Kamis, 25 September 2008

[FISIKA] Digest Number 2538

Messages In This Digest (25 Messages)

1a.
Bls: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU From: Wahyuadi Tri Ananto
1b.
Bls: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU From: saidphysics
2a.
Re: LHC tertunda hingga awal 2009 From: mwahyu_pratama
2b.
Re: LHC tertunda hingga awal 2009 From: Haryo Sumowidagdo
2c.
Re: LHC tertunda hingga awal 2009 From: Hantarto
2d.
Re: LHC tertunda hingga awal 2009 From: Suharyo Sumowidagdo
2e.
Re: LHC tertunda hingga awal 2009 From: handhika ramadhan
3a.
Re: Prof. Tjia May On MALU From: kunaifi kunaifi
3b.
Re: Prof. Tjia May On MALU From: Hantarto
3c.
Re: Prof. Tjia May On MALU From: saidphysics
3d.
Re: Prof. Tjia May On MALU From: Ali Yunus Rohedi
3e.
Re: Prof. Tjia May On MALU From: Zaenal Arief
3f.
Re: Prof. Tjia May On MALU From: Zaenal Arief
4a.
CP uji analisa dengan coulter-counter di LIPI From: dit78er
5a.
Brief History Of Time From: Tani Indrawan
5b.
Re: Brief History Of Time From: saidphysics
5c.
Re: Brief History Of Time From: mwahyu_pratama
5d.
Re: Brief History Of Time From: mwahyu_pratama
6.
Tentang Entropi dan Entalpi From: Mikhail S.S.
7.
Lowongan PhDs dan Postdocs [wasRe: Prof. Tjia May On MALU] From: A. Rusydi
8a.
Re: Critique of Pure Physics From: Muhammad Aziz Majidi
9a.
Suplier Alat Lab From: arifianto keren
9b.
Re: Suplier Alat Lab From: Zaenal Arief
9c.
Re: Suplier Alat Lab From: Eka Subyantara
10a.
Re: Transformator From: Eka Subyantara

Messages

1a.

Bls: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

Posted by: "Wahyuadi Tri Ananto" qyula_cleph@yahoo.co.id   qyula_cleph

Wed Sep 24, 2008 12:28 am (PDT)

Waw...
Bener juga! melempar pisang, dapetnya pasti monyet.
Wihiy.. saya senang hari ini.
Tapi pertanyaannya, apakah sukses jika ahli fisikanya "dialirkan" pada saluran logika aneh kayak gitu?
Kalo dihitung - hitung fungsinya kepada masyarakat, berarti itu juga merepresentasikan seberapa jauh masyarakat itu memandang ilmu (terkait Doktor Fisika yang dikaitkan dengan supir Bus di Aussie), yang kemudian dapat terlihat seberapa tinggi daya intelektualitas mereka dalam menghadapi kehidupan, karena fisika adalah analisis mendalam yang jika siapapun dapat memahaminya, maka ia lah orang - orang yang diimpikan oleh hati nurani.

----- Pesan Asli ----
Dari: saidphysics <saidphysics@yahoo.com>
Kepada: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Terkirim: Rabu, 24 September, 2008 13:24:35
Topik: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

"Anda lempar pisang, ya dapat monyet, gak akan dapat macan"

Itulah pribahasa yang tepat untuk menggambarkan kelangkaan fisikawan
berkualitas di Indonesia.

Adalah alasan sangat bodoh bahwa berkutat di bidang fisika, menjadi
akademisi atau peneliti adalah PELAYANAN. Kalau pendeta atau ustadz
mungkin iya.

Tapi akademisi dan peneliti baik di bidang Fisika atau apapun adalah
professional .. yang perlu mendapatkan remuneration sepantasnya dengan
apa yang telah dia berikan.

Masalahnya, di Indonesia:

Cara pandang masyarakat Indonesia (disinyalir) kepada fisikawan masih
dianggap keramat, masih dianggap sebagai mahaguru dari langit,
dianggap diatas pendeta atau ustadz yang diwajibkan untuk melayani
ummatnya :-) Yang kata-katanya di pegang seperti sebuah ideologi,
sehingga terkadang ekspektasinya begitu besar.

Padahal fisikawan hanyalah satu dari sekian profesi. Tak udahnya
seperti supir bus, penggunting rambut, atau koki.

Setidaknya di tempat saya tinggal sekarang di Sydney (entah di
kota-kota lain di Aussie), gaji sepupu saya yang supir bus hampir sama
saja dengan gaji seorang post-doc fellow .. sama-sama bisa kredit
mobil Commodore terbaru, sama-sama bisa ngontrak rumah AUD 350
perminggu .. karena seorang post-doc fellow tidak lebih penting
ketimbang supir bus.

Kalau level professor mungkin lah lebih penting ketimbang supir bus
biasa, tapi gajinya gak lebih besar dibandingkan level manager di
Commonwealth Bank .. sama-sama bisa kredit rumah type townhouse di Sydney.

Itu semua karena Aussie punya sistem yang baik tentang berapa banyak
sebuah profesi di butuhkan untuk sampai pada keseimbangan pola hidup
dimana tidak ada yang susah sehingga semua orang makmur (namanya juga
Commonwealth)

Berapa kita perlu supir bus?
Berapa kita perlu professor fisika?
Berapa kita perlu lulusan fisika?
Berapa kita perlu tukang donat?

Kalau semua terhitung sesuai kebutuhan, maka sistem penggajian-nya pun
dengan mudah bisa di kalkulasi dan pantas.

Pantas lah supir bus di gaji 30 dolar sejam, kan dia capek dan perlu
konsentrasi selama jam-jam dia nyetir .. kalau nggak bisa celaka.

Pantas lah seorang PhD student digaji AUD 1500 perbulan (lebih rendah
di banding supir bus dalam hitungan jam), kan dia bisa kerja kapan
saja gak terpaku waktu .. asal lulus tepat waktu dan publish paper
sesuai harapan professornya. Di samping itu PhD student masih punya
waktu luang cari duit dari tutorial (nah kalau ini lumayan 35 dolar
sejam he..he..)

Di Indonesia ...

Kayaknya kita gak punya nih kalkulasi ini ..

Berapa sih orang-orang teori murni yang melangit seperti Pak Agus Pur
yang diperlukan di Indonesia?

Berapa orang applied math atau math phys diperlukan seperti Mas Hadi
Susanto?

Berapa sih theoretical applied physicist di photonic seperti Pak Husin?

Atau berapa jumlah kita perlu experimentalist di High Energy Physics
seperti Mas Haryo ..

Atau berapa yang seperti saya? (atau memang Indonesia gak perlu saya
he..he..)

Harusnya pertanyaan ini dijawab oleh kaum birokrat yang harusnya
mengurusi kehidupan sosial kita.

Kalau kebanyakan fisikawan juga aneh.
Kalau kebanyakn tukang donat juga lucu.

Karena negara tidak hanya kenyang dengan Donat
dan pasti lapar kalau APBN hanya sekedar di habiskan buat bikin
eksperimen High Energy Physics.

Cheers!

PS: Tetaplah menjadi fisikawan yang professional!

--- In fisika_indonesia@ yahoogroups. com, "Rasahgelo" <rasahgelo@. ..>
wrote:
>
> pak liek wilardjo tidak hanya 'cukup dikenal', tapi beliau memang
> terkenal di indonesia. salah satunya karena tulisan-tulisan ilmiah
> populer beliau di media massa yang sangat membantu masyarakat umum
> untuk mengenal masyarakat ilmiah kita.
>
> tapi --sama sekali tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada beliau--
> pak liek juga salah satu dari sekian banyak profesor selebritas yang
> kita miliki, profesor yang kehilangan (atau menghilangkan? ) satu dari
> sekian aspek yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang dengan gelar
> profesor. dalam hal ini adalah melakukan advanced research.
>
> ah, jadi teringat lagi dengan polemik di kompas beberapa tahun silam
> yang dikumpulkan pak terry mart di
> http://staff. fisika.ui. ac.id/tmart/ komentar. html
>
> salam,
> h.
>
> --- In fisika_indonesia@ yahoogroups. com, "and_sty0388"
> <and_sty0388@ > wrote:
> >
> > Tidak salah ketika orang menjadi besar dan ingin ditepuk bahunya.
> > Akan tetapi bila hanya itu yang dikejar apalah guna.
> > Hidup adalah Pelayanan... .
> > Mencontohkan seorang Prof. Liek Wilardjo yang senantiasa mengajar kami
> > di UKSW(Universitas Kristen Satya Wacana) dengan sederhana. Beliau
> > boleh dikata salah seorang Profesor yang cukup dikenal di Indonesia.
> > Namun pakaian sederhananya tak menggambarkan keperkasaannya, Topi
> > sedikit lusuh(bagiku) pun jadi barang bawaannya tiap kali masuk kelas.
> > Tak lupa pula botol minum kesayangan beliau. Rambut putihnya
> > menggambarkan usianya yang tak lagi muda. Namun semangat untuk
> > melayani Nyata dalam pribadinya. Saatnya kita punya hati yang tulus
> > melayani bangsa kita. Teriring salam dari kota sejuk nan asri
> > SALATIGA. UKSW(Universitas Kristen Satya Wacana).
> >
>

__________________________________________________________
Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist. Download sekarang juga.
http://id.toolbar.yahoo.com/
1b.

Bls: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

Posted by: "saidphysics" saidphysics@yahoo.com   saidphysics

Wed Sep 24, 2008 10:48 am (PDT)

Ini bukan logika aneh boss! Setidaknya di negara-negara lebih maju di
banding Indonesia yang pernah saya kunjungi. Tapi mungkin jadi aneh
karena pandangan kayak gini gak umum dan gak biasa dijumpai di negeri
kita tercinta.

Fisika itu semua orang bisa kerjakan, karena hanya di perlukan dua ..
kerja keras dan kesabaran.

Tapi gak semua orang suka, dan sepatutnya juga gak perlu banyak orang
yang suka .. Repot nanti kalau semua orang suka Fisika .. siapa yang
akan jadi supir bus he he..? Nanti para fisikawan yang gak punya mobil
terpaksa jalan kaki donk he.. he.. Atau kita kerepotan karena jumlah
dokter jadi menurun dan siapa yang akan merawat fisikawan kalau sakit ..

Nah fungsi birokrat salah satunya adalah memplanning sebarapa banyak
fisikawan di butuhkan, bahkan lebih jauh dari itu tapi sebarapa banyak
fisikawan yang di bidang terapan, yang murni, yang di universitas,
yang di industri, yang jadi akademisi ..

Yang implikasinya juga ke arah seberapa banyak jurusan fisika perlu
dibuka di universitas .. bahkan sampai kurikulum sekolah ..

Kalau bicara masalah daya analisis atau intelektualitas, saya
menemukan masyarakat disini jauh lebih pintar dari rata-rata orang
Indonesia meski pelajar-pelajar disini keok melulu kalau olimpiade
fisika he..he.. kalah sama Indonesia, karena itu bukan ukuran kemajuan
intelektualitas sebuah negara.

Sekolah disini santai bukan karena lebih goblok di banding Indonesia
(ingat Australia adalah satu dari sekian negara dengan pendidikan
paling berkualitas!), namun mereka paham seberapa efesien mata
pelajaran yang harus di ajar. Kalau menurut kalkulasi, hanya sekian
persen dibutuhkan fisikawan, kenapa harus diajarkan fisika yang
hebat-hebat waktu sekolah? cukup aja dasar-dasarnya yang sangat simple.

(bahkan setahu saya fisika belum jadi pelajaran terpisah sampai
setelah kelas satu sma - masih di satukan dalam Science dan diajarkan
gantian tiap semester dengan Kimia - itupun di sekolah Sydney Grammar
yang termasuk favorit yang biasanya lebih advance)

Kalau kemudian suka, siswa bisa ambil sebagai mata ujian pilihan dan
baru nanti serius di kuliah.

Gak seperti di negara kita tercinta, hampir disetiap uni ada jurusan
fisika, tapi berapa lulusan fisika yang masih benar-benar berkutat di
fisika? Bahkan fisika sudah di ajarkan sejak kelas 1 smp .. Hebat!

Meskipun bekerja sebagai almost-retired electric engineer .. flat-lord
saya rajin baca Scientific American, sehingga pernah diskusi
ngalor-ngidul sama saya tentang mekanika kuantum.

Waktu saya tinggal seminggu di hotel kampus, tukang bersih-bersih
kamar saya cuma lulusan sekolah dasar tapi karena akses informasi
disini bagus, dia pernah tanya-tanya ke saya tentang bisa gak kita
mengaplikasikan quantum teleportation untuk manusia :-)

Anyway itu cuma pengalaman saya pribadi aja, might be wrong!

Jadi tingkat intelektualitas atau analisis bukan karena mereka belajar
fisika yang hebat-hebat kayak di Indo waktu sekolah, tapi karena
mereka doyan baca, doyan mengakses informasi yang memang sangat mudah
dan disediakan oleh pemerintah, dan nilai-nilai universal mereka udah
bagus (komunikatif, jujur, gak berpikiran sempit de-el-el)

Sebagai fisikawan, jangan deh sekali-kali kita over-estimate dengan
jati diri kita .. Kita ini cuma satu dari sekian profesi. Yang
membedakan adalah apakah kita profesional atau tidak. Apakah kita
pingin jadi fisikawan yang selebritis atau yang hard-core? Apakah kita
cuma ngejar titel professor atau produktif dalam riset yang bisa
dilihat dari seberapa besar impact penelitian dan hasil publikasi akan
penelitian kita .. Gitu aja kok repot kalo kata Gus Dur.

Kata siapa lebih penting ketimbang supir bus atau pemadam kebakaran?

Supir bus dan pemadam kebakaran disini stamina-nya oke-oke, dan nyetir
secara profesional sehingga gak ada tuh sampe tabrakan bus gara-gara
minum pil koplo ..

Yah itu analisis makro saya terhadap profesi fisikawan ..

Cheers!

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, Wahyuadi Tri Ananto
<qyula_cleph@...> wrote:
>
> Waw...
> Bener juga! melempar pisang, dapetnya pasti monyet.
> Wihiy.. saya senang hari ini.
> Tapi pertanyaannya, apakah sukses jika ahli fisikanya "dialirkan"
pada saluran logika aneh kayak gitu?
> Kalo dihitung - hitung fungsinya kepada masyarakat, berarti itu juga
merepresentasikan seberapa jauh masyarakat itu memandang ilmu (terkait
Doktor Fisika yang dikaitkan dengan supir Bus di Aussie), yang
kemudian dapat terlihat seberapa tinggi daya intelektualitas mereka
dalam menghadapi kehidupan, karena fisika adalah analisis mendalam
yang jika siapapun dapat memahaminya, maka ia lah orang - orang yang
diimpikan oleh hati nurani.
>
>
>
>

2a.

Re: LHC tertunda hingga awal 2009

Posted by: "mwahyu_pratama" mwahyu_pratama@yahoo.com.sg   mwahyu_pratama

Wed Sep 24, 2008 12:28 am (PDT)

Diskusi yang menarik pak.

Terkait peryataan Hawking di
http://www.physorg.com/news140161003.html

khususnya pada kalimat :
"I think it will be much more exciting if we don't find the Higgs.
That will show something is wrong, and we need to think again. I have
a bet of 100 dollars that we won't find the Higgs," added Hawking,
whose books including "A Brief History of Time" have sought to
popularise study of stellar physics.

mungkin ada yang bisa menjelaskan bagaimana Stephen Hawking "kurang"
begitu yakin akan penemuan higgs?

P Haryo, apabila tidak terjadi kebocoran?kira-2 akankan LHC juga akan
di shutdown disaat listrik naik?

Saya setuju, kalau LHC tidak perlu, dan tidak mungkin di adakan di
indonesia, uraian bapak sudah cukup jelas.

2b.

Re: LHC tertunda hingga awal 2009

Posted by: "Haryo Sumowidagdo" haryo@fnal.gov   haryo_fnal

Wed Sep 24, 2008 12:39 pm (PDT)

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, "mwahyu_pratama"
<mwahyu_pratama@...> wrote:
>
> Diskusi yang menarik pak.
>
> Terkait peryataan Hawking di
> http://www.physorg.com/news140161003.html
>
> khususnya pada kalimat :
> "I think it will be much more exciting if we don't find the Higgs.
> That will show something is wrong, and we need to think again. I
> have
> a bet of 100 dollars that we won't find the Higgs," added Hawking,
> whose books including "A Brief History of Time" have sought to
> popularise study of stellar physics.
>
> mungkin ada yang bisa menjelaskan bagaimana Stephen Hawking "kurang"
> begitu yakin akan penemuan higgs?

Hawking bukan satu-satunya orang (atau fisikawan selebritis) yang
percaya bahwa Higgs itu tidak ada. FYI, di kalangan fisikawan
partikel (baik teori maupun eksperimen), umumnya orang suda menerima
bahwa kepercayaan ada atau tidaknya partikel Higgs itu sudah mencapai
level 'fanatisme' atau 'religius'.

Namun (hampir) semua orang optimis bahwa pada skala energi di LHC,
_akan_ditemukan_ sesuatu. Apakah sesuatu itu partikel Higgs atau
sesuatu yang lain, kita tidak tahu.

Latar Belakang: Pada mulanya, dalam teori fisika partikel,
partikel-partikel elementer yang merupakan bahan dasar penyusun materi
tidak memiliki massa (m = 0). Penyebabnya ruwet, jadi saya hanya akan
bilang bahwa ada kendala (constraints) dari aspek matematika maupun
aspek fisika.

Awal 1960-an, beberapa orang (Higgs, Hagen, Kibble, Brout, Englert)
mengajukan ide bagaimana partikel elementer bisa memiliki massa, namun
harga yang harus dibayar adalah munculnya partikel baru. Entah
bagaimana akhirnya nama Higgs yang nyangkut di partikel ini.

Runyamnya, ternyata ide ini bisa diwujudkan/dimanifestasikan dalam
berbagai bentuk: ada banyak cara bagaimana partikel baru ini bisa
muncul. Namun, fisikawan sekarang sepakat bahwa HARUS ada suatu
ide/mekanisme/cara untuk menghasilkan massa bagi partikel-partikel
elementer penyusun materi. Dari beberapa argumen sederhana yang
fundamental, kesimpulannya mengarah bahwa pada energi 1 TeV HARUS ada
sesuatu. Dengan argumen inilah maka LHC dikonstruksi.

Makanya kalau ada orang yang tidak percaya adanya Higgs boson, wajar
saja. Berarti orang itu berharap ada sesuatu yang BARU, sesuatu yang
TIDAK TERDUGA. Saya juga pribadi lebih suka dengan skenario tsb.

Yep, menurut saya, mekanisme Higgs dalam bentuknya yang paling
sederhana (minimal) _tidak_cukup_kompleks/dinamis untuk menjelaskan
fenomena-fenomena yang ada. Kita tahu dari eksperimen bahwa neutrino
memiliki massa, kita tahu di alam semesta ada materi gelap (dark
matter), ada energi gelap (dark energy), dan mekanisme Higgs minimal
tidak menjelaskan hal itu. Kepercayaan saya adalah mekanisme Higgs
yang minimal hanya merupakan manifestasi/perwujudan dari SESUATU
dibelakang Higgs, SESUATU yang lebih kompleks/dinamis. Saya lebih
tertarik pada SESUATU tersebut dibandingkan Higgs.

Kalau ingin tahu deskripsi sederhana tentang Higgs, saya suka sekali
penjelasan dari kartun ini (dalam bahasa Inggris).

http://www.hep.ucl.ac.uk/~djm/higgsa.html
http://www.hep.ucl.ac.uk/~djm/higgs/higgs1.gif
http://www.hep.ucl.ac.uk/~djm/higgs/higgs2.gif
http://www.hep.ucl.ac.uk/~djm/higgs/higgs3.gif
http://www.hep.ucl.ac.uk/~djm/higgs/higgs4.gif
http://www.hep.ucl.ac.uk/~djm/higgs/higgs5.gif

atau

http://www.coimbra.lip.pt/atlas/higgsmec.htm

> P Haryo, apabila tidak terjadi kebocoran?kira-2 akankan LHC juga akan
> di shutdown disaat listrik naik?

Sekali lagi, listrik naik itu hanya pada periode Desember-Februari.
Musim dingin di Eropa. Konsumsi/permintaan listrik (untuk penghangat
rumah) naik dan dengan sendirinya harga naik. Ini bukan hal yang
aneh. Tahun 1991-2000, CERN menjalankan akselerator bernama LEP (yang
berada dalam terowongan yang sama dengan LHC sekarang), dan waktu itu
mereka juga berhenti menjalankan akselerator pada bulan Desember-Februari.

2c.

Re: LHC tertunda hingga awal 2009

Posted by: "Hantarto" hantarto@optusnet.com.au   hantarto

Wed Sep 24, 2008 12:41 pm (PDT)

Apakah dari awalnya memang LHC didesain akan selalu ditutup pada musim
dingin? Saya jadi kepikiran, kenapa LHC tidak dibangun di tempat yg
ongkos2nya (listrik, tenaga kerja) rendah, semacam negara berkembang,
misalnya saja Indonesia. Dengan dibangun di Indonesia misalnya, dgn jumlah
uang yg sama, bisa dibuat akselerator yg lebih besar dari LHC. Analoginya,
dgn uang AUD350,000 (kira2 Rp 2.5 milyar) hanya bisa dibangun rumah kecil di
Aussie, tapi dengan jumlah uang yg sama, bisa dibuat istana di Indonesia.
Juga akan menghemat ongkos dinas ilmuwan2. Coba bandingkan ongkos hidup di
Swiss dgn di Indonesia.
Juga semestinya pemerintah Swiss memberikan semacam kemurahan/konsesi utk
proyek LHC.

----- Original Message -----
From: Haryo Sumowidagdo
To: Fisika Indonesia ; Himpunan Fisika Indonesia
Sent: Wednesday, September 24, 2008 5:50 AM
Subject: [FISIKA] LHC tertunda hingga awal 2009

Siaran pers dari CERN hari ini mengkonfirmasi bahwa LHC terpaksa
diistirahatkan (shutdown) sampai setidak-tidaknya awal 2009. Keputusan
ini diambil setelah terjadi insiden Jum'at lalu, yang menyebabkan
terjadinya kerusakan dalam salah satu sektor LHC yang memerlukan waktu 2
bulan untuk perbaikan.

http://press.web.cern.ch/press/PressReleases/Releases2008/PR09.08E.html
http://press.web.cern.ch/press/PressReleases/Releases2008/PR10.08E.html

Latar Belakang:

LHC pada dasarnya menggunakan gaya magnet/Lorentz untuk
'menyetir'/'mengendalikan' berkas partikel dalam akseleratornya.
Prinsip kerja yang sama juga digunakan layar sinar katoda (CRT/TV) dan
osiloskop analog.

Untuk menyetir berkas proton di LHC, LHC menggunakan lebih kurang (l.k.)
1200 magnet dipole yang masing-masing memberikan medan magnet sebesar 8
Tesla. Medan sebesar itu hanya bisa dihasilkan dengan arus sangat besar
pula. Untuk itu, LHC menggunakan magnet superkonduktor, yang beroperasi
pada temperatur sekitar 2 K (-271 derajat Celsius) dan didinginkan
dengan helium cair.

Jum'at minggu lalu (19 September), terjadi 'quench' dalam salah satu
sektor dalam terowongan LHC. 'Quench' adalah istilah yang dipakai jika
tiba-tiba sebuah magnet temperaturnya naik hingga di atas suhu kritis
superkonduktor, sehingga kehilangan sifat superkonduktornya dan tidak
lagi memberikan medan magnet sebesar yang diharapkan. Kemudian ternyata
ditemukan kebocoran helium cair dalam terowongan.

Untuk memperbaiki kerusakan ini, CERN harus terlebih dahulu memanaskan
suhu dalam terowongan, menyelidiki penyebab kerusakan, melakukan
perbaikan, dan mendinginkan kembali terowongan. Proses memanaskan dan
mendinginkan ini memakan waktu paling lama, sehingga total waktu untuk
perbaikan diperkirakan 2 bulan (Yang ahli fisika temperatur rendah di
Indonesia bisa komentar). Terowongan baru diharapkan dingin kembali
sekitar Desember.

Namun pada bulan Desember, LHC tidak bisa dijalankan, meski perbaikan
sudah selesai. Alasannya: tarif listrik pada musim dingin
(Desember-Februari) di Swiss sangat mahal ! Dengan demikian CERN
terpaksa menunggu sampai musim semi (Maret/April) sebelum bisa kembali
menjalankan LHC, disaat tarif listrik sudah turun.

Ini jelas bukan berita bagus, apalagi setelah hingar-bingar pers dua
minggu lalu, dan melihat besarnya harapan bagi LHC dari masyarakat.
Namun itulah realita, eksperimen tidak selalu berjalan sempurna, apalagi
di awal-awalnya. Para fisikawan yang terlibat eksperimen di LHC
terpaksa mengatur jadwal mereka kembali.

---

Haryo Sumowidagdo

D0 Experiment, Mail Stop 352 TEL: +1 +630 840 8384
Fermi National Accelerator Laboratory FAX: +1 +630 840 8886
Kirk Road & Pine Street haryo@fnal.gov
Batavia, IL 60510-0500 www-d0.fnal.gov/~haryo
USA

2d.

Re: LHC tertunda hingga awal 2009

Posted by: "Suharyo Sumowidagdo" sss5946@garnet.acns.fsu.edu   haryo_hep

Wed Sep 24, 2008 1:09 pm (PDT)

Mas Hartanto, soal lokasi membangun akselerator bukan cuma masalah
ekonomi atau teknik. Faktor-faktor lain adalah:

1. Geologi. Tanahnya harus stabil, keras, tidak banyak gempa. Di
Indonesia yang banyak gempa, banjir, bukan lokasi ideal.

2. Transportasi. CERN saat ini menjadi tuan rumah 1000-2000
fisikawan. Fisikawan tsb akan datang RUTIN selama 5-10 tahunan. Para
kepala negara juga mungkin berkunjung. Terus terang saja infrastruktur
kita belum siap untuk itu. Lha untuk KTT Nonblok dan APEC saja
sekolah dan kampus diliburkan, jalan tol ditutup, dll.

3. Aspek komunikasi elektronik. LHC akan mengumpulkan data dalam orde
10 PetaByte per tahun. Kalau laptop/komputer anda punya hard disk 100
GB, maka kalikan dengan 1 juta. Itulah data LHC per tahun. Dan itu
baru data kasar, belum data olahan. Data olahan lebih kurang sama
besarnya. Kita tidak punya koneksi internet secepat di CERN.

4. Aspek kedekatan dengan lokasi. Para profesor dan fisikawan di
Eropa/AS tentu lebih memilih lokasi yang dekat dengan mereka. Yang
pernah terbang dari Eropa/AS ke Indonesia pasti tahu deh rasanya.

5. Aspek stabilitas energi. PLN yang byar pet tidak akan bisa menjamin
listrik 24 jam untuk konsumsi sebesar LHC. Sekarang saja kita
kekurangan listrik dan pabrik-pabrik perlu dirotasi jam kerjanya.

6. Aspek stabilitas politik dan keramah-tamahan pada orang asing.

Jangankan Indonesia, negara-negara seperti Australia atau Jepang pun
_akan_berpikir_dua_tiga_kali sebelum menerima LHC dibangun ditempatnya.

Tapi saya setuju dengan point 'harga tenaga kerja rendah di
Indonesia'. Jika kita bisa menjual ide ini, sebenarnya kita bisa
mencoba bersaing untuk membuat komponen-komponen (custom design
electronics, instrumen, sensor) yang diperlukan untuk eksperimen di
LHC. FYI, eksperimen fisika partikel memerlukan piranti elektronik
semacam itu dalam jumlah sangat banyak, dan itu tidak bisa dibeli di
pabrik (atau kalau dipesan dari pabrik lebih mahal karena tidak dibuat
massal untuk konsumsi pasar/orang biasa).

Buat ilustrasi, lihat halaman ini.
http://www-d0.fnal.gov/muon_electronics/

Kalau ada rekan yang aktif/kerja di industri elektronik, bisa komentar
tentang hal ini.

But that's another story.

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, "Hantarto" <hantarto@...> wrote:
>
> Apakah dari awalnya memang LHC didesain akan selalu ditutup pada musim
> dingin? Saya jadi kepikiran, kenapa LHC tidak dibangun di tempat yg
> ongkos2nya (listrik, tenaga kerja) rendah, semacam negara berkembang,
> misalnya saja Indonesia. Dengan dibangun di Indonesia misalnya, dgn
jumlah
> uang yg sama, bisa dibuat akselerator yg lebih besar dari LHC.
Analoginya,
> dgn uang AUD350,000 (kira2 Rp 2.5 milyar) hanya bisa dibangun rumah
kecil di
> Aussie, tapi dengan jumlah uang yg sama, bisa dibuat istana di
Indonesia.
> Juga akan menghemat ongkos dinas ilmuwan2. Coba bandingkan ongkos
hidup di
> Swiss dgn di Indonesia.
> Juga semestinya pemerintah Swiss memberikan semacam
kemurahan/konsesi utk
> proyek LHC.

2e.

Re: LHC tertunda hingga awal 2009

Posted by: "handhika ramadhan" isaacnewtonid@yahoo.com   isaacnewtonid

Wed Sep 24, 2008 8:27 pm (PDT)

In the beginning, everything was massless....
God said: "Let Higgs be!", and all then are masive....

Kalau saya pribadi lebih tertarik dengan formalisme Stueckelberg ttg massa partikel. Formalisme ini menyatakan bahwa sejak awalnya, Lagrangian vektor boson memiliki suku massa! Jelas hal ini memang tidak gauge-invariant. Tetapi Stueckelberg menambahkan suatu medan skalar ke dalam suku massa, sehingga baik medan boson vektor (Maxwell ataupun Yang-Mills) atau medan skalar tersebut bertransformasi secara invariant terhadap grup gauge yang bersangkutan. Dengan mem-fix gauge nya, maka Lagrangian ini tereduksi menjadi Lagrangian boson vektor masif.Dengan demikian, kontras dengan mekanisme Higgs yg pada awalnya menyatakan bahwa boson vektor massless dan memperoleh massa dengan berinteraksi dengan medan Higgs, mekanisme Stueckelberg menginterpretasikan massa yg diperoleh oleh para partikel itu sebagai hasil gauge-fixing dari Lagrangian Maxwell (atau Yang-Mills), dan medan skalar yg diperkenalkan itu menjadi un-physical (tidak relevan untuk dicari keberadaannya).
Sehingga tidak perlu mencari eksistensi partikel Higgs lagi.

HR

--- On Wed, 9/24/08, Haryo Sumowidagdo <haryo@fnal.gov> wrote:
From: Haryo Sumowidagdo <haryo@fnal.gov>
Subject: [FISIKA] Re: LHC tertunda hingga awal 2009
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Date: Wednesday, September 24, 2008, 3:39 PM

--- In fisika_indonesia@ yahoogroups. com, "mwahyu_pratama"

<mwahyu_pratama@ ...> wrote:

>

> Diskusi yang menarik pak.

>

> Terkait peryataan Hawking di

> http://www.physorg. com/news14016100 3.html

>

> khususnya pada kalimat :

> "I think it will be much more exciting if we don't find the Higgs.

> That will show something is wrong, and we need to think again. I

> have

> a bet of 100 dollars that we won't find the Higgs," added Hawking,

> whose books including "A Brief History of Time" have sought to

> popularise study of stellar physics.

>

> mungkin ada yang bisa menjelaskan bagaimana Stephen Hawking "kurang"

> begitu yakin akan penemuan higgs?

Hawking bukan satu-satunya orang (atau fisikawan selebritis) yang

percaya bahwa Higgs itu tidak ada. FYI, di kalangan fisikawan

partikel (baik teori maupun eksperimen), umumnya orang suda menerima

bahwa kepercayaan ada atau tidaknya partikel Higgs itu sudah mencapai

level 'fanatisme' atau 'religius'.

Namun (hampir) semua orang optimis bahwa pada skala energi di LHC,

_akan_ditemukan_ sesuatu. Apakah sesuatu itu partikel Higgs atau

sesuatu yang lain, kita tidak tahu.

Latar Belakang: Pada mulanya, dalam teori fisika partikel,

partikel-partikel elementer yang merupakan bahan dasar penyusun materi

tidak memiliki massa (m = 0). Penyebabnya ruwet, jadi saya hanya akan

bilang bahwa ada kendala (constraints) dari aspek matematika maupun

aspek fisika.

Awal 1960-an, beberapa orang (Higgs, Hagen, Kibble, Brout, Englert)

mengajukan ide bagaimana partikel elementer bisa memiliki massa, namun

harga yang harus dibayar adalah munculnya partikel baru. Entah

bagaimana akhirnya nama Higgs yang nyangkut di partikel ini.

Runyamnya, ternyata ide ini bisa diwujudkan/dimanife stasikan dalam

berbagai bentuk: ada banyak cara bagaimana partikel baru ini bisa

muncul. Namun, fisikawan sekarang sepakat bahwa HARUS ada suatu

ide/mekanisme/ cara untuk menghasilkan massa bagi partikel-partikel

elementer penyusun materi. Dari beberapa argumen sederhana yang

fundamental, kesimpulannya mengarah bahwa pada energi 1 TeV HARUS ada

sesuatu. Dengan argumen inilah maka LHC dikonstruksi.

Makanya kalau ada orang yang tidak percaya adanya Higgs boson, wajar

saja. Berarti orang itu berharap ada sesuatu yang BARU, sesuatu yang

TIDAK TERDUGA. Saya juga pribadi lebih suka dengan skenario tsb.

Yep, menurut saya, mekanisme Higgs dalam bentuknya yang paling

sederhana (minimal) _tidak_cukup_ kompleks/ dinamis untuk menjelaskan

fenomena-fenomena yang ada. Kita tahu dari eksperimen bahwa neutrino

memiliki massa, kita tahu di alam semesta ada materi gelap (dark

matter), ada energi gelap (dark energy), dan mekanisme Higgs minimal

tidak menjelaskan hal itu. Kepercayaan saya adalah mekanisme Higgs

yang minimal hanya merupakan manifestasi/ perwujudan dari SESUATU

dibelakang Higgs, SESUATU yang lebih kompleks/dinamis. Saya lebih

tertarik pada SESUATU tersebut dibandingkan Higgs.

Kalau ingin tahu deskripsi sederhana tentang Higgs, saya suka sekali

penjelasan dari kartun ini (dalam bahasa Inggris).

http://www.hep. ucl.ac.uk/ ~djm/higgsa. html

http://www.hep. ucl.ac.uk/ ~djm/higgs/ higgs1.gif

http://www.hep. ucl.ac.uk/ ~djm/higgs/ higgs2.gif

http://www.hep. ucl.ac.uk/ ~djm/higgs/ higgs3.gif

http://www.hep. ucl.ac.uk/ ~djm/higgs/ higgs4.gif

http://www.hep. ucl.ac.uk/ ~djm/higgs/ higgs5.gif

atau

http://www.coimbra. lip.pt/atlas/ higgsmec. htm

> P Haryo, apabila tidak terjadi kebocoran?kira- 2 akankan LHC juga akan

> di shutdown disaat listrik naik?

Sekali lagi, listrik naik itu hanya pada periode Desember-Februari.

Musim dingin di Eropa. Konsumsi/permintaan listrik (untuk penghangat

rumah) naik dan dengan sendirinya harga naik. Ini bukan hal yang

aneh. Tahun 1991-2000, CERN menjalankan akselerator bernama LEP (yang

berada dalam terowongan yang sama dengan LHC sekarang), dan waktu itu

mereka juga berhenti menjalankan akselerator pada bulan Desember-Februari.











3a.

Re: Prof. Tjia May On MALU

Posted by: "kunaifi kunaifi" kunaifi_el@yahoo.com   kunaifi_el

Wed Sep 24, 2008 12:29 am (PDT)

Cara pandang yang menarik dan patut ditiru

------------------------------------------------------
KUNAIFI

________________________________

----- Original Message ----
From: saidphysics <saidphysics@yahoo.com>
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, September 24, 2008 2:24:35 PM
Subject: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

"Anda lempar pisang, ya dapat monyet, gak akan dapat macan"

Itulah pribahasa yang tepat untuk menggambarkan kelangkaan fisikawan
berkualitas di Indonesia.

Adalah alasan sangat bodoh bahwa berkutat di bidang fisika, menjadi
akademisi atau peneliti adalah PELAYANAN. Kalau pendeta atau ustadz
mungkin iya.

Tapi akademisi dan peneliti baik di bidang Fisika atau apapun adalah
professional .. yang perlu mendapatkan remuneration sepantasnya dengan
apa yang telah dia berikan.

Masalahnya, di Indonesia:

Cara pandang masyarakat Indonesia (disinyalir) kepada fisikawan masih
dianggap keramat, masih dianggap sebagai mahaguru dari langit,
dianggap diatas pendeta atau ustadz yang diwajibkan untuk melayani
ummatnya :-) Yang kata-katanya di pegang seperti sebuah ideologi,
sehingga terkadang ekspektasinya begitu besar.

Padahal fisikawan hanyalah satu dari sekian profesi. Tak udahnya
seperti supir bus, penggunting rambut, atau koki.

Setidaknya di tempat saya tinggal sekarang di Sydney (entah di
kota-kota lain di Aussie), gaji sepupu saya yang supir bus hampir sama
saja dengan gaji seorang post-doc fellow .. sama-sama bisa kredit
mobil Commodore terbaru, sama-sama bisa ngontrak rumah AUD 350
perminggu .. karena seorang post-doc fellow tidak lebih penting
ketimbang supir bus.

Kalau level professor mungkin lah lebih penting ketimbang supir bus
biasa, tapi gajinya gak lebih besar dibandingkan level manager di
Commonwealth Bank .. sama-sama bisa kredit rumah type townhouse di Sydney.

Itu semua karena Aussie punya sistem yang baik tentang berapa banyak
sebuah profesi di butuhkan untuk sampai pada keseimbangan pola hidup
dimana tidak ada yang susah sehingga semua orang makmur (namanya juga
Commonwealth)

Berapa kita perlu supir bus?
Berapa kita perlu professor fisika?
Berapa kita perlu lulusan fisika?
Berapa kita perlu tukang donat?

Kalau semua terhitung sesuai kebutuhan, maka sistem penggajian-nya pun
dengan mudah bisa di kalkulasi dan pantas.

Pantas lah supir bus di gaji 30 dolar sejam, kan dia capek dan perlu
konsentrasi selama jam-jam dia nyetir .. kalau nggak bisa celaka.

Pantas lah seorang PhD student digaji AUD 1500 perbulan (lebih rendah
di banding supir bus dalam hitungan jam), kan dia bisa kerja kapan
saja gak terpaku waktu .. asal lulus tepat waktu dan publish paper
sesuai harapan professornya. Di samping itu PhD student masih punya
waktu luang cari duit dari tutorial (nah kalau ini lumayan 35 dolar
sejam he..he..)

Di Indonesia ...

Kayaknya kita gak punya nih kalkulasi ini ..

Berapa sih orang-orang teori murni yang melangit seperti Pak Agus Pur
yang diperlukan di Indonesia?

Berapa orang applied math atau math phys diperlukan seperti Mas Hadi
Susanto?

Berapa sih theoretical applied physicist di photonic seperti Pak Husin?

Atau berapa jumlah kita perlu experimentalist di High Energy Physics
seperti Mas Haryo ..

Atau berapa yang seperti saya? (atau memang Indonesia gak perlu saya
he..he..)

Harusnya pertanyaan ini dijawab oleh kaum birokrat yang harusnya
mengurusi kehidupan sosial kita.

Kalau kebanyakan fisikawan juga aneh.
Kalau kebanyakn tukang donat juga lucu.

Karena negara tidak hanya kenyang dengan Donat
dan pasti lapar kalau APBN hanya sekedar di habiskan buat bikin
eksperimen High Energy Physics.

Cheers!

PS: Tetaplah menjadi fisikawan yang professional!

--- In fisika_indonesia@ yahoogroups. com, "Rasahgelo" <rasahgelo@. ..>
wrote:
>
> pak liek wilardjo tidak hanya 'cukup dikenal', tapi beliau memang
> terkenal di indonesia. salah satunya karena tulisan-tulisan ilmiah
> populer beliau di media massa yang sangat membantu masyarakat umum
> untuk mengenal masyarakat ilmiah kita.
>
> tapi --sama sekali tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada beliau--
> pak liek juga salah satu dari sekian banyak profesor selebritas yang
> kita miliki, profesor yang kehilangan (atau menghilangkan? ) satu dari
> sekian aspek yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang dengan gelar
> profesor. dalam hal ini adalah melakukan advanced research.
>
> ah, jadi teringat lagi dengan polemik di kompas beberapa tahun silam
> yang dikumpulkan pak terry mart di
> http://staff. fisika.ui. ac.id/tmart/ komentar. html
>
> salam,
> h.
>
> --- In fisika_indonesia@ yahoogroups. com, "and_sty0388"
> <and_sty0388@ > wrote:
> >
> > Tidak salah ketika orang menjadi besar dan ingin ditepuk bahunya.
> > Akan tetapi bila hanya itu yang dikejar apalah guna.
> > Hidup adalah Pelayanan... .
> > Mencontohkan seorang Prof. Liek Wilardjo yang senantiasa mengajar kami
> > di UKSW(Universitas Kristen Satya Wacana) dengan sederhana. Beliau
> > boleh dikata salah seorang Profesor yang cukup dikenal di Indonesia.
> > Namun pakaian sederhananya tak menggambarkan keperkasaannya, Topi
> > sedikit lusuh(bagiku) pun jadi barang bawaannya tiap kali masuk kelas.
> > Tak lupa pula botol minum kesayangan beliau. Rambut putihnya
> > menggambarkan usianya yang tak lagi muda. Namun semangat untuk
> > melayani Nyata dalam pribadinya. Saatnya kita punya hati yang tulus
> > melayani bangsa kita. Teriring salam dari kota sejuk nan asri
> > SALATIGA. UKSW(Universitas Kristen Satya Wacana).
> >
>

3b.

Re: Prof. Tjia May On MALU

Posted by: "Hantarto" hantarto@optusnet.com.au   hantarto

Wed Sep 24, 2008 12:08 pm (PDT)

Gaji sopir bus sama dengan gaji post-doc fellow inilah yg menjadi masalah di
Aussie. Kalau saya bisa kursus nyopir bus beberapa bulan, bisa dapet uangnya
sama gedenya dengan kalau saya harus bersusah payah studi sampai tingkat
doktor, kenapa saya harus sekolah sampe doktor? Hal ini menyebabkan
pendidikan tinggi di Aussie juga mengalami masalah. Orang lebih banyak
berbondong2 sekolah TAFE (semacam D3) utk menjadi tukang ledeng, montir
mobil, koki, tukang potong rambut, daripada susah2 kuliah di universitas.
Toh dapet uangnya sama, bisa sama2 liburan ke Bali/Eropa.
Gaji buruh kasar (blue collar) setahun bisa $30,000-$50,000 (setelah pajak),
sedangkan beasiswa PhD setahun paling2 $20,000 (bebas pajak). Ya tentu saja
banyak orang yg memilih kerja kasar yg tidak perlu repot2 mikir. Sehingga
budaya utk sekolah di universitas di Aussie mungkin kalah dibandingkan di
Indonesia. Ini opini saya saja lho.

----- Original Message -----
From: saidphysics
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, September 24, 2008 2:24 PM
Subject: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

"Anda lempar pisang, ya dapat monyet, gak akan dapat macan"

Itulah pribahasa yang tepat untuk menggambarkan kelangkaan fisikawan
berkualitas di Indonesia.

Adalah alasan sangat bodoh bahwa berkutat di bidang fisika, menjadi
akademisi atau peneliti adalah PELAYANAN. Kalau pendeta atau ustadz
mungkin iya.

Tapi akademisi dan peneliti baik di bidang Fisika atau apapun adalah
professional .. yang perlu mendapatkan remuneration sepantasnya dengan
apa yang telah dia berikan.

Masalahnya, di Indonesia:

Cara pandang masyarakat Indonesia (disinyalir) kepada fisikawan masih
dianggap keramat, masih dianggap sebagai mahaguru dari langit,
dianggap diatas pendeta atau ustadz yang diwajibkan untuk melayani
ummatnya :-) Yang kata-katanya di pegang seperti sebuah ideologi,
sehingga terkadang ekspektasinya begitu besar.

Padahal fisikawan hanyalah satu dari sekian profesi. Tak udahnya
seperti supir bus, penggunting rambut, atau koki.

Setidaknya di tempat saya tinggal sekarang di Sydney (entah di
kota-kota lain di Aussie), gaji sepupu saya yang supir bus hampir sama
saja dengan gaji seorang post-doc fellow .. sama-sama bisa kredit
mobil Commodore terbaru, sama-sama bisa ngontrak rumah AUD 350
perminggu .. karena seorang post-doc fellow tidak lebih penting
ketimbang supir bus.

Kalau level professor mungkin lah lebih penting ketimbang supir bus
biasa, tapi gajinya gak lebih besar dibandingkan level manager di
Commonwealth Bank .. sama-sama bisa kredit rumah type townhouse di Sydney.

Itu semua karena Aussie punya sistem yang baik tentang berapa banyak
sebuah profesi di butuhkan untuk sampai pada keseimbangan pola hidup
dimana tidak ada yang susah sehingga semua orang makmur (namanya juga
Commonwealth)

Berapa kita perlu supir bus?
Berapa kita perlu professor fisika?
Berapa kita perlu lulusan fisika?
Berapa kita perlu tukang donat?

Kalau semua terhitung sesuai kebutuhan, maka sistem penggajian-nya pun
dengan mudah bisa di kalkulasi dan pantas.

Pantas lah supir bus di gaji 30 dolar sejam, kan dia capek dan perlu
konsentrasi selama jam-jam dia nyetir .. kalau nggak bisa celaka.

Pantas lah seorang PhD student digaji AUD 1500 perbulan (lebih rendah
di banding supir bus dalam hitungan jam), kan dia bisa kerja kapan
saja gak terpaku waktu .. asal lulus tepat waktu dan publish paper
sesuai harapan professornya. Di samping itu PhD student masih punya
waktu luang cari duit dari tutorial (nah kalau ini lumayan 35 dolar
sejam he..he..)

Di Indonesia ...

Kayaknya kita gak punya nih kalkulasi ini ..

Berapa sih orang-orang teori murni yang melangit seperti Pak Agus Pur
yang diperlukan di Indonesia?

Berapa orang applied math atau math phys diperlukan seperti Mas Hadi
Susanto?

Berapa sih theoretical applied physicist di photonic seperti Pak Husin?

Atau berapa jumlah kita perlu experimentalist di High Energy Physics
seperti Mas Haryo ..

Atau berapa yang seperti saya? (atau memang Indonesia gak perlu saya
he..he..)

Harusnya pertanyaan ini dijawab oleh kaum birokrat yang harusnya
mengurusi kehidupan sosial kita.

Kalau kebanyakan fisikawan juga aneh.
Kalau kebanyakn tukang donat juga lucu.

Karena negara tidak hanya kenyang dengan Donat
dan pasti lapar kalau APBN hanya sekedar di habiskan buat bikin
eksperimen High Energy Physics.

Cheers!

PS: Tetaplah menjadi fisikawan yang professional!

3c.

Re: Prof. Tjia May On MALU

Posted by: "saidphysics" saidphysics@yahoo.com   saidphysics

Wed Sep 24, 2008 4:55 pm (PDT)

Betul sekali Oom!

Itu karena kebutuhan akan lulusan TAFE memang besar sekarang .. nanti
kalau udah terpenuhi juga bakalan dibatasi. Pembatasannya terlihat
dari menjadi kecilnya subsidi pemerintah terhadap keuangan TAFE dan
juga dari point imigrasi yang mengecil bagi orang asing lulusan TAFE
yang mau melamar jadi permanent resident .. Itu udah dihitung Oom sama
pembuat kebijakan.

Ini juga bukan masalah budaya masuk uni .. di Indonesia memang banyak
orang berlomba-lomba masuk uni bahkan s1 aja gak cukup untuk survive
di kota besar .. tapi mana hasilnya konkretnya? Budaya kayak gitu gak
sehat karena efesiensinya rendah .. bahkan konyol ..

Masak untuk jadi front-desk di hotel aja harus lulusan D-3? Masak cuma
jadi tukang ngelas pipa bawah laut di perusahaan minyak harus lulusan
s1 ITB, apa gak memalukan?

Lalu kemana pelajaran seabrek-abrek yang dipelajari waktu kuliah,
kalau cuma soft-skill aja yang kepake waktu kerja?

Kalau saya lihat pandangan dibawah ini adalah pandangan yang
apologetik dan tetap berusaha bilang "bangsa gue is the best, meski
miskin tapi terpelajar lihat noh tiap tahun nyabet medali emas
olimpiade fisika .. he.. he.."

Rakyat gak kenyang Oom dikasi medali emas!

No flame intended, Cheers!

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, "Hantarto" <hantarto@...> wrote:
>
> Gaji sopir bus sama dengan gaji post-doc fellow inilah yg menjadi
masalah di
> Aussie. Kalau saya bisa kursus nyopir bus beberapa bulan, bisa dapet
uangnya
> sama gedenya dengan kalau saya harus bersusah payah studi sampai tingkat
> doktor, kenapa saya harus sekolah sampe doktor? Hal ini menyebabkan
> pendidikan tinggi di Aussie juga mengalami masalah. Orang lebih banyak
> berbondong2 sekolah TAFE (semacam D3) utk menjadi tukang ledeng, montir
> mobil, koki, tukang potong rambut, daripada susah2 kuliah di
universitas.
> Toh dapet uangnya sama, bisa sama2 liburan ke Bali/Eropa.
> Gaji buruh kasar (blue collar) setahun bisa $30,000-$50,000 (setelah
pajak),
> sedangkan beasiswa PhD setahun paling2 $20,000 (bebas pajak). Ya
tentu saja
> banyak orang yg memilih kerja kasar yg tidak perlu repot2 mikir.
Sehingga
> budaya utk sekolah di universitas di Aussie mungkin kalah
dibandingkan di
> Indonesia. Ini opini saya saja lho.
>
> ----- Original Message -----
> From: saidphysics
> To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
> Sent: Wednesday, September 24, 2008 2:24 PM
> Subject: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU
>
>
> "Anda lempar pisang, ya dapat monyet, gak akan dapat macan"
>
> Itulah pribahasa yang tepat untuk menggambarkan kelangkaan fisikawan
> berkualitas di Indonesia.
>
> Adalah alasan sangat bodoh bahwa berkutat di bidang fisika, menjadi
> akademisi atau peneliti adalah PELAYANAN. Kalau pendeta atau ustadz
> mungkin iya.
>
> Tapi akademisi dan peneliti baik di bidang Fisika atau apapun adalah
> professional .. yang perlu mendapatkan remuneration sepantasnya dengan
> apa yang telah dia berikan.
>
> Masalahnya, di Indonesia:
>
> Cara pandang masyarakat Indonesia (disinyalir) kepada fisikawan masih
> dianggap keramat, masih dianggap sebagai mahaguru dari langit,
> dianggap diatas pendeta atau ustadz yang diwajibkan untuk melayani
> ummatnya :-) Yang kata-katanya di pegang seperti sebuah ideologi,
> sehingga terkadang ekspektasinya begitu besar.
>
> Padahal fisikawan hanyalah satu dari sekian profesi. Tak udahnya
> seperti supir bus, penggunting rambut, atau koki.
>
> Setidaknya di tempat saya tinggal sekarang di Sydney (entah di
> kota-kota lain di Aussie), gaji sepupu saya yang supir bus hampir sama
> saja dengan gaji seorang post-doc fellow .. sama-sama bisa kredit
> mobil Commodore terbaru, sama-sama bisa ngontrak rumah AUD 350
> perminggu .. karena seorang post-doc fellow tidak lebih penting
> ketimbang supir bus.
>
> Kalau level professor mungkin lah lebih penting ketimbang supir bus
> biasa, tapi gajinya gak lebih besar dibandingkan level manager di
> Commonwealth Bank .. sama-sama bisa kredit rumah type townhouse di
Sydney.
>
> Itu semua karena Aussie punya sistem yang baik tentang berapa banyak
> sebuah profesi di butuhkan untuk sampai pada keseimbangan pola hidup
> dimana tidak ada yang susah sehingga semua orang makmur (namanya juga
> Commonwealth)
>
> Berapa kita perlu supir bus?
> Berapa kita perlu professor fisika?
> Berapa kita perlu lulusan fisika?
> Berapa kita perlu tukang donat?
>
> Kalau semua terhitung sesuai kebutuhan, maka sistem penggajian-nya pun
> dengan mudah bisa di kalkulasi dan pantas.
>
> Pantas lah supir bus di gaji 30 dolar sejam, kan dia capek dan perlu
> konsentrasi selama jam-jam dia nyetir .. kalau nggak bisa celaka.
>
> Pantas lah seorang PhD student digaji AUD 1500 perbulan (lebih rendah
> di banding supir bus dalam hitungan jam), kan dia bisa kerja kapan
> saja gak terpaku waktu .. asal lulus tepat waktu dan publish paper
> sesuai harapan professornya. Di samping itu PhD student masih punya
> waktu luang cari duit dari tutorial (nah kalau ini lumayan 35 dolar
> sejam he..he..)
>
> Di Indonesia ...
>
> Kayaknya kita gak punya nih kalkulasi ini ..
>
> Berapa sih orang-orang teori murni yang melangit seperti Pak Agus Pur
> yang diperlukan di Indonesia?
>
> Berapa orang applied math atau math phys diperlukan seperti Mas Hadi
> Susanto?
>
> Berapa sih theoretical applied physicist di photonic seperti Pak Husin?
>
> Atau berapa jumlah kita perlu experimentalist di High Energy Physics
> seperti Mas Haryo ..
>
> Atau berapa yang seperti saya? (atau memang Indonesia gak perlu saya
> he..he..)
>
> Harusnya pertanyaan ini dijawab oleh kaum birokrat yang harusnya
> mengurusi kehidupan sosial kita.
>
> Kalau kebanyakan fisikawan juga aneh.
> Kalau kebanyakn tukang donat juga lucu.
>
> Karena negara tidak hanya kenyang dengan Donat
> dan pasti lapar kalau APBN hanya sekedar di habiskan buat bikin
> eksperimen High Energy Physics.
>
> Cheers!
>
> PS: Tetaplah menjadi fisikawan yang professional!
>

3d.

Re: Prof. Tjia May On MALU

Posted by: "Ali Yunus Rohedi" aliyunusrohedi@ymail.com   aliyunusrohedi

Wed Sep 24, 2008 8:03 pm (PDT)

Kelak Indonesia Menjadi Negara Basic Science Yang Digdaya

Saya angkat topi terhadap kepiawaan sdr.Wahyu Pratama menghangatkan
diskusi di Forum Fisika Indonesia ini, yang mengingatkan kita bahwa
ilmuan besar Hawking pun dapat ragu terhadap penemuan higgs
sebagaimana tercetus melalui kalimat pernyataannya:

"I think it will be much more exciting if we don't find the Higgs.

That will show something is wrong, and we need to think again".

Terlebih lagi kalau dikaitkan dengan pengistirahatan LHC sebagaimana
kutipan paparan Bapak Haryo pada komentar beliau sebelumnya:

"LHC pada dasarnya menggunakan gaya magnet/Lorentz untuk

'menyetir'/'mengendalikan' berkas partikel dalam akseleratornya dengan
menggunakan lebih kurang 1200 magnet dipole yang masing-masing
memberikan medan magnet sebesar 8 Tesla. Medan sebesar itu hanya bisa
dihasilkan dengan arus yang sangat besar. Untuk itu, LHC menggunakan
magnet superkonduktor, yang beroperasi pada temperatur sekitar 2K
(-271 derajat Celsius) dan didinginkan dengan helium cair".

Terus terang saya bukan Ahli Fisika Partikel eksperimen, sehingga
tidak memiliki cukup kapabilitas untuk menjelaskan apa itu Higgs
phenomenon. Jangankan saya yang awam, Empat Ahli Fisika Teori
Indonesia papan ataspun (saya sitir pada komentar sebelumnya) tidak
dapat diharapkan untuk mencerahkan kita tentang persoalan ini. Padahal
kapabilitas mereka tentu jauh lebih dekat dibandingkan dengan saya
yang berlatar belakang riset photonics. Saya jadi teringat "joke"
kalau dokter mata tidak dapat menyembuhkan sakit gigi, padahal gigi
dan mata bertetangga dekat posisinya.

Tetapi Pak Haryo..., saya sekarang lebih tertarik pada kutipan bapak
tentang kebutuhan magnet superkonduktor untuk operasioal LHC tersebut
yang suhu kritisnya 2K sehingga tentu dibutuhkan proses pendinginan.
Mengingat LHC tidak bakal mungkin dikembangkan di Indonesia, maka saya
alihkan diskusi pemanfaatan superkonduktor tersebut untuk memasok
berbagai keperluan komponen elektronika sehari-hari.

Nah yang memungkinkan Fisikawan Indonesia bisa duduk berdiskusi
bersama adalah bagaimana mendapatkan material pembentuk superkonduktor
tersebut sedemikian temperatur kritisnya di sekitar temperatur kamar
yakni sekitar 300K.

Maaf saya sebut nama. Saya dua kali menjadi peserta pendengar pada
Symposium Internasional (keduanya di tahun 2007) yang pembicaranya
adalah Doktor-Doktor Fisika Indonesia. Pertama di Forum Kentingan Solo
dengan pembicara DR. Pekik Nuswantara dari UGM, dan yang terakhir yang
diselenggarakan Jurusan Fisika ITB dengan pembicara DR.Darminto dari
ITS. Sebagai anak bangsa, saya merasa bangga terhadap kedua
bapak-bapak Doktor tersebut yang dengan gamblang menjelaskan gejala
superkondutvitas tersebut. Yang membuat saya terperanjat adalah bahwa
ternyata sejak 1911 dimana bahan superkonduktivitas itu untuk pertama
kalinya ditemukan oleh Bapak Ownes, hingga sekarang belum juga
ditemukan yang bertemperatur kritis pada temperatur kamar. Bahkan
menurut beliau-beliau, hingga saat ini temperatur kritis tertinggi
yang dapat dicapai baru sekitar 100K. Padahal para periset kelas dunia
di bidang ini sudah serta merta menggunakan software aplikasi canggih
sebagai alat pensimulasinya. Lantas apa titik temu keraguan saya
terhadap perburuan bahan superkonduktor bertemperatur kritis kamar
tersebut dengan keraguan Pak Hawking terhadap pengungkapan gejala
Higgs. Akhirnya saya mencoba meyakini jangan jangan ada yang "kurang
sempurna" dengan teori superkonduktor itu. Ini berarti diperlukan
perombakan terhadap model matematis yang diadopsi selama ini. Kalaupun
model tersebut sudah diyakini benar, barangkali kita harus berani
melakukan kaji ulang terhadap prosedur pemecahannya. Karena kita sadar
bahwa selama ini model-model keramat tersebut selalu dipecahkan dengan
metode numerik mengingat solusi eksak analitiknya belum ditemukan.
Kita harus tetap waspada bahwa dengan tanpa penanganan yang tepat
solusi numerik bisa salah, walaupun taburan angka dan tampilan grafik
selalu dikeluarkan dari setiap persoalan yang kita selesaikan.

Melihat fakta bahwa pelajar pelajar SMA kita selalu jawara dalam
setiap event Olimpiade Internasional Fisika dan Matematika yang
diikutinya, Prof Yohanes Surya seyogyanya mengerahkan potensi
mereka-mereka yang idialis ini untuk memburu solusi-solusi eksak model
berbagai permasalahan fisika yang hingga kini masih "tersembunyi".
Atau yang lebih ekstrim lagi materi perkuliahan Fisika Matematika di
S1 lebih difokuskan pada persoalan yang menantang, dan bukan hanya
pada sekedar pembuktian rumus. Kalau seruan ini dapat
diimplimentasikan dalam kurikulum, maka tidak saja keprihatinan Prof
Tjia May On terhadap anak-anak didik di SMA yang selama ini dilatih
hanya untuk pintar menjabarkan rumus tanpa memberikan ruang nalar
untuk mengungkap aspek teori dari gejala yang diamatinya "bisa
terhindarkan", JUGA kita dapat beroptimis bahwa KELAK Indonesia
menjadi Negara yang Digdaya di bidang Basic Science. Kalau impian ini
tergapai, tidak saja problem pemenuhan bahan superkonduktor dapat
teratasi, masalah peringatan dini gempa pun dapat dilakukan secara
cermat, bahkan Kasus Lumpur Lapindo benar-benar dapat tertanggulangi
secara ilmiah.

Berbekal kecintaan saya pada Indonesia, saya rela tidak melanjutkan
Studi S3, tetapi memilih melakukan riset pribadi untuk mengungkap
mengapa banyak persoalan model matematis yang belum terselesaikan
secara eksak. Alhamdulillah, saya bukan bermaksud promosi, tetapi via
komentar ini saya mengundang visitor forum ini untuk berkunjung ke web
rohedi.com, rohedi.blogspot.com, dan rohedi.wordpress.com. Disana
tersaji banyak formula sakti yang komputer simbolikpun tidak mampu
mengeluarkannya.

Tentu, teknik yang saya kembangkan belum dapat menangani semua
persoalan fisika, tetapi kalau formula-formula itu dapat diberdayakan
oleh bapak-bapak Doktor Indonesia, saya percaya dan haqqul yakin
tengara Prof Tjia May On bahwa banyak "Doktor-Doktor Indonesia yang
Mandul Publikasi" dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama akan
teralat. Dan tidak itu saja, barangkali formula formula smart
rohedi.com tersebut dapat digunakan untuk memberdayakan Professor
Professor Indonesia yang notabene rekan sepaguyupan Prof. Tjia May On.

Demikian sumbangan pemikiran saya.

Salam Hangat

Rohedi.com

3e.

Re: Prof. Tjia May On MALU

Posted by: "Zaenal Arief" zaenal@pudak.com

Wed Sep 24, 2008 8:03 pm (PDT)

ya biar aja pak Han, kalo kelak negara itu jadi negara kelas pekerja semua...kan jadi nggak bisa teriak2 kayak sekarang....

----- Original Message -----
From: Hantarto
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Sent: Thursday, September 25, 2008 2:04 AM
Subject: Re: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

Gaji sopir bus sama dengan gaji post-doc fellow inilah yg menjadi masalah di
Aussie. Kalau saya bisa kursus nyopir bus beberapa bulan, bisa dapet uangnya
sama gedenya dengan kalau saya harus bersusah payah studi sampai tingkat
doktor, kenapa saya harus sekolah sampe doktor? Hal ini menyebabkan
pendidikan tinggi di Aussie juga mengalami masalah. Orang lebih banyak
berbondong2 sekolah TAFE (semacam D3) utk menjadi tukang ledeng, montir
mobil, koki, tukang potong rambut, daripada susah2 kuliah di universitas.
Toh dapet uangnya sama, bisa sama2 liburan ke Bali/Eropa.
Gaji buruh kasar (blue collar) setahun bisa $30,000-$50,000 (setelah pajak),
sedangkan beasiswa PhD setahun paling2 $20,000 (bebas pajak). Ya tentu saja
banyak orang yg memilih kerja kasar yg tidak perlu repot2 mikir. Sehingga
budaya utk sekolah di universitas di Aussie mungkin kalah dibandingkan di
Indonesia. Ini opini saya saja lho.

----- Original Message -----
From: saidphysics
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, September 24, 2008 2:24 PM
Subject: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

"Anda lempar pisang, ya dapat monyet, gak akan dapat macan"

Itulah pribahasa yang tepat untuk menggambarkan kelangkaan fisikawan
berkualitas di Indonesia.

Adalah alasan sangat bodoh bahwa berkutat di bidang fisika, menjadi
akademisi atau peneliti adalah PELAYANAN. Kalau pendeta atau ustadz
mungkin iya.

Tapi akademisi dan peneliti baik di bidang Fisika atau apapun adalah
professional .. yang perlu mendapatkan remuneration sepantasnya dengan
apa yang telah dia berikan.

Masalahnya, di Indonesia:

Cara pandang masyarakat Indonesia (disinyalir) kepada fisikawan masih
dianggap keramat, masih dianggap sebagai mahaguru dari langit,
dianggap diatas pendeta atau ustadz yang diwajibkan untuk melayani
ummatnya :-) Yang kata-katanya di pegang seperti sebuah ideologi,
sehingga terkadang ekspektasinya begitu besar.

Padahal fisikawan hanyalah satu dari sekian profesi. Tak udahnya
seperti supir bus, penggunting rambut, atau koki.

Setidaknya di tempat saya tinggal sekarang di Sydney (entah di
kota-kota lain di Aussie), gaji sepupu saya yang supir bus hampir sama
saja dengan gaji seorang post-doc fellow .. sama-sama bisa kredit
mobil Commodore terbaru, sama-sama bisa ngontrak rumah AUD 350
perminggu .. karena seorang post-doc fellow tidak lebih penting
ketimbang supir bus.

Kalau level professor mungkin lah lebih penting ketimbang supir bus
biasa, tapi gajinya gak lebih besar dibandingkan level manager di
Commonwealth Bank .. sama-sama bisa kredit rumah type townhouse di Sydney.

Itu semua karena Aussie punya sistem yang baik tentang berapa banyak
sebuah profesi di butuhkan untuk sampai pada keseimbangan pola hidup
dimana tidak ada yang susah sehingga semua orang makmur (namanya juga
Commonwealth)

Berapa kita perlu supir bus?
Berapa kita perlu professor fisika?
Berapa kita perlu lulusan fisika?
Berapa kita perlu tukang donat?

Kalau semua terhitung sesuai kebutuhan, maka sistem penggajian-nya pun
dengan mudah bisa di kalkulasi dan pantas.

Pantas lah supir bus di gaji 30 dolar sejam, kan dia capek dan perlu
konsentrasi selama jam-jam dia nyetir .. kalau nggak bisa celaka.

Pantas lah seorang PhD student digaji AUD 1500 perbulan (lebih rendah
di banding supir bus dalam hitungan jam), kan dia bisa kerja kapan
saja gak terpaku waktu .. asal lulus tepat waktu dan publish paper
sesuai harapan professornya. Di samping itu PhD student masih punya
waktu luang cari duit dari tutorial (nah kalau ini lumayan 35 dolar
sejam he..he..)

Di Indonesia ...

Kayaknya kita gak punya nih kalkulasi ini ..

Berapa sih orang-orang teori murni yang melangit seperti Pak Agus Pur
yang diperlukan di Indonesia?

Berapa orang applied math atau math phys diperlukan seperti Mas Hadi
Susanto?

Berapa sih theoretical applied physicist di photonic seperti Pak Husin?

Atau berapa jumlah kita perlu experimentalist di High Energy Physics
seperti Mas Haryo ..

Atau berapa yang seperti saya? (atau memang Indonesia gak perlu saya
he..he..)

Harusnya pertanyaan ini dijawab oleh kaum birokrat yang harusnya
mengurusi kehidupan sosial kita.

Kalau kebanyakan fisikawan juga aneh.
Kalau kebanyakn tukang donat juga lucu.

Karena negara tidak hanya kenyang dengan Donat
dan pasti lapar kalau APBN hanya sekedar di habiskan buat bikin
eksperimen High Energy Physics.

Cheers!

PS: Tetaplah menjadi fisikawan yang professional!

3f.

Re: Prof. Tjia May On MALU

Posted by: "Zaenal Arief" zaenal@pudak.com

Wed Sep 24, 2008 8:03 pm (PDT)

nah kalo udah di planing lain lagi ceritanya, itulah bedanya di ostrali dengan di sini biasanya disini keputusannya grabak-grubuk, jadi sebentar2 di revisi....Indonesia kan berencana membalik SMA dan SMK biat SMK nya 70% dan SMA nya 30% supaya menhasilkan tenaga siap pakai.... tapi problem baru muncul... guru SMK dari mana??

----- Original Message -----
From: saidphysics
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Sent: Thursday, September 25, 2008 6:50 AM
Subject: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

Betul sekali Oom!

Itu karena kebutuhan akan lulusan TAFE memang besar sekarang .. nanti
kalau udah terpenuhi juga bakalan dibatasi. Pembatasannya terlihat
dari menjadi kecilnya subsidi pemerintah terhadap keuangan TAFE dan
juga dari point imigrasi yang mengecil bagi orang asing lulusan TAFE
yang mau melamar jadi permanent resident .. Itu udah dihitung Oom sama
pembuat kebijakan.

Ini juga bukan masalah budaya masuk uni .. di Indonesia memang banyak
orang berlomba-lomba masuk uni bahkan s1 aja gak cukup untuk survive
di kota besar .. tapi mana hasilnya konkretnya? Budaya kayak gitu gak
sehat karena efesiensinya rendah .. bahkan konyol ..

Masak untuk jadi front-desk di hotel aja harus lulusan D-3? Masak cuma
jadi tukang ngelas pipa bawah laut di perusahaan minyak harus lulusan
s1 ITB, apa gak memalukan?

Lalu kemana pelajaran seabrek-abrek yang dipelajari waktu kuliah,
kalau cuma soft-skill aja yang kepake waktu kerja?

Kalau saya lihat pandangan dibawah ini adalah pandangan yang
apologetik dan tetap berusaha bilang "bangsa gue is the best, meski
miskin tapi terpelajar lihat noh tiap tahun nyabet medali emas
olimpiade fisika .. he.. he.."

Rakyat gak kenyang Oom dikasi medali emas!

No flame intended, Cheers!

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, "Hantarto" <hantarto@...> wrote:
>
> Gaji sopir bus sama dengan gaji post-doc fellow inilah yg menjadi
masalah di
> Aussie. Kalau saya bisa kursus nyopir bus beberapa bulan, bisa dapet
uangnya
> sama gedenya dengan kalau saya harus bersusah payah studi sampai tingkat
> doktor, kenapa saya harus sekolah sampe doktor? Hal ini menyebabkan
> pendidikan tinggi di Aussie juga mengalami masalah. Orang lebih banyak
> berbondong2 sekolah TAFE (semacam D3) utk menjadi tukang ledeng, montir
> mobil, koki, tukang potong rambut, daripada susah2 kuliah di
universitas.
> Toh dapet uangnya sama, bisa sama2 liburan ke Bali/Eropa.
> Gaji buruh kasar (blue collar) setahun bisa $30,000-$50,000 (setelah
pajak),
> sedangkan beasiswa PhD setahun paling2 $20,000 (bebas pajak). Ya
tentu saja
> banyak orang yg memilih kerja kasar yg tidak perlu repot2 mikir.
Sehingga
> budaya utk sekolah di universitas di Aussie mungkin kalah
dibandingkan di
> Indonesia. Ini opini saya saja lho.
>
> ----- Original Message -----
> From: saidphysics
> To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
> Sent: Wednesday, September 24, 2008 2:24 PM
> Subject: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU
>
>
> "Anda lempar pisang, ya dapat monyet, gak akan dapat macan"
>
> Itulah pribahasa yang tepat untuk menggambarkan kelangkaan fisikawan
> berkualitas di Indonesia.
>
> Adalah alasan sangat bodoh bahwa berkutat di bidang fisika, menjadi
> akademisi atau peneliti adalah PELAYANAN. Kalau pendeta atau ustadz
> mungkin iya.
>
> Tapi akademisi dan peneliti baik di bidang Fisika atau apapun adalah
> professional .. yang perlu mendapatkan remuneration sepantasnya dengan
> apa yang telah dia berikan.
>
> Masalahnya, di Indonesia:
>
> Cara pandang masyarakat Indonesia (disinyalir) kepada fisikawan masih
> dianggap keramat, masih dianggap sebagai mahaguru dari langit,
> dianggap diatas pendeta atau ustadz yang diwajibkan untuk melayani
> ummatnya :-) Yang kata-katanya di pegang seperti sebuah ideologi,
> sehingga terkadang ekspektasinya begitu besar.
>
> Padahal fisikawan hanyalah satu dari sekian profesi. Tak udahnya
> seperti supir bus, penggunting rambut, atau koki.
>
> Setidaknya di tempat saya tinggal sekarang di Sydney (entah di
> kota-kota lain di Aussie), gaji sepupu saya yang supir bus hampir sama
> saja dengan gaji seorang post-doc fellow .. sama-sama bisa kredit
> mobil Commodore terbaru, sama-sama bisa ngontrak rumah AUD 350
> perminggu .. karena seorang post-doc fellow tidak lebih penting
> ketimbang supir bus.
>
> Kalau level professor mungkin lah lebih penting ketimbang supir bus
> biasa, tapi gajinya gak lebih besar dibandingkan level manager di
> Commonwealth Bank .. sama-sama bisa kredit rumah type townhouse di
Sydney.
>
> Itu semua karena Aussie punya sistem yang baik tentang berapa banyak
> sebuah profesi di butuhkan untuk sampai pada keseimbangan pola hidup
> dimana tidak ada yang susah sehingga semua orang makmur (namanya juga
> Commonwealth)
>
> Berapa kita perlu supir bus?
> Berapa kita perlu professor fisika?
> Berapa kita perlu lulusan fisika?
> Berapa kita perlu tukang donat?
>
> Kalau semua terhitung sesuai kebutuhan, maka sistem penggajian-nya pun
> dengan mudah bisa di kalkulasi dan pantas.
>
> Pantas lah supir bus di gaji 30 dolar sejam, kan dia capek dan perlu
> konsentrasi selama jam-jam dia nyetir .. kalau nggak bisa celaka.
>
> Pantas lah seorang PhD student digaji AUD 1500 perbulan (lebih rendah
> di banding supir bus dalam hitungan jam), kan dia bisa kerja kapan
> saja gak terpaku waktu .. asal lulus tepat waktu dan publish paper
> sesuai harapan professornya. Di samping itu PhD student masih punya
> waktu luang cari duit dari tutorial (nah kalau ini lumayan 35 dolar
> sejam he..he..)
>
> Di Indonesia ...
>
> Kayaknya kita gak punya nih kalkulasi ini ..
>
> Berapa sih orang-orang teori murni yang melangit seperti Pak Agus Pur
> yang diperlukan di Indonesia?
>
> Berapa orang applied math atau math phys diperlukan seperti Mas Hadi
> Susanto?
>
> Berapa sih theoretical applied physicist di photonic seperti Pak Husin?
>
> Atau berapa jumlah kita perlu experimentalist di High Energy Physics
> seperti Mas Haryo ..
>
> Atau berapa yang seperti saya? (atau memang Indonesia gak perlu saya
> he..he..)
>
> Harusnya pertanyaan ini dijawab oleh kaum birokrat yang harusnya
> mengurusi kehidupan sosial kita.
>
> Kalau kebanyakan fisikawan juga aneh.
> Kalau kebanyakn tukang donat juga lucu.
>
> Karena negara tidak hanya kenyang dengan Donat
> dan pasti lapar kalau APBN hanya sekedar di habiskan buat bikin
> eksperimen High Energy Physics.
>
> Cheers!
>
> PS: Tetaplah menjadi fisikawan yang professional!
>

4a.

CP uji analisa dengan coulter-counter di LIPI

Posted by: "dit78er" di2003@alumni.soton.ac.uk   dit78er

Wed Sep 24, 2008 1:10 am (PDT)

Hallo semua,

Apakah ada yang bisa menginformasikan contact person untuk uji analisa
droplet emulsi dengan coulter counter di Puslitbang LIPI? Saya perlu
mengukur distribusi ukuran droplet (drop size distribution) untuk
emulsi kental dengan rentang ukuran droplet dari 10-100 nm sampai 100
micron. Atau apa ada universitas/layanan analisa sekitaran Jakarta
yang memiliki alat ini?

Terima kasih sebelumnya.

Dan

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, Ihsan Hariadi <hariadi@...>
wrote:
>
>
>
> -------------------------------------------------
> From : atmo <bambang@...>
> To : hfi@egroups.com
> Date : Tue, 5 Sep 2000 16:58:19 +0900
> Subject: Re: [HFI] blood-cell counter ...
> -------------------------------------------------
>
> Kalau yang dimaksud adalah pencacah blood-cell, di Puslitbang Fisika
> Terapan LIPI, Serpong juga ada , namanya Coulter-Caunter (buatan
Ingris
> kalau tidak salah), disana ada buku manualnya beserta rangkaian
elektro-
> niknya, karena saya pernah memperbaiki. Biasanya kalibrasinya
pakai
> serbuk/butiran latex.
>
> Prinsip kerja alat tersebut adalah ada celah ukuran mikron yang meng-
> hubungkan dua elektroda. Kemudian dua lektroda dialiri arus, sehingga
> apabila ada partikel kecil yang melewati celah mikron tersebut, maka
> akan merubah arus yang lewat dan ini seterusnya dikonversi ke
tengangan.
> Kemudian dari tegangan dan lebar pulsa dihitung besaran partikelnya.
> ***********************
> Untuk lebih detail hubungi pemakainya yaitu lab Keramik P3FT,
Serpong.
>
> wassalam
>
> atmo
>
> ihsan:
> -----
> Kalau membaca prinsip kerja alat pencacah sel darah di atas
> sebetulnya rasanya cukup "sederhana". Pasangan elektroda
> dengan jarak "sekian mikron" tersebut rasanya ada dalam
> jangkauan kita di Indonesia untuk membuat. Misalnya
> menggunakan teknologi mikroelektronika.
>
> Pada prosedur di atas, agar ukuran/"diameter" sel darah
> dapat diperkirakan secara cukup teliti dengan mengukur
> "lebar pulsa", maka kecepatan aliran "v" nya perlu
> diketahui (atau ditentukan) dengan presisi. Kalau aliran
> ini dibangkitkan oleh pompa, justeri teknologi pompa
> cairan yang "presisi" ini (yang banyak mengandung precision
> mechanics) yang saya belum begitu kebayang. Tapi kalau toh
> kita menggunakan pompa yang tidak begitu presisi, yang
alirannya
> tidak begitu stabil, masih bisa ditolerir, asal pada saat
> yang bersamaan (dan "real time") laju aliran juga diukur
> oleh sebuah sensor aliran yang presisi dan terkalibrasi.
> Jadi selalu ada pasangan data :
>
> vp, tp
>
> di mana vp = laju aliran (dalam satuan jarak/waktu )
> tp = lebar pulsa (dalam satuan waktu)
>
> Untuk kasus yang sederhana, maka ukuran "diameter" darah
> adalah =
>
> Dp = vp * tp
>
> Ada rekan-rekan yang dapat menjelaskan berapa ukuran rata-rata
> "diameter" sel darah (sel darah merah?).
>
> << ihsan >>
>

5a.

Brief History Of Time

Posted by: "Tani Indrawan" indrawan@javainspiration.com

Wed Sep 24, 2008 1:52 am (PDT)

Sebelumnya perkenalkan saya sbg peserta milis fisika-indo baru.
Meski background saya bukan fisika, tapi matematika, sejak dulu saya
tertarik dunia fisika khususnya astrofisika.
Dalam beberapa hal saya senang melakukan eksplorasi ilmu ini dengan
latar belakang matematika yg saya punyai, cukup membantu saya untuk
belajar astrofisika, meski cuma dasar2 nya saja.
Dalam forum ini saya minta informasi rekan2 milis mengenai bukunya
Stephen Hawking: Brief History of Time, barangkali ada yg memiliki
terjamahan nya atau informasi dimana saya bisa mendapatkan terjemahan
indonesia buku tersebut.
Sebelumnya saya ucapkan banyak terimakasih

Wassalam

5b.

Re: Brief History Of Time

Posted by: "saidphysics" saidphysics@yahoo.com   saidphysics

Wed Sep 24, 2008 10:48 am (PDT)

Hola Tani! Salam kenal juga ..

Setahu saya itu buku udah lama benget di terjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, saya ingat saya sudah mulai baca itu buku saat saya kelas 2
atau kelas 3 sma, berarti sekitar tahun 1995-an. Judulnya terjemahannya:

"Riwayat Sang Kala: Dari Dentuman Besar sampai ke Lubang Hitam" ..
(kalau saya gak salah ingat) Saya lupa penerbitnya apa .. tapi
kayaknya mudah banget dicari di toko-toko buku di Jakarta/Bandung.

Anyway kalau kamu suka dengan astrofisika/kosmologi apalagi punya
background math yang cukup kuat .. coba aja daftar "Asher Peres
International School of Physics" di Sydney, gratis untuk pendaftaran,
akomodasi dan makan (kalau aplkasi kamu diterima - tapi tidak termasuk
tiket pesawat).

Silahkan lihat keterangannya disini:
http://web.mac.com/quests/PeresSchool/Lecturers.html

Good luck!
Cheers,
rsaid.

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, "Tani Indrawan"
<indrawan@...> wrote:
>
> Sebelumnya perkenalkan saya sbg peserta milis fisika-indo baru.
> Meski background saya bukan fisika, tapi matematika, sejak dulu saya
> tertarik dunia fisika khususnya astrofisika.
> Dalam beberapa hal saya senang melakukan eksplorasi ilmu ini dengan
> latar belakang matematika yg saya punyai, cukup membantu saya untuk
> belajar astrofisika, meski cuma dasar2 nya saja.
> Dalam forum ini saya minta informasi rekan2 milis mengenai bukunya
> Stephen Hawking: Brief History of Time, barangkali ada yg memiliki
> terjamahan nya atau informasi dimana saya bisa mendapatkan terjemahan
> indonesia buku tersebut.
> Sebelumnya saya ucapkan banyak terimakasih
>
> Wassalam
>

5c.

Re: Brief History Of Time

Posted by: "mwahyu_pratama" mwahyu_pratama@yahoo.com.sg   mwahyu_pratama

Wed Sep 24, 2008 12:07 pm (PDT)

Hasil google "Brief History Of Time" baris kedua.

http://www.nt.ntnu.no/users/lale/e_book/stephenHawking-ABriefHistoryOfTime.pdf

Regards,
Wahyu

5d.

Re: Brief History Of Time

Posted by: "mwahyu_pratama" mwahyu_pratama@yahoo.com.sg   mwahyu_pratama

Wed Sep 24, 2008 12:07 pm (PDT)

Maaf yang ini kelewatan .. jd itu basa ingris mgn anda juga sudah dapat.
> Dalam forum ini saya minta informasi rekan2 milis mengenai bukunya
> Stephen Hawking: Brief History of Time, barangkali ada yg memiliki
> terjamahan nya atau informasi dimana saya bisa mendapatkan terjemahan
> indonesia buku tersebut.
> Sebelumnya saya ucapkan banyak terimakasih
>
> Wassalam
>

6.

Tentang Entropi dan Entalpi

Posted by: "Mikhail S.S." newton_incarnation@yahoo.com   newton_incarnation

Wed Sep 24, 2008 12:07 pm (PDT)

Perkenalkan, nama saya Mikhail. Saya saat ini adalah seorang mahasiswa jurusan Fisika di UPH Karawaci. Ini adalah posting saya yang pertama di milis fisika ini.

Saya saat ini sedang kesulitan bagaimana menjelaskan apa itu Entropi dan Entalpi kepada orang yang baru akan belajar Termodinamika, bagaimana menyusun kata-kata yang tepat sehingga mudah dimengerti. Karena sata tahu kedua istilah ini memang sangat penting untuk digunakan di Termodinamika. Adakah yang bisa bantu saya? Jikalau harus menggunaka analogi, harus saya hubungkan terhadap apa agar sesuai dan mudah dicerna?

Maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan.
Mohon kerjasamanya dan Terima Kasih.

7.

Lowongan PhDs dan Postdocs [wasRe: Prof. Tjia May On MALU]

Posted by: "A. Rusydi" andrivo_rusydi@yahoo.com   andrivo_rusydi

Wed Sep 24, 2008 9:09 pm (PDT)

Aamien ya rabbal'alamiin.

Menarik membaca komentar-komentar rekans dan semoga harapan kita terwujud.

Kalau pak Rohedi berkenan, Bapak bisa bergabung dengan kita. Kita juga lagi giat belajar, salah satu nya adalah menguak misteri superkonduktor temperatur tinggi dengan kajian utama dari sisi 'scattering and spectroscopy , e.g. resonan soft x-ray scattering, x-ray absorption, x-ray magnetic circular dichroism, optical ellipsometry and VUV-FEL Raman spectroscopy'. Kebanyakan experimen menggunakan fasilitas synchrotron (world wide) yang kemudian akan di jelaskan dengan teori. Jadi, eksperimen dan teori di sini kita jadikan "satu paket".

Untuk rekan-rekan pecinta Fisika dan Sains,

group kita di NUS mempunyai 5-6 lowongan untuk PhDs dan 2-3 Postdocs, eksperimen dan teori. Profile singkat riset bisa di lihat di: ( http://www.physics.nus.edu.sg/corporate/staff/andrivo.html ). Kalau ada yang berminat bergabung dengan kita dan ingin punya info lebih lanjut, silahkan kontak (via japri). Bersama-sama kita menguak misteri di alam. (It's a lot of fun, indeed).

Salam,
Andrivo

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, "Ali Yunus Rohedi" <aliyunusrohedi@...> wrote:
>
> Kelak Indonesia Menjadi Negara Basic Science Yang Digdaya
>
>
> Saya angkat topi terhadap kepiawaan sdr.Wahyu Pratama menghangatkan
> diskusi di Forum Fisika Indonesia ini, yang mengingatkan kita bahwa
> ilmuan besar Hawking pun dapat ragu terhadap penemuan higgs
> sebagaimana tercetus melalui kalimat pernyataannya:
>
>
> "I think it will be much more exciting if we don't find the Higgs.
>
> That will show something is wrong, and we need to think again".
>
>
> Terlebih lagi kalau dikaitkan dengan pengistirahatan LHC sebagaimana
> kutipan paparan Bapak Haryo pada komentar beliau sebelumnya:
>
>
> "LHC pada dasarnya menggunakan gaya magnet/Lorentz untuk
>
> 'menyetir'/'mengendalikan' berkas partikel dalam akseleratornya dengan
> menggunakan lebih kurang 1200 magnet dipole yang masing-masing
> memberikan medan magnet sebesar 8 Tesla. Medan sebesar itu hanya bisa
> dihasilkan dengan arus yang sangat besar. Untuk itu, LHC menggunakan
> magnet superkonduktor, yang beroperasi pada temperatur sekitar 2K
> (-271 derajat Celsius) dan didinginkan dengan helium cair".
>
>
> Terus terang saya bukan Ahli Fisika Partikel eksperimen, sehingga
> tidak memiliki cukup kapabilitas untuk menjelaskan apa itu Higgs
> phenomenon. Jangankan saya yang awam, Empat Ahli Fisika Teori
> Indonesia papan ataspun (saya sitir pada komentar sebelumnya) tidak
> dapat diharapkan untuk mencerahkan kita tentang persoalan ini. Padahal
> kapabilitas mereka tentu jauh lebih dekat dibandingkan dengan saya
> yang berlatar belakang riset photonics. Saya jadi teringat "joke"
> kalau dokter mata tidak dapat menyembuhkan sakit gigi, padahal gigi
> dan mata bertetangga dekat posisinya.
>
>
> Tetapi Pak Haryo..., saya sekarang lebih tertarik pada kutipan bapak
> tentang kebutuhan magnet superkonduktor untuk operasioal LHC tersebut
> yang suhu kritisnya 2K sehingga tentu dibutuhkan proses pendinginan.
> Mengingat LHC tidak bakal mungkin dikembangkan di Indonesia, maka saya
> alihkan diskusi pemanfaatan superkonduktor tersebut untuk memasok
> berbagai keperluan komponen elektronika sehari-hari.
>
>
> Nah yang memungkinkan Fisikawan Indonesia bisa duduk berdiskusi
> bersama adalah bagaimana mendapatkan material pembentuk superkonduktor
> tersebut sedemikian temperatur kritisnya di sekitar temperatur kamar
> yakni sekitar 300K.
>
>
> Maaf saya sebut nama. Saya dua kali menjadi peserta pendengar pada
> Symposium Internasional (keduanya di tahun 2007) yang pembicaranya
> adalah Doktor-Doktor Fisika Indonesia. Pertama di Forum Kentingan Solo
> dengan pembicara DR. Pekik Nuswantara dari UGM, dan yang terakhir yang
> diselenggarakan Jurusan Fisika ITB dengan pembicara DR.Darminto dari
> ITS. Sebagai anak bangsa, saya merasa bangga terhadap kedua
> bapak-bapak Doktor tersebut yang dengan gamblang menjelaskan gejala
> superkondutvitas tersebut. Yang membuat saya terperanjat adalah bahwa
> ternyata sejak 1911 dimana bahan superkonduktivitas itu untuk pertama
> kalinya ditemukan oleh Bapak Ownes, hingga sekarang belum juga
> ditemukan yang bertemperatur kritis pada temperatur kamar. Bahkan
> menurut beliau-beliau, hingga saat ini temperatur kritis tertinggi
> yang dapat dicapai baru sekitar 100K. Padahal para periset kelas dunia
> di bidang ini sudah serta merta menggunakan software aplikasi canggih
> sebagai alat pensimulasinya. Lantas apa titik temu keraguan saya
> terhadap perburuan bahan superkonduktor bertemperatur kritis kamar
> tersebut dengan keraguan Pak Hawking terhadap pengungkapan gejala
> Higgs. Akhirnya saya mencoba meyakini jangan jangan ada yang "kurang
> sempurna" dengan teori superkonduktor itu. Ini berarti diperlukan
> perombakan terhadap model matematis yang diadopsi selama ini. Kalaupun
> model tersebut sudah diyakini benar, barangkali kita harus berani
> melakukan kaji ulang terhadap prosedur pemecahannya. Karena kita sadar
> bahwa selama ini model-model keramat tersebut selalu dipecahkan dengan
> metode numerik mengingat solusi eksak analitiknya belum ditemukan.
> Kita harus tetap waspada bahwa dengan tanpa penanganan yang tepat
> solusi numerik bisa salah, walaupun taburan angka dan tampilan grafik
> selalu dikeluarkan dari setiap persoalan yang kita selesaikan.
>
>
> Melihat fakta bahwa pelajar pelajar SMA kita selalu jawara dalam
> setiap event Olimpiade Internasional Fisika dan Matematika yang
> diikutinya, Prof Yohanes Surya seyogyanya mengerahkan potensi
> mereka-mereka yang idialis ini untuk memburu solusi-solusi eksak model
> berbagai permasalahan fisika yang hingga kini masih "tersembunyi".
> Atau yang lebih ekstrim lagi materi perkuliahan Fisika Matematika di
> S1 lebih difokuskan pada persoalan yang menantang, dan bukan hanya
> pada sekedar pembuktian rumus. Kalau seruan ini dapat
> diimplimentasikan dalam kurikulum, maka tidak saja keprihatinan Prof
> Tjia May On terhadap anak-anak didik di SMA yang selama ini dilatih
> hanya untuk pintar menjabarkan rumus tanpa memberikan ruang nalar
> untuk mengungkap aspek teori dari gejala yang diamatinya "bisa
> terhindarkan", JUGA kita dapat beroptimis bahwa KELAK Indonesia
> menjadi Negara yang Digdaya di bidang Basic Science. Kalau impian ini
> tergapai, tidak saja problem pemenuhan bahan superkonduktor dapat
> teratasi, masalah peringatan dini gempa pun dapat dilakukan secara
> cermat, bahkan Kasus Lumpur Lapindo benar-benar dapat tertanggulangi
> secara ilmiah.
>
>
> Berbekal kecintaan saya pada Indonesia, saya rela tidak melanjutkan
> Studi S3, tetapi memilih melakukan riset pribadi untuk mengungkap
> mengapa banyak persoalan model matematis yang belum terselesaikan
> secara eksak. Alhamdulillah, saya bukan bermaksud promosi, tetapi via
> komentar ini saya mengundang visitor forum ini untuk berkunjung ke web
> rohedi.com, rohedi.blogspot.com, dan rohedi.wordpress.com. Disana
> tersaji banyak formula sakti yang komputer simbolikpun tidak mampu
> mengeluarkannya.
>
>
> Tentu, teknik yang saya kembangkan belum dapat menangani semua
> persoalan fisika, tetapi kalau formula-formula itu dapat diberdayakan
> oleh bapak-bapak Doktor Indonesia, saya percaya dan haqqul yakin
> tengara Prof Tjia May On bahwa banyak "Doktor-Doktor Indonesia yang
> Mandul Publikasi" dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama akan
> teralat. Dan tidak itu saja, barangkali formula formula smart
> rohedi.com tersebut dapat digunakan untuk memberdayakan Professor
> Professor Indonesia yang notabene rekan sepaguyupan Prof. Tjia May On.
>
>
> Demikian sumbangan pemikiran saya.
>
> Salam Hangat
>
> Rohedi.com
>

8a.

Re: Critique of Pure Physics

Posted by: "Muhammad Aziz Majidi" aziz.majidi@gmail.com   aziz_majidi

Wed Sep 24, 2008 9:39 pm (PDT)

Saya salut dan respek dengan semangat Handika serta empatinya terhadap
kondisi riset Fisika di dunia. Tetapi, saya kurang sependapat dengan isi
tulisannya.

Menurut saya:

Jaman sekarang ini, masalah2 yang dikaji dalam riset2 fisika jelas jauh
lebih kompleks daipada di jaman Archimedes, Galileo, atau Newton. Jadi
kondisi dulu dan sekarang jelas berbeda. Dunia riset fisika yang sudah
merambah bercabang dan beranting-ranting tidak bisa lagi dilihat secara
hitam-putih, seperti didokotomikan oleh Handika sebagai "mengungkap
kebenaran" vs "mengamankan karir". Karena kebanyakan sistem yang
dikaji dalam riset Fisika saat ini sudah begitu kompleks, maka sulit bagi
para teorists untuk membangun sebuah teori yang dapat menjelaskan banyak
fakta eksperimen sekaligus. Sebaliknya sangat sulit pula bagi para
experimentalists untuk merancang sebuah eksperimen yang dapat menguji semua
aspek dari sebuah teori. Dengan kondisi seperti itu, beragam teori dapat
bermunculan dan eksis pada waktu yang bersamaan, semata-mata karena sulitnya
membuktikan secara eksperimen gambaran mana yang lebih benar. Di antara
banyak teori itu, mungkin ada sebagian kecil yang lebih terasa "indah" atau
"fancy" yang membuatnya menjadi lebih populer dari teori2 yang lain. Tak
ayal, faktor ini memang dapat juga mempengaruhi arah penelitian
eksperimentalis, di mana tujuan eksperimen2 menjadi lebih fokus untuk
membuktikan teori yang lebih populer tsb. Atau bisa saja terjadi sebaliknya,
di mana sebuah hasil eksperimen tiba2 menarik perhatian para teoris, yang
kemudian berbondong-bondong berusaha memformulasikan teori yang dapat
menjelaskan hasil eksperimen tsb. Memang, suatu ide yang lebih populer
berarti cenderung lebih dipercayai kebenarannya (walaupun belum betul2
terbukti), dan karenanya mungkin lebih mudah untuk diusung untuk mendapatkan
dana penelitian dibandingkan yang kalah populer. Saya rasa ini adalah hal
yang wajar belaka, karena pihak pemberi dana mungkin merasa perlu memberi
prioritas terhadap riset2 yang dianggapnya sudah lebih dekat kepada
"outcome" yang diharapkan. Seiring dengan berjalannya waktu, kelak teori
yang sudah terlanjur populer tsb kalau akhirnya terbukti bertentangan secara
radikal dengan hasil2 eksperimen akan gugur juga, dan dari situ teori2 lain
yang sebelumnya tidak populer akan mulai mendapat perhatian kembali. Jadi,
menurut saya ini hanya masalah waktu.

Melihat tulisan Handika, saya mendapat kesan seolah2 Handika
mengkonfrontasikan di satu sisi arah riset yang populer yang dituding
sebagai "hanya mengedepankan aspek karir", dan di lain sisi arah riset yang
kurang populer seolah-olah sebagai "arah riset yang berupaya mengungkap
kebenaran". Padahal, bagaimana mungkin kita dapat men-judge nilai
"kebenaran" sains selama kita belum bisa melihat konsistensi antara semua
aspek dari sebuah teori dengan bukti-bukti eksperimen yang ada.

Lalu kalau kita mencoba ikut menjadi pemain dalam kancah riset Fisika, arah
mana yang sebaiknya kita pilih, yang populer atau yang tidak populer?
Menurut saya, silahkan pilih yang mana saja sesuai keyakinan intuisi
anda serta rasa percaya diri anda untuk mampu melaksanakan penelitian di
arah tsb dengan segala kendala2nya. Ya, pokoknya berkontribusilah
semampunya. Kalau anda sudah berniat menjadi peneliti, apapun arah
penelitian yang anda pilih, kalau anda serius mengerjakannya, itu jelas
lebih baik daripada tidak meneliti tetapi mengaku sebagai peneliti.

Salam,
Aziz

On Sun, Sep 21, 2008 at 10:42 AM, handhika ramadhan <isaacnewtonid@yahoo.com
> wrote:

> Temans,
>
> Beberapa hari yang lalu saya menulis note pendek di bawah ini di facebok
> saya; sekadar mencurahkan kekecewaan yg terpendam dan terakumulasi dalam
> hati tentang kesenjangan yg luar biasa yg saya temukan antara das solen -
> das sein dalam fisika dan risetnya.
> Beberapa kawan yg juga berkecimpung dalam riset sains merespon secara
> positif tulisan saya. Mereka semua merasakan kekecewaan yg sama dgn yg saya
> alami. Sebagian dari mereka bahkan percaya bahwa sistem "kapitalis" riset yg
> selama ini bekerja dan "membelenggu" para fisikawan/saintis akan collapse
> someday.
> Oleh karena itu saya berpikir mungkin ada baiknya jika saya sharing artikel
> pendek saya itu di forum ini. Semoga bisa menjadi bahan diskusi (yang
> hangat!).
>
> salaam,
> HR
>
>
> CRITIQUE OF PURE PHYSICS
>
> Nowadays, people do physics not in the spirit of "searching for the truth",
> as Newton or Galileo did. Instead, they do research for mere fame,
> acknowledgment, and prestige (and don't forget grants!). Peer-reviewed
> journals and publications now become the fastest highway to achieve these
> ambitions. A stock market where you can make a living from it. They publish
> papers not for the sake of scientific truth, but for the sake of their
> survival in this hall of fame. Publish an exotic paper, and if you're lucky
> enough it'll be cited by, let say, 3000 other authors. That'll be your
> jackpot prize: permanent positions in prestigious universities plus
> unlimited grants are waiting for you. Sell one or two
> complicated-yet-"beautiful " equations, and you can make a living from
> physics. Even worse, they build a huge gigantic machine which, ironically,
> wastes millions of watts of our unrenewable energy we could've saved for our
> children and billions of dollars only to satisfy their desire "finding the
> smallest building block of the universe".
> For what? For their fame, prestige, and their living. While on the other
> part of the world millions of people die of hunger everyday.
>
> Physics who once possessed platonic truth and beauty now becomes no more
> than a dirty industry. The temple of the truth whose foundation was laid by
> Descartes, Galileo (who was willing to sacrifice his life for, instead of
> make a living from, it), and Newton now became a house of idols (like Kaa'ba
> in the pre-islamic era) or Herod's temple full of moneychangers. Its
> servants now are no longer Socrates-like people who were willing to take
> poison than selling their belief, but those sophist-physicists who keep
> their position in the physics hall of fame by any necessary means.
>
> Oh, how I miss the beauty and purity of Physics like in the time of
> Plato......But sadly, I'm part of this filthy industry....
>
>
> ====================================
> Where the mind is without fear and the head is held high....
> Where the knowledge is free...
> Where the world has not been broken up into fragments by narrow domestic
> walls...
> Where words come out from the depth of truth...
> Where tireless striving stretches its arms toward perfection....
> Where the clear stream of reason has not lost its way into the dreary sand
> of dead habit....
> Where the mind is led forward by Thee into ever-widening thought and
> action....
> Into that Heaven of Freedom, My God, let my country awake.
>
> - Rabindranath Tagore in "Gitanjali" -
>
>
9a.

Suplier Alat Lab

Posted by: "arifianto keren" arifianto_ipb@yahoo.com   arifianto_ipb

Wed Sep 24, 2008 10:24 pm (PDT)

Mohon Bantuan kepada semuanya yang mengetahui suplier atau distributor alat-alat laboraturium fisika,kimia dan biologi untuk tingkat smp-smu?  Sekalian nomor yang bisa dihubungi atau email atau web site?

Thanks 2 All
 
Arifianto 

9b.

Re: Suplier Alat Lab

Posted by: "Zaenal Arief" zaenal@pudak.com

Wed Sep 24, 2008 11:09 pm (PDT)

tadi saya bales di milis sain, takut nggak sampe saya bales lagi disini, coba ke tempat saya di Pudak Scientific, web nya www.pudak.com , alat yg kita buat sesuai standart diknas, ada juga yg untuk export tapi kadang rekan guru dikasih yg lebih baik nggak mau ....katanya takut ..nanti kena pemeriksaan alatnya nggak cocok?????

Zaenal

----- Original Message -----
From: arifianto keren
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Sent: Thursday, September 25, 2008 11:02 AM
Subject: [FISIKA] Suplier Alat Lab

Mohon Bantuan kepada semuanya yang mengetahui suplier atau distributor alat-alat laboraturium fisika,kimia dan biologi untuk tingkat smp-smu? Sekalian nomor yang bisa dihubungi atau email atau web site?

Thanks 2 All

Arifianto

9c.

Re: Suplier Alat Lab

Posted by: "Eka Subyantara" eka.subyantara@widyatama.ac.id   eka_subyantara

Wed Sep 24, 2008 11:09 pm (PDT)

Silakan dicoba, semoga bermanfaat:

1. PT GLASTRONIC INDONESIA
Contact Person:
Tn. Sutjito Hadi
Sudarmo<http://indonetwork.co.id/ptgllastronic/contact.html&id=0&target=ptgllastronic/contact.html&type=sm&ct=C>[Teknisi]
Nomer
HP:
62-0813 1026 3952 Nomer Telpon:
62-22 7811624 Nomor Faks:
62-22 7800185 Alamat:
Jl.Sukamaju No.60 Cipadung Kulon-Ujung berung
Bandung 40615, Jawa Barat
Indonesia
2. http://www.alatperagapendidikan.com/

YangNgasihTahuTanpaBermaksudUntukIklanSamaSekaliTetapiSekedarInginMenolongSaja
-eka-

2008/9/25 arifianto keren <arifianto_ipb@yahoo.com>

> Mohon Bantuan kepada semuanya yang mengetahui suplier atau
> distributor alat-alat laboraturium fisika,kimia dan biologi untuk tingkat
> smp-smu? Sekalian nomor yang bisa dihubungi atau email atau web site?
>
> Thanks 2 All
>
> *Arifianto *
> **
>
>
> .
>
>
>
10a.

Re: Transformator

Posted by: "Eka Subyantara" eka.subyantara@widyatama.ac.id   eka_subyantara

Wed Sep 24, 2008 10:24 pm (PDT)

Singkat saja yaa,
Pada dasarnya* trafo biasa (engkel)* akan menghasilkan tegangan keluaran di
*dua* *titik* yaitu pada ujung-ujung kumparan sekundernya. Bila salah satu
titik diambil sebagai acuan, maka tegangan titik lainnya thd titik acuan
tersebut berupa getaran sinusoida 1 fasa.

Pada* trafo centre tap* tegangan keluaran dihasilkan pada *tiga* *titik*,
yaitu *dua* ujung kumparan sekunder dan *satu* titik di tengah-tengah
kumparan sekunder tersebut. Biasanya titik tengah tersebut dijadikan acuan.
Tegangan kedua titik yang lain terhadap titik acuan adalah getaran sinusioda
juga, akan tetapi fase keduanya saling berlawanan 180 derajat. Tegangan
antara kedua titik ujung trafo adalah dua kali besarnya tegangan titik ujung
terhadap titik acuan.

Ilustrasinya dapat dilihat pada lampiran., semoga membantu.

YangMencobaMenjelaskanDenganSesingkatSingkatnya
-eka-

2008/9/23 fach_xz <fach_xz@yahoo.co.id>

> Maaf semuanya, saya mau tanya tentang prinsip kerja trafo biasa sama
> trafo centre tap. Terus apa letak perbedaan keduanya?
> Terima kasih
>
>
>
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Finance

It's Now Personal

Guides, news,

advice & more.

Moderator Central

An online resource

for moderators

of Yahoo! Groups.

All-Bran

Day 10 Club

on Yahoo! Groups

Feel better with fiber.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
===============================================================
**  Arsip          : http://members.tripod.com/~fisika/
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke :
                     <fisika_indonesia-unsubscribe@yahoogroups.com>
===============================================================

2 komentar:

Anonim mengatakan...

répertoire Hermes Dolabuy regardez-le maintenant Valentino Dolabuy son commentaire est ici dolabuy louis vuitton

nasadee mengatakan...

a5y34n9l46 r5b99u6m48 i4l13t8f32 k1a71k3p85 a1s86r4s19 c0m99e0n06