Jumat, 08 Maret 2013

[daarut-tauhiid] Bahaya Merasa Aman dari Makar Allah

Bahaya Merasa Aman dari Makar Allah

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah yang kita senantiasa memuji-Nya,
memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Shalawat dan salam atas hamba
dan utusan-Nya, Nabi Muhammad –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan
papa sahabatnya.

Merasa aman dari makar Allah adalah salah satu perusak akidah dan
mengurangi kesempurnaan tauhid. Yakni merasa sok tahu tentang rahasia Allah
terhadap dirinya. Sehingga ia menjamin keselamatan dirinya di akhirat;
semua amalnya diterima, semua dosanya diampuni, dan mati di atas husnul
khatimah. Ini bisa terjadi disebabkan karena kejahilan atau tertipu oleh
amal-amal baik yang telah dikerjakannya.

Makar adalah rencana buruk tersembunyi yang ditimpakan kepada seseorang
yang menjadi objek tanpa sepengetahuannya. Maka makar Allah adalah rencana
buruk yang Allah jalankan terhadap manusia tanpa mereka sadari. Makar ini
sebagai realisasi terhadap kekuasaan-Nya di alam raya dan kesempurnaan
hikmah-Nya. Hakikatnya ini baik dan terpuji bagi Allah sebagai kesempurnaan
kekuasaan dan keadilan-Nya, walaupun buruk atas orang yang tertimpa.

Ibnul Qayyim dalam al-Fawaid (hal. 160) berkata: Adapun makar yang Allah
sifatkan pada diri-Nya adalah balasan dari-nya kepada orang-orang yang
berbuat jahat kepada para wali dan utusan-Nya, lalu Allah membalas makar
mereka yang buruk dengan Makar-Nya yang bagus. Sehingga makar mereka adalah
seburuk-buruknya makar, sedangkan makar dari Allah adalah sebagus-bagusnya
makar, karena ia bentuk keadilan dan balasan."

Beliau menambahkan, bahwa para wali Allah harus takut terhadap makar-Nya.
Mereka takut kalau Allah meninggalkan mereka karena sebab dosa dan
kesalahan yang diperbuat sehingga mereka akan binasa. Mereka takut terhadap
doa-dosa mereka dan berharap terhadap rahmat-Nya.

Syaikh Ibnu Bazz berkata, "Merasa aman dari makar Allah bentuknya seseorang
hatinya tenang-tenang saja dan tidak takut kepada hukuman Allah. Bahkan
saat ia bermaksiat dan berbuat buruk merasa aman dari hukuman Allah dengan
cuek dan tidak takut hukuman Allah, ini bisa terjadi disebabkan
kejahilannya atau tertipu karena merasa dirinya muwahhid (seorang ahli
tauhid) sementara maksiat tidak berpengaruh sedikitpun padanya; atau karena
sebab lain yang memperdayakannya (berbuat durhaka) terhadap Allah sehingga
gampang sekali berbuat maksiat dan merasa aman dari hukuman Allah, tidak
takut kepada hukuman terebut."

Jika dirinci ada empat macam bentuk merasa aman dari makar Allah ini: *
Pertama*, tenang-tenang saja dalam menjalani hidup dan tidak takut terhadap
hukuman Allah. Jika tidak mau shalat maka ringan ia tinggalkan, jika mau
maksiat gampang ia jalankan tanpa beban. Ini biasanya disebabkan kejahilan.

*Kedua*, tertipu; merasa dirinya orang yang akidahnya kuat, ibadahnya
benar, dan manhajnya lurus sehingga ia merasa semua ibadahnya diterima dan
dosa-dosanya terampuni sehingga saat ia bermaksiat tak terlalu mengganggu
keimanannya.

*Ketiga*, menggampangkan Allah *Subhanahu wa Ta'ala*; ia bermaksiat dengan
niatan untuk taubat sesudahnya. Sehingga ringan berbuat durhaka dan
menggampangkan taubatnya.

Ismail bin Rafi' berkata, "Termasuk merasa aman dari makar Allah adalah
seorang hamba mengerjakan dosa dengan berharap ampunan kepada Allah."
(Riwayat Ibnu Abi Hatim)

*Keempat*, istidraj; seseorang mendapat dunia yang melimpah dengan
bermaksiat kepada Allah dan jauh dari ajaran agama-Nya. Ia merasa sebagai
orang yang baik dan berada di atas kebenaran dengan banyaknya dunia
tersebut. Sehingga enggan menyambut seruan dakwah Islam dan menerapkan
syariatnya.

*Hukum Merasa Aman dari Makar Allah*

Merasa aman dari makar Allah termasuk dosa besar yang akan merusak
kesempurnaan tauhid. Terdapat ancaman cukup keras terhadap perbuatan ini,
karena dampaknya sangat hebat, yaitu seseorang akan terus menerus dalam
kesesatan dan maksiatnya. Atau terlalu berbangga dengan amalnya sehingga ia
lupa kepada Allah (kuasa-Nya) dan tidak bersandar kepada-Nya. Akibatnya, ia
yang sombong dan tidak sopan kepada Allah serta tidak merendahkan diri
kepada-Nya.

Allah Ta'ala berfirman,

ÃóÝóÃóãöäõæÇ ãóßúÑó Çááøóåö ÝóáÇ íóÃúãóäõ ãóßúÑó Çááøóåö ÅöáÇøó ÇáúÞóæúãõ
ÇáúÎóÇÓöÑõæäó

"*Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)?
Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.*"
(QS. Al-A'raf: 99)

Disebutkannya ayat ini sesudah ayat yang menerangkan kaum yang mendustakan
Allah menunjukkan bahwa yang mendorong mereka untuk melakukan itu adalah
merasa aman dari makar Allah *Subhanahu wa Ta'ala* dan tidak takut
kepada-Nya. "*Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari
kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang
tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan
siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika
mereka sedang bermain?Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang
tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali
orang-orang yang merugi.*" (QS. Al-A'raf: 97-99)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa'di dalam tafsirnya berkata, "Di dalam
ayat yang mulia ini terdapat takhwif (ancaman) yang sangat atas hamba bahwa
ia tak pantas untuk merasa aman dengan iman yang sekarang ada padanya.
Tetapi ia harus senantiasa takut dan khawatir kalau Allah mengujinya dengan
satu ujian yang merampas iman dari dirinya. Ia harus terus berdoa dengan
ucapan,

íóÇ ãõÞóáøöÈó ÇáúÞõáõæúÈö¡ ËóÈøöÊú ÞóáúÈöí Úóáóì Ïöíúäößó

"*Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas
agama-Mu.*" Juga beramal dan melakukan sebab yang menyelamatkannya dari
keburukan saat terjadi fitnah. Karena sesungguhnya seorang hamba –setinggi
apapun keadaannya- tidak yakin (memastikan) selamat."

Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas *Radhiyallahu 'Anhuma*, Rasulullah *Shallallahu
'Alaihi Wasallam* pernah ditanya tentang dosa-dosa besar, lalu beliau
menjawab,

ÇóáÔøöÑúßõ ÈöÇááåö¡ æóÇáúíóÃúÓõ ãöäú ÑóæúÍö Çááåö ¡ æóÇáúÃóãúäõ ãöäú ãóßúÑö
Çááåö

"*Menyekutukan Allah (Syirik), berputus asa dari rahmat Allah, dan merasa
aman dari makar (tipu daya) Allah.*" (HR. Ibnu Abi Hatim dalam Tafsirnya
dan al-Bazzar)

Di antara ulama yang menyebutkannya sebagai dosa besar adalah Imam
al-Dzahabi dalam kitabnya "Al-Kabair", pada urutas dosa besar yang ke 68,
begitu juga Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyaim serta ulama-ulama lainnya.

*Sifat Kaum Mukminin*

Orang-orang mukmin yang kenal Rabb-nya akan bersegera kepada ketaatan dan
kebaikan. Kemudian mereka barengi semua itu dengan rasa takut kepada Allah
dan rencana tersembunyi-Nya; kalau ternyata ada syarat amal yang masih
kurang sehingga tidak akan diterima oleh Allah. Allah *Subhanahu wa
Ta'ala*sebutkan tentang mereka,

æóÇáøóÐöíäó íõÄúÊõæäó ãóÇ ÂÊóæúÇ æóÞõáõæÈõåõãú æóÌöáóÉñ Ãóäøóåõãú Åöáóì
ÑóÈøöåöãú ÑóÇÌöÚõæäó ÃõæáóÆößó íõÓóÇÑöÚõæäó Ýöí ÇáúÎóíúÑóÇÊö æóåõãú áóåóÇ
ÓóÇÈöÞõæäó

"*Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan
hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan
kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat
kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.*"
(QS. Al-Mukminun: 60-61)

'Aisyah *Radliyallaahu 'Anha* berkata, "Aku telah bertanya kepada
Rasulullah *Shallallaahu 'Alaihi Wasallam* tentang ayat ini, apakah mereka
orang-orang yang minum khamer, pezina, dan pencuri? Beliau menjawab, "*Tidak,
wahai putri al-Shiddiq. Mereka adalah orang-orang yang berpuasa, menunaikan
shalat dan shadaqah namun mereka takut kalau amalnya tidak diterima.*" (HR.
al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad. Dishahihkan Syaikh al-Albani)

Al-Hasan al-Bashri berkata, "Orang beriman adalah orang mengerjakan
ketaatan dengan disertai rasa takut dan khawatir. Sedangkan orang fajir
(pendosa) adalah orang yang mengerjakan maksiat dengan disertai rasa aman
(dari siksa Allah)."

Dalam berkataan beliau yang lain, "orang beriman menggabungkan antara
berbuat baik dan takut; sedangkan orang kafir menggabungkan perbuatan buruk
dan merasa aman."

Ibnu Mas'ud berkata: Sesungguhnya orang mukmin melihat dosa-dosanya seperti
ia berada di bawah gunung yang takut akan tertimpa olehnya. Dan
sesungguhnya seorang fajir (pendosa) melihat dosa-dosanya seperti lalat
yang hinggap di hidungnya lalu ia lakukan seperti ini –mengibaskan
tangannya di hidungnya- lalu lalat itupun terbang." (HR. Al-Bukhari dan
al-Tirmidzi)

Al-Subki dalam Thabaqaat al-Syaafi'iyyah al-Kubra berkata: Para
Nabi*'Alaihimus Salam
* mengetahui bahwa mereka telah aman dari siksa Allah bersamaan dengan hal
itu mereka adalah orang-orang yang paling besar rasa takutnya; begitu juga
sepuluh orang yang dipersaksikan masuk surga. Umar *Radhiyallahu
'Anhu*berkata: kalau saja satu kakiku sudah berada di dalam surga
sedangkan kaki
yang lain masih berada di luarnya maka aku tidak merasa aman dari makar
Allah."

*Penutup*

Merasa aman dari makar Allah adalah salah satu sebab utama seseorang
menjadi manusia merugi. Ia ringan mengerjakan maksiat dan dosa tanpa merasa
akan ada perhitungan terhadap tindakannya itu. Sehingga ia santi saja dalam
meninggalkan perintah atau menerjang larangan tanpa pernah takut kepada
Allah dan siksa-Nya.

Merasa aman dari makar Allah juga bisa menimpa ahli ibadah dan orang
shalih. Ia yakin semua itu benar-benar diterima dan terlalu bersandar
kepada amalnya tersebut. Sehingga ia lalai untuk berdoa dan minta ampun.
Ini juga bisa menimbulkan sikap tidak sopan kepada Tuhan-nya, seolah-olah
ia telah menunaikan hak-hak Allah dengan sempurna dan layak menuntut pahala
dari Allah. Padahal, diterimanya amal hamba itu semata-mata karena
kemurahan Allah Ta'ala.

Hamba Allah yang baik adalah mereka yang benyak amal shalih dan
ketaatannya, namun ia iringi semua itu dengan perasaan takut dan rendah
diri di hadapan Allah. Karena ia tak pernah yakin pasti bahwa amalnya
diterima –bahkan memandang amalnya tak layak diterima-, dosa-dosanya belum
terampuni, dan tidak ada jaminan atasnya meninggal di atas iman. Wallahu
Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: