Jumat, 29 Maret 2013

[daarut-tauhiid] Mendidik Keimanan Anak Ala Nabi Ya’qub

Oleh: *Ali Akbar bin Agil

DEWASA *ini, tantangan dan rintangan yang harus dihadapi oleh orangtua
dalam mendidik putra-putrinya terasa berat. Beban ujian dan godaan datang
bertubi-tubi dari segala penjuru. Jika tidak pandai mendidik anak, bisa
saja mereka masuk dalam generasi gagal. Anak kita tidak dilahirkan selaras
dengan zaman kita.

Belajar dari seorang Wali Allah, Luqman, kita bisa belajar tentang mendidik
anak. Beliau membekali anaknya dengan iman, tauhid dan akidah yang kokoh.
Luqman mengajarkan putranya agar menjadi insan beriman, memiliki kekokohan
akidah, tidak menyekutukan Allah Subhanahu Wata'aladengan apapun juga.

Luqman mengenalkan kepada putranya siapa yang telah menciptakannya,
menghidupkan, mematikan, dan memberi rezeki. Iman merupakan sumber
inspirasi, pembuka wawasan, dan ide-ide cemerlang. Sebagai inspirasi, iman
dapat membuat seseorang tergerak melakukan kebaikan dan menjauhi kejahatan.
Dengan inspirasi iman, seseorang akan memilki motivasi dalam memenuhi
seruan-seruan kebajikan.

Sejarah mengukir kisah orang-orang yang terdidik dengan pendekatan iman.

Dengan iman, Abu Bakar Ash-Shiddiq menyerahkan semua hartanya di jalan
Allah. Dengan iman pula, Umar bin Khattab sebagai Kepala Negara siap sedia
membawa gandum di pundaknya, ia serahkan kepada seorang wanita yang papa.
Dengan inspirasi iman, Ali bin Abi Thalib rela tidur di pembaringan Sang
Nabi di waktu rumahnya dikepung musuh.

Dengan inspirasi iman, seseorang akan mampu bangun di waktu malam,
bermunajah kepada Allah, di musim dingin sekalipun. Dengan kekuatan iman
juga, Sumayyah tetap berkomitmen menjaga tauhidnya meski harus merelakan
nyawa satu-satunya. Semuanya karena iman kepada Allah.

Dengan iman yang kuat, seseorang akan berusaha menghiasi diri dengan akhlak
yang mulia.

Akhlak sangat penting dihadirkan dalam segala situasi dan kondisi.
Kemuliaan akhlak ada pada dorongan iman yang kuat. Kekuatan iman membuat
seorang anak selalu beretika dalam tiap tindak tanduknya, menghindari
perilaku-perilaku tercela. Dengan iman yang mantap, seorang anak yang didik
dengan metode ini, akan memilki rasa malu. Malu dalam melakukan kejahatan.

Rasa malu nyaris lenyap dalam kehidupan kita. Ada seorang anak tidak
malu-malu membuat malu keluarga dengan perbuatan nistanya. Tanpa rasa malu
ia berbuat keji. Tanpa iman, seseorang akan ringan-ringan saja melangkahkan
kaki dalam perbuatan yang dimurkai Allah Subhanahu Wata'ala.

Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi Wassalam memprioritaskan
pendidikan iman dalam dakwahnya. Beliau mengajarkan cara beriman dan
bertauhid kepada para sahabatnya yang kemudian ditularkan kepada anak-anak
mereka. Sebagai salah satu contoh kesuksesan orang tua memberi asupan iman
dan akidah yang kokoh kepada anaknya adalah Ali bin Abi Thalib.

Akkisah, dalam suatu kesempatan, Zainab duduk bersama ayahnya di dalam
kamar.
Sambil membelai-belai putrinya, sang ayah, Imam Ali, bertanya, "Dapatkah
engkau mengucapkan kata 'satu' ?"
"Dapat…", jawab Zainab dengan gaya kekanak-kanakan.
"Cobalah," lanjut Imam Ali.
"Sa-tu."
"Coba ucapkan lagi dua…"
Zainab diam, tidak menjawab.
"Cobalah, ucapkan sayang…!", ayahnya mengulang pertanyaannya.
"Ayah," kata Zainab, "aku tidak sanggup mengucapkan 'dua' dengan lidah yang
sudah terbiasa mengucapkan "satu."

Dalam kesempatan yang lain, pada suatu hari Zainab bertanya kepada ayahnya,
"Ayah, benarkah ayah mencintai diriku?"

"Bagaimana tidak, bukankah engkau kesayanganku?"

Mendengar jawaban ayahnya seperti itu Zainab menyahut, "Seharusnya cinta
itu ditujukan kepada Allah, sedangkan diriku cukuplah kasih sayang."

Lihatlah bagaimana seorang anak di bawah umur sudah memahami iman kepada
Allah Subhanahu Wata'aladengan begitu dalam. Bandingkan dengan kenyataan
yang dialami anak-anak kita hari ini. Mungkin anak-anak kita memiliki
kecerdasan intelektual namun nihil kecerdasan spiritual. Pendidikan yang
bersendikan iman dan tauhid kepada Allah, akan menjadikan anak-anak tahu
mana yang baik dan buruk, mana yang diridhai oleh Allah Subhanahu Wata'ala
dan dimurkai-Nya, dan berusaha untuk melakukan tindakan-tindakan yang baik,
di mana pun ia berada, ke mana pun ia melangkahkan kakinya.

Pada detik-detik kemangkatannya Nabi Ya`qub A`laihis Salaam tidak bertanya
tentang materi yang akan diperoleh oleh anak-anaknya. Beliau menanyakan
iman.

Allah Subhanahu Wata'ala merekam dengan sangat indah momen dialog Nabi
Ya`qub dengan anak-anaknya.

Ãóãú ßõäÊõãú ÔõåóÏóÇÁ ÅöÐú ÍóÖóÑó íóÚúÞõæÈó ÇáúãóæúÊõ ÅöÐú ÞóÇáó áöÈóäöíåö
ãóÇ ÊóÚúÈõÏõæäó ãöä ÈóÚúÏöí ÞóÇáõæÇú äóÚúÈõÏõ ÅöáóÜåóßó æóÅöáóÜåó ÂÈóÇÆößó
ÅöÈúÑóÇåöíãó æóÅöÓúãóÇÚöíáó æóÅöÓúÍóÇÞó ÅöáóÜåÇð æóÇÍöÏÇð æóäóÍúäõ áóåõ
ãõÓúáöãõæäó

*"Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia
berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka
menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim,
Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh
kepada-Nya."* (QS: Al-Baqarah : 133).

Nabi Ya`qub tidak bertanya soal apa yang akan dimakan sepeninggalnya,
beliau bertanya tentang iman. Iman tidak bisa diwariskan kepada anak-anak
kita. Kita dapat mengajarkan iman kepada anak-anak itu sejak dini, sebagai
bekal dalam menjalani kehidupan di dunia yang belakangan begitu menyedihkan.

Pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan oleh Mohammad Fauzil Adhim
dalam bukunya *"Positive Parenting"* (Cara-cara Islami Mengembangkan
Karakter Positif Pada Anak Anda) berikut ini, patut menjadi renungan bagi
kita semua.

"Seberapa gelisah kita hari ini? Apakah kita sibuk memperbanyak tabungan
agar mereka kelak tidak kebingungan cari makan sesudah kita tiada? Ataukah
kita bekali jiwanya dengan tujuan hidup, visi besar, semangat yang
menyala-nyala, budaya belajar yang tinggi, iman yang kuat dan kesediaan
untuk berbagi karena Allah?"

*Penulis adalah pengajar di Pesantren Darut Tauhid, Malang
*

Red: Cholis Akbar

http://www.hidayatullah.com/read/27908/28/03/2013/mendidik-keimanan-anak-ala-nabi-ya%E2%80%99qub.html


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: