Selasa, 26 Maret 2013

[daarut-tauhiid] Kefakiran Mendekatkan Kepada Kekufuran

Kefakiran Mendekatkan Kepada Kekufuran

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah. Shalawat dan salam teruntuk
Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.

Kefakiran terkadang mendorong seseorang melakukan tindakan-tindakan yang
tak dibenarkan agama. Kefakiran juga memaksanya untuk melakukan tindakan
haram; seperti mencuri, mencopet, merampok, menipu, dan melacur dan
sebagainya. Karenanya, tidak bisa disalahkan jika ada ungkapan bahwa
kefakiran atau kemiskinan mendekatkan kepada kekufuran.

Rasulullah *Shallallahu 'Alaihi Wasallam* bersabda,

ßóÇÏó ÇáúÝóÞúÑõ Ãóäú íóßõæúäó ßõÝúÑðÇ æó ßóÇÏó ÇáúÍóÓóÏõ Ãóäú íóÓúÈöÞó
ÇáúÞóÏóÑó

"*Hampir-hampir saja kefakiran akan menjadi kekufuran dan hampir saja hasad
mendahului takdir.*" (Didhaifkan oleh Syaikh Al-Albani dan lainnya)

Al-Munawi dalam Faidhul Qadir mengutip perkataan Imam al-Ghazali yang
menerangkan bahwa kefakiran mendekatkan untuk terjerumus ke dalam
kekufuran, "Karena kefakiran (kemiskinan) menyebabkan orang untuk hasud
kepada orang kaya. Sedangkan hasud akan memakan kebaikan. Juga karena
kemiskinan mendorongnya untuk tunduk kepada mereka dengan sesuatu yang
merusak kehormatannya dan membuat cacat agamanya, dan membuatnya tidak
ridha kepada qadha' (ketetapan Allah) dan membenci rizki. Yang demikian itu
jika tidak menjadikannya kufur maka itu mendorongnya ke sana. Karenanya
Al-Musthafa *Shallallahu 'Alaihi Wasallam* berlindung dari kefakiran."

Ini dikuatkan perkataan Sufyan al-Tsauri, "Aku mengumpulkan 40 ribu dinar
di sisiku sehingga aku mati meninggalkannya lebih aku sukai daripada fakir
satu hari dan kehinaan diri dalam meminta kepada manusia."

Dalam perkataan beliau yang lain, "Demi Allah aku tidak tahu apa yang
terjadi padaku kalau aku diuji dengan satu ujian berupa kefakiran atau
sakit, bisa jadi aku kufur sedangkan aku tidak sadar."

Karenanya dikatakan bahwa kefakiran mendekatkan kepada kakufuran; karena
seseorang yang mengalami kesulitan dan kehinaan bisa menyebabkan dirinya
berpaling dari Allah dan mengingkati kekuasaan-Nya.

Oleh sebab itu, terdapat beberapa hadits yang menggabungkan keduanya dalam
isti'adzah (doa memohon perlindungan). Seperti doa Nabi *Shallallahu
'Alaihi Wasallam*,

Çááøóåõãøó Åöäøöí ÃóÚõæÐõ Èößó ãöäú ÇáúßõÝúÑö æóÇáúÝóÞúÑö æóÚóÐóÇÈö
ÇáúÞóÈúÑö

"*Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kefakiran dan
kekufuran serta adzab kubur.*" (HR. Abu Dawud, Al-Nasai, dan Ahmad.
Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam dan Syu'aib al-Arnauth, beliau berkata:
sanadnya kuat sesuai syarat Muslim)

Al-Munawi dalam Faudh al-Qadir berkata: "Digabungkannya kefakiran dengan
kekufuran karena kefakiran terkadang menyeret kepada kekufuran."

Ini bukan berarti bahwa fakir (miskin) adalah buruk dan tercela. Karena
sesungguhnya kaya-miskin merupakan ketentuan Allah. Dia melapangkan rizki
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Begitu juga sebaliknya, menyempitkan
rizki dan membatasinya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia sengaja membuat
perbedaan itu dengan hikmah yang Dia ketahui.

Allah Ta'ala berfirman,

æóåõæó ÇáøóÐöí ÌóÚóáóßõãú ÎóáóÇÆöÝó ÇáúÃóÑúÖö æóÑóÝóÚó ÈóÚúÖóßõãú ÝóæúÞó
ÈóÚúÖò ÏóÑóÌóÇÊò áöíóÈúáõæóßõãú Ýöí ãóÇ ÂóÊóÇßõãú

"*Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat,
untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.*" (QS. Al-An'am:
165)

Dalam firman-Nya yang lain,

äóÍúäõ ÞóÓóãúäóÇ Èóíúäóåõãú ãóÚöíÔóÊóåõãú Ýöí ÇáúÍóíóÇÉö ÇáÏøõäúíóÇ
æóÑóÝóÚúäóÇ ÈóÚúÖóåõãú ÝóæúÞó ÈóÚúÖò ÏóÑóÌóÇÊò áöíóÊøóÎöÐó ÈóÚúÖõåõãú
ÈóÚúÖðÇ ÓõÎúÑöíøðÇ

"*Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang
lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan
sebahagian yang lain.*" (QS. Al-zukhruf: 32)

Ibnu Hazm al-Andulisy dalam kitabnya, al-Ushul wa al-Furu' (1/108)
menyinggung tentang kaya dan miskin, mana yang lebih utama?.

Menurut beliau, bahwa kaya dan miskin tidak menentukan kemuliaan. Kemuliaan
orang kaya dan orang miskin ditentukan oleh amal mereka. Jika amal keduanya
sama, maka kemuliaannya pun juga sama. Jika yang kaya lebih banyak
beramalnya, maka ia lebih mulia dari orang miskin, begitu juga sebaliknya.

Kemudian beliau menjelaskan tentang hadits tentang orang-orang fakir 40
tahun lebih dulu masuk surga dibandingkan dengan orang kaya, bahwa secara
umum para fuqara' muhajirin lebih dahulu masuk surga daripada orang kaya
mereka. Karena orang-orang miskin muhajirin lebih banyak amal shalihnya
dibandingkan dengan orang kaya mereka.

Jadi, jika miskin tapi seseorang bisa bersabar dan ridha dengan ketetapan
Allah dan tidak sampai lalai dari ketaatan kepada-Nya, maka miskin yang
seperti ini mulia dan tidak tercela. Wallahu A'lam. [PurWD/voa-islam.com]

http://www.voa-islam.com/islamia/tsaqofah/2013/03/25/23721/kefakiran-mendekatkan-kepada-kekufuran/


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: