Minggu, 01 November 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2863

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (11 Messages)

Messages

1a.

[catcil] Bercerita tentang mimpi dan cita-cita

Posted by: "galih@asmo.co.id" galih@asmo.co.id

Sat Oct 31, 2009 3:09 am (PDT)



Masih tentang mimpi dan cita-cita, sebuah tulisan yang menarik. Mimpi dan
cita-cita selalu menghiasi qalbu dan pikiran setiap insan. Keduanya
seperti sebuah titik tujuan di tengah perjalanan. Tentunya beraneka ragam
dan akan selalu indah menciptakan keduanya itu terlepas dari terwujud atau
tidak.

Ada banyak perubahan mimpi dan cita-cita yang saya canangkan dari sejak
saya mampu menjabarkan keduanya hingga saat ini. Mimpi dan cita-cita
memang sangat dipengaruhi oleh keadaan kehidupan yang kita alami pada saat
keduanya dicanangkan. Sehingga setiap kali ada perubahan dalam kehidupan
kita maka biasanya berimbas pada perubahan keduanya. Tidak heran jika
mimpi dan cita-cita pada waktu usia TK berbeda dengan remaja apalagi
ketika dewasa.

Hal tersebut berlaku pada saya. Saya ingat ketika duduk di bangku sekolah
dasar pernah bercita-cita untuk masuk AKABRI. Otomati setingan sekolah
saya harus yang bisa mengarahkan kesana. Maka ketika duduk di bangku SMP
saya sangat berhasrat untuk masuk ke SMA Taruna Nusantara.

Namun ketika di bangku kelas dua sekolah menegah pertama keingina untuk
masuk AKABRI mulai berpudar dengan melihat kondisi diri. Ketika itu saya
mulai menyadari bahwa postur tubuh saya kurang memenuhi syarat untuk
menjadi seorang prajurit yang kedepannya akan menjadi seorang jenderal.

Setingan cita-cita mulai bergeser. SMA Taruna mulai dihapus dalam pikiran
saya. Saya pun masuk melanjutkan ke SMA di daerah saya saja.

Duduk di bangku SMA saya kembali merancang mimpi kembali. Saya harus
kuliah, begitu yang saya inginkan. Saya pun rajin mencari informasi
seputar universitas negeri di pulau Jawa yang memungkinkan untuk saya
masuki. Tidak hanya itu bimbel pun saya ikuti demi terwujudnya menjadi
mahasiswa.

Predikat mahasiswa pun saya dapat meski bukan di universitas yang saya
targetkan. Dari sini saya mulai sedikit berfikir kenapa ada beberapa
kejadian yang menjadi takdir saya namun tidak pernah terpikirkan
sebelumnya.

Sebagai anak yang besar di daerah kuliah di Jakarta, pergi pulang naik bis
kota, terkadang bergelantungan di pintu bis merupakan pengalaman yang
menarik. Lambat laun kehidupan baru di ibu kota membuka wacana baru dalam
babak kehidupan saya. Banyak sekali yang saya dapatkan dan itu sangat
berharga sampai saat ini.

Mengenali hal baru, berinteraksi dengan lingkungan baru, bersosialisasi
dengan orang baru merupakan sebuah pembelajaran yang sangat mendewasakan.
Semua hal baru tersebut tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Dalam mendesain mimpi dan cita-cita kita selalu membuat semuanya serba
sempurna dan ideal. Wajar, tidak ada satu pun manusia yang mau susah,
semuanya menginginkan hal yang sukses, indah, dan nyaris sempurna, don't
you? Masalahnya dapatkah mimpi dan cita-cita itu kita raih?

Terwujud atau tidaknya saya pikir itu masalah takdir. Bisa terwujud dan
bisa tidak. Makanya ada hal-hal yang terjadi dalam kehidupan kita yang
tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Ada hal-hal yang tidak bisa kita
prediksikan.

Saat ini saya mempunyai konsep tersendiri mengenai mimpi dan cita-cita
berdasarkan dari pengalaman yang saya alami. Harus ada alasan untuk setiap
mimpi dan cita-cita yang kita ingin capai. Kenapa?

Ya, kenapa saya membuat mimpi dan cita-cita seperti itu? Tentunya haruslah
berasalan dan bukan hanya sebatas mimpi belaka. Tidak juga hanya sekedar
suka karena saya pikir rasa suka belum cukup kuat untuk menjadi pondasi
bagi mimpi dan cita-cita kita. Apalagi rasa suka terhadap sebuah mimpi dan
cita-cita bertolak belakang denga realita yang ada alias tidak realistis.
Lambat laun keduanya akan bergeser.

Saya harus miliki alasan yang kuat kenapa kita bermimpi dan bercita-cita
tentang sesuatu. Jika tidak keduanya akan hanya menjadi mimpi yang
sebenarnya.

Tidak mudah mudah memang. Alasan yang kuat pun masih bisa melemah jika
bergesekan dengan liku kehidupan. Makanya alasan dan realita kehidupan
yang kita alami merupakan dorongan yang kuat untuk melahirkan mimpi dan
cita-cita.

Well, apapun mimpi dan cita-cita yang diinginkan semuanya masih misteri
dan bisa terwujud atau tidak. Namun kita tetap harus bisa menerima apapun
hasilnya. Mencoba beriteraksi beradaptasi dangan lapang dada terhadap
takdir saya pikir suatu sikap yang positif.
















1b.

Re: [catcil] Bercerita tentang mimpi dan cita-cita

Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Sat Oct 31, 2009 11:15 am (PDT)




yup, banyak hal yang akan terjadi, di luar apa yang kita bayangkan ketika kita merajut mimpi dan cita-cita

nice sharing

hayuuu, mari kita bermimpi :)

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, galih@... wrote:
>
> Masih tentang mimpi dan cita-cita, sebuah tulisan yang menarik. Mimpi dan
> cita-cita selalu menghiasi qalbu dan pikiran setiap insan. Keduanya
> seperti sebuah titik tujuan di tengah perjalanan. Tentunya beraneka ragam
> dan akan selalu indah menciptakan keduanya itu terlepas dari terwujud atau
> tidak.
>
> Ada banyak perubahan mimpi dan cita-cita yang saya canangkan dari sejak
> saya mampu menjabarkan keduanya hingga saat ini. Mimpi dan cita-cita
> memang sangat dipengaruhi oleh keadaan kehidupan yang kita alami pada saat
> keduanya dicanangkan. Sehingga setiap kali ada perubahan dalam kehidupan
> kita maka biasanya berimbas pada perubahan keduanya. Tidak heran jika
> mimpi dan cita-cita pada waktu usia TK berbeda dengan remaja apalagi
> ketika dewasa.
>
> Hal tersebut berlaku pada saya. Saya ingat ketika duduk di bangku sekolah
> dasar pernah bercita-cita untuk masuk AKABRI. Otomati setingan sekolah
> saya harus yang bisa mengarahkan kesana. Maka ketika duduk di bangku SMP
> saya sangat berhasrat untuk masuk ke SMA Taruna Nusantara.
>
> Namun ketika di bangku kelas dua sekolah menegah pertama keingina untuk
> masuk AKABRI mulai berpudar dengan melihat kondisi diri. Ketika itu saya
> mulai menyadari bahwa postur tubuh saya kurang memenuhi syarat untuk
> menjadi seorang prajurit yang kedepannya akan menjadi seorang jenderal.
>
> Setingan cita-cita mulai bergeser. SMA Taruna mulai dihapus dalam pikiran
> saya. Saya pun masuk melanjutkan ke SMA di daerah saya saja.
>
> Duduk di bangku SMA saya kembali merancang mimpi kembali. Saya harus
> kuliah, begitu yang saya inginkan. Saya pun rajin mencari informasi
> seputar universitas negeri di pulau Jawa yang memungkinkan untuk saya
> masuki. Tidak hanya itu bimbel pun saya ikuti demi terwujudnya menjadi
> mahasiswa.
>
> Predikat mahasiswa pun saya dapat meski bukan di universitas yang saya
> targetkan. Dari sini saya mulai sedikit berfikir kenapa ada beberapa
> kejadian yang menjadi takdir saya namun tidak pernah terpikirkan
> sebelumnya.
>
> Sebagai anak yang besar di daerah kuliah di Jakarta, pergi pulang naik bis
> kota, terkadang bergelantungan di pintu bis merupakan pengalaman yang
> menarik. Lambat laun kehidupan baru di ibu kota membuka wacana baru dalam
> babak kehidupan saya. Banyak sekali yang saya dapatkan dan itu sangat
> berharga sampai saat ini.
>
> Mengenali hal baru, berinteraksi dengan lingkungan baru, bersosialisasi
> dengan orang baru merupakan sebuah pembelajaran yang sangat mendewasakan.
> Semua hal baru tersebut tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
>
> Dalam mendesain mimpi dan cita-cita kita selalu membuat semuanya serba
> sempurna dan ideal. Wajar, tidak ada satu pun manusia yang mau susah,
> semuanya menginginkan hal yang sukses, indah, dan nyaris sempurna, donĂ¢€™t
> you? Masalahnya dapatkah mimpi dan cita-cita itu kita raih?
>
> Terwujud atau tidaknya saya pikir itu masalah takdir. Bisa terwujud dan
> bisa tidak. Makanya ada hal-hal yang terjadi dalam kehidupan kita yang
> tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Ada hal-hal yang tidak bisa kita
> prediksikan.
>
> Saat ini saya mempunyai konsep tersendiri mengenai mimpi dan cita-cita
> berdasarkan dari pengalaman yang saya alami. Harus ada alasan untuk setiap
> mimpi dan cita-cita yang kita ingin capai. Kenapa?
>
> Ya, kenapa saya membuat mimpi dan cita-cita seperti itu? Tentunya haruslah
> berasalan dan bukan hanya sebatas mimpi belaka. Tidak juga hanya sekedar
> suka karena saya pikir rasa suka belum cukup kuat untuk menjadi pondasi
> bagi mimpi dan cita-cita kita. Apalagi rasa suka terhadap sebuah mimpi dan
> cita-cita bertolak belakang denga realita yang ada alias tidak realistis.
> Lambat laun keduanya akan bergeser.
>
> Saya harus miliki alasan yang kuat kenapa kita bermimpi dan bercita-cita
> tentang sesuatu. Jika tidak keduanya akan hanya menjadi mimpi yang
> sebenarnya.
>
> Tidak mudah mudah memang. Alasan yang kuat pun masih bisa melemah jika
> bergesekan dengan liku kehidupan. Makanya alasan dan realita kehidupan
> yang kita alami merupakan dorongan yang kuat untuk melahirkan mimpi dan
> cita-cita.
>
> Well, apapun mimpi dan cita-cita yang diinginkan semuanya masih misteri
> dan bisa terwujud atau tidak. Namun kita tetap harus bisa menerima apapun
> hasilnya. Mencoba beriteraksi beradaptasi dangan lapang dada terhadap
> takdir saya pikir suatu sikap yang positif.
>

2.

Takdir Bertemu...

Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Sat Oct 31, 2009 9:44 am (PDT)



Beberapa waktu lalu, aku pernah menyesali sebuah pertemuan. Pertemuan yang menurutku merombak banyak hal yang telah direncanakan. Berharap lebih baik aku tak perlu mengetahui semua itu dan udeh, deh ga usah ketemu, halah... Intinya, pertemuan itu bagai kunci yang menyibak segalanya yang dulu tertutup *biar kesannya misterius :P

Hingga suatu hari... *biar kesannya kayak jalan cerita yang seru, halah.
Entah kenapa sore itu, ada yang berbeda, kami berempat masih betah di ruang kelas. Aku dan salah satu temanku ingin melunasi pembayaran kuliah sebelum UTS dua pekan lagi. Dua yang lain sedang berbincang-bincang. Mereka adalah teman kuliahku sekarang. Usia yang terpaut jauh, tak menghalangi kami untuk bisa sharing, bercerita, bertukar pikiran, dan banyak lagi.

Hmmmm, aku pun coba mengingat-ingat beberapa hal. Sudah semenjak tahun 2005, aku mau mengambil kursus tahsin di tempat ini. Aku juga sempat berminat kursus bahasa Arab. Tapi, saat itu, aku diterima di tempat lain. Hingga 2007, aku selesai kuliah di BIK (selesai doank, lupa ngerjain tugas akhir? :D :P). Aku pun masih mencari tempat belajar untuk melanjutkan. Mungkin di sini, seperti kata temanku, atau di sana, guru ngajiku belajar di sana, atau di mana, kek. Tapi, ternyata tidak...

Di tengah kenekatan, spontan, tapi pasti, aku berkuliah di sini. Mendadak, ga juga, sih. Dipikir mateng? Hmmm, iya, sampai 2 tahun, :P, tapi aku hanya merasa aneh saja. Banyak sekali tempat yang lebih dekat, lebih murah (mungkin) atau tempat yang lebih bagus, tapi aku kembali ke sini. Tempat yang dulu pernah aku datangi dan inginkan. Bertemu dengan mereka. Masih kuingat jelas mbak-mbak, para ummahat, atau yang seusia atau lebih muda denganku dalam satu ruang kelas.

Aku bertemu mereka dengan segala kisah dan perjuangan hidup yang membuatku berdecak kagum. Ini pasti takdir, dipertemukan dengan mereka.

Baru kali ini aku merasakan kuliah dengan beragam usia yang terlampau jauh. Sewaktu di Poltek, paling hanya terpaut satu atau dua tahun. Ketika di BIK, yang tidak terlalu jauhlah. Di sini, tebak? (seneng banget sih main tebak-tebakan :P). Usia kami terpaut jauh. Coba bayangkan, aku sekelas dengan seorang ibu yang usia anaknya sudah 24 tahun... atau aku sekelas dengan seorang akhwat yang "harusnya" bisa aja dia ambil kuliah setahun yang lalu.
Aku juga bertemu dengan para ummahat (ibu rumah tangga) lain. Mahasiswa yang lagi nyusun skripsi, bu guru, dan banyak lagi. Termasuk bertemu dengan para ikhwan yang ada di kelas sama, yang dipisahkan dengan hijab.

Intinya, takdir... akhirnya di sini kami dipertemukan. Akhirnya, mau aku ke mana juga, aku di sini. Kembali ke sebuah tempat, walau jauh, walau suka telat datang, tapi aku di sini. *mengucapkannya sambil ketak-ketok meja* :D

Hmm, lalu, kenapa juga aku harus menyesal akan sebuah pertemuan yang tak diduga dan tak aku inginkan beberapa waktu lalu... Bukankah, dengan tersibaknya segala hal *yang tadinya misterius :D* aku makin mengerti. Allah menunjukkan banyak pelajaran dan hikmah dari keajadian-kejadian ini...

Hmmm, lalu?
Yah, apapun bentuknya, pertemuan, perpisahan, jalan hidup manusia, kita harus yakin kalau Allah lebih mengetahui yang terbaik buat kita...

:)

*untuk teman-teman akhwat di STIDA 1 Siang :)
Seneng deh ketemu sama kalian ;)

3a.

Re: (Undangan) Ramaditya Live at TVRI

Posted by: "Mimin" minehaway@gmail.com   mine_haway

Sat Oct 31, 2009 10:32 am (PDT)



Yaah...hari Senin, musti bolos kerja nih.
Tapi kayaknya nggak mungkin bolos
Ada cek yang menunggu dicairkan :(
Padahal pengin datang
Lain kali bedah bukunya hari Sabtu atau Minggu ya Bang
Ngarep.com hehehe...
--
http://minesweet.co.cc
http://minehaway.com
4.

[BUKU INCARAN] Sebundel Karya Jurnalistik Bermutu

Posted by: "Anwar Holid" wartax@yahoo.com   wartax

Sat Oct 31, 2009 10:32 am (PDT)



[BUKU INCARAN]

Sebundel Karya Jurnalistik Bermutu

Menuju Jurnalisme Berkualitas, Kumpulan Karya Finalis & Pemenang Mochtar Lubis Award 2008
Penyunting: Ignatius Haryanto
Penerbit: KPG, 2009
Halaman: 424 + xv
ISBN 13: 978-979-91-0174-7
Harga: Rp.55.000,-

Menuju Jurnalisme Berkualitas merupakan buku kumpulan karya finalis dan pemenang Mochtar Lubis Award 2008. Anugerah tersebut merupakan program penghargaan jurnalistik yang bertujuan memberi apresiasi dan menumbuhkan semangat kompetisi di kalangan wartawan Indonesia untuk menghasilkan karya yang baik. Saya pertama kali dengar rencana acara anugerah bagi karya jurnalistik ini pada akhir 2006, ketika bertemu dengan Ignatius Haryanto, salah satu pendiri Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP), juga seorang penulis prolifik---telah menghasilkan kira-kira lima belas buku populer dan banyak menulis di media massa. Ternyata dia sekaligus menjadi Direktur Program Mochtar Lubis Award 2008.

Tolok ukur Mochtar Lubis Award ialah Pulitzer Prize di Amerika Serikat. Di awal inisiasinya, anugerahnya terdiri dari lima kategori, yaitu pelayanan publik, tulisan feature, pelaporan investigasi, foto jurnalistik, dan liputan mendalam jurnalisme televisi. Ada lima finalis untuk masing-masing kategori, hal tersebut membuat buku ini jadi cukup tebal. Dewan juri terdiri dari para macan jurnalistik dengan reputasi terkemuka, antara lain Farid Gaban, Sori Siregar, Yusi Avianto Pareanom, Arya Gunawan Usis, Maria Hartiningsih, Dwi Setyo Irawanto. Setelah menampilkan karya para finalis, di ujung setiap kategori dewan juri mengajukan alasan kenapa mereka memenangkan suatu karya.

Hal paling berharga dari buku ini ialah kita bisa membaca dan belajar tentang tulisan bermutu, sekaligus tahu alasan kenapa karya tersebut memang benar-benar mantap. Penilaian para dewan juri sangat tegas dan jernih. Ini memberi kepastian bahwa karya yang bagus itu memang bisa diukur, ada faktor dan kriterianya. Menurut Ignatius Haryanto sendiri: aneka contoh (karya ini) akan sangat berguna bagi para pembaca dan membuat mereka bisa mencecap langsung seperti apa karya jurnalistik yang baik tersebut. (Hal. ix).

Jadi buku ini terutama berharga sekali bagi mahasiswa jurnalistik dan siapapun yang tertarik dengan kepenulisan, orang yang ingin jadi citizen journalist, termasuk blogger. Kita bisa membaca baik tulisan pendek yang berisi, maupun tulisan (amat) panjang yang benar-benar memikat. Contohnya The Lost Generation (Muhlis Suhaeri), pemenang kategori pelaporan investigasi. Karya sepanjang seratus halaman tentang pembersihan etnik Tionghoa di Kalimantan Barat sekitar tahun 1967 oleh konspirasi TNI dan suku Dayak ini betul-betul memikat, menegangkan, membuat miris, hebat, dan memiliki unsur kemanusiaan yang dalam sekali. Komentar juri: juri terkesan pada gairah penulis untuk mencari data, menelusuri dokumen tua, dan hasil riset para peneliti, menelusuri fakta, dan menjumpai mereka yang terlbiat dengan mengandalkan ingatan. Tulisan ini memberikan pemahaman sejarah tentang praktik militerisme, politik pecah belah, operasi intelijen, kisah tragis manusia yuang
terjebak di antara situasi pergantian politik negara, dan akar perdagangan perempuan, serta konflik komunal di daerah Kalimantan Barat (terutama daerah Pontianak, Singkawang, dan sekitarnya.)

Buku ini secara tersirat menguatkan kaitan antara industri pers yang sehat, berkembang baik, dengan kualitas karya jurnalistik yang juga hebat---meskipun ini bukan sesuatu yang mutlak. Mayoritas finalis awalnya dipublikasi media besar dan terkemuka, seperti Kompas, Pikiran Rakyat, dan Tempo, merupakan karya wartawan yang bekerja di sana atau sumbangan dari kontributor. Tapi itu bukan berarti media daerah, kecil, atau spesifik, kehilangan kesempatan untuk menghasilkan karya gemilang. The Lost Generation awalnya dimuat harian Borneo Tribune (Pontianak).

Kalau benar-benar mengharapkan kualitas, bisa jadi ada dua kekurangan dalam buku ini. Pertama dari tampilan kategori foto jurnalistik, yang hanya diwakili oleh sebuah foto untuk setiap finalis, alih-alih misalnya berupa esai foto yang terdiri dari rangkaian sejumlah foto untuk suatu peristiwa. Apalagi foto tersebut juga tak dicetak khusus pada plat art paper, melainkan kertas biasa yang kurang memadai untuk menampilkan kualitas karya foto. Kedua, untuk kategori liputan mendalam jurnalisme televisi, yang malah memilih menampilkan script alih-alih membungkus tayangan videonya dalam sekeping cd sebagai sisipan. Betul-betul sulit membayangkan kesuksesan kualitas sebuah liputan acara televisi sekadar dari script tanpa ada tayangannya. Zaman sekarang apa sulitnya menyelipkan cd untuk hal seperti itu? Ini patut disayangkan.

Anugerah yang menggunakan nama seorang wartawan legendaris Indonesia ini patut kita hargai dan dukung. Mochtar Lubis bukan hanya seorang wartawan hebat, ia juga seorang penulis yang lengkap, tokoh politik, aktif dan berani menyadarkan warga. Warisan intelektual dan karyanya banyak. Semoga Mochtar Lubis Award terus berkembang dan di masa depan mampu menambah kategori, termasuk merambah ke karya sastra, penerbitan, dan musik.[]

Anwar Holid, bekerja sebagai editor dan penulis, blogger @ http://halamanganjil.blogspot.com.

KONTAK: wartax@yahoo.com | Tel.: (022) 2037348 | HP: 085721511193 | Panorama II No. 26 B Bandung 40141

Anwar Holid: penulis, penyunting, publisis; eksponen TEXTOUR, Rumah Buku.

Kontak: wartax@yahoo.com | (022) 2037348 | 085721511193 | Panorama II No. 26 B Bandung 40141

Sudilah mengunjungi link ini, ada lebih banyak hal di sana:
http://www.goethe.de/forum-buku
http://www.rukukineruku.com
http://ultimusbandung.info
http://www.visikata.com
http://www.gramedia.com
http://halamanganjil.blogspot.com

Come away with me and I will write you
---© Norah Jones

5a.

Re: mimpi dan cita-cita :)

Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Sat Oct 31, 2009 10:41 am (PDT)



wa'alaykumussalam :)
salam kenal juga

yuhuuuuuuuuuu
mimpi yang mana maksud, mas Farid? :)
kalau mimpi malam hari, hmm, atau maksudnya "angan"

coba, deh baca lagi tulisan saya :)

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Farid Jaya" <ujixs_182@...> wrote:
>
> Assalamu'alaikum...
> salam kenal,Ahmad Fauzi SK surabaya
>
> Mimpi dan cita2 membuat kita semangat,tapi jangan cuman mimpi,harus berusaha...dan jangan terlalu banyak bermimpi, jika tanpa usaha,ingat...Allah tidak akan mengubah keadaan kaumnya kecuali yang merubah adalah dirnya sendiri...
>
> Wassalamu'alaikum...
>

6a.

Re: [catcil] Masih tentang mimpi dan cita-cita :) to galih, mbak ant

Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Sat Oct 31, 2009 10:42 am (PDT)



@mbak anty
agak2 lupa juga syairnya :D
walau sering dengerin tapi masih kebolak balik, hehe
Yang terbaik bagimu, ada band kan :)

Hugs mbak anty

@fety
sama, fet banyak mimpi juga yang belum tercapai, berbeda juga, berharap suatu hari bisa menggapainya :)
moga untuk Fety juga...

@galih
yup, hal baru, kadang bikin enggan, tapi kalau tertantang, rasanya ingin maju dan maju, hehe

yup, nih puzzlenya belum lengkap, masih banyak mimpi2 yang ingin dicapai

thnks 4 reading all :)

salam

Novi

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, galih@... wrote:
>
> Menarik sekali pengalaman dirimu itu Nov.
> Aku juga selalu berusaha mencoba hal baru jika ada hal yang saat ini
> dilakukan
> dirasa kurang sreg. Seperti bermain puzzle saja, mencoba-coba mana yang
> pas
> dikehidupan ini untuk dijalani.
>
>
> Salam,
> Galih
>

7a.

Re: [Catcil] Tentang Sebuah Mimpi dan Cita-Cita

Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Sat Oct 31, 2009 10:44 am (PDT)




hihihi, kayak cerbung ya, mbak wiwik :)
udah diterusin, kok di "masih tentang mimpi dan cita-cita"
dan akan terus bersambung selama kita terus berusaha mengejar mimpi dan cita-cita kita :)

Yeah, semangaaaaaaaaaaaaaat

salam

Novi
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "diva p" <diifaa_03@...> wrote:
>
> aduh mbak Nop, kok pake acara bersambung sih
> padahal lagi seru bacanya
> di tunggu mbak sambungannya
> thanks udah berbagi
>
>
>
> salam
> Wiwik H..
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, novi khansa' <novi_ningsih@> wrote:
> >
> >
> > Tersenyum-senyum saya membaca dua tulisan sahabat di sebuah milis yang saya ikuti. Ini tentang mimpi, cita-cita, dan pilihan.
> >
> > Menengok sebentar ke belakang, apa saja yang sedang dan kemarin saya lakukan. Apa saja mimpi dan cita-cita saya. Dinamis, melompat-lompat, meledak, dan penuh kejutan.
> >
> >
> > Entah sejak kapan, saya sudah memproklamirkan diri saya untuk menjadi seorang guru. Yah, saya ingin sekali menjadi guru sebagaimana halnya profesi bapak saya. Dari SD, SMP hingga SMU saya masih ingin jadi guru. Di SMU lebih spesifik lagi, guru ekonomi. Yah, saya suka akuntansi dan ekonomi. Nilainya juga lumayan. Untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu saya memilih jurusan Pendidikan Ekonomi dan Akuntansi di UNJ dan UNS pada UMPTN (entah namanya apa sekarang :D). Saya gagal UMPTN. Saat kuliah di Politeknik, sempat ingin dobel di PGTK-SD. Berpikir ulang, aaah ga jadi, aaahĂ¢€¦
> >
> > Ketika bekerja di 2004, sempat terpikir untuk lanjut S1. Ekonomi Syariah, entah kenapa tertarik saja ;) . Waktu kuliah diprediksi 4 tahun dengan waktu Sabtu-Ahad. Saya memilih mundur. Hingga pada tahun yang sama, entahlah, saya sempat ingin melirik STEI di Rawamangun, tapi lagi-lagi saya mundur. Kali ini lebih ke soal biaya.
> >
> > Kuliah di Politeknik tak pernah benar-benar saya inginkan. Bisa dibilang saya cuma ingin belajar, atau daripada nganggur. Saya lupa, persisnya. Yang jelas ini hal baru buat saya. Dari dulu saya tak berminat kuliah di Depok, lingkup UI atau apalah, tapi justru di sini saya menemukan banyak hal.
> >
> > Saya kemudian menikmati semuanya. Kuliahnya, organisasinya hingga usaha sampingan saya, berjualan boneka. Lingkungan kampus yang sepi, memang. (dulu: kampus satu area dengan kantor Pusgrafin), tapi entah kenapa sedikitnya populasi mahasiswa TGP saat itu membuat saya nyaman, solid, dan senang. Kalaupun ingin keramaian dan keindahan bisa ke UI. Toh, saya kos di dekat UI. Kampus utama Politeknik juga di dalam UI, walau saya ke sana jarang sekali. Seingat saya, saya ke sana hanya untuk ambil beasiswa, mengajukan keringanan. demo, hehe, dll :). Kuliah saya saat itu paling mahal dibanding kedua kakak saya. Selalu coba cari info kalau-kalau ada beasiswa, mengajukan keringanan sampai kudu jualan sana-sini, heheĂ¢€¦ Tugas kuliah yang bejibun, belum lagi biaya desain yang ga murah atau tugas makalah yang selalu ada.
> >
> > Semua benar-benar berubah sekaligus membuka mata saya lebih lebar. Bukankah saya sudah teramat dekat dengan dunia buku. Sejak saya masih SD, selain mengajar, bapak berjualan buku sekolah, bisa dibilang agen, hingga akhirnya harus gulung tikar Aaah, kalau mengingat ini, mungkin tak bisa dilupakan masa jaya berjualan buku sekolah, tak bersisa sedikit pun buku-buku sekolah saat ini. Persaingan yang ketat dan perang diskon saat itu memang Ă¢€œmeruntuhkanĂ¢€ banyak toko buku sekolah.
> >
> > Selain berjualan buku, bapak mulai menulis. Oooh, tidak, bapak telah menulis sejak lama, bahkan sejak saya belum lahir. Yah, tampaknya bapak makin rajin menulis, menyusun buku, hingga bukunya lahir setelah berjibaku dengan naskah ditolak, gagal, dan banyak lagiĂ¢€¦ Hal ini tak akan terlupa karena, dari sanalah sebagian besar dana yang digunakan bapak dan ibu naik haji pada tahun 2001.
> >
> > Perlahan tapi pasti ilmu yang saya dapatkan sangat-sangat berguna sebelum saya lulus kuliah. Menjadi asisten penulis adalah profesi yang saya jalani di samping jualan boneka. Penulis itu adalah bapak saya sendiri. :)
> >
> > Tanpa sadar saat itu saya merajut mimpi baru. Menjadi seorang penulis dan bekerja di dunia perbukuan. Mencintai sebuah profesi yang hingga kini sangat saya sukai.
> >
> >
> > *bersambung ;)
> >
> >
> > ~~Untuk bapak yang selalu menginspirasi
> >
> >
> >
> >
> >
> > ***
> >
> > "Anda adalah cermin dari pikiran-pikiran Anda Sendiri"
> > (Syekh Muhammad Al Ghazali)
> >
> > ***
> >
> >
> >
> > novi_khansa'kreatif
> > ~Graphic Design 4 Publishing~
> > YM : novi_ningsih
> > http://akunovi.multiply.com
> > http://novikhansa.wordpress.com/
> >
>

8a.

Re: [catcil] Masih tentang mimpi dan cita-cita :)

Posted by: "punya_retno" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Sat Oct 31, 2009 2:54 pm (PDT)



kupikir, mimpi dan cita2 itu dinamis dan elastis.
dinamis krn ia bisa berubah sejalan perkembangan usia dan kedewasaan. elastis, krn adakalanya, ia harus kompromi dgn situasi dan keadaan.

dulu pas kecil (sd sampe awal smp) cita2ku banyak dipengaruhi bacaan, terutama, komik, hehehe. abis baca mary chan, pingin jd balerina (hayah), yg bisa nari 42 putaran swan lake (makin hayah). nonton indiana jones pingin jd arkeolog. sampe pas smu dan kuliah, pingin jd wartawan.

hmm, kalo sekarang sih pingin jd ibu muda yg punya toko buku cozy (kaya toko buku di film you've got mail. aku smp pernah nulis di jurnal ttg program harian toko buku itu, lho (booo! punya aja belum siii hehehe). alhamdulillah, skrg udah bisa jualan buku online (yg mau pesan, mari mari... (pedagang mode on)), punya butik baju vintage, dan menulis sesekali :)

demikian.

happy dreaming :)

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Novi Khansa" <novi_ningsih@...> wrote:
>
> Masa-masa kuliah saya jalani dengan menyenangkan. Kuliah, kerja di rumah membantu bapak, jualan boneka, hingga saatnya harus berjibaku dengan tugas akhir. Alhamdulillah, lulus tepat waktu, walau ikutan sidang kedua dan isi tugas akhir yang sempat dirombak sana sini.
>

9a.

Re: [ Catcil ] Sentuhan Pagi Ini

Posted by: "punya_retno" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Sat Oct 31, 2009 3:12 pm (PDT)



turut mendoakan, semoga kondisi ibu dan bayinya sehat, mbak anty.
bagaimana kabar mereka sekarang?
btw, maafkan pertanyaan bodohku ini: bukannya semua bayi terlahir dgn kulit keriput? dan apa resikonya plasenta rapuh ya?
maaf ya dodol nanyanya.
makasih.

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "anty th" <anty_th@...> wrote:
>
> * Bayi Mungil *
>
> Hampir pukul 3 dini hari ketika HP ku berdering.
> "Kak, ada pasien yang sudah melahirkan. Tapi plasenta nya rapuh dan lengket. memang Usia ibunya sudah 40 tahun dan kehamilan nya post date.Fitri rujuk ke rumah sakit ya", ujar suara Bidan Fitri.
>
> "Iya Fit, segera ya. Anaknya gimana?", ujarku. Kantukku terkalahkan oleh berita yang kuterima dini hari yang sejuk itu.
>
> "Alhamdulillah kak, anaknya baik. Tangisnya keras kak. Walau kulitnya agak keriput"
>
> "Segera konsul ke dokter anak. Jangan sampai terjadi apa – apa. Kalau perlu bayi nya segera di rujuk juga"
>
> Aku benar – benar tidak menginginkan ibu dan bayi mengalami hal yang tidak diinginkan.
> Ya Allah selamatkanlah mereka, bisikku dalam hati.
>
>
> Pukul 4 dini hari aku menelepon kantor. Alhamdulillah Bidan Fitri baru pulang dari Rumah sakit rujukan dan aku lega ketika mendapatkan kabar bu naimah sudah mendapatkan perawatan yang baik.
>
> "dr. Mira langsung datang kak".
>
> Dr.Mira , sang dokter Obgyn yang sering aku panggil Jeng itu memang tak pernah menampik jika kami mengirimkan pasien walau beliau tau bahwa dana yang akan beliau terima jauh lebih rendah di bandingkan dengan pasien umum. Alhamdulillah semuanya lancar.
>
> Aku kembali bertanya tentang bayi. Dan Alhamdulillah bayi mungil itu sudah jauh lebih baik kondisinya.
>
>
>
> Pagi ini aku langsung masuk ke ruang perawatan di temani oleh Bidan Poppy untuk menjenguk si bayi. Tampak damai sekali sang putri kecil ini.
>
> "Sudah minum dia bu", terang bidan Poppy
>
> Kupandangi wajah mungil yang menggemaskan ini. Aku langsung jatuh cinta. Duhaiiiiiii
>
> Perasaan sedih menggelayut ketika mengingat dia harus terpisah dari ibunya dan tak ada seorangpun keluarganya yang menemaninya.
>
> Kotak kaca tempat penghangat tubuh mungilnya yang biasa di sebut dengan incubator itu ku buka. Kusentuh lembut pipi nya. Ingin aku menciumnya namun aku takut mengganggu tidurnya yang lelap.
>
> " Apa pekerjaan ayahnya?" tanyaku karena aku belum melihat statusnya.
>
> " Tukang beca bu", jawab bidan poppy.
>
> Air mataku makin menggantung. Smoga putri kecil ini memiliki masa depan yang cerah, pintaku dalam hati.
> Ketika melihatnya entah mengapa ada bisikan di hatiku.
>
> "Nak, jika terjadi hal buruk dengan ibu mu, aku akan mengambilmu untuk menjadi anakku. Mungkin kamu akan menjadi pelabuhan kasih sayangku"
>
> Lintasan pikiran yang aneh menurutku. Karena aku punya 19 ponakan dan 3 `cucu" yang bisa menjadi tempat curahan perhatian dan kasih sayangku.
> Entah mengapa pikiran itu melintas
>
> Namun yang pasti, aku ingin Bu naimah segera sehat dan bisa berkumpul lagi dengan keluarganya. Ke 4 anak beliau pasti sangat membutuhkan kehadiran beliau.
>
> Smoga dekapan ibumu segera bisa kau dapatkan bayi mungil…
>
> Aku berdoa untukmu dan keluargamu putri cantik
>
>
> Medan, 31 Oktober 2009
> Anty thahir
>

10a.

Re: (teka) cerita berima: saat raihana kedatangan tamu

Posted by: "punya_retno" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Sat Oct 31, 2009 3:17 pm (PDT)



@ novi: mama retno sekarang nggak punya banyak buku, karena banyak yg dijualin (pedagang mode on) :)

@ kang hadian: hehehe, iyaa deh, pok ame ame belalang kupu-kupu! :)

@ mbak fety: alhamdulillah, bisa menghibur. iya, sejak lahir raihana, makin sering nyuri2 waktu utk nulis, mbak :)

@ mbak mimin: ah, aku masih pemula mbak utk bikin yg rhyming. nggak ada apa2nya dibandingkan gerimis pengemisnya mbak mimin, yg keren itu :)

tks for reading, semuanya :)

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "punya_retno" <punya_retno@...> wrote:
>
> Mencoba menulis cerita berima,
> Saat tak bisa tidur di tengah malam buta,
> Setelah menyusui Raihana
>
> Tentu saja, cerita berima ini masih sangat sederhana,
> Karena saya masih minim kosakata
> Namun, semoga masih bisa dinikmati oleh semuanya, ya!
>
> -Retno-
> ====================================================================
> Saat Raihana Kedatangan Tamu
> Oleh Retnadi Nur'aini
>
>
> Tadi sore Raihana kedatangan tamu.
> Tamu itu berbaju biru.
> Kedua tangannya memeluk setumpuk buku.
>
> Ia bernama Kak Bayu.
> Kak Bayu suka mendongeng cerita lucu-lucu.
> sambil menyeruput secangkir susu.
>
> Kali ini, ceritanya tentang seekor kupu-kupu.
> Yang adu panco dengan seekor kutu.
> Beralaskan sebongkah batu.
>
> "Huuufff, huuufff, huuufff!", napas kutu memburu.
> Sementara keringat menetes di dahi kupu-kupu.
> Yang kini keluar urat-urat biru.
>
> Waah, sungguh adu panco yang seru!
>
> "Hosh, hosh, kutu. Capek nih. Gimana kalau kita main ke rumahku?", tanya kupu-kupu.
> "Hosh, hosh, kupu. Iya, nih, laper. Pegel main panco mulu!," jawab kutu.
> "Waaah, pas betul! Aku punya sepanci bubur sagu!" jawab kupu-kupu.
>
> "Ih, bubur sagu, apa itu!
> Kupu, makananmu kan aneh-aneh melulu
> Minggu lalu kamu makan sup ikan kerapu
> Kemarin kamu makan sirip ikan hiu,
> Sekarang, bubur sagu!
> Hek, aku tidak mau!", ujar kutu
>
> Namun jawab kupu-kupu,
> "Eh, sembarangan! Bubur sagu itu enak, tau!
> Aku membuatnya dengan beberapa sendok madu dan parutan keju!"
>
> Di rumah kupu-kupu,
> Mereka pun melahap bubur sagu.
> "Slurp, slurp, slurp, sedaaap!," ujar kutu.
>
> Lalu, sambil tersenyum malu-malu,
> Kutu bertanya "Bolehkah aku menukar semangkuk bubur sagumu,
> dengan sebatang sapu milikku?"
>
> "Tentu saja boleh! Ambil saja sesukamu.
> Dan bawa saja sapumu,
> karena aku baru beli sapu baru!" jawab kupu-kupu.
>
> Berlinanglah air mata kutu.
> Ah, sungguh ia terharu.
> Punya sahabat sepemurah kupu-kupu.
>
> "Raihana, ayo makan siang dulu!" panggil Ibu.
> Olala, ternyata sudah jam satu!
> Saking asyiknya mendengarkan dongeng Kak Bayu,
> Raihana sampai lupa waktu!
>
> "Kak Bayu, sekarang Raihana mau makan dulu,
> Bisakah Kak Bayu datang lagi hari Rabu,
> dan kembali mendongeng untukku?" tanya Raihana tersipu.
>
> "Tentu! Tentu! Hari Rabu aku akan datang untukmu,
> dan mendongeng tentang macan yang kehilangan kuku,
> juga tentang seekor bebek yang hobi memborong tisu!" jawab Kak Bayu
>
> "Bye bye Raihana, sampai ketemu hari Rabu,
> I'll miss you!"
>

Recent Activity
Visit Your Group
Biz Resources

Y! Small Business

Articles, tools,

forms, and more.

Support Group

Lose lbs together

Share your weight-

loss successes.

Group Charity

GiveWell.net

Identifying the

best non-profits

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: