulai dari saya diberi tempat duduk di kereta, Pak
Anwar ditunjukkan jalan, kita dorong mobil, lalu Kang Agus sajikan makanan
penuh selera, oleh-oleh manggisnya, kita beli kopi untuk hangatkan tubuh
sekaligus memberi rezeki kepada penjual kopi, dia balas dengan menyembuhkan
mata saya, dan sekarang kita terbantu oleh penambal ban, rezeki pun mengalir
buatnya… indah bukan?"
 
Selesai ban ditambal, saya berikan lebih untuknya dari
yang semestinya saya bayar. Sejumlah harga yang tak ternilai untuk bisa
mensukuri indahnya pelajaran berbagi sepanjang hari ini. Entah apalagi yang
akan kita terima esok hari, sangat tergantung juga berapa banyak yang bisa kita
berikan kepada orang lain. Berbagi itu, indah ya. (Gaw)
 
Bayu Gawtama

LifeSharer
SOL - School of Life

085219068581 - 087878771961

twitter:
@bayugawtama

@schoolof_life

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: