Messages In This Digest (5 Messages)
- 1.
- Physics, jasa terbaru dari American Physical Society untuk artikel t From: Haryo Sumowidagdo
- 2a.
- [Tanya] Apa bedanya paper dan jurnal? From: melly melly
- 2b.
- Re: [Tanya] Apa bedanya paper dan jurnal? From: Muhammad Aziz Majidi
- 3a.
- Re: Mencemaskan Kualitas Guru Besar (sebuah auto-kritik ?) From: frank_the_hero
- 4.1.
- Re: mohon bantuan From: musthofa fahmi
Messages
- 1.
-
Physics, jasa terbaru dari American Physical Society untuk artikel t
Posted by: "Haryo Sumowidagdo" sumowidagdo@gmail.com haryo_hep
Sun Feb 14, 2010 8:32 am (PST)
American Physical Society menawarkan jasa Physics, sebuah usaha untuk memilih dan mempromosikan artikel-artikel terpilih dari jurnal APS Physical Review and Physical Review Letters. Ini bukan jurnal melainkan lebih merupakan 'perasan/intisari' dari artikel-artikel di jurnal.
http://physics.aps.org
Karena ini bukan jurnal, maka tidak ada biaya berlangganan. Sehingga bagus untuk dijadikan sumber berita dari riset fisika terdepan.
Selamat membaca !
Haryo
- 2a.
-
[Tanya] Apa bedanya paper dan jurnal?
Posted by: "melly melly" mellyphysic40@yahoo.com mellyphysic40
Sun Feb 14, 2010 7:51 pm (PST)
Dear Milister,
Mungkin pertanyaan saya ini sangat bodoh, hal sekecil ini saja saya tidak tahu.
Sampai saat ini saya bingung membedakan paper dan jurnal, hal ini terkait dengan satu hal. Ketika itu saya mendengarkan percakapan dua teman fisika.
A: B, di negara ini akan diadakan seminar tentang fisika gratis loh, akhir bulan ini deadlinenya.
B: Wah, kalo begitu harus nulis paper neh buat persiapan.
Mendengar percakapan diatas saya sedikit bertanya tanya. Apakah paper hanya sebuah tulisan dan bukan hasil penelitian yang dilakukan penulis? karena, yang saya ketahui si B sudah sangat banyak mengikuti seminar dan publikasi lainnya, baik di luar negeri maupun di dalam. Si B seorang fresh graduate dari master degree, yang bisa jadi penelitian dilakukan 2x atau lebih, termasuk skripsi dan tesis. Jadi saya masih tidak mengerti paper yang dimaksud seperti apa ya?
terimakasih
salam,
melly
- 2b.
-
Re: [Tanya] Apa bedanya paper dan jurnal?
Posted by: "Muhammad Aziz Majidi" aziz.majidi@gmail.com aziz_majidi
Sun Feb 14, 2010 8:51 pm (PST)
2010/2/15 melly melly <mellyphysic40@yahoo.com >
>
>
> Dear Milister,
>
Dear Melly, saya coba jawab pertanyaan anda.
> Mungkin pertanyaan saya ini sangat bodoh, hal sekecil ini saja saya tidak
> tahu.
> Sampai saat ini saya bingung membedakan paper dan jurnal, hal ini terkait
> dengan satu hal.
>
Sederhananya:
- Paper adalah artikel ilmiah yang ditulis dalam format tertentu. Biasanya
paper adalah hasil penelitian baru. Tetapi paper bisa juga merupakan review
dari penelitian2 yang sudah ada sebelumnya.
- Jurnal (journal) adalah media (semacam majalah) tempat dipublikasikannya
paper-paper. Jurnal yang baik memiliki mekanisme peer-review untuk
menyeleksi untuk menentukan apakah sebuah paper yang di-submit ke jurnal tsb
layak diterbitkan atau tidak.
- Prosiding (proceeding) mirip dengan jurnal, juga merupakan tempat
dipublikasikannya paper-paper. Beda prosiding dengan jurnal adalah,
prosiding hanya menerbitkan paper-paper yang diseminarkan dalam
seminar/conference tertentu. Juga, prosiding biasanya tanpa mekanisme peer
review.
Ketika itu saya mendengarkan percakapan dua teman fisika.
> A: B, di negara ini akan diadakan seminar tentang fisika gratis loh, akhir
> bulan ini deadlinenya.
> B: Wah, kalo begitu harus nulis paper neh buat persiapan.
>
>
Tergantung kebijakan seminar atau conference tsb. Jika panitia seminar tsb
akan mengeluarkan prosiding, mungkin para peserta kontributor seminar
diminta untuk menulis paper yang nantinya akan diterbitkan dalam prosiding
seminar tsb. Kalau panitia seminar tidak akan menerbitkan prosiding, maka
yang perlu dipersiapkan oleh calon peserta seminar (kontributor) hanyalah
abstrak dan slides presentasi (tidak perlu menyiapkan paper).
> Mendengar percakapan diatas saya sedikit bertanya tanya. Apakah paper hanya
> sebuah tulisan dan bukan hasil penelitian yang dilakukan penulis? karena,
> yang saya ketahui si B sudah sangat banyak mengikuti seminar dan publikasi
> lainnya, baik di luar negeri maupun di dalam. Si B seorang fresh graduate
> dari master degree, yang bisa jadi penelitian dilakukan 2x atau lebih,
> termasuk skripsi dan tesis. Jadi saya masih tidak mengerti paper yang
> dimaksud seperti apa ya?
>
Seperti saya katakan sebelumnya, paper semestinya adalah hasil penelitian,
bisa berupa penelitian teoretik, komputasi, eksperimen, atau observasi, dll.
Paper bisa juga hanya berisi review dari banyak penelitian yang sudah
dilakukan oleh orang2 lain sebelumnya, contohnya semua artikel yang
diterbitkan dalam Review of Modern Physics. Tapi paper2 yang merupakan
review tidak ditulis oleh sembarang orang, melainkan oleh orang yang
dianggap mumpuni pada area terkait dan diundang oleh editor jurnal tsb untuk
menulis artikel review.
Semoga membantu.
> terimakasih
>
> salam,
>
> melly
>
>
Salam,
Aziz
>
>
- 3a.
-
Re: Mencemaskan Kualitas Guru Besar (sebuah auto-kritik ?)
Posted by: "frank_the_hero" frank_nasch@yahoo.com frank_the_hero
Sun Feb 14, 2010 11:42 pm (PST)
Pak, saya hanya seorang mahasiswa pascasarjana pendidikan fisika, jadi masih kurang asam-garam dalam memublikasikan karya ilmiah di jurnal internasional.
Tanpa bermaksud 'ngeyel', saya berpendapat artikel ini cenderung kelewat menggampangkan masalahnya. Apa benar-benar segampang itu menulis di jurnal internasional bagi para guru besar (yang memilih berkarir di) Indonesia? Rasanya justru karena itu kelewat tidak mudah, ilmuwan2 Indonesia banyak yang memilih berkarir di negara dengan tradisi riset yang kuat karena disanalah mereka lebih berpeluang mencetak publikasi di jurnal level internasional.
Saya sendiri mungkin akan berpikir panjang jika setelah lulus nanti harus memilih tawaran menjadi guru besar di Indonesia tapi mesti setengah mati jungkir balik untuk mencetak publikasi internasional dan ujung-ujungnya jadi sekedar 'profesor masturbasi' maupun memilih tawaran menjadi profesor / peneliti di negara dengan peluang emas untuk melakukan riset 'betulan' dan mencetak publikasi skala internasional.
salam,
Frank
> Bagi dosen yang sudah gubes, tetapi belum pernah sama sekali memublikasikan karyanya di jurnal internasional (jumlah gubes ini sangat banyak di Indonesia), inilah saat yang tepat untuk melaksanakan itu(menulis di jurnal internasional). Hal itu tentu saja tidak berlebihan, apalagi berkaitan dengan diberikannya tunjangan profesi dan tunjangan kehormatan kepada gubes. Semoga. (*)
> *). Agoes Soegianto, guru besar biologi lingkungan Universitas Airlangga
> ================Nb: Profile Prof Agoes Soegianto: http://s2biologi. fsaintek. unair.ac. id/?page_ id=21&id= 1
>
- 4.1.
-
Re: mohon bantuan
Posted by: "musthofa fahmi" amique00@yahoo.com amique00
Mon Feb 15, 2010 12:47 am (PST)
salam.
numpang usul ajah.
kalo masalah teknis objek penelitian (sekolah yang mau diajak kerjasama) saya pikir akan tepat bila 'menggunakan' sekolah yang notabene 'nothing to loose' atau bisa juga diujicobakan pada sekolah kejuruan. dalam hal ini misalnya sekolah yang baru berdiri. atau bisa juga sekolah yang jumlah muridnya sedemikian sedikit sehingga dia benar2 butuh PERUBAHAN. nah Anda [yang bakal meneliti] cobalah menjadi marketing yang handal. anda tawarkan manfaat penelitian ini untuk sekolah tersebut.
kalo pada sekolah kejuruan [adik saya dulu sekolah di SMAKeislaman]. kurikulumnya beda. dia math ajah sampe klas 2 saja [waktu itu penjurusan udah mulai klas2], ekonomi+akuntansi ga ada sama sekali. sejarah cuma klas 1+2. dlsb.
maksud saya, nyatanya sebenarnya ada saja di indonesia ini yang jumlah mata pelajarannya lebih sedikit dibanding sekolah pada umumnya.
justru yang menurut saya lebih susah untuk diteliti, adalah bagaimana membuktikan bahwa jumlah pelajaran yang lebih sedikitlah yang meningkatkan daya serap siswa, bukan metoda ajarnya, atau kualitas siswanya, atau lingkungan sekolah, dlsb. karena hal ini sosial, tentusaja pengukuran eksaknya [data statistikanya] akan lebih sulit.
sekian mohon maaf jika lancang.
gudlak :D
wass
--- On Thu, 2/11/10, Regina <reggie_nih@yahoo.com > wrote:
From: Regina <reggie_nih@yahoo.com >
Subject: RE: [FISIKA] mohon bantuan
To: fisika_indonesia@yahoogroups. com
Date: Thursday, February 11, 2010, 11:54 AM
-Sorry to refer to 'quite old' posting-
Saya setuju sekali jika jumlah pelajaran di sekolah menengah dikurangi. Saya pribadi sangat tertarik dengan topik penelitian yang diusulkan Pak Mariano. Tetapi menurut saya ada sedikit masalah teknis dalam melaksanakan penelitian dengan topik ini.
Jika penelitian ini dilakukan, maka kita harus membandingkan taraf serap siswa yang belajar dengan 18 pelajaran /minggu, dengan taraf serap siswa yang belajar dengan jumlah mata pelajaran yang lebih sedikit.
Pertanyaannya: apakah ada sekolah yang "rela" dijadikan "medan penelitian", mengurangi jumlah mata pelajaran dalam rentang waktu penelitian tertentu (yang saya pikir, semakin lama rentang waktu penelitiannya, hasil penelitian akan lebih optimal)?
Berdasarkan pengalaman, untuk melayani kebutuhan calon guru untuk praktek mengajar saja, sekolah-sekolah swasta lumayan enggan mengambil resiko kehilangan durasi kegiatan belajar-mengajar yang
"berkualitas" (jika guru-guru sekolah dianggap lebih berkualitas daripada calon guru yang akan praktek mengajar). Saya agak pesimis untuk mendapatkan sekolah yang mau dijadikan medan sampel. Apakah Pak Mariano atau rekan-rekan yang lain punya solusi untuk hal ini? Jika ada sekolah yang bersedia dan Pak Yusup tidak berminat mengambil topik ini, kelihatannya saya berminat untuk menjadikan topik ini menjadi topik penelitian saya (penelitian murni, bukan Penelitian Tindakan Kelas).
Regina
junior high school teacher
--- On Tue, 2/2/10, Mariano Nathanael <mariano_nathanael@ yahoo.co. id> wrote:
From: Mariano Nathanael <mariano_nathanael@ yahoo.co. id>
Subject: RE: [FISIKA] mohon bantuan
To: fisika_indonesia@ yahoogroups. com
Date: Tuesday, February 2, 2010, 2:53 PM
Pa Yusup, saya mencoba untuk memberi usul pemikiran topik
skripsi.
Saya mengamati bahwa anak2 indonesia sebenarnya bisa memahami
fisika dengan baik, hanya saja masalahnya adalah begitu banyaknya pelajaran
yang harus mereka terima di sekolah. Untuk kelas X (kelas 1 SMA) saja, mereka
harus menerima 18 pelajaran dalam 1 minggu, kelas berikutnyapun (yang sudah
masuk penjurusan) paling hanya berkurang 2 atau 3 pelajaran saja. Sedangkan
yang saya dengar di luar negeri, siswa SMA disana paling hanya 5-7 pelajaran
saja seminggu. Kuliah saja paling banyak hanya 9 mata kuliah, tetapi di SMA,
woowww.... 18 mata pelajaran dalam satu minggu!
Ini permasalahan yang penting, karena akan berkaitan dengan
proses pendalaman siswa akan suatu mata pelajaran. Jadi boleh dikatakan
hipotesisnya (yang harus dibuktikan oleh penelitian) adalah : Banyaknya jumlah
pelajaran di SMA mengurangi daya serap dan pendalaman siswa terhadap satu mata
pelajaran.
Untuk fisika, kelas 1 SMA hanya diberi jatah 2 jam pelajaran
saja seminggu. Bagaimana mereka bisa mendalami fisika yang sangat menarik itu?
Jika guru memberi tugas untuk mengisi kurangnya pertemuan, maka tentu mereka
akan kewalahan, karena pelajaran lainpun akan merasa kurang dan tentu memberi
tugas pula kepada siswa. Beberapa sekolah dengan kebijakan sendiri, menambahkan
jam pelajaran fisika, tetapi aturan dari pemerintah hanya dua jam seminggu
untuk kelas 1 SMA, 4 jam untuk kelas 2 dan kelas 3 SMA.
Sungguh kasihan siswa di Indonesia ini, sudah banyak pelajarannya,
tugasnya menumpuk, bukunya tebal-tebal pula, dan kesekolah mungkin lebih dari 4
kilo berat tas yang harus mereka pikul setiap hari. Belum lagi ditambah beban
UN.
Tetapi kira-kira permasalahan pengajaran fisika di Indonesia ya
seperti itu. Mau semenarik apapun metodenya dan inovasinya, tentu siswa yang
tertarik ke fisika akan lebih fokus ke fisika sedangkan pelajaran yang lain
menjadi agak terbengkalai, tentu ini tidak baik juga. Hanya siswa yang
benar-benar pintar saja baru bisa menguasai banyak mata pelajaran dengan baik.
Kurikulum KTSP yang dilaksanakan sekarang memang sangat baik dan menurut saya
jauh lebih unggul daripada kurikulum2 sebelumnya, tetapi sayangnya jumlah mata
pelajrannya semakin banyak saja.
Bayangkan jika siswa hanya menerima 6 mata pelajaran saja yang
harus mereka kuasai dalam satu semester, saya yakin kualitas pemahaman siswa
akan lebih baik (hipotesis).
Jika Pa Yusup berkenan meneliti hal ini, supaya dapat menjadi
saran masukan bagi Departemen Pendidikan, sehingga wajah pendidikan Indonesia
menjadi semakin baik lagi.
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
===============================================================
** Arsip : http://members.tripod.com/~fisika/
** Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke :
<fisika_indonesia-unsubscribe@yahoogroups.com>
===============================================================
** Arsip : http://members.tripod.com/~fisika/
** Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke :
<fisika_indonesia-unsubscribe@yahoogroups.com>
===============================================================
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar