Selasa, 16 Februari 2010

[daarut-tauhiid] Aku, Kamu dan Kita Adalah Pembalap (Seri Kelembutan Hati)

 

AKU, KAMU DAN KITA ADALAH
PEMBALAP
 
 
Jakarta, 15 Februari 2010
 
        Lampu trafic light masih berwarna merah
pada perempatan pada pagi itu, sementara dari arah yang lain sekumpulan
kendaraan baik roda dua dan roda lebih dari dua menderu berlalu. Seperti yang
tak mau kalah serunya sekumpulan kendaraan yang searah dengan jalur sayapun
meski lampu masih belum juga berwarna hijau banyak dari mereka sudah mulai ingin
sekali melalui perempatan itu. Beberapa motor sudah berada jauh di depan seperti
yang hendak meninggalkan sekumpulan kendaraan di belakangnya. Makin kentara
kentalnya suasana sebuah sirkuit balap dengan adanya beberapa motor yang
suaranya nyaring ketika gasnya ditarik berulang-ulang.
 
        Sebuah bunyi klakson berhasil dengan
sukses mengkagetkan dan membuyarkan perhatian saya pada beberapa motor di depan
saya dan ketika saya lihat ternyata lampu sudah berwarna hijau. Entah saya yang
tidak memperhatikan atau memang tidak berfungsi dengan baik - biasanya sebelum
menuju hijau lanpu kuning akan menyala lebih dahulu. Tidak sempat
saya memikirkan hal tersebut karena kendaraan di belakang sudah semakin sering
membunyikan klaksonnya. Segera saya menarik gas motor saya disusul bebrapa motor
lain yang saling menyalip bergantian sepertinya tidak mau kehilangan meski hanya
beberapa detik saja atau mungkin takut keburu (segera-pen) lampu berwarna merah
kembali.
 
        Saya jadi ingat kalo saja berkendaraan
sendiri mungkin saya akan memacu kendaraan lebih cepat dan lebih agresif bak
seorang pembalap, seakan tidak boleh ada satupun kendaraan di depan saya. Tiap
ada ruang sedikit yang menurut perhitungan memungkinkan motor saja masuk untuk
melewatinya pasti saya lakukan dan yang parah kadang saya berniat harus
kendaraan saya lebih dahulu yang lewat baru yang lainnya boleh menyusul jika
menemukan kerumunan kemacetan. Menghalangi kendaraan dengan cara mendahului dan
mengarahkan roda depan motor ke arah yang dituju meski hanya beda beberapa
sentimeter saja pernah saya lakukan - tidak lain dan tidak bukan hanya agar saya
yang lebih dahulu lewat.
 
        Hal yang sama juga ternyata banyak
dilakukan oleh mereka para pengendara lainnya, mereka menyalip, memotong arah,
menghalangi agar kendaraan lain tetap di belakangnya dengan cara-cara yang
beragam. Ada yang dengan cara mengambil posisi berkendaraan di tengah jalan,
berpindah-pindah jalur kadang dibarisan kiri kadang dibarisan kanan dan atau
melaju dengan sekencang-kencangnya. Entah ini semacam virus yang sangat mudah
menular atau kebiasaan saya sendiri tidak tahu namun yang hampir bisa dipastikan
prilaku berkendara seperti itu semakin banyak pengikutnya.
 
        Atau semuanya soal yang kaitannya dengan
masalah menejemen waktu saja, seperti alasan yang saya dasari ketika saya harus
memacu kendaraan lebih cepat sehingga sayapun melakukan hal-hal di atas. Ataukah
ini sebuah penyakit hati yang tidak mau ada orang lain yang lebih unggul dari
kita, yang tidak mau ada orang lain lebih dahulu dari kita, atau tidak ingin ada
orang lain bahagia/nyaman, atau tidak ingin ada orang lain tidak memperhatikan
kita atau meremehkan kita sehingga muncul dalam hati kita rasa persaingan yang
kental bahkan lebih kental sehinggan mendekati permusuhan, yang memperebutkan
piala yang bernama "kesombongan", "egois" dan "harga diri". Itupula mungkin
sebabnya persoalan-persoalan di jalan raya seperti senggolan, serempetan, atau
bahkan tabrakan tidak sedikit yang dimulai penylesaiannya dengan kekerasan.
Karena bisa jadi ketika kita sudah di jalan raya, anda dan saya adalah pesaing
berat, lawan pertarungan dan bahkan menjadi musuh layaknya sebuah putaran
sirkuit balap dimana kita semua sebagai pembalapnya.
 
        Mengapa
demikian? karena hal yang sama atau bisa dibilang serupa namun tak sama ternyata
terjadi juga di arena lainnya selain jalan raya. Sebut saja, seperti antri tiket
baik tiket pertunjukan, tiket transportasi dan layanan antrian tiket lainnya.
Juga merambah di sektor pekerjaan dimana kita berlomba memberikan yang terbaik
untuk hasil pekerjaan individual kita semata atas nama hasil kerja pribadi,
hasil pemikiran pribadi, hasil kerja keras pribadi dan segalanya yang beraroma
pribadi sehingga melupakan kata "kerjasama", melupakan kata "saling membantu"
yang akhirnya melupakan kata "orang lain".
 

Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa
Rasulullah saw. bersabda: "Hindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka karena
buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kamu sekalian saling
memata-matai yang lain, janganlah saling mencari-cari aib yang lain, janganlah
kamu saling bersaing (kemegahan dunia), janganlah kamu saling mendengki dan
janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling bermusuhan tetapi
jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara". (Shahih Muslim
No.4646)
 
 

-----------------------------------
Kampanye mengembalikan Kelembutan Hati
atas sesama kita#

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: