Messages In This Digest (13 Messages)
- 1.
- Jual buku-buku Hamka From: malakmalakmal
- 2a.
- [catcil] Akad Nikah Setelah Resepsi From: novi khansa'
- 2b.
- Re: [catcil] Akad Nikah Setelah Resepsi From: fla cheya
- 2c.
- Bls: [sekolah-kehidupan] [catcil] Akad Nikah Setelah Resepsi From: bujang kumbang
- 3.
- (Inspirasi) Sebuah Tanda di Dahi Kita From: ~ Made Teddy Artiana ~
- 4.
- Bekerja dari rumah.. From: Siti Khadijah Abdullah
- 5.
- [BUKU INCARAN] Butuh Berapa Orang untuk Menerbitkan Sebuah Buku? From: Anwar Holid
- 6a.
- Re: [Catcil] Duh, Ternyata >> mbak Nop and mas Budi From: APRILLIA
- 7a.
- Re: [catcil] Sudah Terlanjur From: APRILLIA
- 8.
- [catcil] Menjumput Idealisme From: febty febriani
- 9.
- [Kelana] Kabut Di Kaki Lereng Tanggeung [Perjalanan Spiritual] Bagia From: bujang kumbang
- 10.
- Teman - temanku 15 hari lagi pengirimannya berakhir lho... From: paramitha.wulandari
- 11a.
- Re: [Humor] Salah Ngucap From: Imam Suyudi
Messages
- 1.
-
Jual buku-buku Hamka
Posted by: "malakmalakmal" malakmalakmal@gmail.com malakmalakmal
Mon Feb 15, 2010 3:01 pm (PST)
assalaamu'alaikum wr. wb.
Bagi yang tertarik memiliki buku-buk Hamka, bisa menghubungi saya di malakmalakmal@gmail.com . Untuk sementara judul-judul yang tersedia adalah:
1. Pelajaran Agama Islam
2. Di Bawah Lindungan Ka'bah
3. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk
Judul lainnya insya Allah akan menyusul.
NB : Buku yang dijual semuanya baru, bukan second.
wassalaamu'alaikum wr. wb.
- 2a.
-
[catcil] Akad Nikah Setelah Resepsi
Posted by: "novi khansa'" novi_ningsih@yahoo.com novi_ningsih
Mon Feb 15, 2010 3:52 pm (PST)
Wanita itu sahabatku. Aku mengenalnya cukup baik sebagai pribadi yang
ceria, ramah dan suka menolong. Sebuah kabar yang menyenangkan hati
ketika dia akan menikah. Berbagai rencana di kepala lengkap dengan
kekhawatiran demi kekhawatiran akan persiapan pernikahan. Aku tak
banyak membantu saat itu. Hanya menjadi pendengar dan berusaha
menenangkan dirinya yang terkadang gusar. Selebihnya, tidak ada, walau
pada awalnya ada banyak niat untuk menjadi salah satu panitia dalam
pernikahannya. Akan tetapi hingga detik terakhir menjelang pernikahan,
aku sama sekali tak bisa banyak membantu.
Awalnya, aku ingin
menghadiri akad nikahnya pagi itu. Tetapi, karena sahabatku itu juga
mengundang ibu dan kedua kakakku beserta keluarga, aku bermaksud pergi
bareng salah satu kakakku atau ibuku. Yah, sahabatku yang satu itu
cukup kenal dekat dengan keluargaku.
Akhirnya, aku datang ke
lokasi sekitar pukul satu bersama abangku dan Fikri, keponakanku. Dari
kejauhan, aku melihat sahabatku sendirian di pelaminan. Aku hanya
berpikir, mungkin sang suami tengah sholat hingga kuhampiri dia.
Wajahnya tampak tenang ketika mengucapkan, "Akadnya belum" Aku yang
mendengarnya cuma bisa bengong... Lho, belum? Saat
itu juga, temanku menjawab kalau baru tadi pagi nenek si mempelai
laki-laki meninggal dunia. "Aku kasihan, mbak" ujarnya. Sahabatku itu
sempat mengatakan saat itu rombongan keluarga mempelai tengah dalam
perjalanan dan akad akan dilaksanakan pukul satu sambil menyebutkan
lokasi mereka saat itu. Aku spontan berkata, "Sekarang jam berapa?"
sambil menegok ponsel dan menunjukkan jam sudah pukul satu lewat.
Tak
lama, tamu-tamu lain mulai bersalaman dengan sahabatku. Aku mengambil
makan dan mencoba menikmatinya. Sambil menatap sahabatku itu, aku tak
bisa begitu menikmati makanku. Rasanya gelisah, deg-degan, khawatir dan
banyak lagi. Ada perasaan cemas dengan berbagai ketakutan yang hadir.
Kalau aku saja sedemikian resah, bagaimana dengan dia. Tamu-tamu sudah
banyak yang berdatangan. Mereka tampaknya juga menunggu prosesi yang
entah kapan akan mulai.
Masih dari tempat dudukku, kulihat
dirinya mulai tampak gelisah, tetapi selalu berusaha tersenyum ketika
para tamu menyalami dan menghampirinya hingga terdengar kabar sang
mempelai pria sudah tiba sekitar pukul dua siang. Alhamdulillah. Aku
tatap dia yang beriringan menuju masjid. Waktu semakin lamban berjalan
ketika sambutan demi sambutan belum juga selesai. Rasanya, aku ingin
berada di dekatnya, tetapi sudah banyak sahabat dan kerabat yang ada
bersamanya hingga tiba saatnya ijab kabul... Alhamdulillah.
Yah,
manusia hanya bisa berencana. Tidak ada yang pernah menyangka, kalau
akad nikah berlangsung sore hari setelah tamu berdatangan dan menikmati
jamuan resepsi. Peristiwa apapun bisa terjadi dan kami hanya bisa
bertawakal. Lega sekaligus terharu.
Barokallahu laka wa baroka'alayka wa jama'a baynakuma fii khoir....
*untuk Salamah, 070210
***
"Anda adalah cermin dari pikiran-pikiran Anda Sendiri"
(Syekh Muhammad Al Ghazali)
***
novi_khansa'kreatif
~Graphic Design 4 Publishing~
YM : novi_ningsih
http://akunovi.multiply. com
http://novikhansa.wordpress. com/
- 2b.
-
Re: [catcil] Akad Nikah Setelah Resepsi
Posted by: "fla cheya" fla_cheya@yahoo.com fla_cheya
Mon Feb 15, 2010 5:40 pm (PST)
subhanallah... bersyukurnya yang sudah akad nikah...
--- On Mon, 2/15/10, novi khansa' <novi_ningsih@yahoo.com > wrote:
From: novi khansa' <novi_ningsih@yahoo.com >
Subject: [sekolah-kehidupan] [catcil] Akad Nikah Setelah Resepsi
To: "sekolah kehidupan" <sekolah-kehidupan@yahoogroups. >, pembacaasmanadia@com yahoogroups. com
Date: Monday, February 15, 2010, 3:51 PM
Wanita itu sahabatku. Aku mengenalnya cukup baik sebagai pribadi yang
ceria, ramah dan suka menolong. Sebuah kabar yang menyenangkan hati
ketika dia akan menikah. Berbagai rencana di kepala lengkap dengan
kekhawatiran demi kekhawatiran akan persiapan pernikahan. Aku tak
banyak membantu saat itu. Hanya menjadi pendengar dan berusaha
menenangkan dirinya yang terkadang gusar. Selebihnya, tidak ada, walau
pada awalnya ada banyak niat untuk menjadi salah satu panitia dalam
pernikahannya. Akan tetapi hingga detik terakhir menjelang pernikahan,
aku sama sekali tak bisa banyak membantu.
Awalnya, aku ingin
menghadiri akad nikahnya pagi itu. Tetapi, karena sahabatku itu juga
mengundang ibu dan kedua kakakku beserta keluarga, aku bermaksud pergi
bareng salah satu kakakku atau ibuku. Yah, sahabatku yang satu itu
cukup kenal dekat dengan keluargaku.
Akhirnya, aku datang ke
lokasi sekitar pukul satu bersama abangku dan Fikri, keponakanku. Dari
kejauhan, aku melihat sahabatku sendirian di pelaminan. Aku hanya
berpikir, mungkin sang suami tengah sholat hingga kuhampiri dia.
Wajahnya tampak tenang ketika mengucapkan, "Akadnya belum" Aku yang
mendengarnya cuma bisa bengong... Lho, belum? Saat
itu juga, temanku menjawab kalau baru tadi pagi nenek si mempelai
laki-laki meninggal dunia. "Aku kasihan, mbak" ujarnya. Sahabatku itu
sempat mengatakan saat itu rombongan keluarga mempelai tengah dalam
perjalanan dan akad akan dilaksanakan pukul satu sambil menyebutkan
lokasi mereka saat itu. Aku spontan berkata, "Sekarang jam berapa?"
sambil menegok ponsel dan menunjukkan jam sudah pukul satu lewat.
Tak
lama, tamu-tamu lain mulai bersalaman dengan sahabatku. Aku mengambil
makan dan mencoba menikmatinya. Sambil menatap sahabatku itu, aku tak
bisa begitu menikmati makanku. Rasanya gelisah, deg-degan, khawatir dan
banyak lagi. Ada perasaan cemas dengan berbagai ketakutan yang hadir.
Kalau aku saja sedemikian resah, bagaimana dengan dia. Tamu-tamu sudah
banyak yang berdatangan. Mereka tampaknya juga menunggu prosesi yang
entah kapan akan mulai.
Masih dari tempat dudukku, kulihat
dirinya mulai tampak gelisah, tetapi selalu berusaha tersenyum ketika
para tamu menyalami dan menghampirinya hingga terdengar kabar sang
mempelai pria sudah tiba sekitar pukul dua siang. Alhamdulillah. Aku
tatap dia yang beriringan menuju masjid. Waktu semakin lamban berjalan
ketika sambutan demi sambutan belum juga selesai. Rasanya, aku ingin
berada di dekatnya, tetapi sudah banyak sahabat dan kerabat yang ada
bersamanya hingga tiba saatnya ijab kabul... Alhamdulillah.
Yah,
manusia hanya bisa berencana. Tidak ada yang pernah menyangka, kalau
akad nikah berlangsung sore hari setelah tamu berdatangan dan menikmati
jamuan resepsi. Peristiwa apapun bisa terjadi dan kami hanya bisa
bertawakal. Lega sekaligus terharu.
Barokallahu laka wa baroka'alayka wa jama'a baynakuma fii khoir....
*untuk Salamah, 070210
***
"Anda adalah cermin dari pikiran-pikiran Anda Sendiri"
(Syekh Muhammad Al Ghazali)
***
novi_khansa' kreatif
~Graphic Design 4 Publishing~
YM : novi_ningsih
http://akunovi. multiply. com
http://novikhansa. wordpress. com/
- 2c.
-
Bls: [sekolah-kehidupan] [catcil] Akad Nikah Setelah Resepsi
Posted by: "bujang kumbang" bujangkumbang@yahoo.co.id bujangkumbang
Tue Feb 16, 2010 1:18 am (PST)
insyaAllah pasti Neng Novi jg menyusul kok...
sama dengan aye...
saling mendoakan!
amin...
--- Pada Sel, 16/2/10, novi khansa' <novi_ningsih@yahoo.com > menulis:
Dari: novi khansa' <novi_ningsih@yahoo.com >
Judul: [sekolah-kehidupan] [catcil] Akad Nikah Setelah Resepsi
Kepada: "sekolah kehidupan" <sekolah-kehidupan@yahoogroups. >, pembacaasmanadia@com yahoogroups. com
Tanggal: Selasa, 16 Februari, 2010, 6:51 AM
Wanita itu sahabatku. Aku mengenalnya cukup baik sebagai pribadi yang
ceria, ramah dan suka menolong. Sebuah kabar yang menyenangkan hati
ketika dia akan menikah. Berbagai rencana di kepala lengkap dengan
kekhawatiran demi kekhawatiran akan persiapan pernikahan. Aku tak
banyak membantu saat itu. Hanya menjadi pendengar dan berusaha
menenangkan dirinya yang terkadang gusar. Selebihnya, tidak ada, walau
pada awalnya ada banyak niat untuk menjadi salah satu panitia dalam
pernikahannya. Akan tetapi hingga detik terakhir menjelang pernikahan,
aku sama sekali tak bisa banyak membantu.
Awalnya, aku ingin
menghadiri akad nikahnya pagi itu. Tetapi, karena sahabatku itu juga
mengundang ibu dan kedua kakakku beserta keluarga, aku bermaksud pergi
bareng salah satu kakakku atau ibuku. Yah, sahabatku yang satu itu
cukup kenal dekat dengan keluargaku.
Akhirnya, aku datang ke
lokasi sekitar pukul satu bersama abangku dan Fikri, keponakanku. Dari
kejauhan, aku melihat sahabatku sendirian di pelaminan. Aku hanya
berpikir, mungkin sang suami tengah sholat hingga kuhampiri dia.
Wajahnya tampak tenang ketika mengucapkan, "Akadnya belum" Aku yang
mendengarnya cuma bisa bengong... Lho, belum? Saat
itu juga, temanku menjawab kalau baru tadi pagi nenek si mempelai
laki-laki meninggal dunia. "Aku kasihan, mbak" ujarnya. Sahabatku itu
sempat mengatakan saat itu rombongan keluarga mempelai tengah dalam
perjalanan dan akad akan dilaksanakan pukul satu sambil menyebutkan
lokasi mereka saat itu. Aku spontan berkata, "Sekarang jam berapa?"
sambil menegok ponsel dan menunjukkan jam sudah pukul satu lewat.
Tak
lama, tamu-tamu lain mulai bersalaman dengan sahabatku. Aku mengambil
makan dan mencoba menikmatinya. Sambil menatap sahabatku itu, aku tak
bisa begitu menikmati makanku. Rasanya gelisah, deg-degan, khawatir dan
banyak lagi. Ada perasaan cemas dengan berbagai ketakutan yang hadir.
Kalau aku saja sedemikian resah, bagaimana dengan dia. Tamu-tamu sudah
banyak yang berdatangan. Mereka tampaknya juga menunggu prosesi yang
entah kapan akan mulai.
Masih dari tempat dudukku, kulihat
dirinya mulai tampak gelisah, tetapi selalu berusaha tersenyum ketika
para tamu menyalami dan menghampirinya hingga terdengar kabar sang
mempelai pria sudah tiba sekitar pukul dua siang. Alhamdulillah. Aku
tatap dia yang beriringan menuju masjid. Waktu semakin lamban berjalan
ketika sambutan demi sambutan belum juga selesai. Rasanya, aku ingin
berada di dekatnya, tetapi sudah banyak sahabat dan kerabat yang ada
bersamanya hingga tiba saatnya ijab kabul... Alhamdulillah.
Yah,
manusia hanya bisa berencana. Tidak ada yang pernah menyangka, kalau
akad nikah berlangsung sore hari setelah tamu berdatangan dan menikmati
jamuan resepsi. Peristiwa apapun bisa terjadi dan kami hanya bisa
bertawakal. Lega sekaligus terharu.
Barokallahu laka wa baroka'alayka wa jama'a baynakuma fii khoir....
*untuk Salamah, 070210
***
"Anda adalah cermin dari pikiran-pikiran Anda Sendiri"
(Syekh Muhammad Al Ghazali)
***
novi_khansa' kreatif
~Graphic Design 4 Publishing~
YM : novi_ningsih
http://akunovi. multiply. com
http://novikhansa. wordpress. com/
Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/ pingbox/
- 3.
-
(Inspirasi) Sebuah Tanda di Dahi Kita
Posted by: "~ Made Teddy Artiana ~" made.t.artiana@gmail.com
Mon Feb 15, 2010 6:54 pm (PST)
*Sebuah Tanda di Dahi Kita*
*oleh Made Teddy Artiana, S. Kom*
(photographer & company profile developer)
Sejak aku kecil ibuku selalu bercerita tentang sebuah tanda di dahi kita,
manusia-manusia ini. Sebuah tanda yang indahnya tak terlukiskan kata, namun
kekuatannya sangat dashyat luar biasa, melebihi badai manapun.
Tanda itu terpahat sedemikian sehingga tidak akan terhapuskan oleh apapun.
Oleh siapapun. Kenistaan, kenajisan, kegelapan yang tergelap, bahkan api
neraka tak berdaya menghapuskannya.
Sayangnya, tanda �yang hanya dapat dilihat dalam sebuah cermin ajaib itu-
terlalu sering terlupakan oleh pemiliknya. Entah karena sang pemilik jarang
bercermin di cermin ajaib itu atau karena memang begitu termakan oleh rasa
takut oleh hantu-hantu dunia, ataupun karena sang pemiliknya tidak
sungguh-sungguh mempercayai keberadaan tanda itu. Kendatipun demikian tanda
itu tetap disana, di dahi mereka.
Seandainya saja mereka percaya akan tanda itu, maka dengan segera mereka
akan bangkit dan dengan gagah perkasa memukul mundur semua lawan-lawan
kehidupan mereka. Walaupun tubuh mereka sudah teronggok dalam rupa
tulang-belulang, bahkan dalam keadaan demikian sekalipun, urat dan daging
akan tumbuh dan nafas kehidupan akan kembali menghidupkan mereka.
Tanda itu adalah tanda kekuasaan, yang membuat alam semesta bekerja
bersama-sama dalam keharmonian mendukung kita. Sebuah tanda yang menjadi
jaminan kekal bahwa tidak ada tantangan, kesulitan, masalah apapun yang
tidak akan bertekuk lutut dikaki kita, sepanjang kita punya keberanian dan
ketetapan hati melawannya. Tanda itu juga yang menjamin setinggi apapun
angan-angan yang ingin kita raih-selama itu mulia- pasti akan tercapai,
sepanjang kita mempercayainya. Sebuah janji illahi yang berbicara tentang
kekuatan, pemeliharaan, penyertaan dan kesetiaan.
Tanda itu adalah : *�Dicintai-NYA�*
* *
Kata ibuku, tanda inilah yang seharusnya menjadi alasan bagi seseorang untuk
takut kepada DIA, yang menuliskan tanda itu. Karena ketika manusia
sungguh-sungguh takut pada-NYA, maka dunia ini tidak akan sanggup lagi
menakut-nakutinya dan manusia akan memenuhi takdir mereka, sebagai Anak-Anak
Raja yang tidak terkalahkan oleh apapun.
Tetapi jika kita menafikan keberadaan tanda di dahi kita itu, maka dunia ini
dengan mudah akan memperbudak kita. Kemudian kehidupan akan kehilangan
keindahannya. Lalu Anak-Anak Raja, para Bangsawan yang seharusnya berjalan
dalam iring-iringan kemuliaan itu, akan berubah wujudnya menjadi
mahluk-mahluk menyedihkan yang berlarian kesana-kemari, dikuasai
kebimbangan, dikejar rasa putus asa, dirasuki ketakutan, tanpa arah, tanpa
sebuah kepastian hidup.
*Seandainya saja kita mengetahui betapa mulianya diri ini dicipta, dan
betapa kita sangat dicintai-NYA, maka setiap saat hati kita akan berpesta
pora*.(***)
--
what a wonderfull world !
MTA
http://semarbagongpetrukgareng. blogspot. com/
081317822720
- 4.
-
Bekerja dari rumah..
Posted by: "Siti Khadijah Abdullah" gabriet87@yahoo.com gabriet87
Mon Feb 15, 2010 6:55 pm (PST)
Ingin menambahkan pendapatan tambahan??
Ingin melangsaikan bebanan hutang yang memeningkan kepala??
Ingin membuat part time job di rumah??
Sila Klik Disini
- 5.
-
[BUKU INCARAN] Butuh Berapa Orang untuk Menerbitkan Sebuah Buku?
Posted by: "Anwar Holid" wartax@yahoo.com wartax
Mon Feb 15, 2010 6:55 pm (PST)
[BUKU INCARAN]
Butuh Berapa Orang untuk Menerbitkan Sebuah Buku?
---Anwar Holid
Sekitar Agustus 2007 Anwar Holid mendapat surat dari Katalin Nagy bahwa dia ingin mengakrabkan sastra Hongaria ke pembaca Indonesia. Dia mencari penerjemah untuk mengerjakan proyek The Ninth (A kilencedik) karya Ferenc Barnás, sekaligus mencari penerbit untuk novel tersebut. Ferenc telah memenangi dua anugerah sastra paling terkemuka di tanah airnya: Sándor Márai Prize (2001) dan Tibor Déry Prize (2006). Edisi Inggris A kilencedik memenangi grant penerjemahan PEN America, terbit dalam seri Writings from an Unbound Europe. Katalin berkomitmen besar terhadap proyek tersebut. Dia menanggung biaya penerjemahan dan siap membeli sekitar seratus kopi begitu novel itu terbit dalam bahasa Indonesia, sementara Ferenc menggratiskan hak terjemahannya.
Waktu itu Anwar sedang kerja di penerbit J_, jadi dia usul agar penerbit itu menerima tawaran tersebut. Tawaran ini menurutnya cukup menggiurkan, meski bukannya tanpa beban. Dia menilai penerbit bisa mendapat prestise maupun publisitas dengan menerbitkan novel dari bangsa yang jauh. Hongaria---negeri seperti apakah itu, selain konon terkenal berkat Kubus Rubik, Ferenc Puskas, dan para pemenang Hadiah Nobel? Katalin ingin cetakan pertama novel itu minimal antara 3000 - 5000 kopi. Itu cukup berat bagi penerbit J_, apalagi bagian pemasaran ragu bisa menjualnya dengan mudah. Jadi mereka menolak.
Anwar punya 4-5 kenalan editor di beberapa penerbit lain. Dia menyurati yang kira-kira tertarik proyek tersebut, menceritakan maksud dan kondisinya, berharap bisa mudah mendapat penerbit. Sementara itu Katalin mengontak penerjemah agar mengerjakan bab pertama dari edisi Inggris terjemahan Paul Olchváry. Terpilihlah Saphira Zoelfikar. Tidak langsung menerjemahkan dari bahasa Magyar? Susah mendapat penerjemah Indonesia yang bisa bahasa mayoritas di Hongaria itu.
Ternyata keinginan Katalin dan upaya Anwar agak sulit segera terwujud. Beberapa editor mengabaikan surat itu. Ada editor di penerbit tua menyatakan berminat. Ia mengusahakan menerbitkan novel itu. Beberapa waktu kemudian dia bilang bahwa manajemen mau memproduksi novel itu dengan syarat ada yang menanggung biaya produksi---jadi harus ada pendonor tambahan lagi. Ini sulit buat Katalin, karena di luar pilihannya. "Mau berkomitmen" itu bukannya berarti bahwa penerbit ikut menanggung biaya produksi, sebab mereka juga yang akan menikmati keuntungan---bila buku itu nanti ternyata cukup mudah dijual ke pembaca target, tak sesulit prakiraan awal. Secara implisit kawan ini berhenti berjanji mengusahakan penerbitan di perusahaannya.
Setahun berlalu dan harapan menerbitkan novel itu masih kabur. Pada kesempatan lain, Anwar menulis surat lagi ke editor lain---kali ini termasuk ke kenalan jauh yang kadang-kadang terasa spekulatif. Kawan-kawannya yang kerja di bagian pemasaran atau distribusi pun dia kontak, dengan harapan bisa meneruskan ke editor akuisisi atau para pengambil keputusan. Dia pikir mungkin ada yang salah dengan usaha pertama dulu, hingga proposal ini kurang menggerakkan. Di saat bersamaan, proyek penerjemahan Saphira terus berjalan. Meski belum mendapat kepastian penerbit, komitmen Katalin rupanya mulai benar-benar terwujud. Dia sejak awal secara menyeluruh memeriksa terjemahan itu, meski lebih suka menyebut dirinya sebagai "penyelaras pada naskah asli" alih-alih sebagai "editor."
Usaha kedua ini segera berhasil. Anastasia Mustika, editor GPU, langsung menyanggupi menerbitkan The Ninth, sambil bertanya, "Bagaimana proses selanjutnya?" Proses selanjutnya merupakan detil usaha penerbitan yang lebih merepotkan, banyak urusannya, dan melibatkan orang lain lagi. Siapa akan mendesain covernya? Bagaimana pembayarannya? Bagaimana publisitasnya? Dan seterusnya. Detail ini menambah deretan orang yang terlibat dalam penerbitan sebuah judul buku jadi makin panjang, dan menguak bahwa biaya penerbitan harus dijabarkan lebih pasti. Pilihan pertama desainer covernya ialah Ariani Darmawan, seorang desainer-sutradara, pemilik Rumah Buku. Dia membuat lima alternatif cover, salah satunya menggunakan foto karya Paulo Costa, orang Brasil. Cover ini jadi favorit orang yang terlibat di awal proses penerbitan. Ariani mengontak Paulo menanyakan izin dan copyright foto tersebut, yang di luar dugaan malah dia berikan gratis untuk cover The Ninth. Ini kejutan
menyenangkan!
_____________________ _______
ENDORSEMENT
The Ninth adalah novel perenungan pribadi yang lebih memberikan dasar untuk eksplorasi daripada yang muncul di permukaan, dan merupakan novel yang berhasil memunculkan suara anak kecil dengan baik.
---Josh Maday
_____________________ _______
Begitu penyuntingan selesai, muncul rencana publisitas. Makin besar lingkaran orang terlibat untuk mengenalkan novel ini ke publik Indonesia. Siapa mau mengurus? GPU mengajukan Ade Trimarga. Sementara di Jogja Katalin berhubungan dengan Marie Le Sourd (Direktur LIP) membuat Festival Budaya Hongaria untuk meramaikan publisitas, juga mengajak Saphira dan Raudal Tanjung Banua untuk mengisi acara. Dia juga mengundang pianis Michael Asmara yang menciptakan komposisi berdasarkan novel itu.
Di Bandung, Budi Warsito terlibat mengurus publisitas ini. Rencana publisitas merupakan wujud dari obrolan dengan dia. Siapa kira-kira yang bakal cukup asyik membicarakan topik relevan dengan ini? Nama Ari Jogaiswara muncul. Kami pernah 1-2 kali melihat dia jadi host talkshow buku di QB Setiabudi Bandung. Kami menghubungi dua orang agar bisa mengontaknya, dari rekanan dan mantan mahasiswanya. Ahda Imran kami tawari untuk jadi moderator acara nanti, yang baru ia konfirmasi beberapa minggu kemudian. Untuk menggugah kesan pada isi buku, terbetik membacakan cuplikannya. Yopi Setia Umbara bertugas mengisahkannya, bareng kawannya (Riksa) yang akan memberi ilustrasi musik. Anwar menghubungi 3-4 penyiar yang memiliki program buku, dengan respons beda-beda. Sebagian acara ternyata sudah tutup buku atau kini harus bayar. Theoresia Rumthe dari SKY FM antusias siap membicarakan The Ninth, termasuk sekalian dengan mengundang penulisnya.
Ternyata butuh lebih dari selusin orang untuk berpartisipasi dalam penerbitan sebuah judul. Kata Joyce Wycoff, buku merupakan cerminan usaha, cinta, dan dukungan begitu banyak orang. Ada banyak utang budi di setiap upaya penerbitan---sebagiannya langsung lunas dibayar secara profesional. Tanpa pengaruh atau jerih payah bantuan sejumlah pihak, sebuah buku belum tentu bisa terbit. Ini belum melibatkan pembaca lebih luas yang nanti diharapkan merespons, mengkritik, mengomentari, atau menikmati karya itu. Ari Jogaiswara bilang, "Apa arti The Ninth diterbitkan bagi publik Indonesia? Kira-kira harapan penulisnya sendiri seperti apa? Siapa kira-kira pembaca The Ninth? Kalau dia baca The Ninth, buku macam apa lagi yang ada di rak bukunya? Apa masih kurang mendapat pembaca lebih luas dari masyarakat berbahasa Inggris?" Ari berpendapat bahwa diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sudah merupakan 'award' tersendiri bagi penulis nonbahasa Inggris, terutama untuk
mendapat perhatian lebih besar.
Di Indonesia, The Ninth terbit 23 Februari 2010. Pada Sabtu, 13 Maret ada acara publisitasnya di Rumah Buku Bandung, dilanjutkan Jumat, 19 Maret di LIP Jogjakarta. Ferenc Barnás akan hadir di acara tersebut.[]
Anwar Holid bekerja sebagai editor, penulis, dan publisis. Blogger @ http://halamanganjil.blogspot. com.
KONTAK: wartax@yahoo.com | HP: 085721511193 | Panorama II No. 26 B Bandung 40141.
Situs terkait:
http://www.gramedia.com
http://www.ferencbarnas.com
http://www.rukukineruku.com
http://www.nupress.northwestern. edu/ue
- 6a.
-
Re: [Catcil] Duh, Ternyata >> mbak Nop and mas Budi
Posted by: "APRILLIA" april_reto@yahoo.com april_reto
Mon Feb 15, 2010 8:23 pm (PST)
Maafkan diri sendiri, maafkan orang lain, do something new berusaha jadi lebih baik lagi. Semangat!
TFC (C= comment ^_^)
salam,
April
- 7a.
-
Re: [catcil] Sudah Terlanjur
Posted by: "APRILLIA" april_reto@yahoo.com april_reto
Mon Feb 15, 2010 8:28 pm (PST)
Semangaaaaaaaattt!!!
Ayo balapan lulus! Hohohoho :D
salam,
April
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , novi khansa' <novi_ningsih@com ...> wrote:
>
> Sudah lahir sudah terlanjur.
> Mengapa harus menyesal.
- 8.
-
[catcil] Menjumput Idealisme
Posted by: "febty febriani" inga_fety@yahoo.com inga_fety
Mon Feb 15, 2010 11:21 pm (PST)
Menjumput
Idealisme
Kami
berempat duduk di sebuah sudut restoran Indonesia. Posisi yang
strategis. Menghadap ke jalan raya. Juga bisa memandang luasnya
langit. Restoran itu cukup terkenal di kalangan komunitas Indonesia
di daerah Tokyo, ibukota Jepang. Ketika itu menjelang waktu makan
siang tiba. Perutnya yang lapar juga didukung dengan suasana hari
itu. Dingin menggigit. Hujan rintik-rintik. Bahkan, sewaktu pagi hari
saat hendak menuju ke restoran itu, aku sempat disapa oleh
butiran-butiran lembut salju.
Aku
membayangkan lezatnya makanan yang sudah kupesan. Nasi goreng
spesial. Hmm, lezat. Memang spesial, karena sudah lama aku tidak
merasakan nasi goreng khas Indonesia. Sebuah teman yang sempurna di
hari itu. Cukup lama makanan utama yang kami pesan tiba. Untunglah
diawali dengan makanan pembuka. Semangkuk sup hangat, juga sepiring
selada segar.
Kamipun
mengobrol. Tentang apapun yang terlintas di kepala. Maklumlah, empat
orang ibu-ibu muda. Di antara ketiga temanku, hanya satu orang yang
aku sudah pernah ketemu. Seorang senior di Kopma UGM, tempat aku
beraktivitas seusai kuliah tujuh tahun yang lalu. Dengan dua teman
yang lainnya, hari itu adalah hari pertama pertemuan kami. Tentu
banyak pengalaman yang hendak dibagi. Apalagi kedua teman yang aku
baru pertama kali bertemu itu akan segera meninggalkan negeri
matahari terbit ini, kembali ke tanah kelahiran, Indonesia.
Aku
adalah orang yang paling sedikit waktunya tinggal di negeri sakura
ini. Satu setengah tahun. Ketiga temanku yang lain tinggal di Jepang
sudah berbilang tahun. Seniorku di Kopma dulu sudah memasuki usia
tujuh tahun. Dua teman yang lain sudah menginjak tahun keduabelas dan
ketigabelas tahun. Perjalanan waktu yang cukup lama, bukan?
"Mengapa
memutuskan untuk pulang, mbak?" tanya mbak yang sudah duabelas
tahun tinggal di Jepang, kepada mbak yang sebentar lagi akan pulang
ke bumi pertiwi. Tahun ini adalah tahun ketigabelas beliau tinggal di
negeri matahari terbit ini.
"Demi
anak-anak, mbak. Mereka adalah orang Indonesia. Mereka harus
mengetahui negeri nenek moyangnya.", jawab beliau sambil mengunyah
makanannya. Anak beliau yang pertama dan kedua masih di usia sekolah
dasar. Keduanya sudah pulang ke Indonesia terlebih dahulu. Berpisah
sementara dengan ummi abinya. Sedangkan anak yang terakhir di usia
taman kanak-kanak. Masih tinggal bersama beliau dan suami.
Aku
tahu tentu dengan perencanaan yang matang keputusan itu diambil. Dari
sisi apapun. Yang melegakan beliau dengan keputusan keluarga itu
adalah suami beliau akhirnya memang mendapat kepastian diijinkan
pindah dari perusahaan induk di Jepang ke anak perusahaan di
Indonesia.
"Iya
mbak. Kalau anak-anak sudah gede, mungkin mereka akan memilih
melanjutkan sekolah ke luar negeri." jawabku sekenanya. Ini hanya
sebuah pedapatku saja.
Saling
bersahutan obrolan kami hari itu. Terutama tentang persiapan si mbak
yang akan segera menuju negeri kelahiran. Juga cerita beliau tentang
persiapan masa-masa adaptasi ketiga anak-anaknya.
Hampir
dua jam. Makanan di meja sudah tandas. Perut kamipun sudah kenyang.
Makanan hari itu benar-benar lezat. Menjelang sore, kamipun berpisah,
di depan restoran itu. Hujanpun masih rintik-rintik. Dinginpun masih
menggigit. Tapi, saat di kereta menuju ke rumah, kedinginan yang aku
rasakan hari itu dibalut oleh sebuah kehangatan. Tentang percakapan
kami siang itu. Sebuah idealisme, untuk negeri kelahiran.
@campus,
Feb 2010
Sebuah
kenangan di suatu sore di musim dingin 2010
~ http://ingafety.wordpress. ~com
- 9.
-
[Kelana] Kabut Di Kaki Lereng Tanggeung [Perjalanan Spiritual] Bagia
Posted by: "bujang kumbang" bujangkumbang@yahoo.co.id bujangkumbang
Tue Feb 16, 2010 1:13 am (PST)
Kabut Di Kaki Lereng Tanggeung
[Perjalanan Spiritual]
[http://www.facebook.com/profile. !/notes/fiyan-php?ref=profile& id=1298556971# arjun/perjalanan -spriritual- kabut-di- kaki-lereng- tanggeung- bag-pertama/ 309377957907]
Dalam bersama kita
Mencari segumpalan awan
Di atas atap serambi muka
Hingga kita menggapai
bahagia bersama
[Bersama Kita—Fiyan Arjun]
Hari Pertama, Sabtu, 13 Februari 2010
Let's go to Cianjur....
Ini adalah perjalanan jauh saya yang ke dua bersama kawan-kawan saya di sebuah yayasan pendidikan berbentuk skala pondok pesantren yang beralokasikan di Kramat Jati, Jakarta Timur. Tempat dimana saya berbagi ilmu yang saya miliki. Saya mengajar tulis-menulis hingga sekarang.
Touring atau berpergian bersama-sama dengan menggunakan kendaraan beroda dua begitulah yang saya katakan. Dan itulah yang kami [saya dan lima kawan saya] lakukan untuk menempuh perjalanan jauh kali ini. Perjalanan jauh menuju kota dengan—terkenal berasnya itu. Lebih tepatnya berada di kaki bukit Rancakeyeup Cilangkap, Desa Sukajaya, Tanggeung, Cianjur menuju ke sebuah ponpes salafi bernama Al-Barkah. Merupakan sebuah perjalananan spiritual untuk saya khususnya secara
pribadi. Terlebih bertepatan dengan orang-orang melakukan berbagi kasih sayang terhadap orang yang dicintainya sekaligus bukan cermin budaya timur. Perayaan Valentine Day yang bertepatan pada hari Minggu, 14 Februari 2010—saat itu.
"Bro, ente mau ikut nggak ke Cianjur. Ya, itung-itung untuk refresing sekaligus mencari inspirasi," ajak Arie kawan share saya setiap kali saya bertemu dengannya di tempat itu [baca: yayasan]. Apa pun jika ada sesuatu hal yang menyumbat di pikiran saya pasti share adalah jalan satu-satunya yang saya lakukan. Apa saja! Entah itu membicarakan tentang arti cinta sesungguhnya [asmara], para penyair ternama di belahan dunia sampai perdebatan masalah bid'ah.
Ya, saya akui kawan saya itu excellent sekali. Wawasan serta pengetahuannya di luar kemampuan saya. Maka tidak salah jika saya share tentang apa pun dengannya! Dan suatu kebanggaan saya memiliki kawan seperti dirinya. Thanks for all, bro!
"Oke, deh, Bro!" Akhirnya saya pun mengiyakannya. Walau mulanya saya sempat ragu karena saya tidak mempunyai persiapan apa pun. Tetapi dalam perjalanan jauh ini merupakan untuk mengemban sebuah amanah—yang dilimpahkan kepada kawan-kawan saya saat itu akhirnya saya pun menyetujuinya.
"Oya, di sana kita nginap!" lanjut kawan saya itu memberitahukan lagi kepada saya.
Saya pun lagi-lagi mengiyakan!
Akhirnya saya pun menyiapkan apa yang akan saya perlukan nanti dalam perjalanan jauh saya. Dari segala pakaian ganti sampai perlengkapan prbadi saya pun langsung memasuki ke tas ransel kecil saya. Saya masuki semuanya tanpa ada yang tertinggal.
Seusai mempersiapkan segala sesuatu—dengan terlebih dahulu saya menunaikan shalat zuhur—dan saya pun langsung gontai melangkah ke halaman yayasan yang ternyata kawan-kawan saya sudah menunggu di sana. Sudah ada di atas tunggangan masing-masing. Di atas
kendaraan beroda dua.
Pukul kurang lebih dua siang kami [saya dan lima kawan saya] langsung menuju ke tempat yang akan ditandangi. Dan itu dipimpin oleh kawan saya Kang Zein—yang selaku pengurus yayasan—begitu saya memanggil beliau. Ternyata kawan-kawan saya itu sudah ready untuk melakukan perjalanan jauh saat itu.
Istirahat sejenak di masjid At-ta'awun puncak.
Empat jam kami melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan beroda dua. Semua perjalanan dimulai dari Jakarta Timur, Kramat Jati hingga sampai di tujuan peristirahatan sejenak. Tepatnya di masjid At-ta'awun di Puncak Bogor. Dalam peristirahatan itu kami pun melakukan kewajiban sebagai hambaNya, shalat ashar terlebih dahulu. Lalu di barengi poto-poto bersama di masjid yang sering sekali dikunjungi oleh para pengunjungnya [baca: jamaah] yang hendak melakukan safar.
Entah itu ke kota Bandung, Sumedang, Karawang begitu dengan kami yang saat itu ingin melakukan perjalanan jauh ke kota Cianjur dengan via berkendaraan beroda secara berasama-sama.
"Bro, potoin ane dong di sini. Ya, buat kenang-kenangan bersama ente semua," pinta saya pada kawan seusai menunaikan shalat. Alhamdulillah, akhirnya kawan saya itu mau meluluskan permintaan saya untuk berpoto di masjid itu. Dengan berbagai pose yang norak sekaligus kampungan saya berpose tanpa malu-malu kucing. Walau sebenarnya bukan saya yang saja—yang malu-malu saat itu. Ternyata banyak juga para pengunjung yang berpoto ria di sekitar tempat itu. Nyaman. Sejuk. Indah. Serta religius. Membuat saya takjub.
Namun ketakjuban saya juga diserta mertai oleh kawan saya pula. Kawan saya itu juga mau di poto juga oleh saya—bergantian. Kawan saya itu ternyata tidak mau ketinggalan dengan moment yang tak akan dilupakannya saat itu. Ia mau dipoto juga
dengan berbagai pose-pose yang menurut saya bagai model kesiangan..Hehe. Tapi tak mengecewakan!
Usai melakukan session poto-poto di masjid At-ta'awun serta beristirahat secukupnya [mengisi perut kosong serta kehausan] kami kembali melakukan perjalanan. Bismillah, kami pun kembali melakukan perjalanan kembali!
Lagi-lagi perjalanan jauh kami pun ternyata tak semulus di benak kami masing-masing. Berbagai halangan dan rintangan, entah itu macet, banyak tikungan curam serta kabut yang menyelimuti mata kami saat melakukan perjalanan jauh membuat kami menjadi sedikit terhambat.dalam perjalanan. Namun saya berucap syukur semua bisa kami lalui dengan selamat. Kami bisa menempuh semua itu. Walau ada hambatan sedikit tanpa bisa dilalui.
Kabut malam yang menyeramkan dalam perjalanan… .
"Perjalanan
kita masih jauh nih. Kita keluar-masuk hutan. Apalagi kalau malam seram banget!" ucap kawan saya—yang saya anggap sebagai navigator perjalanan jauh saat ia berkata kepada saya saat itu. Dan saat itu saya sedang ada di atas tunggangan kesayanngannya. Jupiter berwarna merah hati itu.
Saya yang mendengar perkataannya saat itu pertama kali agak kecut sedikit. Bulu kuduk saya sedikit meninggi tetapi saya tidak menampaki kalau saat itu saya ada rasa takut. Mengeikan jika saya membayangkannya!
Namun apa yang saya bayangkan ternyata benar apa adanya! Kami melewati hutan yang satu dengan hutan yang lainnya—dengan bersama-sama menggunakan kendaraan beroda dua. Ya, walau kami berenam [saya dan likma kawan saya] tetap saja ada kekhawatiran dari raut wajah kami masing-masing terlihat. Kami khawatir jika ternyata ada saja halangan pada saat kami melakukan perjalanan jauh kami ke sebuah desa Tanggeung tepatnya masih berada di
kota Cianjur, Jawa Barat. Entah, itu ban kempes, tunggangan mati mendadak sampai-sampai yang mengkhawatirkan sekali. Khawtir ada pencoleng saat kami melakukan perjalananan di tengah hutan…Seram….
"Ane nggak bisa ngliat nih, Yan! Kabutnya makin tebal. Ente kasih tahu ane ya kalau nanti di jalan. Khawatir ada lubang dan jalan licin." Kawan saya yang membonsengi saya—masih diatas tunggangannya Jupiter berwarn hjau daun hijau itu memberikan intruksi untuk saya,. Agar memberikan petunjuk dalam perjalaanan ketika masuk ke hutan.
"Jangan taku! Ane liatin deh!" tukas saya singkat. Dan kawan saya pun melajukan tunggangannya dengan cepat tetapi masih dalam intruksi saya. Pemberitahuan saat dalam perjalannan.
Berapa jam kemudian seperti apa yang di khawatikan kami masing-masing akhirnya terjadi pula. Kawan motor saya—pengurus yayasan sebagai ketua dalam perjalanan ini, tunggangan yang dimilikinya mendapatkan
sedikit musibah. Ya, tunggangannnya yang memiliki mata tiba-tiba padam seketika. Membuat kami khawatir terlebih saat tunggangannya saat itu—matanya mati mendadak membuat sedikit senewen dan merasa mengerikan. Maklum kami masih ada di tengah-tengah hutan saat musibah kecil itu terjadi. Terlebih saat itu jam di handphone saya menunjukan pukul delapan malam. Saat itu suasana sepi dan gelap. Lagi-lagi disertai kabut dan hujan rintik-rintik menurunkan jarum-jarum beningnya ke muka kami. Sangat menyakitkan!
Alhamdulillah, musibah kecil yang dialami kawan saya itu bisa terlampaui. Akhirnya kami bisa melakukan perjalanan kembali. Menuju tujuan yang kami sudah niatkan dari awal. Dengan hati-hati dan penuh kemawaspadaan kami pun melakukan perjalan kembali. Tapi untuk saat ini kami memutuskan perjalanan beriringan agar tidak seperti apa yang dialami kawan saya itu terjai kembali. Namun apa yang terjadi membuat kami semakin sadar bahwa melalukan
perjalanan bukan hanya bisa mengandalkan keberanian saja tetapi persiapan yang matang itu yang sangat diperlukan. Yup, itu semua sudah kami lakukan!
Wilejueng Sumping di Tanggeung….
Alhamdulillah….Amin…Amin….ya Allah…
Berapa kali rasa syukur yang kami keluarkan dari mulut-mulut kami yang saat itu masih mengeluarkan asap dingin saat tiba di tujuan. Rancakeyeup Cilanghkap Desa Suka Jaya Tanggeng, Cianjur. Dengan keharuan yang meraja diraut muka kawan-kawan yang terpancarkan membuat saya ikut larut dalam suasana yang mengharu biru. Ternyata kebersamaan itulah yang terlihat yang saya rasakan saat saya sampai tiba di tempat itu.
Oya, saya lupa memberitahukan bahwa saat saya datang dan sampai di tujuan saat itu sedang mengadakan peringatanMaulid Nabi Muhammad Saw yang bertepatan pada malam Valentine Day. Jika saat itu
orang-orang melakukan perbuatan yang bukan mencerminkan budaya timur—budaya keislaman. Dengan cara memberikan dan mengucapkan rasa kasih sayang dengan memberi sekotak coklat serta sebungket mawar merah kepada masing-masing pasangan tetapi saya tidak. Malah saya melakukan perjalanan spiritual saya dengan cara menghadirkan acara tersebut. Mendengarkan tausyiah yang dilontarkan oleh seorang kyai. Sayangnya saya hanya mendengarkan dari balik kamar istirahat saja. Dikarenakan saya sudah lelah dalam perjalanan jauh itu.
Ya, walau dalam tausyiah disampaikan di campur dengan bahasa setempat bahasa Sunda tapi saya tetap mendengarkan walau sayup-sayuo saya mendengarnya tema tausyiah diangkat malam itu. Ternyata malam itu benar perjalan spiritual saya yang baru pertama saya alami saat bersama kawan-kawan saya yang berlima ini. kawan-kawan saya dari sebuah yayasan yang saya pijak kurang lebih lima bulan.
Pukul sebimlan lebih kami akhirnya
sampai di tepat tujuan. Dengan masing-masing beban rasa kelelahan, sakit serta kedingin di pundak kami masing-masing kami pun sampai dengan selamat. Walau saat kedatangan kami saat di tempat itu sudah ramai dengan para pengunjung yang mengikuti tausyiah maulid malam itu. Namun terlebih dahulu kami disebut oleh sohibul bait di tempat itu. Tak lain masih hubungan kerabat dekat kawan saya itu. Kawan saya yang selaku pemimpin dalam perjalanan jauh. Lagi-lagi perjalanan spiritual saya selama hidup. Terima kasih Kang…Sudah mengajak saya ke Tanggeung dengan di temani kabut yang masih menyelimuti di wajah saya ini.[]
Kramat Jati, 14 February 2010
Seusai pulang perjalanan spiritual...
Pukul: 23.15 s/d 02.15 dini hari
Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang!
Membuat tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah
Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! http://id.messenger.yahoo.com/ pingbox/
- 10.
-
Teman - temanku 15 hari lagi pengirimannya berakhir lho...
Posted by: "paramitha.wulandari" paramitha.wulandari@yahoo.com paramitha.wulandari
Tue Feb 16, 2010 1:15 am (PST)
Hallo Selamat Pagi,
ini ada informasi sedikit buat yang punya alat perekam apapun termasuk di HP, daripada ngerekam yang enggak-enggak mendingan ikutan video contest Nu Green Tea.
Nu Green Tea Ngadain Video Contest Lagi Lho , Rekam aksi kamu atau Team kamu Bersama Nu Green Tea Dengan kamera Apapun dan dapatkan Hadiahnya. Total Hadiah Puluhan Juta Rupiah. Tahun Ini ada Kategori baru lho The Best Amateur, jadi jangan takut ga kebagian hadiah ya Tema Kali ini " Bersihkan Dirimu ". ini Link syarat Dan Ketentuan Contestnya http://www.nahninu.com/Website/ VideoSyarat. aspx
batas pengiriman video sampai bulan febuari akhir lho.. jadi masih ada waktu 15 hari lagi nech...
sekalian bantuin vote video saudara gue ya.... walau amatir tapi uokelah...
http://www.nahninu.com/Videos/ Video-Contest/ 468/Eneng- kumis.html
Ikuti Juga Pelatihan Movie maker di Kampus Kampus JABODETABEK
- 11a.
-
Re: [Humor] Salah Ngucap
Posted by: "Imam Suyudi" pekalian@yahoo.com pekalian
Tue Feb 16, 2010 1:16 am (PST)
Cukup menggelitik tentang salah kaprah menerjemahkan istilah asing, saya jua punya tuh tapi bukan kisah "nyata" seperti bung Fiyan. Masukan: alur dan redaksional (bukan tata bahasa) kayaknya perlu diperbaiki biar gak keliatan bertele-tele...sepeerti kawan gue terlalu sering dimunculkan. Makasih.Information of
Technique
Never
translate IT terms into Bahasa Indonesia (Jangan sekali-kali menerjemahkan
istilah IT ke bahasa Indonesia)!
Do
you know why? Because it's dangerous, especially when it is taught in school.
See samples below (Tahukah mengapa, karena ini sangat berbahaya terutama
jika diajarkan di sekolah. Lihatlah contoh berikut):
1.
Hardware : Barangkeras
2.
Software : Baranglembut
3.
Joystick : Batang
gembira
4.
Plug and play :
Colok dan main
5.
Port : Lubang
6.
Server : Pelayan
7.
Client : Pelanggan
Try
to translate this: (Silahkan coba untuk translet kalimat di bawah)
ENGLISH
The
server provides a plug and play service for the clients using either hardware
and software joystick. Just plug the joystick into the server port and enjoy
it.
INDONESIA
Pelayan
itu menyediakan layanan colok dan main untuk pelanggannya dengan menggunakan
batang gembira jenis keras atau lembut. Cukup dengan memasukkan batang gembira
itu ke lubang pelayan dan nikmati.
See
how dangerous it is!! (lihatlah, sangat berbahaya bukan)..
--- On Fri, 2/12/10, fiyan arjun <fiyanarjun@gmail.com > wrote:
From: fiyan arjun <fiyanarjun@gmail.com >
Subject: [sekolah-kehidupan] [Humor] Salah Ngucap
To: pembacaasmanadia@yahoogroups. com
Date: Friday, February 12, 2010, 5:03 PM
Salah Ngucap
Kamis malam selepas gue pulang
dari kampus untuk mengurusi segala tetek bengek dari daftar ulang sampai
komplain mengenai masalah her—yang tidak memuaskan gue dapat telepon dari kawan
gue malam itu. Padahal gue sedang lagi ada di atas tiger-nya kawan gue. Gue
yang saat itu ingin pulang ke rumah—dengan diantar kawan gue dengan
kendaraannya itu pun jadi batal.
"Bro lu lagi dimana? Kalo mau
main ke rumah gue datang aja sekarang." Ucapnya memberitahukan tawaran untuk
datang ke rumahnya dari balik seberang jalan.
"Iya, nanti gue datang. Tapi gue
tanya dulu sama Calvin mau nggak ke rumah lu. Lha kan dia yang bawa motor," jawab gue sekenanya.
"Bro, lu mau nggak ke rumah
Ghover?" tanya gue ke kawan gue yang sedang masih setia megang stang motor.
"Yaudah ke sana aja lagi pula masih belum malam banget,"
jawab kawan gue langsung mengiyakan!
Akhirnya, seharusnya tiger yang
di bawa kawan gue untuk lurus membawa gue pulang ke rumah pun dibelokan ke
rumah kawan gue itu. Dan gue dan kawan gue pun meluncur dengan menggunakan gigi
tiga.
"Iya, bro gu sm Calvin mau ke
rumah lu." Gue pun memastikan kepada kawan gue tiba menelepon gue itu.
Akhirnya hubungan pembicaraan
gue sama kawan gue itu selesai….
Gue dan kawan gue pun meluncur
ke tempat kawan gue itu….
Dan belum habis gue tutup hape
gue tiba-tiba gue dapat pesan dari kawan gue itu lagi.
Klo
mw ngupi bw sndrid sni cma ada air panad doang
Begitu pesan kawan gue. Asal
goblek!
Lu
yg tuan rmh mah yg kudu nyiapin . Lu kan
yng ngudang gwkan!
Dan gue pun balik balas dengan
pesan asal goblek juga!
Belin
gw rook u mild ntar gw talangn
Kawan gue balas lagi.
Rokok
biasakan ? Maksd lu merk biasakan?
Gue pun kembali enanyakan rokok
apa yang kawan gue mau. Walau gue malam itu tidak punya uang untuk beli rokok
dan terpaksa gue pakai dulu uang kawan gue untuk biaya daftar ulang her [walau
sebenarnya itu uang gue!]
U
Mild forgiven
Akhirnya gue tahu apa yang
diingini kawan gue itu. Rokok apa yang diminta oleh kawan gue.
Tinggal gue dan kawan gue cari
warung rokok terdekat.
***
"Pak, ada rokok?" Tanya gue sebelum gue ke rumah kawan gue yang meminta
tolong gue untuk dibelikan rokok. Dan untungnya malam itu masih ada warung yang
buka. Untungnya…Walau biar bagaimana pun gue malam itu punya uang untuk
sehari-hari gue. pun membelikan rokok juga buat kawan gue. Karena gue tidak mau
mengecewai kalau gue datang tapi tidak membawa rokoknya.
Dan penjaga warung rokok—yang
saat itu penjaganya seorang laki-laki paruh baya langsung mengealurkan rokok
apa yang gue minta. Lebih tepatnya buat kawan gue.
"Bukan ini, Pak! Tapi rokok U
Mild [baca; you maild]," jawab gue memastikan lagi.
"Tidak ada, Dek rokoknya!"
Gue yang mendpatkan jawaban seperti
itu akhirnya putar otar mau cari warung mana lagi ya. Karena apa yang gue minta
tidak ada. Akhirnya gue pun bertanya sama kawan gue yang sejak tadi masih di atas
tiger-nya.
"Bro, nggak ada rokok U Mild
gimana nih! Tukas gue ke kawan gue malam itu. Namun sebelum abis kawan gue
jawab tiba-tiba penjaga warung itu biilang ke gue sama kawan gue.
"Rokok U Milid-nya nggak ada! Tapi
ada nya rokok Umil {baca; tetap Umil]. Mau nggak, Dek!" Lanut penjaga warung roko
itu lagi—dengan polosnya penjaga warung yang gue taksir berusia 50-an itu
menjawab memberitahukan gue dan kawan gue.
Kontan aja malam itu gue ngakak
abis-abisan ketika penjaga warung itu bicara seperti itu. Dan kawan gue hanya cengar-cengir
kuda melihat gue tidak habis-habisnya menahan ketawa. Sebenaranya gue juga
tidak mau ketawa apalagi orantua. Gue takut kuwalat! Namun melihat polosnya
penjaga warung yang gue tanya rokok U Mild dibilang tidak ada malah sebaliknya
dibilang rokok Umil ada sambil menunjukan rokoknya yang sama seperti gue lihat
kebiasaan rokok kawan gue itu. Dan malam itu juga sejak dari warung rokok sampai
ke rumah kawan gue malam itu juga gue masih tetap dibsan-habisnya ketawa
membayangkan penjaga warung yang ngucapin rokok U Mild menjadi rokok Umil. Dan
gue sempat berpikir," kalo begitu apa bedanya ya rokok U Mild sama Umil ya? Dimana
letak bedanya ya?"[]
Ulujami—Jakarta, 11 Februari 2010
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar