sumber:
http://www.hidayatu
Bayi-bayi Tak Berbentuk Pasca Hujan Bom di Fallujah
Thursday, 11 February 2010 02:15
Cover Story
Akibat invasi Amerika Serikat ke Iraq, banyak bayi lahir cacat. PBB tak mau tahu
Hidayatullah.
tergolek di tempat tidurnya. Hanya sesekali saja tangan dan jemarinya
bergerak, meraba-raba. Setelah itu, tinggal nafasnya yang naik turun.
Keadaan
menyedihkan itu sudah lama ia alami. Sejak Fatimah hadir di dunia,
beberapa kelainan fisik sudah ia derita. Di samping buta, anak balita
ini terlahir dengan dua kepala. Sebab itu, terlihat kepala gadis ini
lebih besar daripada badannya.
Pada satu malam, seperti
biasanya, sang ibu membaringkan Fatimah di tempat tidurnya. Pada pukul
11 malam, tiba-tiba dia terjaga dan melihat putrinya kesulitan
bernafas. Meskipun tidak menghendaki, dalam hatinya dia berpikir bahwa
sepertinya buah hatinya tak akan lama hidup.
Si ibu yang bernama
Sukhriya ini berusaha sekuat tenaga memberikan pertolongan. Sedangkan
suaminya, Ahmad, memahami apa yang sedang terjadi. Ia pegang tangan
putrinya itu, ia merasakan bahwa tangan mungil itu sudah dingin. "Ia
sudah pergi," ucapnya lirih, dikutip dari Sky News September 2009 lalu.
Yang dialami Laila Umar Wasim tidak kalah menyedihkan. Sebagaimana dilansir oleh Islam Online,
ibu berumur 36 tahun itu telah kehilangan dua bayinya. Bayi pertamanya
tanpa kaki dan langsung meninggal, sedangkan bayi keduanya dijemput
maut Februari 2009 lalu, disebabkan syaraf tulang belakangnya terbuka
dan kepalanya terlalu besar.
Yang dialami Laila, juga menimpa
Haifa Syukur. Wanita yang juga tinggal di Fallujah ini telah kehilangan
dua bayinya. Keduanya mengalami kerusakan otak sejak lahir. Wanita ini
harus menanggung biaya pengobatan sendirian, karena suaminya ditangkap
pasukan Amerika sejak November 2004. IPS melansir kisah Haifa ini
pertengahan Desember 2009.
Masih
di Fallujah, di sini pula lahir Tiba Aftan, seorang gadis dengan
benjolan besar di atas matanya. Daging itu terus tumbuh dan menutupi
mata kirinya, seiring dengan bertambahnya usia. Walau dengan biaya
mahal, orang tuanya membawanya ke Yordan untuk berobat. Dan memang
kondisi gadis itu lebih baik, pasca operasi di Yordan. Hanya saja,
Tiba masih membutuhkan beberapa operasi lanjutan dan untuk itu
memerlukan biaya besar.
Sukhriya, Laila, dan Haifa hanyalah tiga
dari sekian ratus ibu Fallujah yang telah kehilangan buah hati mereka.
Sedangkan Fatimah dan Tiba Aftan hanyalah dua dari ratusan anak-anak
Fallujah yang mengalami kelainan fisik. Di antara mereka ada yang wafat
dalam keadaan lahir prematur, ada pula yang bertahan beberapa hari
setelah dilahirkan walau akhirnya meninggal, serta ada pula yang tetap
hidup sekalipun tubuh cacat.
Di rumah sakit Fallujah, kasus
bayi yang meninggal pada usia tujuh hari pertama mencapai 24 persen,
dari 170 kasus kelahiran. Pada jumlah kasus yang sama, yang meninggal
dalam keadaan cacat mencapai 75 persen. Peningkatan tidak hanya terjadi
pada kasus kematian bayi, tetapi terjadi pula pada kasus kelahiran
prematur.
Jumlah itu sangat berbeda jauh pada Agustus 2002, enam
bulan sebelum invasi Amerika terhadap Iraq. Dari 530 kelahiran yang
ditangani, jumlah kematian dalam tujuh hari pertama kelahiran hanyalah
enam kasus, dengan satu kelahiran cacat.
Kalau di belahan dunia
lain para ibu yang baru saja melakukan persalinan biasanya bertanya
kepada dokternya, "Bayi saya laki-laki atau perempuan?" Maka di
Fallujah para ibu bertanya, "Bayi saya cacat atau tidak?"
Hal
itulah yang menyebabkan para wanita di Fallujah takut hamil, karena
mereka khawatir jika kelak melahirkan bayinya cacat. Itu sebagaimana
terbukti pada kelahiran akhir-akhir ini. Banyak bayi lahir tanpa
kepala, berkepala dua, hanya memiliki satu mata tepat di tengah kening,
ada organ tubuh yang berada di luar badan, atau anggota badannya yang
tidak lengkap.
Menyangkal Fakta
Kecurigaan
bahwa kelahiran-kelahiran janggal tersebut disebabkan oleh penggunaan
senjata yang mengandung phospor putih dan DU, merupakan hal yang masuk
akal. Fallujah pada 2004, sejak April hingga November, digempur
habis-habisan oleh Amerika, dengan menggunakan senjata yang dikenal
mengandung DU. Saat itu, Fallujah merupakan wilayah Sunni yang amat konsisten melakukan perlawanan terhadap pendudukan Amerika.
Dr
Chris Burns-Cox, dokter di sebuah rumah sakit Inggris, pernah
menanyakan kasus-kasus "ganjil" kelahiran bayi-bayi Fallujah itu kepada
salah seorang anggota parlemen Inggris, Clare Short. Oleh Clare,
pertanyaan itu kemudian diteruskan kepada Douglas Alexander di
Kementerian Pembangunan Internasional. Pada 3 September 2009, surat itu
dibalas oleh Wakil Menteri di instansi itu, Gareth Thomas. Dia
menyangkal adanya bayi-bayi malang itu.
Jawaban Gareth Thomas
itu sangat berbeda jauh dari kesaksian seorang penggali kubur di sebuah
pemakaman di Fallujah. Penggali kubur itu mengatakan bahwa ia
menguburkan 4-5 bayi dalam sehari, kebanyakan cacat.
Respon
negatif dari Inggris mendorong beberapa aktivis HAM Iraq, seperti Dr
Nawal Majeed Al-Sammarai, dan juga Menteri Urusan Wanita Irak periode
2006-2009, bersama dengan enam orang rekannya mengirimkan sebuah surat
pada 12 Oktober 2009 yang ditujukan kepada PBB. Dalam suratnya yang
ditujukan kepada Dr Ali Abdussalam Treki, President Sesi Ke-64 Dewan
Umum PBB, mereka menggambarkan keadaan bayi-bayi Fallujah yang lahir
cacat.
Mereka meminta agar PBB mengakui bahwa kelahiran
bayi-bayi cacat di Iraq adalah sebuah fakta yang tidak bisa ditolak.
Selanjutnya mereka memohon agar PBB membentuk badan independen yang
bertugas menyelidiki kasus ini. Tidak cukup sampai di situ, mereka juga
meminta agar PBB melakukan operasi pembersihan wilayah Iraq dari
bahan-bahan berbahaya yang digunakan penjajah, seperti pospor putih dan
DU.
Permintaan itu masuk akal, sebab selama masa invasi di Iraq,
Amerika sudah menggunakan 1.200 ton lebih amunisi yang mengandung DU.
Namun, permohonan tinggallah permohonan, hingga kini belum terlihat
tindakan nyata dari PBB merespon surat para aktivis HAM Iraq di atas. [dija/tho/www.
[Non-text portions of this message have been removed]
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar