Selasa, 14 Juli 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2717

Messages In This Digest (8 Messages)

Messages

1.

(Belajar Resensi) TARIAN BIDADARI

Posted by: "fiyan arjun" paman_sam2@yahoo.com   paman_sam2

Mon Jul 13, 2009 11:59 pm (PDT)





Ketika
Kecantikan Bukan Suatu Ukuran Seorang Perempuan.
Fiyan 'Anju' Arjun

 

Judul                :           Tarian Bidadari

Penulis              :           Izzatul
Jannah

Penerbit            :           Pena
Pundi Aksara

Cetakan           :           Pertama,
Maret 2005

Tebal                :           154 hal

Wahai
Nabi, katakanlah  kepada istri-istrimu,
anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-orang mukmin,'Hendaklah mereka
menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. 'Yang demikian itu agar mereka
lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha
Pengampun, Maha Penyanyang.

 

Apa
yang dibanggakan dan didambakan oleh seorang perempuan pada umumnya?

 

Cantik?
Tentu jelas! Tajir? Pilihan! Fashionable? Tuntutan. Punya pacar bak
Pasha Ungu? Mutlak!

 

Itulah
yang tergambar pada mindsite kita mengenai sosok seorang perempuan pada
umumnya. Terlebih perempuan yang masih mengenyam pendidikan formal. Tentunya
keinginan dan kepuasaan seorang perempuan yang rata-rata masih memiliki masa
puber pertama akan ingin memenuhi hasratnya seperti itu. Ingin memuaskan masa
keremajaan mereka dengan berbagai cara mereka. Dugem. TePe (Tebar Pesona).
Gaul. Serta Mencari Jati diri.

 

Yup,
tepat bila Anda menjatuhkan buku ini sebagai bahan bacaab Anda untuk mengetahui
seluk-beluk pergaulan para remaja Novel remaja yang satu ini sungguh saat
menggunggah kita khususnya sebagai seorang perempuan. Apalagi perempuan remaja
yang keingintahuannya sangat-sangat tinggi. Tak salah lagi jika novel ini
memang layak dan cocok untuk para remaja khususnya perempuan yang ingin tahu
bagaimana seluk beluk pergaulan. Entah itu yang baik maupun yang menjuruskan
sampai kehormatan hampir lepas karena sebuah pergaulan yang sangat bebas.

 

Diceritakan,
Tentang persahabatan di sebuah sekolah kejuruan. Mengisahkan Ela (tokoh utama)
seorang remaja putri yang masih berstatus siswi kelas 2A Pariwisata. Seorang
siswi yang memiliki hampir sempurna bagi seorang remaja putri seukuran dirinya.
Pintar. Care. Primadona di kelasnya serta memiliki sahabat-sahabatnya
yang selalu bersamanya. Diantara ada Oka, gadis Bali muslimah yang sangat
tangguh dan tertutup. Sebab ia tak ingin membuat sahabatnya merasa ikut
merasakan apa yang dialami dirinya ketika Bapak dan Ibunya  akan mengalami bangkrut dalam bisnis
perhotelan. Shasi, gadis tunggal dalam keluarganya. Ia sangat cuek, terkadang
kasar, sering tak peduli dengan keadaan sahabat-sahabatnya. Siswi tercantik di
kelasnya juga selain Ela. Tetapi tak seapandai Ela.. Lalu ada Maruti, gadis nJawa
yang selalu percaya dengan ramalan bintang. Kemana-mana selalu membawa
majalah remaja yang dimana ada ramalam bintangnya hingga membuat
sahabat-sabatnya disekilinglngnya hampir jera memperingatkan dirinya agar
jangan terlalu percaya dengan ramalan bintang. Sampai-sampai  ketika kawan laki-lakinya di sekolah bernama
Yoke diputuskan karena ramalan bintang pula.

 

Namuan
persabahatan mereka berubah total ketika seorang gadis kamping—udik—begitu
Shasi menjulukinya dari Sukabumi datang sebagai anak murid baru di kelas A2
Parawisata. Aisya, namanya. Aisya, gasis desa, lembut dan 'encer' dalam
pelajaran serta tertutup ini mampu membuat persahabatan Ela cs-nya tidak
menginginkan kehadirannya apalagi menjadi 'bagian' dalam persahabatannya walau
Ela menerimanya. Lamat-lamat Aisya pun diterima oleh mereka. Aisya seorang gadis
kampung yang merubah Ela yang hampir putus asa dengan kecantikannya membawa
petaka ketika hampir diperkosa oleh kawan laki-laki Shasi dalam farewell
party (pesta perpisahan). Begitu juga dengan Sashi yag hampir pula
diperkosa oleh Pak Handoyo selaku putawakan sekolahnya saat istirahat acara praktek
guiding di Bali.

 

Ada
pertemuan pasti ada perpisahan. Begitulah yang dirasakan mereka (Ela, Oka,
Shasi dan Maruti) ketika mengetahui bahwa Aisya jatuh sakit tak berdaya di
ruang ICCU hingga ajal menjemputnya. Keharuan pun terjadi dan sangat terasa
ketika salah satu 'anggota baru' ela cs telah tiada. Sahabat yang begitu
memahami Ela cs.

Membaca
novel ini memang beda dengan cerita-cerita kisah persahabatan biasa. Dalam kisah
ini sangat menggugah dan penuh keharua ketika membacanya. Dimana kecantikan
terkadang memang malah menjadi petaka bagi si pemiliknya. Namun kita tidak juga
bias menyalahkan kepada Sang Maha Kuasa ketika diberi wajah cantik. Semua itu
kembali kepada individu-induvidunya. Yakni, kaum perempuan. Maka pintar-pintalah
menjaga kehormatanya.

 

Namun
disayangkan dalam penceritaan yang apik dan sangat begitu detail
menggambari  karakter tokok-tokohnya
serta edukasinya untuk menambah keilmuan kita tetang tentang dunia travel dan
perhotelan. Dalam ovel ini terlalu banyak menyatir potongan-potongan ayat suci.
Hingga terkesan menggurui. Seakan-akan kita seperti membaca tafsir saja.

 

Mungkin
atau inilah gaya yang ingin disampaikan oleh si pengarangnya yang memiliki nama
lengkap Setiawati Intan savitri a.k.a Izzatul Jannah dalam novel ini. Pengarang
Perempuan muslimah yang lahir di Jakarta memang cukup membawa angin segar
sebagai penulis dari sekian penulis muslimah yang kita kenal.

 

Lihat
saja banyak sekali karya yang dimilkinya hingga sejak tahun1999. Tercatat
hingga ikini 4 antologi pribadi, 5 antologi bersama, 10 novel, 2 buku anak dan
10 seri pengembangan pribadi remaja  juga
pernah menjadi pemred  majalah Karima serta  sudah membuat buku non fiksi sekitar 7 non
fiksi.dan sering kali memenangkan berbagai lomba baik dalam penulisan cerpen
(fiksi). Salah satunya LCMPI  juara I Annida,
LCMPI juara IV Annida, Lomba mengarang cerita anak Ayah Bunda 1998 diterbitkab
dalam bentuk komik serta menjadi nominator cerpenis favorit versi Annida.

 

Tarian
Bidadari ini adalah novel yang sudah cukup lama (terbit 2005) tetapi cukup baik
dan bagus jika kita jadikan referensi untuk mengenal pergaulan remaja masa
kini. Dan cocok untuk para perempuan yang ingin bermusahabah diri. Apa dan bagaimana
kita bisa menyukuri karuniaNya atas apa yang diciptakan untuk kita sebagai
perempaun. Ternyata berwajah cantik tak cukup!

 

Fy,

Tulisan
ini saya persembahkan untuk orang  yang lagi bertugas
dinas kerja di Bandung.
 

Ciputat—Tangerang, 10  Juli 2009

Lagi-lagi di kost kawan!

Ditemani tembangnya Mulan Jameela—Cinta Sejati

Pukul. 13.05 WIB.

2.

(Humor) SELERA KATRO

Posted by: "fiyan arjun" paman_sam2@yahoo.com   paman_sam2

Tue Jul 14, 2009 12:10 am (PDT)





Selera
Katro
Fiyan 'Anju' Arjun

 

Memang
rada-rada susah punya keponakan kalau sudah pada gede-gede semua. Saya yang
sekarang memiliki delapan keponakan tentunya aja predikat dipanggil Paman atau
Om jelas makin banget terasa…Terasa tua-nya!

 

Dan
malasnya lagi kalau sudah berurusan sama keponakan yang laki-laki. Saya paling
malas ngelayaninya. Soalnya kenapa?

 

Kalau
saya lagi memberitahukan ini-itu sampai A to Z kadang pintar banget
ngejawab sama ngelesnya. Saya juga sampai heran sama keponakan-keponakan saya
yang sudah pada gede-gede semua belajar les dimana  ya jadi pada pintar jawab. Padahal yang saya
tahu tuh anak, keponakan-keponakan saya itu nggak pernah ikut les atau eskull
di sekolahnya. Lha wong boro-boro les, belajar aja kalau pas kalau lagi
ada ulangan umum di sekolah.  Apalagi
sudah pada punya dedemen sama gebetan di sekolahnya. Saya paling sebel.
Pokoknya sebel...Sebel kok saya nggak laku-laku ya? Maklumlah saya sama
keponakan sa beda lintas. Lintas zaman, lintas usia juga lintas alam…Nggak
kale!

 

Nanang,
itu nama keponakan laki-laki gue—yang nomor empat dari delapan keponakan yang
saya punya. Tahun ini dia lulus kelas 3 SMU. Dan itu membuat saya merasa paling
norak bin katro soal pergaulan anak zaman sekarang. Zamannya keponakan saya
itu. Tapi kalau soal selera anak muda salah sih nggak mau kalah dari dirinya.

 

Gini-gini
juga biar sudah punya syndrome kepala tiga soal punya rasa jiwa anak muda
saya  masih tetap okay cuy apalagi
soal fashion. Saya banget! Saya nggak pernah ketinggalan. Saya selalu up
todate. Entah itu saya numpang baca majalah-majalah remaja di Gramed maupun
hunting. Alias, liat-liat aja di distro kalau saya lagi JJIS.
Jalan-Jalan Iseng Saja! Ya, kalau ada duit ya beli. Kalau lagi bokek paling
gigit jari. Cuman pasang Mupeng. Muka Pengen. Genap sudah penderitaan saya.

 

Hingga
saya ingat ketika ada kawan saya yang bilang ke gue. Tepatnya sih kayaknya
puja-puji gue getho deh.

"Bang
Fy gaul abies ya kalo pake pakaian. Kayak anak remaja aja." Begitu suatu hari
gue dikomentarin sama kawan saya  usai
acara diskusi penulisan di komunitas yang besarin nama saya tiap pekannya.

 

"Thanks
ya bro! Lu udah muji gue," jawab saya sekenanya.

 

Saya
yang dibilang begitu ya gue aminin aja. Saya sih nggak tahu itu kawan saya
puja-puji saya atau ngeledek saya. Atau, sayanya aja kali ya rada-rada naïf.
Hari gini dibilang kayak getho siapa yang nggak melayang. Tapi sayangnya kawan
saya nggak tahu kalau tiap pakai pakaian yang rada-rada mudaan itu karena saya barteran
pakaian sama keponakan laki-laki saya itu. Jadi kalau saya selalu fashionable
itu berkat keponakan saya juga.

 

Itulah
salah satu enaknya punya keponakan yang gede-gede dan gaul. Saya juga ikut-ikutan
gaul juga. Kalau saya butuh baju bagus dan mudaan gue tinggal lapor grakk
sama keponakan saya  itu." Besok, lu pake
baju gue aja!" Beres deh. Enakan jadi Paman!

 

Tapi
kalau lagi pada error-nya kumat kadang saya slek juga. Paling-paling
seputar mempertahankan seleranya masing-masing. Seperti yang pernah terjadi
saya alami berdua sama keponakan saya itu. Saat mau beli sweater baru di
Blok-M Squard. Tepatnya di pusat jantung kota Jakarta Selatan. Tempatnya juga
para kaum hedonis ngabisin duit. Window shoping. Sampai dugem kalau
malam tiba.

 

Waktu
itu keponakan saya itu minta ditemani ke distro. Tempat jual pernak-pernik anak
gaul deh. Ada t-shir, kemeja, topi, dompet sampai aksesorisnya. Dia
ngajak saya karena ingin beli sweater baru—yang lama sudah kekecilan.
Nggak muat lagi di pake! Saya bingung juga sama nih anak. "Lha, bukan
sweaternya disalahin. Yang perlu disalahin tuh badan lu yang kegedean. Cepat banget
gedenya," kata  saya nyeletuk.

 

"Cing1), anterin Nanang beli sweater
ke Blok-M Squard, yuk?" ajaknya saat saya lagi asyik sama dunia saya. Ya,
baca majalah. Baca novel. Kalau nggak kedua-duanya paling nonton acara musik di
tv. Sekalian nambah buat bahan referensi saya  kalau diajak ngomong sama keponakan saya  itu nyambung soal musik. Jadi nggak tulalit!
Ya, paling-paling ngomongin band-band sekarang. Saya kudu ingat siapa
vokalisnya Kotak Band? Ada berapa personil Wali Band? Siapa pentolannya The
Rock? Siapa yang nyanyi lagu Tak Gendong? Saya  kudu tahu semuanya kalau dibilang gaul bukannya
digaulin. Kalau ketiga-tiganya nggak ya paling tidur. Kalau baca majalah nggak.
Baca novel nggak. Nonton acara musik di tv nggak dan tidur juga nggak kasihan
banget saya ya. Saya kayak hidup segan mati…Nggak dulu deh masih banyak dosa
soalnya.

 

"Emangnya
lu mau ajak gue kemana, cuy," ujar saya  mastiin mau jalan kemana.

 

"Ke
Blok-M Squard!" tukasnya.

 

"Oke,
deh cuy gue ikut lu," kata saya lagi sok cool. Tapi nggak mirip to-cool
(baca: Tukul)

 

Saya
akuin memang soal bicara fisik saya kalah banget sama keponakan saya itu. Apalagi
kalau saya jalan sama dia. Saya kayak liliput jalan sama raksasa baru gede.
Memang kalau dibandingi saya sama keponakan saya itu ya kalah banget tingginya.
Tingginya aja 175 cm sedang saya? Sori of the record ya! Jadi pantas aja
kalau saya sedang jalan sama dia kadang nggak pede. Terlebih pas ketemu
kawan-kawan saya  di jalan.

 

"Siapa
Yan yang lu bawa?"

 

"Keponakan
gue!"

 

"Oh…"

 

Begitlah
setiap kali saya ketemu sama kawan-kawan saya kalau lagi jalan bareng sama keponakan
saya itu.  Tapi karena dia keponakan  saya ya asyik-asyik aja. EGP aja. Kalau saya "ngeliat
keatas" melulu ya cape kepala gue mendongaknya. Ya, saya  sih syukurin apa aja yang saya miliki
sekarang. Masih mending saya  diberi
nafas dan bisa jalan-jalan sama keponakan saya itu. Jadi saya patut bangga punya
keponakan yang nggak kayak saya. Siapa tahu besok-besok sudah bekeluarga dia bisa
menolong saya, pamannya ini.

 

Akhirnya
perjalanan anak manusia beda usia, beda zaman dan beda selera pun dimulai. Saya
sama keponakan saya pun ngelilingin setiap distro di Blok-M Squard hingga tanpa
saya sadari lagi kaki ternyata mau copot.  Bayangin dari lantai dasar sampai lantai lima
belem ketemu-ketemu juga distro yang membuat dia itu tertarik. Sudah dua jam
lebih naik-turun lift lagi. Naik escalator lagi. Kapan ketamunya. Hingga saya
keki sendiri.

 

"Cing
tuh ada distro kayaknya jual sweaternya bagus-bagus. Ke situ yuk," ajaknya ketika
ketemu distro pilihan dia.

 

Sesampai
di distro keponakan saya itu langsung tanya- ini-itu. Dari tanya soal harganya
sampai ada diskonnya nggak? Persis kayak kakak perempuan saya yang pertama asal
beli sesuatu nawar nggak tanggung-tanggung. Nggak tanggung-tanggung ngejatuhin
harga. Tapi nggak berapa lama jatuh juga\ pilihan terakhir  pada sweater pilihannya. Sweater abu-abu corak
layar perahu.

 

"Nggak
bagus itu sih. Liat aja yang lain dulu."

 

"Nggak
ah yang ini, aja. Udah bagus kok," belanya. Nggak mau kalah. Tuh kan saya  bilang saya paling malas berusan kalau
errornya lagi kumat. Keponakan saya bisa banget ngeejawabnya.

 

"Terserah
lu sih. Lu yang beli bukan gue," jawab saya seadanya.

 

Tetapi
belum sampai cara akad jual beli dimulai tiba-tiba ada seorang pembeli di ditsro
barengan sama saya berdua. Kebetulan anak seumuran dia. Seumuran keponakn saya  yang mau beli sweater juga. Dan ternyata saat
itu dia mau beli sweater juga dan pakai pakaian sama persis sama sweater yang
akan dibeli sama keponakan saya.

 

"Ya,
dia tuh beli disini juga, kok!" tiba-tiba ada suara yang ngasih tahu ke saya sama
keponakan saya. Suara itu ternyata suara pemilik distro yang sedang saya berdua
datangin.

 

Keponakan
saya yang diberitahu kayak begitu sama pemilik distro langsung berubah pikiran  Dia pun ganti sweater degan corak dan motif
yang lain. Dan yang dia yang ambil langsung ditukar.

 

"Tukar
aja, ya," ucapnya mengaku salah.

 

"Nah,
benarkan kata gue!"

 

Fy,

Mencoba
menjadi Paman Gaul!

 

Ciputat—Tangerang, 11 Juli 2009

Pukul. 00.10 dini hari

Masih di kost kawan lagi!

Ditemani tembangnya Melly feat Amee—Ketika Cinta Bertasbih.

Enak buat peneman tidur!  

 

 

Penulis adalah penulis Buku Bela Diri for
Muslimah: Perempuan Bukan Makhluk Yang Lemah. Ingin silaturahim kunjungi:
fb/imel:bujangkumbang@yahoo.co.id. Atau, http://sebuahrisalah.multiply.com.

3a.

(Belajar Resensi) (Revisi) TARIAN BIDADARI

Posted by: "fiyan arjun" paman_sam2@yahoo.com   paman_sam2

Tue Jul 14, 2009 12:11 am (PDT)





                  Ketika Kecantikan Bukan Suatu
Ukuran Seorang Perempuan.

                                                                    

Fiyan 'Anju' Arjun

Judul                :           Tarian Bidadari

Penulis              :           Izzatul
Jannah

Penerbit            :           Pena
Pundi Aksara

Cetakan           :           Pertama,
Maret 2005

Tebal                :           154 hal

Wahai
Nabi, katakanlah  kepada istri-istrimu,
anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-orang mukmin,'Hendaklah mereka
menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. 'Yang demikian itu agar mereka
lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha
Pengampun, Maha Penyanyang.

 

Apa
yang dibanggakan dan didambakan oleh seorang perempuan pada umumnya?

 

Cantik?
Tentu jelas! Tajir? Pilihan! Fashionable? Tuntutan. Punya pacar bak
Pasha Ungu? Mutlak!

 

Itulah
yang tergambar pada mindsite kita mengenai sosok seorang perempuan pada
umumnya. Terlebih perempuan yang masih mengenyam pendidikan formal. Tentunya
keinginan dan kepuasaan seorang perempuan yang rata-rata masih memiliki masa
puber pertama akan ingin memenuhi hasratnya seperti itu. Ingin memuaskan masa
keremajaan mereka dengan berbagai cara mereka. Dugem. TePe (Tebar Pesona). Gaul. Serta Mencari jati diri.

 

Yup,
tepat bila Anda menjatuhkan buku ini sebagai bahan bacaab Anda untuk mengetahui
seluk-beluk pergaulan para remaja Novel remaja yang satu ini sungguh saat
menggunggah kita khususnya sebagai seorang perempuan. Apalagi perempuan remaja
yang keingintahuannya sangat-sangat tinggi. Tak salah lagi jika novel ini
memang layak dan cocok untuk para remaja khususnya perempuan yang ingin tahu
bagaimana seluk beluk pergaulan. Entah itu yang baik maupun yang menjuruskan
sampai kehormatan hampir lepas karena sebuah pergaulan yang sangat bebas.

 

Diceritakan,
Tentang persahabatan di sebuah sekolah kejuruan. Mengisahkan Ela (tokoh utama)
seorang remaja putri yang masih berstatus siswi kelas 2A Pariwisata. Seorang
siswi yang memiliki hampir sempurna bagi seorang remaja putri seukuran dirinya.
Pintar. Care. Primadona di kelasnya serta memiliki sahabat-sahabatnya
yang selalu bersamanya. Diantara ada Oka, gadis Bali
muslimah yang sangat tangguh dan tertutup. Sebab ia tak ingin membuat
sahabatnya merasa ikut merasakan apa yang dialami dirinya ketika Bapak dan
Ibunya  akan mengalami bangkrut dalam
bisnis perhotelan. Shasi, gadis tunggal dalam keluarganya. Ia sangat cuek,
terkadang kasar, sering tak peduli dengan keadaan sahabat-sahabatnya. Siswi tercantik
di kelasnya juga selain Ela. Tetapi tak sepandai Ela.. Lalu ada Maruti, gadis nJawa
yang selalu percaya dengan ramalan bintang. Kemana-mana selalu membawa
majalah remaja yang dimana ada ramalam bintangnya hingga membuat
sahabat-sabatnya disekilinglngnya hampir jera memperingatkan dirinya agar
jangan terlalu percaya dengan ramalan bintang. Sampai-sampai  ketika kawan laki-lakinya di sekolah bernama
Yoke diputuskan karena ramalan bintang pula.

 

Namuan
persabahatan mereka berubah total ketika seorang gadis kamping—udik—begitu
Shasi menjulukinya dari Sukabumi datang sebagai anak murid baru di kelas A2
Parawisata. Aisya, namanya. Aisya, gasis desa, lembut dan 'encer' dalam
pelajaran serta tertutup ini mampu membuat persahabatan Ela cs-nya tidak
menginginkan kehadirannya apalagi menjadi 'bagian' dalam persahabatannya walau
Ela menerimanya. Lamat-lamat Aisya pun diterima oleh mereka. Aisya seorang gadis
kampung yang merubah Ela yang hampir putus asa dengan kecantikannya membawa
petaka ketika hampir diperkosa oleh kawan laki-laki Shasi dalam farewell
party (pesta perpisahan). Begitu juga dengan Sashi yag hampir pula
diperkosa oleh Pak Handoyo selaku pustakawan sekolahnya saat istirahat acara praktek
guiding di Bali.

 

Ada pertemuan pasti ada
perpisahan. Begitulah yang dirasakan mereka (Ela, Oka,
Shasi dan Maruti) ketika mengetahui bahwa Aisya jatuh sakit tak berdaya di
ruang ICCU hingga ajal menjemputnya. Keharuan pun terjadi dan sangat terasa
ketika salah satu 'anggota baru' Ela cs telah tiada. Sahabat yang begitu
memahami Ela cs.

Membaca
novel ini memang beda dengan cerita-cerita kisah persahabatan biasa. Dalam kisah
ini sangat menggugah dan penuh keharua ketika membacanya. Dimana kecantikan
terkadang memang malah menjadi petaka bagi si pemiliknya. Namun kita tidak juga
bias menyalahkan kepada Sang Maha Kuasa ketika diberi wajah cantik. Semua itu
kembali kepada induvidu-induvidunya. Yakni, kaum perempuan. Maka pintar-pintarlah
menjaga kehormatanya.

 

Namun
disayangkan dalam penceritaan yang apik dan sangat begitu detail
menggambari  karakter tokok-tokohnya
serta edukasinya untuk menambah keilmuan kita tetang tentang dunia travel dan
perhotelan. Dalam n ini terlalu banyak menyatir potongan-potongan ayat suci.
Hingga terkesan menggurui. Seakan-akan kita seperti membaca tafsir qur'an saja.

 

Mungkin
atau inilah gaya
yang ingin disampaikan oleh si pengarangnya yang memiliki nama lengkap
Setiawati Intan savitri a.k.a Izzatul Jannah dalam novel ini. Pengarang
Perempuan muslimah yang lahir di Jakarta
memang cukup membawa angin segar sebagai penulis dari sekian penulis muslimah
yang kita kenal.

 

Lihat
saja banyak sekali karya yang dimilkinya hingga sejak tahun1999. Tercatat
hingga ikini 4 antologi pribadi, 5 antologi bersama, 10 novel, 2 buku anak dan
10 seri pengembangan pribadi remaja  juga
pernah menjadi pemred  majalah Karima serta  sudah membuat buku non fiksi sekitar 7 non
fiksi.dan sering kali memenangkan berbagai lomba baik dalam penulisan cerpen
(fiksi). Salah satunya LCMPI  juara I Annida,
LCMPI juara IV Annida, Lomba mengarang cerita anak Ayah Bunda 1998 diterbitkab
dalam bentuk komik serta menjadi nominator cerpenis favorit versi Annida.

 

Tarian
Bidadari ini adalah novel yang sudah cukup lama (terbit 2005) tetapi cukup baik
dan bagus jika kita jadikan referensi untuk mengenal pergaulan remaja masa
kini. Dan cocok untuk para perempuan yang ingin bermuhasabbah diri. Apa dan bagaimana
kita bisa menyukuri karuniaNya atas apa yang diciptakan untuk kita sebagai
Ternyata berwajah cantik tak cukup!

 

 

 

Ciputat—Tangerang, 10  Juli 2009

Lagi-lagi di kost kawan!

Ditemani tembangnya Mulan Jameela—Cinta Sejati

Pukul. 13.05 WIB.

3b.

(Belajar Resensi) (Revisi) TARIAN BIDADARI

Posted by: "fiyan arjun" paman_sam2@yahoo.com   paman_sam2

Tue Jul 14, 2009 12:11 am (PDT)





                  Ketika Kecantikan Bukan Suatu
Ukuran Seorang Perempuan.

                                                                    

Fiyan 'Anju' Arjun

Judul                :           Tarian Bidadari

Penulis              :           Izzatul
Jannah

Penerbit            :           Pena
Pundi Aksara

Cetakan           :           Pertama,
Maret 2005

Tebal                :           154 hal

Wahai
Nabi, katakanlah  kepada istri-istrimu,
anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-orang mukmin,'Hendaklah mereka
menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. 'Yang demikian itu agar mereka
lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha
Pengampun, Maha Penyanyang.

 

Apa
yang dibanggakan dan didambakan oleh seorang perempuan pada umumnya?

 

Cantik?
Tentu jelas! Tajir? Pilihan! Fashionable? Tuntutan. Punya pacar bak
Pasha Ungu? Mutlak!

 

Itulah
yang tergambar pada mindsite kita mengenai sosok seorang perempuan pada
umumnya. Terlebih perempuan yang masih mengenyam pendidikan formal. Tentunya
keinginan dan kepuasaan seorang perempuan yang rata-rata masih memiliki masa
puber pertama akan ingin memenuhi hasratnya seperti itu. Ingin memuaskan masa
keremajaan mereka dengan berbagai cara mereka. Dugem. TePe (Tebar Pesona). Gaul. Serta Mencari jati diri.

 

Yup,
tepat bila Anda menjatuhkan buku ini sebagai bahan bacaab Anda untuk mengetahui
seluk-beluk pergaulan para remaja Novel remaja yang satu ini sungguh saat
menggunggah kita khususnya sebagai seorang perempuan. Apalagi perempuan remaja
yang keingintahuannya sangat-sangat tinggi. Tak salah lagi jika novel ini
memang layak dan cocok untuk para remaja khususnya perempuan yang ingin tahu
bagaimana seluk beluk pergaulan. Entah itu yang baik maupun yang menjuruskan
sampai kehormatan hampir lepas karena sebuah pergaulan yang sangat bebas.

 

Diceritakan,
Tentang persahabatan di sebuah sekolah kejuruan. Mengisahkan Ela (tokoh utama)
seorang remaja putri yang masih berstatus siswi kelas 2A Pariwisata. Seorang
siswi yang memiliki hampir sempurna bagi seorang remaja putri seukuran dirinya.
Pintar. Care. Primadona di kelasnya serta memiliki sahabat-sahabatnya
yang selalu bersamanya. Diantara ada Oka, gadis Bali
muslimah yang sangat tangguh dan tertutup. Sebab ia tak ingin membuat
sahabatnya merasa ikut merasakan apa yang dialami dirinya ketika Bapak dan
Ibunya  akan mengalami bangkrut dalam
bisnis perhotelan. Shasi, gadis tunggal dalam keluarganya. Ia sangat cuek,
terkadang kasar, sering tak peduli dengan keadaan sahabat-sahabatnya. Siswi tercantik
di kelasnya juga selain Ela. Tetapi tak sepandai Ela.. Lalu ada Maruti, gadis nJawa
yang selalu percaya dengan ramalan bintang. Kemana-mana selalu membawa
majalah remaja yang dimana ada ramalam bintangnya hingga membuat
sahabat-sabatnya disekilinglngnya hampir jera memperingatkan dirinya agar
jangan terlalu percaya dengan ramalan bintang. Sampai-sampai  ketika kawan laki-lakinya di sekolah bernama
Yoke diputuskan karena ramalan bintang pula.

 

Namuan
persabahatan mereka berubah total ketika seorang gadis kamping—udik—begitu
Shasi menjulukinya dari Sukabumi datang sebagai anak murid baru di kelas A2
Parawisata. Aisya, namanya. Aisya, gasis desa, lembut dan 'encer' dalam
pelajaran serta tertutup ini mampu membuat persahabatan Ela cs-nya tidak
menginginkan kehadirannya apalagi menjadi 'bagian' dalam persahabatannya walau
Ela menerimanya. Lamat-lamat Aisya pun diterima oleh mereka. Aisya seorang gadis
kampung yang merubah Ela yang hampir putus asa dengan kecantikannya membawa
petaka ketika hampir diperkosa oleh kawan laki-laki Shasi dalam farewell
party (pesta perpisahan). Begitu juga dengan Sashi yag hampir pula
diperkosa oleh Pak Handoyo selaku pustakawan sekolahnya saat istirahat acara praktek
guiding di Bali.

 

Ada pertemuan pasti ada
perpisahan. Begitulah yang dirasakan mereka (Ela, Oka,
Shasi dan Maruti) ketika mengetahui bahwa Aisya jatuh sakit tak berdaya di
ruang ICCU hingga ajal menjemputnya. Keharuan pun terjadi dan sangat terasa
ketika salah satu 'anggota baru' Ela cs telah tiada. Sahabat yang begitu
memahami Ela cs.

Membaca
novel ini memang beda dengan cerita-cerita kisah persahabatan biasa. Dalam kisah
ini sangat menggugah dan penuh keharua ketika membacanya. Dimana kecantikan
terkadang memang malah menjadi petaka bagi si pemiliknya. Namun kita tidak juga
bias menyalahkan kepada Sang Maha Kuasa ketika diberi wajah cantik. Semua itu
kembali kepada induvidu-induvidunya. Yakni, kaum perempuan. Maka pintar-pintarlah
menjaga kehormatanya.

 

Namun
disayangkan dalam penceritaan yang apik dan sangat begitu detail
menggambari  karakter tokok-tokohnya
serta edukasinya untuk menambah keilmuan kita tetang tentang dunia travel dan
perhotelan. Dalam n ini terlalu banyak menyatir potongan-potongan ayat suci.
Hingga terkesan menggurui. Seakan-akan kita seperti membaca tafsir qur'an saja.

 

Mungkin
atau inilah gaya
yang ingin disampaikan oleh si pengarangnya yang memiliki nama lengkap
Setiawati Intan savitri a.k.a Izzatul Jannah dalam novel ini. Pengarang
Perempuan muslimah yang lahir di Jakarta
memang cukup membawa angin segar sebagai penulis dari sekian penulis muslimah
yang kita kenal.

 

Lihat
saja banyak sekali karya yang dimilkinya hingga sejak tahun1999. Tercatat
hingga ikini 4 antologi pribadi, 5 antologi bersama, 10 novel, 2 buku anak dan
10 seri pengembangan pribadi remaja  juga
pernah menjadi pemred  majalah Karima serta  sudah membuat buku non fiksi sekitar 7 non
fiksi.dan sering kali memenangkan berbagai lomba baik dalam penulisan cerpen
(fiksi). Salah satunya LCMPI  juara I Annida,
LCMPI juara IV Annida, Lomba mengarang cerita anak Ayah Bunda 1998 diterbitkab
dalam bentuk komik serta menjadi nominator cerpenis favorit versi Annida.

 

Tarian
Bidadari ini adalah novel yang sudah cukup lama (terbit 2005) tetapi cukup baik
dan bagus jika kita jadikan referensi untuk mengenal pergaulan remaja masa
kini. Dan cocok untuk para perempuan yang ingin bermuhasabbah diri. Apa dan bagaimana
kita bisa menyukuri karuniaNya atas apa yang diciptakan untuk kita sebagai
Ternyata berwajah cantik tak cukup!

 

 

 

Ciputat—Tangerang, 10  Juli 2009

Lagi-lagi di kost kawan!

Ditemani tembangnya Mulan Jameela—Cinta Sejati

Pukul. 13.05 WIB.

4.

15 Juli

Posted by: "Rm Maryo" rm.maryo@yahoo.co.id   rm.maryo

Tue Jul 14, 2009 12:17 am (PDT)





"Semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai"

(Kel 3:1-6.9-12; Mat 11:25-27)

 

"Pada waktu itu berkatalah Yesus:
"Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu
Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan
kepada orang kecil.Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah
diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain
Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya
Anak itu berkenan menyatakannya"(Mat
11:25-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi
atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Bonaventura, uskup dan pujangga
Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang-orang pandai yang bergelar sarjana atau doktor
atau professor pada umumnya sering kurang memperhatikan hal-hal kecil dalam
kebutuhan hidup sehari-hari. Kebanyakan dari mereka bekerja di depan meja dan
kurang kurun ke bawah alias melihat kenyataan konkret, seperti kebersihan,
sarana-prasarana kebutuhan hidup sehari-hari, dst.. Ketika mereka menjadi
petinggi atau atasan sering juga enggan turun ke bawah untuk melihat realitas
kehidupan, apa yang dikerjakan oleh para pembantunya yang rendah atau kecil.
Memang dalam situasi dan kondisi yang biasa-biasa saja dan damai pada umumnya
mereka yang rendah atau kecil kurang diperhatikan dan dinilai kurang
fungsional, tetapi pada situasi atau kondisi yang kurang baik pada umumnya yang
rendah dan kecil dicari-cari dan dibutuhkan, misalnya ada kotoran di lantai
atau ruangan, dst.. Yang rendah dan kecil memang sering fungsional dalam
situasi genting dan kurang  aman. Memang
yang rendah dan kecil dalam hal bekerja secara phisik pada umumnya lebih berat
daripada mereka yang pandai dan terhormat di dunia ini. Memperhatikan sabda
Yesus hari ini kami mengajak dan mengingatkan mereka yang merasa bijak dan
pandai untuk memperhatikan hal-hal atau mereka yang rendah dan kecil, mendukung
apa yang sering dinyatakan oleh para Uskup yang menyatakan  diri sebagai hamba yang hina dina.
St.Bonaventura yang kita kenangkan hari ini belajar menjadi bijak dari Salib
Yesus, "yang walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil
rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai
manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati
di kayu salib"(Fil 2:6-8)           

·   "Bukankah
Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau:
apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan
beribadah kepada Allah di gunung ini."
(Kel 3:12), demikian firman Tuhan atas pertanyaan Musa, yang
diutus untuk membebaskan bangsanya dari perbudakan. Tuhan senantiasa menyertai
mereka yang terpilih untuk melaksanakan tugas pengutusanNya; Ia yang mengutus
juga membekali mereka yang diutus secukupnya. Kita semua kiranya juga diutus
untuk membebaskan saudara-saudari kita dari aneka macam bentuk perbudakan,
misalnya menjadi budak seksual, budak kenikmatan duniawi/hawa nafsu, budak
minuman keras/narkoba/ganja dll, budak makanan dan minuman alias makan dan
minum dengan serakah dan tak teratur, dst.. Generasi muda masa kini nampaknya
cukup banyak yang menjadi budak seksual atau obat-obat terlarang, dan tentu
saja hal itu terjadi karena kurangnya perhatian dari para orangtua yang
memadai. Maka dalam rangka pembebasan siapapun yang telah menjadi budak aneka
macam bentuk, kiranya peran orangtua penting sekali, antara lain dengan
keteladanan hidup baik dan berbudi pekerti luhur serta mendidik dan membina
anak-anaknya secara memadai, sesuai dengan tuntutan perkembangan dan
pertumbuhan zaman. Anak-anak sedini mungkin dilatih untuk berani mengatakan
'tidak' terhadap aneka macam tawaran bentuk kenikmatan yang akan memperbudak
dirinya. Hidup ibadah di dalam keluarga hendaknya juga diperdalam dan
diperkuat, antara lain sering, syukur dapat setiap hari, diadakan doa bersama
di dalam keluarga serta curhat bersama-sama. 
Doa-doa pribadi juga sangat diharapkan sebagai kekuatan untuk melawan
aneka macam godaan setan yang menggejala dalam aneka macam bentuk kenikmatan
duniawi yang tidak sehat.

 

"Pujilah
TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah
TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang
mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang
menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia
dan rahmat," (Mzm 103:1-4)

 

Jakarta,
15 Juli 2009

Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini!
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
5a.

Bls: [sekolah-kehidupan] [Catatan Kaki] Selamat Hari Lahir Sekolah K

Posted by: "bujang kumbang" bujangkumbang@yahoo.co.id   bujangkumbang

Tue Jul 14, 2009 12:32 am (PDT)



met untuk ESKA ku...
met Ultah ya....

Berbagi foto Flickr dengan teman di dalam Messenger. Jelajahi Yahoo! Messenger yang serba baru sekarang! http://id.messenger.yahoo.com
6.

[Ruang Baca] A Cry in the Night (Tangisan di Malam Hari)

Posted by: "Rini Agus Hadiyono" rinurbad@yahoo.com   rinurbad

Tue Jul 14, 2009 1:31 am (PDT)



Penulis: Mary Higgins Clark

Penerjemah: Rahartati Bambang

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Cetakan: 1, 1997

Tebal: 448 halaman

ISBN: 979-605-512-0

Harga: Rp 32.000,00

Hati perempuan mana yang tidak luluh tatkala seorang lelaki tampan mengulurkan tangan untuk menggendong salah satu anak balita yang dibawanya berlari dalam udara dingin menuju rumah? Apalagi kemudian pria tersebut menunjukkan perhatian berlimpah ruah, mulai dari menemani anak-anak tidur, menggantikannya memasak makan malam karena menilai ia telah cukup letih bekerja, dan menyatakan akan mengadopsi kedua putrinya secara legal setelah mereka menikah.

Perempuan itu adalah Jenny, seorang lulusan seni rupa yang membanting tulang di galeri sementara mantan suaminya hanya tahu meminta bagian dengan dalih meminjam di hari gajian. Sebagai aktor yang belum lagi memiliki nama, Kevin MacPartland memang tak mungkin diharapkan menopang kehidupan mereka sekeluarga. Sedangkan pria yang menawarkan kehangatan yang didamba sekian lama ialah pelukis sukses yang belum pernah jatuh cinta seumur hidupnya, Erich Krueger.

Lamaran disambut, Jenny mengawali hidup baru bersama kedua putrinya di peternakan luas milik keluarga Krueger. Namun di sanalah sang suami yang membanjirinya dengan cinta dan memperlakukannya bagai ratu menampakkan seringai tersembunyi. Ia mengganti kertas dinding hanya karena noda kecil, melarang Jenny berbicara dengan lelaki lain terlalu ramah, menjatuhkan hukuman secara emosional, bahkan memperlakukan kamar masa kecilnya sebagai tempat keramat. Sejumlah karakter yang mengingatkan saya pada film Sleeping With The Enemy kendati tak ada kekerasan fisik terjadi.

Jenny terpukul kala mantan suaminya, yang memang pernah mengusik mereka dengan kebiasan lama, ditemukan tewas. Petunjuk-petunjuk yang ada mengarah pada Jenny. Ia terpojok karena masyarakat selama ini mengenalnya sebagai janda cerai mati. Ia terbelenggu, kebingungan, bahkan tak kuasa menyampaikan pada suaminya tentang putra mahkota Krueger berikut yang menghuni rahim. Teror demi teror membuat Jenny mempertanyakan kewarasannya sendiri, terlebih banyak saksi menyatakan melihat dirinya pada malam-malam naas tersebut. Di sisi lain, tidak sedikit orang mengaku mendapati mendiang Caroline, ibu yang sangat dipuja-puja Erich, berkeliaran di sekitar rumah. Sosok sang ibu memang dihubungkan dengan perilaku tak lazim seniman ternama dan kaya raya itu. Konon ia terpukul karena melihat Caroline tewas terpanggang kabel listrik di kolam sewaktu masih kecil.

Bahan baku yang digunakan Mary Higgins Clark sebenarnya bukan hal baru. Ia mengombinasikan 'cinta secepat kilat' dengan bumbu dunia seni lukis yang, bagi orang-orang seperti saya, dapat menguarkan aroma horor. Berpadu dengan penerjemah yang menghayati isi naskah, cerita berderap cepat dan mencengkeram sempurna. Pembaca ikut tercekik, ketakutan, akan tetapi tidak berani memejamkan mata karena halaman demi halaman membeberkan potongan teka-teki yang perlu dipecahkan. Kembali, kepingan unsur psikologis yang diracik ke dalam novel thriller ini menjadikan A Cry in the Night sukses membuat saya menahan napas sampai bab penutupnya.

Pesannya sangat jelas, supaya perempuan tidak mudah jatuh cinta. Dan bagi para orangtua, agar tidak mengabaikan keganjilan-keganjilan polah anak.

7.

[Ruang Baca] The Missing Rose (Mawar yang Hilang)

Posted by: "Rini Agus Hadiyono" rinurbad@yahoo.com   rinurbad

Tue Jul 14, 2009 1:59 am (PDT)



Penulis: Serdar Ozkan

Penerjemah: Rosemary Kesauli

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Cetakan: 1, Mei 2009

Tebal: 224 halaman

ISBN: 978-979-22-4667-4

Beli di: Togamas, Bandung

Harga: Rp 39.000,00 (sebelum diskon 15%)

"Semakin banyak puja-puji yang kauterima pada musim semi, semakin sakit kejatuhan yang harus kaualami saat musim gugur." (hal. 168)

Tatkala seseorang hampir dijemput maut, ia akan membuka rahasia-rahasia selama hidup kepada orang terdekat dan biasanya meminta orang tersebut mewujudkan keinginan yang belum terwujud. Demikian pula ibu Diana Stewart, seorang gadis yang tengah menanti hari wisudanya. Secara mengejutkan, sang ibu mengungkapkan bahwa ayah yang disebut-sebut telah tiada sesungguhnya masih hidup. Di samping itu, Diana memiliki saudara kembar bernama Mary dan harus mencarinya berbekal surat-surat yang dilampirkan beserta pesan terakhir sang ibu.

Semula, Diana enggan menjalankan amanat itu. Ia bahkan menuding Mary sebagai penyebab ibunya cepat menghadap Yang Maha Kuasa, dikarenakan kecemasan dan kerinduan menebal. Tetapi perbincangan dengan seorang pengemis yang dapat membaca wajah dan seorang seniman yang gemar melukis laut membuatnya tersadar akan pentingnya pesan pamungkas tersebut. Dengan sedikit petunjuk, antara lain disebut-sebutnya Istana Topkapi dalam surat Mary, Diana bertolak ke Turki menemui seorang wanita bernama Zeynep Hanim. Menurut Mary, wanita itu dapat mengajarinya mendengarkan mawar. Zeynep juga yang menuntun Diana mengenali teka-teki perihal Mary, keberadaan gadis itu, serta kaitannya dengan bunga mawar.

Dalam budaya Turki, mawar kerap digunakan sebagai metafora dalam karya seni dan sastra. Di sini pun bunga-bunga mawar bukan semata tanaman yang menebar keharuman dan memesona dengan berbagai warnanya. Walaupun analogi ini agak sukar dicerna, terutama saat ditempatkan pada bagian `mendengar mawar berbicara', penulis tidak terlalu `bersikukuh' mengerahkan filsafat berelemen berat dalam cerita. Latar belakang Turki tidak digarap terlalu mendalam, selain relevansi mitologi yang direpresentasikan para mawar dengan nama Diana yang juga dikenal sebagai artemis. Agaknya fokus diarahkan pada persoalan Diana dan pergolakan jiwanya sendiri, bukan negara kaum Ottoman tersebut.

Novel bersampul menawan ini telah diterjemahkan dalam 17 bahasa. Walau alurnya terkesan `sepi', pada dasarnya Serdar Ozkan ingin menyampaikan pesan bersahaja yang tidak pernah aus ditelan masa yakni cara mengenali diri sendiri. Menurut wawancara yang dikutip dari situs webnya, melalui The Missing Rose, penulis ingin mengutarakan bahwa hati tidak mengenal geografi. Tidak ada `jawaban yang tepat', tetapi selalu ada `jawaban yang benar' untuk masing-masing orang. Mungkin karena itu pula, perihal ayah Diana yang dikisahkan masih hidup dibiarkan mengambang tanpa keterangan lebih lanjut.

Recent Activity
Visit Your Group
Drive Traffic

Sponsored Search

can help increase

your site traffic.

Yahoo! Groups

Mom Power

Community just for Moms

Join the discussion

Support Group

Lose lbs together

Share your weight-

loss successes.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: