Jumat, 15 Maret 2013

[daarut-tauhiid] Analisa video kekerasan aparat di Poso: 17 kali kemunculan sosok densus

 

Analisa video kekerasan aparat di Poso: 17 kali kemunculan sosok densus

Saif Al Battar Jum'at, 3 Jumadil Awwal 1434 H / 15 Maret 2013 13:50

Oleh:Harits Abu Ulya

Pemerhati Kontra-Terorisme & Direktur CIIA (The Community Of Ideological
Islamic Analyst)

(Arrahmah.com) – Boleh saja pihak Mabes Polri atau pihak lainnya membantah
tentang keterlibatan Densus 88 dalam aksi kekerasan di Poso, sebagaimana
yang terekam dalam sebuah video berdurasi 13.54′. Namun jika mau jujur dan
obyektif menganalisa isi video tersebut maka siapapun tidak akan bisa
mengelak kalau Densus 88 benar-benar terlibat bahkan pengendali dari
operasi saat itu (Sabtu, 22 Januari 2007 di Poso). Dari penelitian
dilapangan atas video tersebut ditemukan jawaban krusial; yakni kebenaran
isi video. Artinya isi video bukanlah hasil rekayasa, tapi sebuah peristiwa
real yang terjadi di Poso pada hari Sabtu tanggal 22 Januari 2007 sekitar
selepas dzuhur, di depan halaman rumah seorang warga.Kejadian di wilayah
Tanah Runtuh, tepatnya di kawasan Gunung Jati eks Lorong Pembantu Gubernur
Kelurahan Gebang Rejo Poso. Dan korban yang ada dalam video terkonfirmasi
mereka adalah; Wiwin alias Tomo alias Rahman Kalahe, Tugiran, Rasiman,
Ridlwan, dan Facrudin Alias Udin.

Kemudian bagaimana dengan keterlibatan Densus88 yang disangkal oleh
pihak-pihak tertentu?.Kalau kita teliti video yang berdurasi 13.54′ (tiga
belas menit lima puluh empat detik), maka kita akan temukan 17 kali lebih
kemunculan aparat yang di duga kuat adalah Densus88 berdasarkan indikasi
ciri khas seragam, perlengkapan dan tradisi operasi mereka dilapangan.
Berikut detik-detik kemunculan sosok-sosok Densus88 dari menit ke menit
seperti yang tampak dalam video:

01.57 :Terlihat laki-laki dengan celana jean/levis, rambut gondrong
dan menenteng senjata Steyr dan pistol Glock.
02.01 :Sosok Densus dengan seragam lengkap, posisi disebelah kiri.
03.11 :Tampak melintas dengan tampak bagian kaki bawah yang
menggunakan pelindung (decker) lutut yang biasa digunakan Densus88.
03.43 :Tampak 2 aparat Densus dan satu yang lain posisi dibelakang
(sebelah kanan tampak pada detik berikutnya).
03.53 :Terlihat kaki aparat yang menginjak-injak korban dengan
sepatu cats dan celana jean/levis.
04.03 :Terlihat kaki dengan celana tidak dimasukkan ke sepatu (dengan
sepatu cats).
04.49 :Melintas dan terlihat bagian bawah badan dengan celana
jean/levis, bersepatu cats dan senjata menggantung nempel dibagian paha
kanan.
05.07 :Seseorang dengan posisi duduk jongkok, membelakangi kamera
dengan mengenakan ransel khusus yang biasa di pakai Densus88, dan orang
tersebut berambut gondrong.
07.00 :Muncul dan tampak orang melintas dengan helm dan kacamata merk
Oakley, ini khas dikenakan oleh aparat Densus88.
07.03 :Tampak aparat Densus 88 dengan senjata Steyr plus alat
komunikasi yang nempel dibagian samping kepala.
07.34 : Terlihat aparat Densus88 dengan senjata Steyr dan Glock nya.
07.37 :Sosok salah satu anggota Densus 88 yang dikenal akrab dengan
panggilan "BOY".Dia berambut gonrong tampa helm.
08.32 :2 orang Densus88 menggelandang Wiwin paska Wiwin di tembak
tembus dada kearah punggung.
11.21 :Terlihat kaki lutut Densus dengan pelindung kaki (decker)
khasnya.
11.39 :Sososk Densus88 dengan senjata Steyr, Glock dan helm yang di
tenteng.
13.23 :Sosok Densus88 dengan posisi jongkok dan bercelana jean/levis
dan memegang senjata Steyr tanpa helm.
13.52 :Bisa dilihat dua sosok aparat dengan seragam yang berbeda dan
perlengkapan yang berbeda.Yang membedakan mana aparat Densus88 dan aparat
Brimob yang di perbantukan dalam operasi.

Dari indikator diatas, sulit rasanya berkelit jika dikatakan Densus88 tidak
terlibat. Jika tetap bertahan dengan ketidak jujuran dan keobyektifan dari
para "petinggi" maka akan muncul kecenderungan kedustaan berikutnya. Yakni
tidak menutup kemungkinan ada "kambing hitam" dalam kasus ini, hanya demi
terlindunginya eksistensi Densus88.

Posisi terpojok terkadang dengan mudahnya mengabaikan etika kejujuran dan
rasa tanggungjawab. Bahkan terkadang logika orang terpojok termanefestasi
dalam retorika-retorika split. Misalkan sebuah ucapan; "kalau Densus88
dibubarkan apakah ada yang berani jamin teroris tidak akan ada lagi di
Indonesia?", retorika seperti ini melahirkan logika terbalik di banyak
benak orang; "Apakah dengan kehadiran Densus88 terorisme makin reda?atau
kemudian hilang?" sama-sama terjebak dalam jawaban ambigu.

Dan retorika-retorika yang berkembang sebagai pembelaan telah mengkaburkan
esensi persoalan. Yaitu, ada perilaku aparat PENEGAK HUKUM yang mengabaikan
semua kaidah-kaidah hukum dalam penegakkan hukum.Sebuah potret penegakkan
hukum yang jauh dari keadaban dan perikemanusiaan. Sebuah pelanggaran
serius terhadap HAM bagi setiap warga negera di negeri tercinta ini.Perlu
kiranya kasus 2007 ini menjadi titik balik untuk menghentikan semua bentuk
kedzaliman yang berkedok atas nama hukum. Kalau perlu para Jendral yang
kendalikan operasi-operasi Densus88 yang berdarah-darah itu di seret ke
pengadilan dan dimintai pertanggungjawabannya. Bukan malah sebagian
mendapat promosi kenaikan bintang dan posisi jabatan yang lebih tinggi. Dan
yang lebih krusial lagi, perlunya REDEFINISI terhadap "TERORISME" di
Indonesia.[CIIA/15 Mar 2013]

(saifalbattar//arrahmah.com)
http://www.arrahmah.com/news/2013/03/15/analisa-video-kekerasan-aparat-di-poso-17-kali-kemunculan-sosok-densus.html

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: