Kamis, 11 Februari 2010

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2973

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (21 Messages)

Messages

1a.

Re: [catcil] Ibu Rumah Tangga=Pembokat?

Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Wed Feb 10, 2010 4:08 am (PST)




duh,
kok gitu, sih... rasanya gatel pengen komen :D

Setuju sama mbak Siwi, pilihan...
Kita bisa memilih berada di mana saja dan semuanya sama-sama mulia.

Dari kecil, aku melihat ibuku yang ada di rumah. Oleh karena itu juga, aku senang di rumah. Akan tetapi, aku juga melihat bu likku yang kerja ke kantor (RS), aku juga melihat betapa mulianya dia.

Hmmm, btw, Fety lupa ya aku udah lama banget di rumah, walau belum jadi 'ibu' rumah tangga :D
hehe

Apa kabar Fet? udah lama ga ngobrol ;)

Novi

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, febty febriani <inga_fety@...> wrote:
>
> Sebuah gumaman lagi ...
>
> #####
>
>
>
> Ibu Rumah Tangga=Pembokat?
>
>
>
> Hari itu malam. Aku sedang menyiapkan makan malam. Sebelum menyiapkan makan malam tadi, aku sempat mencek emailku. Karena aku menggunakan fasilitas yahoo beta, maka saat membuka email sekaligus yahoo messengerku ikut aktif.
>
> Karena aku mesti ke dapur, aku meninggalkan yahooku tanpa menekantombol keluar. Suami menyelinginya beraktivitas di depan komputer. Juga menunggu makan malam siap disajikan.
>
> “Fey, ada teman yang nyapa” terdengar suami berkata dari depan komputer.
>
> “Siapa mas?”
>
> “Si A” jawab beliau.
>
> “Jawab aja mas” pintaku. Lagi tanggung untuk meninggalkan urusan dapur.
>
> Beberapa saat mas yang menjawab pertanyaannya, tentu menyesuaikan dengan bahasa yang biasa kugunakan Jawaban yang mas ketikkan di ruang chattingpun
> juga berdasarkan jawabanku. Mas mengulang pertanyaan temanku, aku
> menjawabnya, dan akhirnya mas lagi yang mengetikkannya. Begitulah.
>
> Selesai aku menyiapkan makan malam,
> kamipun bersantap. Sempat terhenti obrolan dengan si teman. Setelah
> selesai urusan dapur, kucoba meneruskan percakapan kami.
>
> “Lagi di mana ” tanyaku. Perkiraanku dia masih dikantor. Mungkin menunggu jam macet Jakarta usai.
>
> “Di rumah. Sekarang kan udah jadi pembokat. Tidak kerja lagi” begitulah kira-kira jawabannya.
>
> Aku diam. Kucerna baik-baik jawabannya.
> Aku tahu dia sudah menikah. Aku tahu dia sedang hamil. Tapi, aku baru
> tahu dia sudah keluar dari pekerjaannya.
>
> “Jadi ibu rumah tangga kan juga enak”
> kucoba untuk bercanda. Setelah mengobrol sebentar, akhirnya aku memilih
> menyudahi percakapan kami.
>
> Sejujurnya aku sedih dengan pilihan kata yang digunakannya. Pembokat. Masih ada kata yang lebih menyejukkan hati. Full time mother. Ibu rumah tangga.
>
> Bukankah bukan sebuah kehinaan dengan
> pilihan menjadi ibu rumah tangga? Bukankah masih banyak aktivitas yang
> bermanfaat yang bisa dilakukan saat berada di rumah atas nama “ikut
> suami”?
>
> Aku tercenung. Membandingkan dengan
> beberapa teman-teman yang juga memilih keluar dari pekerjaannya, tentu
> dengan beragam alasan dibalik pilihan itu. Melahirkan. Pekerjaan tidak
> sesuai lagi dengan hati nurani. Bedanya, teman-temanku ini berusaha
> tetap menjadi kreatif dengan berada di rumah.
>
> Bagiku, satu hal yang membedakan. Ada
> teman yang memilih keluar dari pekerjaannya karena “terpaksa”. Ada
> teman yang memang sukarela mengeluarkan dirinya dari pekerjaan
> terdahulunya. Mungkin, pemilihan alasan inilah yang membedakan
> penyikapan atas pilihan yang telah diambil. Mungkin.
>
>
> @campus, Feb 2010
>
> Ps: tulisan ini didedikasikan untuk teman-teman yang memilih berada dirumah, Retno mamanya Hana-chan, mbak ugik, sinta dan yang lain. Aku juga menyukai profesi itu:)
> ~ http://ingafety.wordpress.com ~
>

1b.

Re: [catcil] Ibu Rumah Tangga=Pembokat?

Posted by: "Hadian Febrianto" hadianf@gmail.com   hadian.kasep

Wed Feb 10, 2010 4:49 am (PST)



Hmmm... Mo coba sok bijak ah...

Menurut saya bisa jadi ini karena perlakuan sang suami kepada sang
istri... Kadang ada tipe suami yang sukanya nyuruh-nyuruh aja...
Pembinaan kepada istrinya sangat minim, jadi wajar istri merasa
diperlakukan seperti p******t (ga tega nulisnya)

Kadang ada juga suami yang merasa diperlakukan seperti tukang ojeg...

Namun itu semua bisa diminimalisir dengan komunikasi yang baik antara
suami-istri.

Ini renungan untuk saya juga... Kadang masih sering nuntut lebih ke istri...

Dan satu hal lagi menurut saya, tidak ada pekerjaan yang hina selama
itu masih halal. Bukankah begitu?

--
Regards,
Hadian Febrianto, S.Si
PT SAGA VISI PARIPURNA
Jl. PHH Musthofa no.39
Surapati Core Blok K-7 Bandung
Ph: (+6222) 8724 1434
Fax: (+6222) 8724 1435

1c.

Re: [catcil] Ibu Rumah Tangga=Pembokat?

Posted by: "APRILLIA" april_reto@yahoo.com   april_reto

Wed Feb 10, 2010 6:29 pm (PST)



Hehe, jadi ingat suatu hari ada teman yang tanya, "Setelah lulus kuliah kamu mau jadi apa? Dosen, Researcher, praktisi HRD or bla bla bla?" (dia mengajukan banyak pilihan).

Kujawab: "Mbuh yo (gak tau ya) enakan jadi ibu RT kayaknya yak?"

temanku: "Lha ngapain sekolah tinggi kalau cuma mau jadi ibu RT?"

me: "Ya supaya pinter. Kecerdasan anak kan dipengaruhi emaknya."

temanku: "dasar gend**ng!"

me: ketawa ngakak wakakakakakakakak

salam,
April

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, febty febriani <inga_fety@...> wrote:
>
> Sebuah gumaman lagi ...
>
> #####
>
>
>
> Ibu Rumah Tangga=Pembokat?
>

1d.

Re: [catcil] Ibu Rumah Tangga=Pembokat? --> mbak ugik, mbak asma, da

Posted by: "febty f" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Thu Feb 11, 2010 1:53 am (PST)



@ mbak asma, itulah inti tulisan ini mbak. tentang penggunaan kata "pembokat" itu
@ mbak ugik, wah mbak keren juga pengambilan keputusanmu, pakai kuisioner segala :D two thumbs for you, mbak:)
@april, moga cita-cita april terwujud dalam waktu dekat :)

salam,
febty

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "APRILLIA" <april_reto@...> wrote:
>
> Hehe, jadi ingat suatu hari ada teman yang tanya, "Setelah lulus kuliah kamu mau jadi apa? Dosen, Researcher, praktisi HRD or bla bla bla?" (dia mengajukan banyak pilihan).
>
> Kujawab: "Mbuh yo (gak tau ya) enakan jadi ibu RT kayaknya yak?"
>
> temanku: "Lha ngapain sekolah tinggi kalau cuma mau jadi ibu RT?"
>
> me: "Ya supaya pinter. Kecerdasan anak kan dipengaruhi emaknya."
>
> temanku: "dasar gend**ng!"
>
> me: ketawa ngakak wakakakakakakakak
>
> salam,
> April
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, febty febriani <inga_fety@> wrote:
> >
> > Sebuah gumaman lagi ...
> >
> > #####
> >
> >
> >
> > Ibu Rumah Tangga=Pembokat?
> >
>

2a.

Re: [catcil] Ibu Rumah Tangga=Pembokat? --> all

Posted by: "febty f" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Wed Feb 10, 2010 5:30 am (PST)



@ mbak siwi, fety pikir dia juga bercanda mbak, tapi gak ada icon klo dia lagi bercanda. atau mungkin fety yang terlalu sensitif kali yah.

@novi, ah benar nov, daku 'melupakan' dirimu. Udah jarang ngobrol yah nov kita..

@mas hadian, senang membaca komentar mas hadian. bapak-bapak juga mesti introspeksi kali yah he..he..

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, febty febriani <inga_fety@...> wrote:
>
> Sebuah gumaman lagi ...
>
> #####
>
>
>
> Ibu Rumah Tangga=Pembokat?
>
>
>
> Hari itu malam. Aku sedang menyiapkan makan malam. Sebelum menyiapkan makan malam tadi, aku sempat mencek emailku. Karena aku menggunakan fasilitas yahoo beta, maka saat membuka email sekaligus yahoo messengerku ikut aktif.
>
> Karena aku mesti ke dapur, aku meninggalkan yahooku tanpa menekantombol keluar. Suami menyelinginya beraktivitas di depan komputer. Juga menunggu makan malam siap disajikan.
>
> “Fey, ada teman yang nyapa” terdengar suami berkata dari depan komputer.
>
> “Siapa mas?”
>
> “Si A” jawab beliau.
>
> “Jawab aja mas” pintaku. Lagi tanggung untuk meninggalkan urusan dapur.
>
> Beberapa saat mas yang menjawab pertanyaannya, tentu menyesuaikan dengan bahasa yang biasa kugunakan Jawaban yang mas ketikkan di ruang chattingpun
> juga berdasarkan jawabanku. Mas mengulang pertanyaan temanku, aku
> menjawabnya, dan akhirnya mas lagi yang mengetikkannya. Begitulah.
>
> Selesai aku menyiapkan makan malam,
> kamipun bersantap. Sempat terhenti obrolan dengan si teman. Setelah
> selesai urusan dapur, kucoba meneruskan percakapan kami.
>
> “Lagi di mana ” tanyaku. Perkiraanku dia masih dikantor. Mungkin menunggu jam macet Jakarta usai.
>
> “Di rumah. Sekarang kan udah jadi pembokat. Tidak kerja lagi” begitulah kira-kira jawabannya.
>
> Aku diam. Kucerna baik-baik jawabannya.
> Aku tahu dia sudah menikah. Aku tahu dia sedang hamil. Tapi, aku baru
> tahu dia sudah keluar dari pekerjaannya.
>
> “Jadi ibu rumah tangga kan juga enak”
> kucoba untuk bercanda. Setelah mengobrol sebentar, akhirnya aku memilih
> menyudahi percakapan kami.
>
> Sejujurnya aku sedih dengan pilihan kata yang digunakannya. Pembokat. Masih ada kata yang lebih menyejukkan hati. Full time mother. Ibu rumah tangga.
>
> Bukankah bukan sebuah kehinaan dengan
> pilihan menjadi ibu rumah tangga? Bukankah masih banyak aktivitas yang
> bermanfaat yang bisa dilakukan saat berada di rumah atas nama “ikut
> suami”?
>
> Aku tercenung. Membandingkan dengan
> beberapa teman-teman yang juga memilih keluar dari pekerjaannya, tentu
> dengan beragam alasan dibalik pilihan itu. Melahirkan. Pekerjaan tidak
> sesuai lagi dengan hati nurani. Bedanya, teman-temanku ini berusaha
> tetap menjadi kreatif dengan berada di rumah.
>
> Bagiku, satu hal yang membedakan. Ada
> teman yang memilih keluar dari pekerjaannya karena “terpaksa”. Ada
> teman yang memang sukarela mengeluarkan dirinya dari pekerjaan
> terdahulunya. Mungkin, pemilihan alasan inilah yang membedakan
> penyikapan atas pilihan yang telah diambil. Mungkin.
>
>
> @campus, Feb 2010
>
> Ps: tulisan ini didedikasikan untuk teman-teman yang memilih berada dirumah, Retno mamanya Hana-chan, mbak ugik, sinta dan yang lain. Aku juga menyukai profesi itu:)
> ~ http://ingafety.wordpress.com ~
>

2b.

Re: [catcil] Ibu Rumah Tangga=Pembokat? --> all

Posted by: "asma_h_1999" asma_h_1999@yahoo.com   asma_h_1999

Wed Feb 10, 2010 5:51 pm (PST)




wew....mba-mba/mas-mas
Kita kudu lebih hati-hati dengan pilihan kata yang digunakan

Ibu rumah tangga = pembokat ? gak setuju bangettt. I am proud of my mother, yang 100% ibu rumah tangga asli. Bahkan dari dulu tuh cita-citaku (kalo masih boleh milih-tapi kayaknya enggak), begitu punya anak, kerja di luar rumah brenti dan ngurusin anak ajaah. kalopun kerja, ya kerjaannya yang bisa dihandle dari rumah kayak kerjaannya mbak Novi kita yang periang dan gembira selalu.

Apalagi kalo yang ngasih komen itu subjeknya langsung. Secara enggak langsung (menurut aku nih), dia memandang dirinya sekelas pembokat (sayang bangett). Jangan sampai gak pe-de dong berperan sebagai ibu rumah tangga. Menurutku jadi ibu rumah tangga (yang baik dan benar)justru pekerjaan yang maha...mahaa deh dan gak ada pekerjaan lain yang bisa nandingin.

Wassalam
asma

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "febty f" <inga_fety@...> wrote:
>
> @ mbak siwi, fety pikir dia juga bercanda mbak, tapi gak ada icon klo dia lagi bercanda. atau mungkin fety yang terlalu sensitif kali yah.
>
> @novi, ah benar nov, daku 'melupakan' dirimu. Udah jarang ngobrol yah nov kita..
>
> @mas hadian, senang membaca komentar mas hadian. bapak-bapak juga mesti introspeksi kali yah he..he..
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, febty febriani <inga_fety@> wrote:
> >
> > Sebuah gumaman lagi ...
> >
> > #####
> >
> >
> >
> > Ibu Rumah Tangga=Pembokat?
> >
> >
> >
> > Hari itu malam. Aku sedang menyiapkan makan malam. Sebelum menyiapkan makan malam tadi, aku sempat mencek emailku. Karena aku menggunakan fasilitas yahoo beta, maka saat membuka email sekaligus yahoo messengerku ikut aktif.
> >
> > Karena aku mesti ke dapur, aku meninggalkan yahooku tanpa menekantombol keluar. Suami menyelinginya beraktivitas di depan komputer. Juga menunggu makan malam siap disajikan.
> >
> > “Fey, ada teman yang nyapa” terdengar suami berkata dari depan komputer.
> >
> > “Siapa mas?”
> >
> > “Si A” jawab beliau.
> >
> > “Jawab aja mas” pintaku. Lagi tanggung untuk meninggalkan urusan dapur.
> >
> > Beberapa saat mas yang menjawab pertanyaannya, tentu menyesuaikan dengan bahasa yang biasa kugunakan Jawaban yang mas ketikkan di ruang chattingpun
> > juga berdasarkan jawabanku. Mas mengulang pertanyaan temanku, aku
> > menjawabnya, dan akhirnya mas lagi yang mengetikkannya. Begitulah.
> >
> > Selesai aku menyiapkan makan malam,
> > kamipun bersantap. Sempat terhenti obrolan dengan si teman. Setelah
> > selesai urusan dapur, kucoba meneruskan percakapan kami.
> >
> > “Lagi di mana ” tanyaku. Perkiraanku dia masih dikantor. Mungkin menunggu jam macet Jakarta usai.
> >
> > “Di rumah. Sekarang kan udah jadi pembokat. Tidak kerja lagi” begitulah kira-kira jawabannya.
> >
> > Aku diam. Kucerna baik-baik jawabannya.
> > Aku tahu dia sudah menikah. Aku tahu dia sedang hamil. Tapi, aku baru
> > tahu dia sudah keluar dari pekerjaannya.
> >
> > “Jadi ibu rumah tangga kan juga enak”
> > kucoba untuk bercanda. Setelah mengobrol sebentar, akhirnya aku memilih
> > menyudahi percakapan kami.
> >
> > Sejujurnya aku sedih dengan pilihan kata yang digunakannya. Pembokat. Masih ada kata yang lebih menyejukkan hati. Full time mother. Ibu rumah tangga.
> >
> > Bukankah bukan sebuah kehinaan dengan
> > pilihan menjadi ibu rumah tangga? Bukankah masih banyak aktivitas yang
> > bermanfaat yang bisa dilakukan saat berada di rumah atas nama “ikut
> > suami”?
> >
> > Aku tercenung. Membandingkan dengan
> > beberapa teman-teman yang juga memilih keluar dari pekerjaannya, tentu
> > dengan beragam alasan dibalik pilihan itu. Melahirkan. Pekerjaan tidak
> > sesuai lagi dengan hati nurani. Bedanya, teman-temanku ini berusaha
> > tetap menjadi kreatif dengan berada di rumah.
> >
> > Bagiku, satu hal yang membedakan. Ada
> > teman yang memilih keluar dari pekerjaannya karena “terpaksa”. Ada
> > teman yang memang sukarela mengeluarkan dirinya dari pekerjaan
> > terdahulunya. Mungkin, pemilihan alasan inilah yang membedakan
> > penyikapan atas pilihan yang telah diambil. Mungkin.
> >
> >
> > @campus, Feb 2010
> >
> > Ps: tulisan ini didedikasikan untuk teman-teman yang memilih berada dirumah, Retno mamanya Hana-chan, mbak ugik, sinta dan yang lain. Aku juga menyukai profesi itu:)
> > ~ http://ingafety.wordpress.com ~
> >
>

2c.

Re: [catcil] Ibu Rumah Tangga=Pembokat? --> all

Posted by: "Sugeanti Madyoningrum" ugikmadyo@gmail.com   sinkzuee

Wed Feb 10, 2010 6:21 pm (PST)



sayang sekali jika temannya Fety beranggapan seperti itu. mungkin
karena dia belum ada persiapan ketika memutuskan untuk berkarir
dirumah atau mungkin dia sedang berada dititik jenuh. semoga saja
teman Fety segera menemukan nikmatnya bekerja dirumah.

maap,
saya tergelitik dengan koment mbak Asma. kalau memang cita-citanya
bekerja di rumah diwujudkan saja. kenapa gak?
yang penting direncanakan dengan matang. dipersiapkan jauh hari segala
sesuatunya. insyaAllah nikmatnya tiada tara bekerja di rumah.

saya jadi ingat ketika memutuskan resign. kalau dibikin survey 80%
menganggap saya super goblok kuadrat berlipat-lipat, 15% menganggap
saya bunuh diri dan hanya 5% saja yang mendukung penuh keputusan saya.
tidak akan saya menyalahkan mereka yg menentang keputusan saya. dengan
posisi terakhir meng-handle 4 team leader dan 27 agent call center di
sebuah perusahaan multinasional, secara logika saya memang bodoh
meninggalkan itu semua. tapi bagi saya ini adalah sebuah pilihan.
cita-cita saya dari jaman kuliah dulu memang ingin bekerja dirumah dan
mengasuh anak-anak dengan tangan saya sendiri.

mbak Asma kalau memang cita-citamu ingin bekerja di rumah. wujudkan
saja gak ada yg gak mungkin. good luck.

ugik
yg sedang merasakan nikmatnya bekerja di rumah

On 2/11/10, asma_h_1999 <asma_h_1999@yahoo.com> wrote:
>
> wew....mba-mba/mas-mas
> Kita kudu lebih hati-hati dengan pilihan kata yang digunakan
>
> Ibu rumah tangga = pembokat ? gak setuju bangettt. I am proud of my mother,
> yang 100% ibu rumah tangga asli. Bahkan dari dulu tuh cita-citaku (kalo
> masih boleh milih-tapi kayaknya enggak), begitu punya anak, kerja di luar
> rumah brenti dan ngurusin anak ajaah. kalopun kerja, ya kerjaannya yang bisa
> dihandle dari rumah kayak kerjaannya mbak Novi kita yang periang dan gembira
> selalu.
>
> Apalagi kalo yang ngasih komen itu subjeknya langsung. Secara enggak
> langsung (menurut aku nih), dia memandang dirinya sekelas pembokat (sayang
> bangett). Jangan sampai gak pe-de dong berperan sebagai ibu rumah tangga.
> Menurutku jadi ibu rumah tangga (yang baik dan benar)justru pekerjaan yang
> maha...mahaa deh dan gak ada pekerjaan lain yang bisa nandingin.
>
> Wassalam
> asma
>
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "febty f" <inga_fety@...> wrote:
>>
>> @ mbak siwi, fety pikir dia juga bercanda mbak, tapi gak ada icon klo dia
>> lagi bercanda. atau mungkin fety yang terlalu sensitif kali yah.
>>
>> @novi, ah benar nov, daku 'melupakan' dirimu. Udah jarang ngobrol yah nov
>> kita..
>>
>> @mas hadian, senang membaca komentar mas hadian. bapak-bapak juga mesti
>> introspeksi kali yah he..he..
>>
>> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, febty febriani <inga_fety@>
>> wrote:
>> >
>> > Sebuah gumaman lagi ...
>> >
>> > #####
>> >
>> >
>> >
>> > Ibu Rumah Tangga=Pembokat?
>> >
>> >
>> >
>> > Hari itu malam. Aku sedang menyiapkan makan malam. Sebelum menyiapkan
>> > makan malam tadi, aku sempat mencek emailku. Karena aku menggunakan
>> > fasilitas yahoo beta, maka saat membuka email sekaligus yahoo
>> > messengerku ikut aktif.
>> >
>> > Karena aku mesti ke dapur, aku meninggalkan yahooku tanpa menekantombol
>> > keluar. Suami menyelinginya beraktivitas di depan komputer. Juga
>> > menunggu makan malam siap disajikan.
>> >
>> > “Fey, ada teman yang nyapa†terdengar suami berkata dari depan
>> > komputer.
>> >
>> > “Siapa mas?â€
>> >
>> > “Si A†jawab beliau.
>> >
>> > “Jawab aja mas†pintaku. Lagi tanggung untuk meninggalkan urusan
>> > dapur.
>> >
>> > Beberapa saat mas yang menjawab pertanyaannya, tentu menyesuaikan dengan
>> > bahasa yang biasa kugunakan Jawaban yang mas ketikkan di ruang
>> > chattingpun
>> > juga berdasarkan jawabanku. Mas mengulang pertanyaan temanku, aku
>> > menjawabnya, dan akhirnya mas lagi yang mengetikkannya. Begitulah.
>> >
>> > Selesai aku menyiapkan makan malam,
>> > kamipun bersantap. Sempat terhenti obrolan dengan si teman. Setelah
>> > selesai urusan dapur, kucoba meneruskan percakapan kami.
>> >
>> > “Lagi di mana †tanyaku. Perkiraanku dia masih dikantor. Mungkin
>> > menunggu jam macet Jakarta usai.
>> >
>> > “Di rumah. Sekarang kan udah jadi pembokat. Tidak kerja lagiâ€
>> > begitulah kira-kira jawabannya.
>> >
>> > Aku diam. Kucerna baik-baik jawabannya.
>> > Aku tahu dia sudah menikah. Aku tahu dia sedang hamil. Tapi, aku baru
>> > tahu dia sudah keluar dari pekerjaannya.
>> >
>> > “Jadi ibu rumah tangga kan juga enakâ€
>> > kucoba untuk bercanda. Setelah mengobrol sebentar, akhirnya aku memilih
>> > menyudahi percakapan kami.
>> >
>> > Sejujurnya aku sedih dengan pilihan kata yang digunakannya. Pembokat.
>> > Masih ada kata yang lebih menyejukkan hati. Full time mother. Ibu rumah
>> > tangga.
>> >
>> > Bukankah bukan sebuah kehinaan dengan
>> > pilihan menjadi ibu rumah tangga? Bukankah masih banyak aktivitas yang
>> > bermanfaat yang bisa dilakukan saat berada di rumah atas nama “ikut
>> > suami†?
>> >
>> > Aku tercenung. Membandingkan dengan
>> > beberapa teman-teman yang juga memilih keluar dari pekerjaannya, tentu
>> > dengan beragam alasan dibalik pilihan itu. Melahirkan. Pekerjaan tidak
>> > sesuai lagi dengan hati nurani. Bedanya, teman-temanku ini berusaha
>> > tetap menjadi kreatif dengan berada di rumah.
>> >
>> > Bagiku, satu hal yang membedakan. Ada
>> > teman yang memilih keluar dari pekerjaannya karena “terpaksa†. Ada
>> > teman yang memang sukarela mengeluarkan dirinya dari pekerjaan
>> > terdahulunya. Mungkin, pemilihan alasan inilah yang membedakan
>> > penyikapan atas pilihan yang telah diambil. Mungkin.
>> >
>> >
>> > @campus, Feb 2010
>> >
>> > Ps: tulisan ini didedikasikan untuk teman-teman yang memilih berada
>> > dirumah, Retno mamanya Hana-chan, mbak ugik, sinta dan yang lain. Aku
>> > juga menyukai profesi itu:)
>> > ~ http://ingafety.wordpress.com ~
>> >
>>
>
>
>

2d.

Re: [catcil] Ibu Rumah Tangga=Pembokat? --> all

Posted by: "Den Bagusnya" milis75@yahoo.com.sg   milis75

Thu Feb 11, 2010 2:00 am (PST)



koq pd jijik ama lebel pembokat sih?
meurutku koq sejajar semua orang & profesi
asalkan tidak kriminal :D
hanya orang payah yg bikin kasta2 :-j
meurutku smua orang sederajat

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "asma_h_1999" <asma_h_1999@...> wrote:
>
>
> wew....mba-mba/mas-mas
> Kita kudu lebih hati-hati dengan pilihan kata yang digunakan
>
> Ibu rumah tangga = pembokat ? gak setuju bangettt.

2e.

Re: [catcil] Ibu Rumah Tangga=Pembokat? -->  all

Posted by: "prita hw" prita_hw@yahoo.com   prita_hw

Thu Feb 11, 2010 2:02 am (PST)



wahhh, jadi ga sabar buat ikutan nimbrung,
secara, aku juga baru memutuskan utk resign dan bekerja di rumah (baru genap 11 hari ini).

Dan perasaanku itu udah aku tuangkan dalam sebuah tulisan di blog, hehe..

Lebih detailnya, silahkan simak tulisanku, judulnya : Gairah Itu Memasuki 6 Hari

http://pritahw.multiply.com/journal/item/30/Gairah_itu_Memasuki_6_Hari

-Jabat eratku-
Prita HW.
085236009575 / 087851729070
www.pritahw.multiply.com

----- Original Message ----
From: Sugeanti Madyoningrum <ugikmadyo@gmail.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Thursday, February 11, 2010 9:21:33
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] Re: [catcil] Ibu Rumah Tangga=Pembokat? --> all

sayang sekali jika temannya Fety beranggapan seperti itu. mungkin
karena dia belum ada persiapan ketika memutuskan untuk berkarir
dirumah atau mungkin dia sedang berada dititik jenuh. semoga saja
teman Fety segera menemukan nikmatnya bekerja dirumah.

maap,
saya tergelitik dengan koment mbak Asma. kalau memang cita-citanya
bekerja di rumah diwujudkan saja. kenapa gak?
yang penting direncanakan dengan matang. dipersiapkan jauh hari segala
sesuatunya. insyaAllah nikmatnya tiada tara bekerja di rumah.

saya jadi ingat ketika memutuskan resign. kalau dibikin survey 80%
menganggap saya super goblok kuadrat berlipat-lipat, 15% menganggap
saya bunuh diri dan hanya 5% saja yang mendukung penuh keputusan saya.
tidak akan saya menyalahkan mereka yg menentang keputusan saya. dengan
posisi terakhir meng-handle 4 team leader dan 27 agent call center di
sebuah perusahaan multinasional, secara logika saya memang bodoh
meninggalkan itu semua. tapi bagi saya ini adalah sebuah pilihan.
cita-cita saya dari jaman kuliah dulu memang ingin bekerja dirumah dan
mengasuh anak-anak dengan tangan saya sendiri.

mbak Asma kalau memang cita-citamu ingin bekerja di rumah. wujudkan
saja gak ada yg gak mungkin. good luck.

ugik
yg sedang merasakan nikmatnya bekerja di rumah

On 2/11/10, asma_h_1999 <asma_h_1999@yahoo.com> wrote:
>
> wew....mba-mba/mas-mas
> Kita kudu lebih hati-hati dengan pilihan kata yang digunakan
>
> Ibu rumah tangga = pembokat ? gak setuju bangettt. I am proud of my mother,
> yang 100% ibu rumah tangga asli. Bahkan dari dulu tuh cita-citaku (kalo
> masih boleh milih-tapi kayaknya enggak), begitu punya anak, kerja di luar
> rumah brenti dan ngurusin anak ajaah. kalopun kerja, ya kerjaannya yang bisa
> dihandle dari rumah kayak kerjaannya mbak Novi kita yang periang dan gembira
> selalu.
>
> Apalagi kalo yang ngasih komen itu subjeknya langsung. Secara enggak
> langsung (menurut aku nih), dia memandang dirinya sekelas pembokat (sayang
> bangett). Jangan sampai gak pe-de dong berperan sebagai ibu rumah tangga.
> Menurutku jadi ibu rumah tangga (yang baik dan benar)justru pekerjaan yang
> maha...mahaa deh dan gak ada pekerjaan lain yang bisa nandingin.
>
> Wassalam
> asma
>
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "febty f" <inga_fety@...> wrote:
>>
>> @ mbak siwi, fety pikir dia juga bercanda mbak, tapi gak ada icon klo dia
>> lagi bercanda. atau mungkin fety yang terlalu sensitif kali yah.
>>
>> @novi, ah benar nov, daku 'melupakan' dirimu. Udah jarang ngobrol yah nov
>> kita..
>>
>> @mas hadian, senang membaca komentar mas hadian. bapak-bapak juga mesti
>> introspeksi kali yah he..he..
>>
>> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, febty febriani <inga_fety@>
>> wrote:
>> >
>> > Sebuah gumaman lagi ...
>> >
>> > #####
>> >
>> >
>> >
>> > Ibu Rumah Tangga=Pembokat?
>> >
>> >
>> >
>> > Hari itu malam. Aku sedang menyiapkan makan malam. Sebelum menyiapkan
>> > makan malam tadi, aku sempat mencek emailku. Karena aku menggunakan
>> > fasilitas yahoo beta, maka saat membuka email sekaligus yahoo
>> > messengerku ikut aktif.
>> >
>> > Karena aku mesti ke dapur, aku meninggalkan yahooku tanpa menekantombol
>> > keluar. Suami menyelinginya beraktivitas di depan komputer. Juga
>> > menunggu makan malam siap disajikan.
>> >
>> > âEURoeFey, ada teman yang nyapaâEUR terdengar suami berkata dari depan
>> > komputer.
>> >
>> > âEURoeSiapa mas?âEUR
>> >
>> > âEURoeSi AâEUR jawab beliau.
>> >
>> > âEURoeJawab aja masâEUR pintaku. Lagi tanggung untuk meninggalkan urusan
>> > dapur.
>> >
>> > Beberapa saat mas yang menjawab pertanyaannya, tentu menyesuaikan dengan
>> > bahasa yang biasa kugunakan Jawaban yang mas ketikkan di ruang
>> > chattingpun
>> > juga berdasarkan jawabanku. Mas mengulang pertanyaan temanku, aku
>> > menjawabnya, dan akhirnya mas lagi yang mengetikkannya. Begitulah.
>> >
>> > Selesai aku menyiapkan makan malam,
>> > kamipun bersantap. Sempat terhenti obrolan dengan si teman. Setelah
>> > selesai urusan dapur, kucoba meneruskan percakapan kami.
>> >
>> > âEURoeLagi di mana âEUR tanyaku. Perkiraanku dia masih dikantor. Mungkin
>> > menunggu jam macet Jakarta usai.
>> >
>> > âEURoeDi rumah. Sekarang kan udah jadi pembokat. Tidak kerja lagiâEUR
>> > begitulah kira-kira jawabannya.
>> >
>> > Aku diam. Kucerna baik-baik jawabannya.
>> > Aku tahu dia sudah menikah. Aku tahu dia sedang hamil. Tapi, aku baru
>> > tahu dia sudah keluar dari pekerjaannya.
>> >
>> > âEURoeJadi ibu rumah tangga kan juga enakâEUR
>> > kucoba untuk bercanda. Setelah mengobrol sebentar, akhirnya aku memilih
>> > menyudahi percakapan kami.
>> >
>> > Sejujurnya aku sedih dengan pilihan kata yang digunakannya. Pembokat.
>> > Masih ada kata yang lebih menyejukkan hati. Full time mother. Ibu rumah
>> > tangga.
>> >
>> > Bukankah bukan sebuah kehinaan dengan
>> > pilihan menjadi ibu rumah tangga? Bukankah masih banyak aktivitas yang
>> > bermanfaat yang bisa dilakukan saat berada di rumah atas nama âEURoeikut
>> > suamiâEUR ?
>> >
>> > Aku tercenung. Membandingkan dengan
>> > beberapa teman-teman yang juga memilih keluar dari pekerjaannya, tentu
>> > dengan beragam alasan dibalik pilihan itu. Melahirkan. Pekerjaan tidak
>> > sesuai lagi dengan hati nurani. Bedanya, teman-temanku ini berusaha
>> > tetap menjadi kreatif dengan berada di rumah.
>> >
>> > Bagiku, satu hal yang membedakan. Ada
>> > teman yang memilih keluar dari pekerjaannya karena âEURoeterpaksaâEUR . Ada
>> > teman yang memang sukarela mengeluarkan dirinya dari pekerjaan
>> > terdahulunya. Mungkin, pemilihan alasan inilah yang membedakan
>> > penyikapan atas pilihan yang telah diambil. Mungkin.
>> >
>> >
>> > @campus, Feb 2010
>> >
>> > Ps: tulisan ini didedikasikan untuk teman-teman yang memilih berada
>> > dirumah, Retno mamanya Hana-chan, mbak ugik, sinta dan yang lain. Aku
>> > juga menyukai profesi itu:)
>> > ~ http://ingafety.wordpress.com ~
>> >
>>
>
>
>

------------------------------------

Yahoo! Groups Links

New Email addresses available on Yahoo!
Get the Email name you&#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

2f.

Re: [catcil] Ibu Rumah Tangga=Pembokat? --> Den Bagusnya, mbak prita

Posted by: "febty f" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Thu Feb 11, 2010 2:09 am (PST)



@ Den Bagusnya, supaya tidak menjadi kesalahpahaman saya ingin meluruskan, bukan saya jijik dengan label pembokat. Bahkan saya juga tidak setuju menggunakan kata pembokat untuk memanggil seseorang yang membantu pekerjaan domestik rumah tangga. Masih ada pilihan kata yang lain yang lebih enak didengar. Hanya itu.

@ mbak prita, udah baca tulisannya:)

salam,
febty

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Den Bagusnya" <milis75@...> wrote:
>
> koq pd jijik ama lebel pembokat sih?
> meurutku koq sejajar semua orang & profesi
> asalkan tidak kriminal :D
> hanya orang payah yg bikin kasta2 :-j
> meurutku smua orang sederajat
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "asma_h_1999" <asma_h_1999@> wrote:
> >
> >
> > wew....mba-mba/mas-mas
> > Kita kudu lebih hati-hati dengan pilihan kata yang digunakan
> >
> > Ibu rumah tangga = pembokat ? gak setuju bangettt.
>

3a.

Re: [Kelana] Welcome To India - No Problem, Sir! (tulisan Harnaz)

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Wed Feb 10, 2010 11:22 am (PST)



Tertegun saya baca tanggapan Mbak Siwi ini. Ternyata tulisan ini bisa
bikin nangis juga ya?

Ketika saya baca tulisan Pak Harnaz ini di milis lain, saya berpikir
tulisan ini teramat sayang jika tidak disebarluaskan. Bahkan jika Pak
Harnaz mau membukukan tulisan-tulisan perjalannya -- yang sebenarnya
lebih bernas dan berhikmah dari Naked Traveler-nya Trinity -- mungkin
best seller adalah takdir yang akan menjemputnya. Tapi saya tak pernah
berpikir tulisan ini akan membuat seseorang menangis. Subhanallah.
respons pembaca memang sulit diduga ya.

Tapi apresiasi mulia tsb selayaknya ditujukan ke Pak Harnaz sendiri.
Email sudah saya cantumkan, jika ingin hubungi beliau langsung. Saya
hanya meneruskan tulisan bermanfaat ini saja. Alhamdulillah, jika bisa
diterima dengan baik.

Makasih.

Tabik,

NS

On 2/10/10, Siwi LH <siuhik@yahoo.com> wrote:
> kebetulan saat bacanya saya sedang dengerin lagu 'Kabhi Kushi Kabhi Gam'
> (nggak sengaja banget krn lagi bongkar2 lagu buat di copy ke Hp sy), dari
> hasil komposisi membaca dan mendengar lagu itu membuat saya menangis... asli
> mas! terutama saat membaca paragraf ini...
>
> Hal ini membuat Taj Mahal menjadi plain, sangat sederhana. Namun, justru
> inilah mungkin pengertian cinta yang sesungguhnya. Mungkin, dalam usaha saya
> memahami cinta, selama ini saya salah menerjemahkan cinta sebagai sesuatu
> yang rumit, canggih, sangat sulit dimengerti. Mungkin, cinta sebetulnya
> seperti Taj Mahal – sederhana, namun senantiasa memancarkan aura keindahan,
> karena ketekunan dan kesungguhan dari para pelakunya.
>
> *beberapa hari ini memang sedang sensi dengan kalimat cinta, bkn parno ma
> Valentine lo*
> Thx ...
> Salam Hebat Penuh Berkah
> Siwi LH
> cahayabintang. wordpress.com
> siu-elha. blogspot.com
> YM : siuhik
>
>
>
>
> ________________________________
> From: Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com>
> To: sekolah kehidupan <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
> Sent: Wed, February 10, 2010 5:21:50 AM
> Subject: [sekolah-kehidupan] [Kelana] Welcome To India - No Problem, Sir!
> (tulisan Harnaz)
>
>
> Sekadar berbagi, moga bermanfaat.
>
> ===========
>
> Welcome To India – No Problem, Sir!*
> Oleh Harnaz**
>
>
>
>
>
>

--
"NO WAY BACK!"
Nursalam AR
Translator - Writer
0813-10040723
021-92727391
Facebook: www.facebook.com/nursalam.ar
Blog: www.pengejarmakna.blogdetik.com

3b.

Re: [Kelana] Welcome To India - No Problem, Sir! (tulisan Harnaz)

Posted by: "febty f" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Thu Feb 11, 2010 2:13 am (PST)



kalau mbak siwi menangis membaca tulisan ini, saya senyum-senyum aja. Abis cara penceritaannya mengalir hingga kata terakhir.

salam,
febty

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Nursalam AR <nursalam.ar@...> wrote:
>
> *Sekadar berbagi, moga bermanfaat.
> *
>
> *===========
> *
>
> *Welcome To India – No Problem, Sir!**
>
> *Oleh Harnaz***
>
>
>
> Saya terbang dari Munich ke New Delhi dengan Lufthansa. Pesawatnya 747-400
> tanpa layar TV, membuat penerbangan rasanya semakin lama. Waktu penerbangan
> adalah 7 jam jadi mau tidur kagok juga. Saya mendarat di *Indira Gandhi
> International Airport* jam 7 pagi, di saat sebagian besar kota ini masih
> tertidur. Hawa sejuk langsung terasa ketika keluar dari ruangan, kira-kira
> 20 derajat Celcius. Burung gagak nampak di mana-mana. Saya menunggu di
> airport, tidak terlihat ada yang menjemput saya. Ini India Bung! Hehehe.
>
>
>
> Saya pun menelepon kantor, dijawab dengan "*Traffic jam Sir, will be there
> in 5 minutes Sir, no problem Sir!*"
>
>
>
> Hmmm, kalau orang India bilang "*No problem*", berarti Anda harus mulai
> kuatir, hahaha. Alhasil, yang bersangkutan baru nongol 1 jam kemudian!
>
> Hari-hari seminar saya lalui dengan bosan. Saya menginap di The Oberoi New
> Delhi, lumayan tapi cukup mahal dengan bandrol USD 200,- semalam. Kondisi
> hotelnya sudah cukup tua, mungkin seperti Hotel Sahid di Jakarta. Saya
> bersama 9 orang dari Jerman yang nggak berani kemana-mana. Makan pagi di
> hotel, nggak makan siang, dan makan malam di hotel lagi.
>
>
>
> "Wah, di luar berbahaya…" kata rekan saya ketika saya ajak nyicipin makanan
> keluar hotel. Walah, payah. Rekanan kami di India juga tidak ada inisiatif
> untuk mengundang kemana-mana. Coba di Indonesia, kami selalu memastikan
> tamu-tamu diundang makan malam, bahkan *pintong *sampai pagi!
>
>
>
> Nah, setelah tiga hari dan tugas presentasi selesai hari Sabtu, saya mulai
> menimbang-nimbang mau jalan-jalan sendiri saja.
>
> Apa yang bisa dilihat di Delhi? Ya ada sih, ada Qutb Minar, masjid kuno yang
> konon memiliki menara masjid (*minaret*) tertua di dunia. Ada juga *the Red
> Fort*, sebuah benteng peninggalan kerajaan Mughal. Tapi, ada satu tujuan
> wisata di internet yang nampak berkelap-kelip memanggil-manggil saya: ke
> Agra, mengunjungi Taj Mahal. Sebenarnya, mengunjungi Taj Mahal adalah impian
> saya. Saya sudah pernah berfoto di depan Masjid Baiturrahman di Aceh, di
> depan *Golden Gate* di San Francisco, dan di depan Patung Ho Chi Minh di
> Vietnam.
>
> Menambah koleksi foto di depan Taj Mahal, adalah impian saya. Dan besok,
> hari Minggu, saya kembali ke Cina dengan penerbangan jam 23.00. Memang sih,
> pameran kantor saya masih ada. Dan, ke Agra cukup lama – 120 km yang
> ditempuh dalam waktu 8 jam bolak-balik! Apa keburu? Bagaimana kalau *miss
> flight*? Bisa diomelin boss karena sudah bolos pameran, telat pula
> pulangnya! Tapi, sebuah bisikan halus terdengar di telinga saya:
> "India….. *Incredible
> India…"*
>
> Oke deh, *what the heck! Book* saja!
>
> Saya menghubungi *concierge* hotel untuk bertanya. Ini sebuah trik yang
> bagus: *concierge* hotel pasti punya paket tur. Pertama-tama dia pasti
> menawarkan paket tur standar hotel yang pasti muahal: Rs. 40.000,- untuk ke
> Agra, atau sekitar 4 juta rupiah. Lalu, tanya saja langsung: yang dari hotel
> terlalu mahal, apakah ada yang lebih murah?
>
>
>
> Langsung *concierge* hotel memberikan alternatif yang lebih murah separo
> harga: Rs. 20.000,- untuk ke Agra, mobil Innova.
>
>
>
> Apakah keburu kalau *flight *saya jam 23.00?
>
>
>
> "*No problem, Sir!"* katanya. Wah, *no problem* lagi.
>
>
>
> "*But you have to start early, like 05.00 from Delhi*".
>
>
>
> Gak masalah, walaupun pasti bakal cape banget: bayangkan: bangun jam 4 pagi,
> berangkat jam 5, ke Agra, pulang malam, langsung ke *airport*, tanpa mandi,
> dan terbang lagi ke Singapura dan Shanghai. Tapi, saya pikir, Taj Mahal *geto
> loch*!
>
> Ketika pulang ke hotel Sabtu sore, saya mendapat telepon di kamar saya. Yang
> menelepon adalah *tour operator*, memperkenalkan diri sebagai Mr. Rajeev.
> Katanya, biaya tur Rs. 20.000,- sudah termasuk semua, kecuali tiket masuk ke
> Taj Mahal Rs 750. Nanti di pintu tol perbatasan negara bagian, supir akan
> turun dari mobil.
>
>
>
> "*Don't panic Sir, and please do not buy anything from the hawkers there*,"
> kata Rajeev. *"Don't even look at them Sir!"* katanya. Wah, serem amat. Tapi
> *you* *gak tau I *sudah biasa ngadepin tukang ngamen, hehe.
>
>
>
> Ya sudah, dan saya pikir, bagus juga servisnya, pake ditelepon segala.
> Rajeev memberi info bahwa supirnya bernama Pusbender dengan mobil Innova
> bernomor 4769.
>
> Jam 4 pagi, saya bangun, beberes, lalu *check out* jam 5 pagi. Ketika saya
> keluar, saya minta tolong dipanggilkan Pusbender – dan ternyata memang ada
> orangnya. Sudah cukup berumur, namun masih kekar. Weleh, lumayan juga, tepat
> waktu pikir saya. Kami pun memulai perjalanan kami ke Agra, melalui kota
> Delhi yang masih tertidur lelap.
>
>
>
> Saya juga tertidur lelap karena belum puas tidur. Dan, saya dibangunkan oleh
> supir di pintu tol yang dimaksud – kira-kira pukul 7 pagi. Pusbender meminta
> uang untuk tol.
>
>
>
> Halah? Bukannya sudah termasuk?
>
>
>
> "*No problem sir, I give you back*!" katanya.
>
>
>
> Ya sudah lah, walaupun *no problem lagi*.
>
>
>
> Dia pun turun, dan – benar saja – serombongan pengamen yang tampangnya
> garang nampak menghampiri mobil dan menggedor-gedor kaca! Walah, kok gini
> jualannya ya. Saya pura-pura tidak melihat walaupun merasa nggak enak juga,
> tapi ternyata betul tuh, satu persatu mereka pergi.
>
> *Horn Please!*
>
> Jalanan ke Agra, untuk ukuran India, buagusss banget. Mirip pantura lah, 2
> jalur. Tapi, budaya nyetir orang India masih kacau beliau. Lajur kiri
> kebanyakan diisi truk-truk dari kayu yang bobrok atau bajaj. Truk kayu ini
> belakangnya biasanya ada tulisan: "Horn please!"
>
>
>
> Jadilah Pusbender memencet klakson sepanjang jalan, walaupun kayanya nggak
> ada gunanya. Saya juga heran, melihat bajaj yang diisi sampai 8 orang: 3 di
> belakang, 2 nangkring di pintu, satu berdiri di atas bemper, dan dua
> dipangku supir di kiri dan kanan! Astaga, mana ada di Jakarta yang mau
> dipangku supir bajaj? Hehehe.
>
> Kami berhenti sebentar untuk istirahat di The Mandalam Resort. Weleh-weleh,
> jangan bayangkan ini *resort* seperti Kalianda atau Bali. Kompleks ini
> terdiri dari tempat parkir, restoran, toilet, dan toko souvenir, yang mirip
> bangunan pom bensin atau tempat istirahat supir truk di sepanjang pantura.
>
>
>
> Di sini, dan di kebanyakan tempat di India, di dalam toilet selalu ada
> pelayannya, yang membantu mengambilkan tissue ("*Help us get tissue? Where*?"
> komentar rekan saya orang Jerman sambil bercanda. Ya eyaa lah, masak di
> kloset??). Di sini juga, walaupun tampangnya tak kalah seram dengan yang
> dagang asongan di pintu tol tadi. Tapi saya pesan masala tea, yang cukup
> enak rasanya.
>
> Setelah beberapa kali nyaris mati – baik karena hampir nabrak truk atau pun
> resiko digebukin orang sekampung karena nyaris nabrak sapi – akhirnya kami
> sampai di Kota Agra kira-kira pukul 10 pagi. Sip, tepat waktu nih, pikir
> saya. Aman deh, kalau berangkat jam 3 sore pasti keburu.
>
>
>
> "*We better leave for Delhi at 14.00*," kata Pusbender. "*Is 15.00 still OK*?"
> tanya saya, yang dijawab dengan "*No problem, no problem,*" sambil
> geleng-geleng kepala.
>
> Kota Agra sendiri tidak spesial. Tapi, India Utara seperti Delhi ini memang
> berbeda jauh dengan wilayah Tamil Nadu di Selatan yang pernah saya kunjungi.
> Di sini, orangnya putih-putih, tinggi dan mancung, rata-rata lelakinya
> berkumis. Dan, gayanya lain – di Selatan lebih kentara Hindu-nya, dengan
> patung di mana-mana, sementara di sini lebih multikultural, ada arsitektur
> Hindu, ada juga desain Muslim. Yang mendominasi adalah warna kemerahan dan
> lengkungan (*arch*) dan motif simetri khas Persia atau Timur Tengah.
>
>
>
> Kami melewati sebuah masjid yang besar dan bagus di sebelah kiri, sebelum
> berhenti di sebuah tempat.
>
>
>
> *"Here guide meet you, Sir" *kata Pusbender.
>
> Tak lama kemudian, seseorang yang perlente masuk mobil memperkenalkan diri
> sebagai Narender, *guide* saya hari itu. Ia memandu kami masuk ke tempat
> parkir yang masih kosong, baru terisi setengahnya.
>
>
>
> "*From here, we need to take electric car or horse carriage, Sir. This is
> India's effort to contribute to the environment, because no pollution
> allowed in Taj Mahal complex,*" katanya.
>
>
>
> Halah – namanya juga India – saya pikir kaya apa *electric car* ini.
> Ternyata kendaraan mirip bajaj dengan baterai dan body yang sudah reot,
> retak sana-sini dari bahan fiberglass. Alamak! Kami naik *electric car* itu
> dan saya membayar Rs 500,-, setelah membayar tiket masuk Taj Mahal sebesar
> Rs. 750. Lalu, bajaj listrik ini membawa kami ke pintu masuk Taj Mahal, yang
> ditandai oleh sebuah tembok benteng berwarna merah bata.
>
>
>
> *Merenungkan Arti Cinta di Taj Mahal*
>
> Saya kemudian bersiap memasuki pintu utama. Kalau Anda melihat foto Taj
> Mahal, terlihat ada sebentuk pintu di depannya bukan? Nah, pintu yang
> kelihatan itu, tingginya kira-kira 15 meter! Pintu sebenarnya terlihat
> kerdil sekali, setinggi 2 meter.
>
>
>
> Dan, di kiri-kanan dan atas pintu gerbang utama inilah terdapat sebuah
> kaligrafi yang cantik, yang tidak dilukis tapi lagi-lagi dibuat dari mosaik
> batu jasper hitam. Tulisan inilah yang dikutip dari Al Quran, dan Narender
> nampak berusaha menjelaskan sesuatu: bahwa kaligrafi ini dibuat juga
> berdasarkan pertimbangan geometris, karena tulisannya tidak terlihat makin
> kecil dari bawah keatas, padahal tingginya 20 meter!
>
> Namun, karena saya tidak bisa baca kaligrafi, saya kurang ngerti apa
> maksudnya. Saya lalu memotretnya dan sampai di Jakarta, saya tunjukkan pada
> rekan saya yang muslim.
>
>
>
> Eh, dia malah ngomel. "Ini buntutnya, Naz! Nggak bisa dibaca! Tulisan Arab
> kan dari kiri ke kanan? Fotonya terbalik!" Astaga, sementara saya memotret
> hanya yang kanannya saja, karena berpikir ini awal kalimatnya! Hehehe.
>
> Nah, masuk ke dalam, dilarang memotret sama sekali, jadi simak ceritanya
> baik-baik karena nggak ada fotonya, hehe.
>
>
>
> Begitu masuk pintu, ada koridor luar yang berjendela dan berkisi-kisi,
> sehingga bisa melihat keluar dari dalam. Cahaya yang menerobos masuk
> kisi-kisi (semacam tralis, masak gak tau sih, hehe) nampak membuat ukiran
> tanaman di dinding semakin cantik, dengan motif karpet Persia. Dan lagi,
> semua pintu di dalam Taj Mahal adalah baru, karena aslinya orang Persia
> menggunakan karpet, bukan pintu.
>
> Setelah masuk ke koridor luar, ada pintu kecil lagi untuk masuk ke koridor
> dalam. Di dalam ruangan yang temaram inilah Narender mengeluarkan senter
> kecil dan menyinari mosaik batu mulia satu-persatu, untuk menunjukkan bahwa
> tiap batu memancarkan warna berbeda, pantesan bagus banget waktu kena sinar
> matahari. Lalu, di dalam ruang utama, terletak makam Mumtaz Mahal dan Shah
> Jeihan.
>
> Konon, makam sebenarnya ada di bawah tanah, sementara yang kami lihat di
> lantai ini adalah duplikatnya yang sengaja dibuat. Di dalam ruangan bersegi
> 12 ini, nampak sebuah lampu lampion *a la* Persia tergantung, menebarkan
> cahaya temaram dan membawa saya ke jaman para Mughal dulu (yang ini Mughal
> sipit dan nggak kumisan, hehe).
>
> Di atap nampak ukiran kaligrafi, dan di dindingnya mosaik tanaman yang lebih
> warna-warni dan mendetail daripada di luar. Lalu, membatasi pengunjung
> dengan makam, ada sebuah ukiran pagar atau kisi-kisi yang menggambarkan
> tanaman merambat, semuanya dengan detail yang luar biasa dan dari satu buah
> batu marmer besar tanpa sambungan. Bayangkan, marmer satu *slab* utuh diukur
> sampai tinggal berbentuk seperti jaring, dengan ukiran tanaman rambat yang
> kecil-kecil, tanpa ada yang pecah, retak, atau patah, tanpa sambungan pula!
>
> Di balik kisi-kisi inilah terletak makam Mumtaz Mahal, yang sangat sederhana
> namun agung karena keindahannya. Hanya berupa bersegi panjang yang penuh
> dengan mosaik yang paling rumit dan cantik dibanding bagian lainnya dari
> gedung. Dan, kok disebelahnya ada kotak makam lagi yang lebih besar, dan ini
> satu-satunya bagian dari Taj Mahal yang tidak simetris! Ternyata, itu adalah
> makam Shah Jeihan sendiri.
>
> Rupanya, beliau dikudeta oleh anaknya sendiri dan sebelum sempat membangun
> makam yang lebih megah lagi untuk dirinya sendiri, ia meninggal, dan
> dimakamkan di sebelah Mumtaz Mahal. Betapa ironis, sudah capek-capek membuat
> segala sesuatunya simetris, ternyata justru makam dirinya sendirilah yang
> tidak simetris! Namun, ukiran mosaik di makamnya tak kalah indah dengan
> makam Mumtaz Mahal. Dan, mereka berdampingan sekarang, sesuai janji cinta
> mereka!
>
> Saya memisahkan diri sejenak dari hiruk-pikuk orang yang berebut ingin
> melihat makam. Saya berdiri di pojok, memandang ruangan yang merupakan
> jantung dari Taj Mahal ini. Mengapa Taj Mahal begitu indah, dan ruangan ini
> begitu agung? Padahal ruangan ini sangat sederhana - tidak ada ukiran patung
> maupun ukiran iring-iringan kerajaan yang megah, dindingnya pun polos putih
> saja.
>
> Hanya sebuah lampu menggantung di langit-langit, mosaik tanaman, kaligrafi,
> dan simetri. Tetapi justru karena kesederhanaannya inilah, Taj Mahal menjadi
> luar biasa indah, *exceptionally beautiful*. Kalau seorang artis bebas mau
> mematung dan melukis apapun juga, sangat mudah untuk membuat indah: pahat
> saja dewi-dewi cantik nan seksi! Namun, kesederhanaan yang hadir dari
> ketaatan agama, tidak mengurangi sedikitpun keindahan dan cinta yang ingin
> ditunjukkan disini, justru keterbatasan ini yang membuat konsep keindahan
> muncul dalam bentuk yang lebih mulia!
>
> Buat saya, Taj Mahal bukan hanya cerita Mumtaz Mahal dan Shah Jeihan –
> tetapi, Taj Mahal adalah monumen cinta. Cinta seorang Shah Jeihan kepada
> Mumtaz Mahal dan cinta manusia kepada Tuhannya, yang selaras satu sama lain
> menghasilkan sebuah karya seni yang maha indah. Sangat mudah bagi seorang
> Sultan seperti Shah Jeihan untuk bertindak sesuai keinginannya, namun toh ia
> begitu taat mengikuti ajaran agamanya, sehingga bahkan tidak satupun patung
> Mumtaz Mahal nampak di kompleks Taj Mahal.
>
> Hal ini membuat Taj Mahal menjadi *plain*, sangat sederhana. Namun, justru
> inilah mungkin pengertian cinta yang sesungguhnya. Mungkin, dalam usaha saya
> memahami cinta, selama ini saya salah menerjemahkan cinta sebagai sesuatu
> yang rumit, canggih, sangat sulit dimengerti. Mungkin, cinta sebetulnya
> seperti Taj Mahal – sederhana, namun senantiasa memancarkan aura keindahan,
> karena ketekunan dan kesungguhan dari para pelakunya.
>
> Dor! Hentakan tongkat satpam yang menegur turis India bandel yang ingin
> memotret membuyarkan lamunan saya. Wah, saya juga harus keluar karena orang
> yang berdesakan masuk semakin banyak.
>
>
>
> Saya pun keluar dari sisi kanan bangunan utama, disambut oleh pemandangan
> sebuah sungai persis di sisi kompleks Taj Mahal. Sungai ini katanya sungai
> Gangga, terlihat banyak bangau-bangau besar bertengger diatasnya. Saya masih
> berkeliling sejenak mengagumi simetri dan kesempurnaan bangunan ini.
> Strukturnya yang masif terlihat dimana-mana, termasuk di *minaret* yang
> bahkan lebih kokoh dari Mercu Suar Anyer bikinan Belanda.
>
> Setelah puas berfoto, saya meninggalkan kompleks Taj Mahal sesudah
> melepaskan pelindung sepatu. Saya berfoto-foto terus dengan narsisnya,
> sembari meninggalkan kompleks. Saya sempat mampir ke bangunan sebelah kanan
> yang merupakan efek simetri (kembaran) dari masjid di sebelah kiri. Bangunan
> ini sebenarnya tidak kalah cantik, namun berwarna merah bata dan tidak
> dibuat dari marmer, sehingga kalah pancaran cahayanya. Namun, ukiran di
> bangunan ini nampak cantik, karena berwarna putih dengan latar belakang
> merah bata, terlihat kontras. Sesudah dari situ, saya berjalan keluar
> kompleks, sambil berfoto di tempat-tempat yang direkomendasikan oleh
> Narender.
>
> Saya mengambil foto terakhir Taj Mahal dengan HP saya, dan saya
> jadikan *wallpaper
> *sampai sekarang. Sambil berjalan melalui dinding benteng yang mengingatkan
> saya pada koridor-koridor di Universitas Stanford, California, saya
> mengucapkan selamat tinggal pada Taj Mahal, sambil membawa pemahaman baru
> tentang cinta dalam hati saya.
>
> **) tulisan dikutip dari milis Jalan Sutra (jalansutra@yahoogroups.com)*
>
> ***) Harnaz adalah nama alias dari Harry Nazarudin, seorang traveler.
> E-mail: harry_nazarudin@... (harry_nazarudin et yahoo dot com).*
>
>
> --
> "NO WAY BACK!"
> Nursalam AR
> Translator - Writer
> 0813-10040723
> 021-92727391
> Facebook: www.facebook.com/nursalam.ar
> Blog: www.pengejarmakna.blogdetik.com
>

4.

Kesepian

Posted by: "deesiey" deesiey@gmail.com   deesiey

Wed Feb 10, 2010 2:58 pm (PST)



Being unwanted, unloved, uncared for, forgotten by everybody, I think that
is a much greater hunger, a much greater poverty than the person who has
nothing to eat.

Even the rich are hungry for love, for being cared for, for being wanted,
for having someone to call their own.

Loneliness and the feeling of being unwanted is the most terrible poverty.

Loneliness is the most terrible poverty.
by Mother Teresa

Kesepian.
Bayangkan, dan lihatlah dari sekitarmu. Cobalah tanyakan kepada mereka.
Pernahkah mereka merasakannya? Pernahkah kau merasakannya?
Bagaimana rasanya?

Apakah rasanya seperti hati tertusuk pisau dan merobeknya perlahan? Apakah
rasanya begitu sepi? Apakah seakan kau berdiri di tengah kekelaman? Apakah
rasanya seperti kau tak bergerak? Seperti apakah rasanya?

Coba bayangkan!

Nyalakanlah televisi, carilah di sana. Mau itu siaran berita, acara
talkshow, ataupun reality show.
Berapa banyak kasus/kisah tentang kegilaan kegilaan yang disebabkan oleh
kesepian?
Ayah dengan anak, ibu dengan anak, adik dengan kakak, kakek dengan cucu,
mertua dengan menantu bercinta.
Aku bukannya tidak tahu. Aku hanya tidak pernah habis pikir. BAGAIMANA
MUNGKIN?
TIDAK! Aku tidak ingin membicarakannya dari sisi agama. Sudah pasti tidak
akan dilegalkan oleh agama manapun.
Aku hanya ingin tahu apa yang bisa membuat mereka melakukan itu semua?

Jika kesepian dikatakan adalah kemiskinan yang paling buruk, apakah
orang-orang yang merasakan kesepian juga bisa melakukan hal-hal yang tidak
semestinya dilakukan? Sama seperti yang dilakukan oleh pencuri, pembunuh,
atau perampok?
Seburuk itukah? Sejauh itukah?
Demi mengisi rasa sepi itu dengan sebuah rasa diinginkan, dibutuhkan, dan
cinta, mereka bersedia melakukan apapun juga? Bahkan termasuk hal-hal yang
sudah jauh dari jalur hati nurani?
Seburuk itukah?

Kesepian memang tak akan terelakkan. Ia akan terus beredar mencari
mangsanya.
Yang bisa dilakukan? Belajarlah bersyukur. Belajarlah berterima kasih atas
segala yang telah kau miliki. Janganlah mencari jawabannya pada dunia,
semuanya akan sirna dengan sia-sia. Belajarlah untuk mencarinya pada Yang
Kuasa.

Dan mulailah mengajarkannya kepada sahabatmu, temanmu, kekasihmu, suamimu,
istrimu, orang tuamu, dan anakmu.
Belajarlah mengasihi mereka bukan dengan uang, barang, ataupun kedudukan.
Belajarlah mengasihi mereka dengan kehadiranmu, waktu-waktu berhargamu,
pelukanmu, kata-kata dukunganmu, dan dengan hidupmu.

Ingatlah bahwa uang, barang, ataupun kedudukan tak mampu memberi kebahagian
seasli, sesejati kasih itu sendiri.
Ingatlah…waktu waktu itu berharga. Tak akan bisa diputar kembali. Apa yang
telah terjadi, tak akan bisa terhapus begitu saja.
Luka, air mata, kepedihan, kesepian, tak semudah itu terobati.
Ia menetap, dan perlahan merusak jiwamu.
Hanyalah kasih yang bisa mengobati semuanya. Kasih yang tulus, kasih yang
sejati, kasih sesungguhnya.

Orang tua, janganlah terlalu sering meninggalkan anakmu di tangan orang
lain. Tugas kalian mungkin masih bisa tergantikan, tapi kasih kalian akan
selalu diinginkan mereka. Jagalah mereka dengan hidupmu, karena bagi mereka,
kalian adalah pahlawan sejati.

Kekasih, sempatkanlah mengucapkan kepedulianmu terhadap yang kau kasihi
walau sesibuk apapun kalian. Yang kau kasihi adalah mereka yang senantiasa
menantimu.

Suami, ajaklah istri kalian kencan sesekali. Sempatkanlah! Setelah sekian
jam menunggumu, membersihkan rumah, merawat anak-anak, satu satunya yang ia
ingin lihat adalah kehadiranmu.

Istri, sayangilah suamimu sama seperti kau mengasihi anak-anakmu, dan
melebihi kau mencintai arisan-arisanmu. Layanilah dia dengan senyuman,
peluklah ia dengan cintamu. Ia adalah tulang punggungmu, yang kan selalu
menopangmu bahkan di saat ia tak mampu.

Anak, jagalah orang tua kalian. Sayangi mereka walau kau sudah terlalu tua
untuk memeluk mereka. Temanilah mereka berbincang walau kau tahu mereka tak
bisa mendengarmu. Sekian tahun mereka merawatmu, menjagamu, setidaknya
cintailah mereka di hari-hari kehidupanmu.

Sahabat, ajaklah sahabatmu tertawa. Katakanlah kalimat kalimat pendukung
untuk jiwanya. Mereka adalah yang akan kau butuhkan saat tak ada siapapun di
sisimu.

Kesepian bisa begitu menyakitkan hingga membuatmu mampu menghancurkan hidup,
tapi ia akan sembuh di saat cahaya kasih menyinarinya.

Rasa ingin diinginkan, rasa ingin dicintai, rasa ingin dibutuhkan adalah
rasa yang bahkan diinginkan oleh mereka yang berkelimpahan harta.
Begitu luar biasa ia bekerja…dan merusak.

4 Februari 2010

Oleh deesiey
<http://sampiran.blogspot.com/>--
http://sampiran.blogspot.com/
5a.

Potret Sang Ayah

Posted by: "deesiey" deesiey@gmail.com   deesiey

Wed Feb 10, 2010 3:01 pm (PST)



Terdorong oleh rasa lapar dan kebosanan menunggu, aku pun melangkah memasuki
McDonald.
Bertahun-tahun aku tinggal di Bintaro, baru kali ini aku memasuki McDonald
Sektor 9 ini.
Suasananya sedikit berantakan oleh perbaikan disana sini, tapi itu tidak
mencegah pengunjung terus berdatangan.
Itu sekitar pukul 10.30 pagi. Tapi sudah ramai oleh anak-anak.

Setelah aku memesan makanan, aku pun sengaja mengambil tempat duduk yang
menghadap pintu keluar.
Aku pun sibuk menikmati makananku sambil sesekali sms temanku.
Menunggu itu memang tidak mengenakkan yah? :D

Lalu, datanglah seorang ayah muda. Kira-kira sekitar 30-an mungkin yah.
Diikuti dengan 3 orang anaknya. 2 anak perempuan, dan 1 anak laki-laki.
Yang menarik hatiku adalah 2 anak perempuannya itu kembar. Dan ketiga anak
itu memakai baju yang warnanya sama. KUNING.
Ada 1 anak perempuan yang sesekali memandangku, dan ingin sedikit tersenyum.
Tidak lama kemudian, makanan mereka pun tiba. 3 ekor ayam goreng, 1 kentang
goreng, 1 porsi nasi, dan 2 gelas minuman.
Dengan sabar, sang ayah pun mulai membagi-bagikan makanan tersebut. Tapi
ups! Lupa sedotannya.
Ayahnya pergi untuk mencuci tangan sembari mengambil sedotan.
Sebenarnya sang ayah tidak pergi lama, tapi tiga anak itu mulai
memanggil-manggil.
Ayahh..ayah...ayah...panggil mereka.
Dan saat sang ayah muncul, mereka tersenyum dengan sangat lebar. Aku bisa
melihat kegirangan di mata mereka.
Kali ini giliran sang anak laki-laki yang bertugas membagi sedotan.
(Sepertinya seorang kakak)
Ia meletakkan 1 sedotan di gelas minumannya, dan 2 sedotan di gelas minuman
yang lebih besar untuk kedua adik kembarnya.
"Ini dua untuk adik yaa. Masing-masing 1 sedotan," katanya ringan.

<http://3.bp.blogspot.com/_smlbQaCDC7I/S2_3Fvav3gI/AAAAAAAAAJc/65NfRaxkEWE/s1600-h/17134_294592863603_713883603_3308142_343355_n.jpg>Mereka
berempat duduk di 1 baris kursi panjang, namun tak lama kemudian, ayahnya
pindah ke seberang mereka. Mungkin biar gampang membantu mereka makan.
Ehh, satu anak perempuannya merajuk. Minta dia duduk di sampingnya.
Ayahnya pun menurutinya. Ia duduk di sampingnya dan mulai membantu mereka
makan.

Walau di dalam McD itu ramai dengan anak-anak lainnya, tapi potret keluarga
itu menarik hatiku.
Kelucuan mereka, tawa mereka, senyuman mereka, dan kesabaran sang ayah
memikat hatiku.
Potret mereka tertanam begitu jelas dalam ingatanku.

Dan pikiranku mulai melanglang buana. Aku teringat dengan ayah-ayah lainnya.

Betapa besar dedikasi mereka untuk keluarganya.
Dari pagi sampai sore, kadang harus sampai tengah malam, mereka bekerja
mencari nafkah demi keluarganya.
Walau letih, saat sang anak ingin ditemani bermain, mereka pun menemani
mereka.
Walau malas, jika sang anak ingin jalan-jalan, pasti akan ditemani
jalan-jalan.
Dan semua itu dilakukannya dalam cintanya.

Ayah, ia adalah yang sering kali terabaikan.
Tak ada hari ayah.
Tak ada lagu untuk ayah.
Ia sering kali terlupakan.

Ayah, ia adalah yang sering terjauhi.
Sosoknya yang keras.
Sosoknya yang menakutkan.
Hingga terlupakan bahwa ia juga mempunyai hati.

Ayah, ia memang tak melahirkanku.
Ia memang bukan yang menemaniku setiap saat di rumah.
Ia juga tidak pernah manis seperti ibu.
Membuatku lupa bahwa kasihnya juga sehebat ibu.

Ia sering nampak begitu asing di mataku.
Tapi aku tak pernah menjadi asing di hidupnya.

Ia mencintaiku juga.
Dalam permainan catur bersama.
Ia menyayangiku juga.
Dalam perjalanan ke sekolah bersama.

Ia kan selalu mencintaiku.
Dan menangisi saat melepaskanku di pelaminan.
Ia adalah yang selalu ingat makanan kesukaanku.
Bahkan di hari-hari tuanya.

Ia adalah ayah.
Yang sering terlupakan olehku.
Tapi tak pernah sedikitpun melupakanku.
Ialah juga yang mencintaiku...sebesar ibu mencintaiku

Bintaro, 08 Februari 2010
Dedikasi untuk semua ayah di dunia
(Daesy Christina)

--
http://sampiran.blogspot.com/
5b.

Re: Potret Sang Ayah

Posted by: "Bang Aswi" bangaswi@yahoo.com   bangaswi

Wed Feb 10, 2010 8:21 pm (PST)



So sweeeeeeeeet ....
Pagi ini, si bungsu (3th) sudah mencium tangan saya (begitu pula dengan si sulung). Saat saya sudah bersepeda dan hendak meluncur, si bungsu memanggil-manggil sambil berteriak, "Sun-sun...." Saya pun berhenti pas di luar pagar, lalu mengangsurkan pipi kanan yang langsung di-sun-nya, dia pun meminta pipi kiri dan langsung di-sun-nya, dan terakhir dia juga meminta bibir dan langsung di-sun-nya. Ah, senangnya hati ini di pagi hari yang cerah. Saya pun berangkat bersepeda ke kantor dengan semangat yang berlipat.

Bang Aswi - Pekerja Buku
Blog: http://bangaswi.com
YM: bangaswi
Hotline: 08139472539

--- On Wed, 2/10/10, deesiey <deesiey@gmail.com> wrote:

From: deesiey <deesiey@gmail.com>
Subject: [sekolah-kehidupan] Potret Sang Ayah
To: "deesiey" <deesiey@gmail.com>
Date: Wednesday, February 10, 2010, 6:36 AM

 

Terdorong oleh rasa lapar dan kebosanan menunggu, aku pun melangkah memasuki McDonald.
Bertahun-tahun aku tinggal di Bintaro, baru kali ini aku memasuki McDonald Sektor 9 ini.
Suasananya sedikit berantakan oleh perbaikan disana sini, tapi itu tidak mencegah pengunjung terus berdatangan.

Itu sekitar pukul 10.30 pagi. Tapi sudah ramai oleh anak-anak.

Setelah aku memesan makanan, aku pun sengaja mengambil tempat duduk yang menghadap pintu keluar.
Aku pun sibuk menikmati makananku sambil sesekali sms temanku.

Menunggu itu memang tidak mengenakkan yah? :D

Lalu,
datanglah seorang ayah muda. Kira-kira sekitar 30-an mungkin yah.
Diikuti dengan 3 orang anaknya. 2 anak perempuan, dan 1 anak laki-laki.
Yang menarik hatiku adalah 2 anak perempuannya itu kembar. Dan ketiga anak itu memakai baju yang warnanya sama. KUNING.
Ada 1 anak perempuan yang sesekali memandangku, dan ingin sedikit tersenyum.

Tidak lama kemudian, makanan mereka pun tiba. 3 ekor ayam goreng, 1 kentang goreng, 1 porsi nasi, dan 2 gelas minuman.
Dengan sabar, sang ayah pun mulai membagi-bagikan makanan tersebut. Tapi ups! Lupa sedotannya.
Ayahnya pergi untuk mencuci tangan sembari mengambil sedotan.

Sebenarnya sang ayah tidak pergi lama, tapi tiga anak itu mulai memanggil-manggil.
Ayahh..ayah. ..ayah...panggil mereka.
Dan saat sang ayah muncul, mereka tersenyum dengan sangat lebar. Aku bisa melihat kegirangan di mata mereka.

Kali ini giliran sang anak laki-laki yang bertugas membagi sedotan. (Sepertinya seorang kakak)
Ia meletakkan 1 sedotan di gelas minumannya, dan 2 sedotan di gelas minuman yang lebih besar untuk kedua adik kembarnya.

"Ini dua untuk adik yaa. Masing-masing 1 sedotan," katanya ringan.

Mereka
berempat duduk di 1 baris kursi panjang, namun tak lama kemudian,
ayahnya pindah ke seberang mereka. Mungkin biar gampang membantu mereka
makan.
Ehh, satu anak perempuannya merajuk. Minta dia duduk di sampingnya.
Ayahnya pun menurutinya. Ia duduk di sampingnya dan mulai membantu mereka makan.

Walau di dalam McD itu ramai dengan anak-anak lainnya, tapi potret keluarga itu menarik hatiku.

Kelucuan mereka, tawa mereka, senyuman mereka, dan kesabaran sang ayah memikat hatiku.
Potret mereka tertanam begitu jelas dalam ingatanku.

Dan pikiranku mulai melanglang buana. Aku teringat dengan ayah-ayah lainnya.

Betapa besar dedikasi mereka untuk keluarganya.
Dari pagi sampai sore, kadang harus sampai tengah malam, mereka bekerja mencari nafkah demi keluarganya.
Walau letih, saat sang anak ingin ditemani bermain, mereka pun menemani mereka.

Walau malas, jika sang anak ingin jalan-jalan, pasti akan ditemani jalan-jalan.
Dan semua itu dilakukannya dalam cintanya.

Ayah, ia adalah yang sering kali terabaikan.

Tak ada hari ayah.
Tak ada lagu untuk ayah.
Ia sering kali terlupakan.

Ayah, ia adalah yang sering terjauhi.

Sosoknya yang keras.
Sosoknya yang menakutkan.
Hingga terlupakan bahwa ia juga mempunyai hati.

Ayah, ia memang tak melahirkanku.
Ia memang bukan yang menemaniku setiap saat di rumah.
Ia juga tidak pernah manis seperti ibu.

Membuatku lupa bahwa kasihnya juga sehebat ibu.

Ia sering nampak begitu asing di mataku.
Tapi aku tak pernah menjadi asing di hidupnya.

Ia mencintaiku juga.
Dalam permainan catur bersama.
Ia menyayangiku juga.
Dalam perjalanan ke sekolah bersama.

Ia kan selalu mencintaiku.
Dan menangisi saat melepaskanku di pelaminan.
Ia adalah yang selalu ingat makanan kesukaanku.
Bahkan di hari-hari tuanya.

Ia adalah ayah.
Yang sering terlupakan olehku.

Tapi tak pernah sedikitpun melupakanku.
Ialah juga yang mencintaiku. ..sebesar ibu mencintaiku

Bintaro, 08 Februari 2010
Dedikasi untuk semua ayah di dunia
(Daesy Christina)

--

http://sampiran. blogspot. com/

5c.

Re: Potret Sang Ayah

Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com   siuhik

Wed Feb 10, 2010 10:01 pm (PST)



itulah indahnya kehidupan Mbak Desi, asyik sekali bila bisa mengambil mutiara dimanapun, bahan mentah mutiara itu dimana saja, kapan saja, apa saja, asalkan hati mampu menangkapnya akan berbuah menjadi pelajaran manis....

TFS, dan salam kenal ya...
Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

________________________________
From: deesiey <deesiey@gmail.com>
To: deesiey <deesiey@gmail.com>
Sent: Wed, February 10, 2010 9:36:11 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] Potret Sang Ayah

5d.

Re: Potret Sang Ayah

Posted by: "deesiey" deesiey@gmail.com   deesiey

Wed Feb 10, 2010 10:20 pm (PST)



Hehehe lucunya..
Itulah bahagianya punya bidadari dan pendekar cilik di rumah. Mereka bagai
matahari yang senantiasa mencerahkan hati. :)

2010/2/11 Bang Aswi <bangaswi@yahoo.com>

>
>
> So sweeeeeeeeet ....
> Pagi ini, si bungsu (3th) sudah mencium tangan saya (begitu pula dengan si
> sulung). Saat saya sudah bersepeda dan hendak meluncur, si bungsu
> memanggil-manggil sambil berteriak, "Sun-sun...." Saya pun berhenti pas di
> luar pagar, lalu mengangsurkan pipi kanan yang langsung di-sun-nya, dia pun
> meminta pipi kiri dan langsung di-sun-nya, dan terakhir dia juga meminta
> bibir dan langsung di-sun-nya. Ah, senangnya hati ini di pagi hari yang
> cerah. Saya pun berangkat bersepeda ke kantor dengan semangat yang berlipat.
>
> Bang Aswi - Pekerja Buku
> Blog: http://bangaswi.com
> YM: bangaswi
> Hotline: 08139472539
>
>
> --- On *Wed, 2/10/10, deesiey <deesiey@gmail.com>* wrote:
>
>
> From: deesiey <deesiey@gmail.com>
> Subject: [sekolah-kehidupan] Potret Sang Ayah
> To: "deesiey" <deesiey@gmail.com>
> Date: Wednesday, February 10, 2010, 6:36 AM
>
>
>
>
> Terdorong oleh rasa lapar dan kebosanan menunggu, aku pun melangkah
> memasuki McDonald.
> Bertahun-tahun aku tinggal di Bintaro, baru kali ini aku memasuki McDonald
> Sektor 9 ini.
> Suasananya sedikit berantakan oleh perbaikan disana sini, tapi itu tidak
> mencegah pengunjung terus berdatangan.
> Itu sekitar pukul 10.30 pagi. Tapi sudah ramai oleh anak-anak.
>
> Setelah aku memesan makanan, aku pun sengaja mengambil tempat duduk yang
> menghadap pintu keluar.
> Aku pun sibuk menikmati makananku sambil sesekali sms temanku.
> Menunggu itu memang tidak mengenakkan yah? :D
>
> Lalu, datanglah seorang ayah muda. Kira-kira sekitar 30-an mungkin yah.
> Diikuti dengan 3 orang anaknya. 2 anak perempuan, dan 1 anak laki-laki.
> Yang menarik hatiku adalah 2 anak perempuannya itu kembar. Dan ketiga anak
> itu memakai baju yang warnanya sama. KUNING.
> Ada 1 anak perempuan yang sesekali memandangku, dan ingin sedikit
> tersenyum.
> Tidak lama kemudian, makanan mereka pun tiba. 3 ekor ayam goreng, 1 kentang
> goreng, 1 porsi nasi, dan 2 gelas minuman.
> Dengan sabar, sang ayah pun mulai membagi-bagikan makanan tersebut. Tapi
> ups! Lupa sedotannya.
> Ayahnya pergi untuk mencuci tangan sembari mengambil sedotan.
> Sebenarnya sang ayah tidak pergi lama, tapi tiga anak itu mulai
> memanggil-manggil.
> Ayahh..ayah. ..ayah...panggil mereka.
> Dan saat sang ayah muncul, mereka tersenyum dengan sangat lebar. Aku bisa
> melihat kegirangan di mata mereka.
> Kali ini giliran sang anak laki-laki yang bertugas membagi sedotan.
> (Sepertinya seorang kakak)
> Ia meletakkan 1 sedotan di gelas minumannya, dan 2 sedotan di gelas minuman
> yang lebih besar untuk kedua adik kembarnya.
> "Ini dua untuk adik yaa. Masing-masing 1 sedotan," katanya ringan.
>
>
> <http://3.bp.blogspot.com/_smlbQaCDC7I/S2_3Fvav3gI/AAAAAAAAAJc/65NfRaxkEWE/s1600-h/17134_294592863603_713883603_3308142_343355_n.jpg>Mereka
> berempat duduk di 1 baris kursi panjang, namun tak lama kemudian, ayahnya
> pindah ke seberang mereka. Mungkin biar gampang membantu mereka makan.
> Ehh, satu anak perempuannya merajuk. Minta dia duduk di sampingnya.
> Ayahnya pun menurutinya. Ia duduk di sampingnya dan mulai membantu mereka
> makan.
>
> Walau di dalam McD itu ramai dengan anak-anak lainnya, tapi potret keluarga
> itu menarik hatiku.
> Kelucuan mereka, tawa mereka, senyuman mereka, dan kesabaran sang ayah
> memikat hatiku.
> Potret mereka tertanam begitu jelas dalam ingatanku.
>
> Dan pikiranku mulai melanglang buana. Aku teringat dengan ayah-ayah
> lainnya.
>
>
>
> Betapa besar dedikasi mereka untuk keluarganya.
> Dari pagi sampai sore, kadang harus sampai tengah malam, mereka bekerja
> mencari nafkah demi keluarganya.
> Walau letih, saat sang anak ingin ditemani bermain, mereka pun menemani
> mereka.
> Walau malas, jika sang anak ingin jalan-jalan, pasti akan ditemani
> jalan-jalan.
> Dan semua itu dilakukannya dalam cintanya.
>
> Ayah, ia adalah yang sering kali terabaikan.
> Tak ada hari ayah.
> Tak ada lagu untuk ayah.
> Ia sering kali terlupakan.
>
> Ayah, ia adalah yang sering terjauhi.
> Sosoknya yang keras.
> Sosoknya yang menakutkan.
> Hingga terlupakan bahwa ia juga mempunyai hati.
>
> Ayah, ia memang tak melahirkanku.
> Ia memang bukan yang menemaniku setiap saat di rumah.
> Ia juga tidak pernah manis seperti ibu.
> Membuatku lupa bahwa kasihnya juga sehebat ibu.
>
> Ia sering nampak begitu asing di mataku.
> Tapi aku tak pernah menjadi asing di hidupnya.
>
> Ia mencintaiku juga.
> Dalam permainan catur bersama.
> Ia menyayangiku juga.
> Dalam perjalanan ke sekolah bersama.
>
> Ia kan selalu mencintaiku.
> Dan menangisi saat melepaskanku di pelaminan.
> Ia adalah yang selalu ingat makanan kesukaanku.
> Bahkan di hari-hari tuanya.
>
> Ia adalah ayah.
> Yang sering terlupakan olehku.
> Tapi tak pernah sedikitpun melupakanku.
> Ialah juga yang mencintaiku. ..sebesar ibu mencintaiku
>
> Bintaro, 08 Februari 2010
> Dedikasi untuk semua ayah di dunia
> (Daesy Christina)
>
> --
> http://sampiran. blogspot. com/ <http://sampiran.blogspot.com/>
>
>
>
>

--
http://sampiran.blogspot.com/
5e.

Re: Potret Sang Ayah

Posted by: "febty f" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Thu Feb 11, 2010 1:55 am (PST)



mbak desi, digambar itu adalah ayah yang dimaksud dlm cerita mbak desi :)

salam,
febty

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, deesiey <deesiey@...> wrote:
>
> Terdorong oleh rasa lapar dan kebosanan menunggu, aku pun melangkah memasuki
> McDonald.
> Bertahun-tahun aku tinggal di Bintaro, baru kali ini aku memasuki McDonald
> Sektor 9 ini.
> Suasananya sedikit berantakan oleh perbaikan disana sini, tapi itu tidak
> mencegah pengunjung terus berdatangan.
> Itu sekitar pukul 10.30 pagi. Tapi sudah ramai oleh anak-anak.
>
> Setelah aku memesan makanan, aku pun sengaja mengambil tempat duduk yang
> menghadap pintu keluar.
> Aku pun sibuk menikmati makananku sambil sesekali sms temanku.
> Menunggu itu memang tidak mengenakkan yah? :D
>
> Lalu, datanglah seorang ayah muda. Kira-kira sekitar 30-an mungkin yah.
> Diikuti dengan 3 orang anaknya. 2 anak perempuan, dan 1 anak laki-laki.
> Yang menarik hatiku adalah 2 anak perempuannya itu kembar. Dan ketiga anak
> itu memakai baju yang warnanya sama. KUNING.
> Ada 1 anak perempuan yang sesekali memandangku, dan ingin sedikit tersenyum.
> Tidak lama kemudian, makanan mereka pun tiba. 3 ekor ayam goreng, 1 kentang
> goreng, 1 porsi nasi, dan 2 gelas minuman.
> Dengan sabar, sang ayah pun mulai membagi-bagikan makanan tersebut. Tapi
> ups! Lupa sedotannya.
> Ayahnya pergi untuk mencuci tangan sembari mengambil sedotan.
> Sebenarnya sang ayah tidak pergi lama, tapi tiga anak itu mulai
> memanggil-manggil.
> Ayahh..ayah...ayah...panggil mereka.
> Dan saat sang ayah muncul, mereka tersenyum dengan sangat lebar. Aku bisa
> melihat kegirangan di mata mereka.
> Kali ini giliran sang anak laki-laki yang bertugas membagi sedotan.
> (Sepertinya seorang kakak)
> Ia meletakkan 1 sedotan di gelas minumannya, dan 2 sedotan di gelas minuman
> yang lebih besar untuk kedua adik kembarnya.
> "Ini dua untuk adik yaa. Masing-masing 1 sedotan," katanya ringan.
>
> <http://3.bp.blogspot.com/_smlbQaCDC7I/S2_3Fvav3gI/AAAAAAAAAJc/65NfRaxkEWE/s1600-h/17134_294592863603_713883603_3308142_343355_n.jpg>Mereka
> berempat duduk di 1 baris kursi panjang, namun tak lama kemudian, ayahnya
> pindah ke seberang mereka. Mungkin biar gampang membantu mereka makan.
> Ehh, satu anak perempuannya merajuk. Minta dia duduk di sampingnya.
> Ayahnya pun menurutinya. Ia duduk di sampingnya dan mulai membantu mereka
> makan.
>
> Walau di dalam McD itu ramai dengan anak-anak lainnya, tapi potret keluarga
> itu menarik hatiku.
> Kelucuan mereka, tawa mereka, senyuman mereka, dan kesabaran sang ayah
> memikat hatiku.
> Potret mereka tertanam begitu jelas dalam ingatanku.
>
> Dan pikiranku mulai melanglang buana. Aku teringat dengan ayah-ayah lainnya.
>
>
>
> Betapa besar dedikasi mereka untuk keluarganya.
> Dari pagi sampai sore, kadang harus sampai tengah malam, mereka bekerja
> mencari nafkah demi keluarganya.
> Walau letih, saat sang anak ingin ditemani bermain, mereka pun menemani
> mereka.
> Walau malas, jika sang anak ingin jalan-jalan, pasti akan ditemani
> jalan-jalan.
> Dan semua itu dilakukannya dalam cintanya.
>
> Ayah, ia adalah yang sering kali terabaikan.
> Tak ada hari ayah.
> Tak ada lagu untuk ayah.
> Ia sering kali terlupakan.
>
> Ayah, ia adalah yang sering terjauhi.
> Sosoknya yang keras.
> Sosoknya yang menakutkan.
> Hingga terlupakan bahwa ia juga mempunyai hati.
>
> Ayah, ia memang tak melahirkanku.
> Ia memang bukan yang menemaniku setiap saat di rumah.
> Ia juga tidak pernah manis seperti ibu.
> Membuatku lupa bahwa kasihnya juga sehebat ibu.
>
> Ia sering nampak begitu asing di mataku.
> Tapi aku tak pernah menjadi asing di hidupnya.
>
> Ia mencintaiku juga.
> Dalam permainan catur bersama.
> Ia menyayangiku juga.
> Dalam perjalanan ke sekolah bersama.
>
> Ia kan selalu mencintaiku.
> Dan menangisi saat melepaskanku di pelaminan.
> Ia adalah yang selalu ingat makanan kesukaanku.
> Bahkan di hari-hari tuanya.
>
> Ia adalah ayah.
> Yang sering terlupakan olehku.
> Tapi tak pernah sedikitpun melupakanku.
> Ialah juga yang mencintaiku...sebesar ibu mencintaiku
>
> Bintaro, 08 Februari 2010
> Dedikasi untuk semua ayah di dunia
> (Daesy Christina)
>
> --
> http://sampiran.blogspot.com/
>

6a.

Bandung? Re: [sekolah-kehidupan] [Woro-woro] DIBUKA PENDAFTARAN PESE

Posted by: "APRILLIA" april_reto@yahoo.com   april_reto

Wed Feb 10, 2010 5:58 pm (PST)



Hallo-hallo Bandung, ada yang nanya neh...
Mungkin pak hadian or pak Teha bisa jawab ^_^V

Rp. 350.000,- per peserta pak...

salam,
April

_____

List peserta yang sudah mendaftar:

Peserta yang sudah mendaftar per-11 Februari 2010:
1. Dani Ardyansah
2. Suhadi dan keluarga
3. Novi "Khansa"
4. Lia Octavia
5. Siwi dan keluarga
6. Ugik
7. Ario dan istri
8. Candra
9. Rahma Lee
10. Airin
11. Lilik
12. Dayat
13. Sinta
14. April
15. Nia Robie
16. Teha Sugiyo
17. Fauzi
18. Agung
19. Wiwik Hafidzoh
20. Budi Utomo
21. Sisca Lahur
22. Hadian
23....

Silahkan kalau mau mendaftar, mumpung masih dibuka... :)

7.

Berlatihlah!

Posted by: "deesiey" deesiey@gmail.com   deesiey

Wed Feb 10, 2010 8:26 pm (PST)



Mata, kacamata terbaik untuk memandang semuanya.
Telinga, receiver terbaik untuk menerima semuanya.
Hati dan jiwa, filter terbaik untuk merasakan semuanya.

Melatih mata, melatih telinga.
Melatih hati, melatih jiwa.
Dan berikanlah yang terbaik dari seutuhnya kamu lewat sebuah uluran tangan.

Apapun yang kau kenakan bisa lapuk.
Apapun yang kau injak bisa hilang.
Apapun yang kau genggam bisa tersapu habis.
Tapi apapun yang kau berikan untuk orang lain mampu bertahan.

Berlatihlah, dan temukanlah senyuman mereka!

Bintaro, 7 Februari 2010

--
http://sampiran.blogspot.com/
8.

Teman.. ada info menarik nech...

Posted by: "paramitha.wulandari" paramitha.wulandari@yahoo.com   paramitha.wulandari

Thu Feb 11, 2010 2:01 am (PST)



Teman-teman ada contest nech.. lumayan hadiahnya.. siapa tau menang...
kalau sudah kirim videonya kirim linknya ke milis ini ya,
nanti dibantuin vote dech... biar jd favorit
tapi kalau menang jangan lupa bagi - bagi hadiahnya ya...
heee ngarepp

bisa tambahkan pesan-pesan moril kok...
caiyooo
----------------------------------------------------------

From: alina [mailto:alina.radiasari@yahoo.com]
Sent: Tuesday, January 05, 2010 4:04 PM
Subject: Video Contest Nu Green Tea 2010 - Rebutin Total Hadiah Puluhan Juta

Hallo Nu Addict,

Setelah melihat kreatif dan antusiasnya para peserta video contest tahun lalu, Nu Green Tea Ngadain Video Contest lagi lho…
Buat yang punya alat perekam apapun termasuk di HP, daripada ngerekam yang engga-engga mendingan ikutan video contest Nu Green Tea kan…

Rekam aksi kamu atau Team kamu Bersama Nu Green Tea Dengan kamera Apapun dan dapatkan Hadiahnya.
Total Hadiahnya Puluhan Juta Rupiah.

Tahun Ini ada Kategori baru lho… "The Best Amateur", jadi jangan takut ga kebagian hadiah ya…
Tema Kali ini " Bersihkan Dirimu " durasi max 1 menit.

Hadiah:

Juara 1 : 10 juta
Juara 2 : 7,5 juta
Juara 3 : 5 Juta
Juara Fav : 2,5 juta
The best Animation : 2 juta
The best Amateur vIDEO : 2 jUTA
tHE bEST MASSIVE vIDEO : 2 JUTA

ini Link syarat Dan Ketentuan Contestnya http://www.nahninu.com/Website/VideoSyarat.aspx
Kirim video kamu ke situs nahninu[dot]com
Ayo Berkreasi sekreatif mungkin ya...

Recent Activity
Visit Your Group
Share Photos

Put your favorite

photos and

more online.

Y! Messenger

PC-to-PC calls

Call your friends

worldwide - free!

Y! Groups blog

the best source

for the latest

scoop on Groups.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: