Rabu, 20 Maret 2013

[daarut-tauhiid] Tak Kenal Mesir & Palestina, Ahok Ngawur Sebut Vatikan yang Pertama Akui Kemerdekaan RI

Tak Kenal Mesir & Palestina, Ahok Ngawur Sebut Vatikan yang Pertama Akui
Kemerdekaan RI
------------------------------

Redaksi Salam-Online – Sabtu, 4 Jumadil Awwal 1434 H / 16 Maret 2013 18:46
[image: Kemerdekaan RI-atas dukungan Ikhwan, Mesir menjadi negara pertama
mengakui kemerdekaan RI-Hasan Al Banna & St
Syahrir-jpeg.image]<http://salam-online.com/site/wp-content/uploads/2013/03/Kemerdekaan-RI-atas-dukungan-Ikhwan-Mesir-menjadi-negara-pertama-mengakui-kemerdekaan-RI-Hasan-Al-Banna-St-Syahrir-jpeg.image_.jpg>

*Atas dukungan Ikhwanul Muslimin lewat pemimpinnya, Hasan Al Banna, Mesir
menjadi negara yang pertama mengakui kemerdekaan RI, namun setahun sebelum
kemerdekaan, Palestina memberikan dukungannya terlebih dulu. Tampak dalam
foto Sutan Syahrir & Hasan Al Banna, pendiri & pemimpin pertama Ikhwanul
Muslimin Mesir*

*JAKARTA (SALAM-ONLINE):* Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok) boleh dibilang melakukan blunder jika tak ingin dikatakan ngawur.

Entah buku sejarah Indonesia versi mana yang dibacanya. Pasalnya, usai
bertemu dengan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Antonio Guido Filipazzi,
Jumat (15/3/2013), Ahok mengatakan bahwa Vatikan adalah negara pertama yang
mengakui kemerdekaan Indonesia.

Ketika itu Ahok menjawab pertanyaan wartawan, apakah ada pembahasan kerja
sama dalam kunjungan Dubes Vatikan itu ke Balaikota?

"Tidak ada. Tadi dikasih kenang-kenangan medali Paus, tapi cetakan lama,
belum ada cetakan baru. Dikasih buku sejarah Paus keuskupan dari 1947. Kan
Vatikan itu negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia," jawab
Ahok.

Benarkah Vatikan adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Republik
Indonesia? Tentu saja untuk menjawabnya mudah sekali, cukup membuka
literatur sejarah.

Nah, berdasarkan penelusuran literatur sejarah, negara pertama yang
mengakui kemerdekaan Republik Indonesia adalah Mesir, bukan Vatikan.

Mesir secara *de facto *mengakui kemerdekaan RI pada 22 Maret 1946, disusul
oleh Liga Arab (Arab Saudi, Qatar, dan lain-lain) pada 18 November 1946.
Setelah itu diikuti Suriah pada 3 Juli 1947, Lebanon dan Irak pada 9 Juli
1947.

Pengakuan kemerdekaan RI secara *de facto* oleh Mesir pada 22 Maret 1946
itu dilakukan dengan mengakhiri kepengurusan WNI dari kedutaan Belanda di
Mesir.

Bahkan, pada tanggal 13 hingga 16 Maret 1947, Konsul Jenderal Mesir untuk
India (di Mumbay) yang bernama Muhammad Abdul Mun'im bersama Muriel Pearson
(nama samarannya adalah Ketut Tantri, seorang perempuan Amerika yang pro
kemerdekaan sejak masa revolusi), datang ke Yogyakarta (Ibukota RI saat
itu).

Pada 15 Maret 1947 bertepatan dengan HUT Mesir ke 23, keduanya menghadap
Presiden Soekarno untuk mewakili pemerintah Mesir sekaligus utusan Liga
Arab guna menjelaskan posisi dukungan mereka terhadap kedaulatan RI.

Pengakuan secara de jure (hukum) oleh Mesir ditandatangani pada 10 Juni
1947, ditandai perjanjian Persahabatan RI-Mesir dan sekaligus mendirikan
Kedutaan RI pertama di luar negeri.[image: Kemerdekaan RI-bahkan Palestina
setahun seblmnya sdh mendukung kemerdekaan-Mufti Palestina & KH
Agussalim-jpeg.image]<http://salam-online.com/site/wp-content/uploads/2013/03/Kemerdekaan-RI-bahkan-Palestina-setahun-seblmnya-sdh-mendukung-kemerdekaan-Mufti-Palestina-KH-Agussalim-jpeg.image_.jpg>

Sementara alasan Liga Arab menganjurkan kepada semua negara anggotanya
supaya mengakui Indonesia sebagai negara merdeka yang berdaulat karena
didasarkan pada ikatan akidah Islamiyah, ukhuwah Islamiyah dan kekeluargaan.

Bahkan yang menarik, justru dukungan Palestina lebih awal setahun sebelum
proklamasi. Palestina diwakili oleh Mufti Besarnya, Syaikh Muhammad Amin
Al-Husaini. Pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan
'ucapan selamat' dari Syaikh Amin Al-Husaini ke seluruh dunia Islam untuk
dukungannya pada kemerdekaan Indonesia.

Sedangkan Vatikan baru mengakui kemerdekaan Indonesia hampir empat bulan
setelah pengakuan de facto Mesir atau satu bulan pasca pengakuan de jure
negeri piramid tersebut. Yakni, pada 6 Juli 1947 ditandai dengan pembukaan
kedutaan yang disebut "Apostolic Delegate" dan menugaskan
Georges-Marie-Joseph – Hubert-Ghislain de Jonghe d'Ardoye, M.E.P sebagai
Duta Besar Vatikan pertama di Jakarta untuk masa 1947 hingga 1955.

Menyimak literatur tersebut, kiranya pemahaman sejarah Ahok perlu dikoreksi.
**

Pimpinan Taruna Muslim Alfian Tanjung menambahkan, fakta sejarah
menunjukkan negara-negara Muslim yang pertama kali mengakui kemerdekaan
Indonesia.

"Tidak ada dalam sejarahnya Vatikan pertama kali mengakui kemerdekaan
Indonesia," ujar Alfian seperti dikutip itoday, Sabtu (16/3/2013).

Menurut Alfian, dalam sejarah justru Vatikan bekerjasama dengan Belanda
untuk menekan pemerintah Indonesia.

"Vatikan mengambil manfaat adanya penjajahan Belanda dengan menyebarkan
agama Katolik di Indonesia. Justru Islam yang menjadi ujung tombak
perlawanan terhadap penjajah Belanda," papar Alfian.

Alfian tidak terkejut dengan pernyataan Ahok itu karena ada keinginan yang
kuat dari Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut untuk menyebarkan agama
katolik di Jakarta.

"Pernyataan itu sangat politis, agar kebijakan Pemprov DKI termasuk
kristenisasi mendapat dukungan dari Vatikan," demikian terang Alfian.

Tentu umat Islam-lah sebagai pemeran utama meraih kemerdekaan ini. Dari
desa hingga kota, dari santri dan kiai hingga kaum terpelajar, intelektual,
ulama, bersatupadu bersama umat Islam berkuah darah, bermandikan keringat,
merebut kemerdekaan republik ini.

Sementara penjajah, khususnya Belanda, tak rela akan kemerdekaan ini.
Mereka, sang penjajah Belanda, logis saja berkolaborasi dengan kelompok
yang se-ideologi untuk meneruskan penjajahan, sehingga kembali melancarkan
agresinya pada 1947 dan 1949, tapi gagal total.

Kelompok dari dalam yang berkomplot dengan penjajah, tentu merasa nyaman
jika negeri ini dijajah dengan yang se-ideologi dan sekeyakinan, karena
adanya kekhawatiran–saat itu–Indonesia menjadi negara yang berdasarkan
Islam[image:
Kemerdekaan RI-Hatta & Mufti serta para pemimpin Arab dan dukungan mereka
terhadap kemerdekaan
RI-jpeg.image]<http://salam-online.com/site/wp-content/uploads/2013/03/Kemerdekaan-RI-Hatta-Mufti-serta-para-pemimpin-Arab-dan-dukungan-mereka-terhadap-kemerdekaan-RI-jpeg.image_.jpg>Dan,
menjelang merdeka, benar, Indonesia dipastikan menjadi negara berdasarkan
Islam–atau setidaknya mewajibkan para pemeluknya untuk menjalankan syariat
Islam–jika saja tidak dikhianati, ditelikung, *dikadalin *oleh kelompok
nasionalis yang bersekongkol dengan kaum minoritas, sehari setelah
proklamasi! *(inilah/itoday/**salam-online*)

http://salam-online.com/2013/03/tak-kenal-mesir-palestina-ahok-ngawur-sebut-vatikan-yang-pertama-akui-kemerdekaan-ri.html


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: