Jumat, 16 September 2011

[daarut-tauhiid] Membuktikan Diri Muslim di Hadapan Allah (oleh Ihsan Tandjung)

Membuktikan Diri Muslim di Hadapan Allah (oleh Ihsan Tandjung)

Seorang muslim perlu selalu melakukan *muhasabah* (introspeksi). Terutama ia
harus periksa adakah dirinya telah memenuhi kriteria seorang beriman sejati?
Dan untuk itu ia mesti membuktikan bahwa dirinya merupakan seorang muslim di
hadapan Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì . Bukan di hadapan manusia lainnya.
Muslim-mukmin sejati pasti mengharapkan pengakuan dari Allah ÓÈÍÇäå æ
ÊÚÇáìbukan dari sesama manusia, bahkan bukan pengakuan dari dirinya
sendiri.

Di dalam bukunya, Anshari Ismail menulis sebagai berikut:

"Yang perlu kita lakukan hanyalah membuktikan diri bahwa kita ini seorang
muslim. Muslim yang dikehendaki oleh Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì , bukan muslim
yang kita kira sendiri. Karena kita adalah hamba Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì bukan
hamba diri sendiri. Karena kita mengharap ridha Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì bukan
ridha diri sendiri. Oleh karena itu, untuk membuktikan bahwa kita seorang
muslim, maka kita harus ber-Islam dengan caranya Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì bukan
dengan cara kita sendiri. Tetapi bagaimana ber-Islam dengan cara Allah ÓÈÍÇäå
æ ÊÚÇáì ?" ("Jalan Islam-Transformasi Akidah dalam Kehidupan" – Anshari
Ismail; An-Nur Books Publishing 2008, hlm. 7)

Dewasa ini, tidak sedikit kaum muslimin yang ber-islam menurut kemauannya
sendiri atau kemauan orang lain. Sehingga ia membuat kriteria sendiri siapa
yang disebut muslim. Dan karena kriteria itu adalah buatannya sendiri, maka
cenderung disesuaikan dengan keinginan pribadi. Misalnya, dia menganggap
dirinya muslim bila sudah mengucapkan dua kalimat syahadat, tanpa memandang
perlu memahami konsekuensinya. Dia kira hanya dengan sudah mengucapkan
secara lisan dua kalimat syahadat berarti seseorang sudah pasti terpelihara
dari api neraka dan masuk surga. Dia berlindung di balik hadits seperti:

*ãóäú ÞóÇáó áóÇ Åöáóåó ÅöáóøÇ Çááóøåõ ÏóÎóáó ÇáúÌóäóøÉó***

Barangsiapa yang mengucapkan, "Tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain
Allah (laa ilaaha illa Allah), niscaya dia masuk surga." (Hadits Shahih
Riwayat Tirmidzi No. 2562)

Sedangkan Syaikh Abu Abdurrahman Al-Atsari menulis sebagai berikut:

"Ada pula beberapa hadits yang serupa. Banyak dari mereka menganggap bahwa
mengucapkan dua kalimat syahadat sudah cukup menetapkan sifat Islam dan
berhak masuk surga meskipun tidak mengerjakan sholat, melakukan perbuatan
mungkar, menghina Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì RasulNya Õáì Çááå Úáíå æ Óáã dan
ayat-ayatNya, menyekutukan Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì dengan sesuatu yang tidak
mempunyai kekuasaan, memberikan loyalitas kepada musuh-musuh Allah ÓÈÍÇäå æ
ÊÚÇáì dari kalangan Yahudi dan Nasrani serta orang-orang komunis, menerapkan
hukum-hukum kafir, UUD *jahiliyah* bagi manusia, melarang sebagian
aturan-aturan Islam dan memeranginya, seperti *jihad fii sabilillah*,
sebagaimana yang terjadi di negeri kaum muslimin hari ini. Jelas itu hanya
terjadi pada orang bodoh atau orang pandir yang membela para *thaghut*, yang
tumbuh sejak kecil hingga tua di atas aturan itu..." ("Al-Haqq wal-Yaqin fi
'Adawat At-Tughat wal-Murtaddin" – Abu Abdurrahman Al-Atsari; Media Islamika
2009, hlm. 17)

Mengucapkan dua kalimat syahadat memang merupakan bentuk resmi seseorang
dikatakan memeluk agama Islam, namun sekadar mengucapkannya tidak
serta-merta menjadikan seseorang menjadi mukmin sejati. Ia perlu membuktikan
dirinya melalui berbagai pengalaman di dalam hidupnya agar jelas terlihat
bahwa antara ucapan di lisan, pembenaran di dalam hati dan pembuktian dengan
segenap anggota tubuh ada keselarasan dan hilanglah pertentangan antara satu
bagian dengan bagian lainnya. Semua itu perlu didukung dengan ilmu dan amal.
Oleh karenanya Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì berfirman bahwa setiap orang yang
mengaku muslim perlu diuji agar jelas apakah pengakuannya jujur atau dusta.

*ÃóÍóÓöÈó ÇáäóøÇÓõ Ãóäú íõÊúÑóßõæÇ Ãóäú íóÞõæáõæÇ ÂãóäóøÇ æóåõãú áÇ
íõÝúÊóäõæäó æóáóÞóÏú ÝóÊóäóøÇ ÇáóøÐöíäó ãöäú ÞóÈúáöåöãú ÝóáóíóÚúáóãóäóø
Çááóøåõ ÇáóøÐöíäó ÕóÏóÞõæÇ æóáóíóÚúáóãóäóø ÇáúßóÇÐöÈöíäó***

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami
telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah
menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang
dusta." (QS. Al-Ankabut [29] : 2-3)

Seorang muslim pasti mengalami aneka ujian dari Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì .
Terkadang ujian berupa kesulitan dan terkadang berupa kesenangan. Semua
ujian tersebut dimaksudkan untuk menyingkap jenis muslim seperti apakah diri
kita masing-masing. Apakah kita termasuk seorang muslim jujur, yang berarti
masuk ke dalam kelompok mukmin sejati. Inilah di antaranya golongan yang
digambarkan Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì di dalam surah Al-Kahfi:

*Åöäóø ÇáóøÐöíäó ÂãóäõæÇ æóÚóãöáõæÇ ÇáÕóøÇáöÍóÇÊö ßóÇäóÊú áóåõãú ÌóäóøÇÊõ
ÇáúÝöÑúÏóæúÓö äõÒõáÇ ÎóÇáöÏöíäó ÝöíåóÇ áÇ íóÈúÛõæäó ÚóäúåóÇ ÍöæóáÇ***

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah
surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak
ingin berpindah daripadanya." (QS. Al-Kahfi [18] : 107-108)

Ataukah termasuk jenis muslim pendusta. Dan jika termasuk pendusta, maka ia
dapat masuk ke dalam kelompok *munafiqun* yang digambarkan Allah ÓÈÍÇäå æ
ÊÚÇáì seperti berikut:

*æóãöäó ÇáäóøÇÓö ãóäú íóÞõæáõ ÂãóäóøÇ ÈöÇááóøåö æóÈöÇáúíóæúãö ÇáÂÎöÑö æóãóÇ
åõãú ÈöãõÄúãöäöíäó íõÎóÇÏöÚõæäó Çááóøåó æóÇáóøÐöíäó ÂãóäõæÇ æóãóÇ
íóÎúÏóÚõæäó ÅöáÇ ÃóäúÝõÓóåõãú æóãóÇ íóÔúÚõÑõæäó***

"Di antara manusia ada yang mengatakan, 'Kami beriman kepada Allah dan Hari
kemudian', padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka
hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar." (QS. Al-Baqarah [2]
: 8-9)

Di samping itu, seorang muslim pendusta bisa masuk ke dalam golongan
musyrikin yakni orang-orang yang mempersekutukan Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì .

*æóãóÇ íõÄúãöäõ ÃóßúËóÑõåõãú ÈöÇááóøåö ÅöáÇ æóåõãú ãõÔúÑößõæäó***

"Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan
dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)." (QS.
Yusuf [12] : 106)

Ada lagi kemungkin ketiga yaitu seorang muslim pendusta masuk ke dalam
golongan kaum *murtaddun* (orang-orang yang murtad). Dia divonis keluar dari
Islam karena telah melakukan pelanggaran yang termasuk kategori *nawaqidh
al-iman* (pembatal keislaman).

*æóáóÆöäú ÓóÃóáúÊóåõãú áóíóÞõæáõäóø ÅöäóøãóÇ ßõäóøÇ äóÎõæÖõ æóäóáúÚóÈõ Þõáú
ÃóÈöÇááóøåö æóÂíóÇÊöåö æóÑóÓõæáöåö ßõäúÊõãú ÊóÓúÊóåúÒöÆõæäóáÇ ÊóÚúÊóÐöÑõæÇ
ÞóÏú ßóÝóÑúÊõãú ÈóÚúÏó ÅöíãóÇäößõãú***

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu),
tentulah mereka akan menjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau
dan bermain-main saja". Katakanlah, "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan
Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu
kafir sesudah beriman." (QS. At-Taubah [9] : 65-66)

Muslim pendusta yang masuk ke dalam golongan *munafiqun, musyrikun* maupun *
murtaddun* merupakan golongan yang sungguh merugi. Sebab mereka pada
hakikatnya tidak bisa disebut orang beriman. Mereka bakal kekal selamanya di
dalam neraka.

Mengenai kaum munafiq Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì bakal menempatkan mereka di dalam
neraka yang paling buruk siksaannya:

*Åöäóø ÇáúãõäóÇÝöÞöíäó Ýöí ÇáÏóøÑúßö ÇáÃÓúÝóáö ãöäó ÇáäóøÇÑö æóáóäú ÊóÌöÏó
áóåõãú äóÕöíÑðÇ***

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang
paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang
penolongpun bagi mereka." (QS. An-Nisa [4] : 145)

Sedangkan kaum *musyrikin* Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì jelaskan keadaan mereka
sebagai orang-orang yang tidak diterima segenap amal yang telah mereka
kerjakan, betapapun banyaknya kebaikan, amal sholeh maupun amal ibadah yang
telah dikerjakannya.

*áóÆöäú ÃóÔúÑóßúÊó áóíóÍúÈóØóäóø Úóãóáõßó æóáóÊóßõæäóäóø ãöäó ÇáúÎóÇÓöÑöíäó*
**

"Sungguh, bila kamu berbuat syirik, niscaya akan hapuslah amalmu dan
tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Az-Zumar [39] : 65)

Adapun kaum *murtaddin*, maka mereka menjadi sama kedudukannya dengan orang
kafir. Sebab mereka rela meninggalkan iman dan malah memilih untuk menjadi
kafir. Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì menggambarkan mereka sebagai berikut:

*æóãóäú íóÑúÊóÏöÏú ãöäúßõãú Úóäú Ïöíäöåö ÝóíóãõÊú æóåõæó ßóÇÝöÑñ ÝóÃõæáóÆößó
ÍóÈöØóÊú ÃóÚúãóÇáõåõãú Ýöí ÇáÏõøäúíóÇ æóÇáÂÎöÑóÉö æóÃõæáóÆößó ÃóÕúÍóÇÈõ
ÇáäóøÇÑö åõãú ÝöíåóÇ ÎóÇáöÏõæäó***

"Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam
kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di
akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (QS.
Al-Baqarah [2] : 217)

Oleh karenanya di dalam sejarah Islam terdapat banyak contoh dimana Nabi
Muhammad Õáì Çááå Úáíå æ Óáã dan para sahabat utama memperlakukan orang yang
secara status muslim namun diperlakukan sebagai orang di luar Islam.
Orang-orang itu mengucapkan dua kalimat syahadat. Namun mereka telah dinilai
keluar dari agama Islam karena terlibat dalam pelanggaran yang dikategorikan
sebagai nawaqidh al-iman (pembatal keislaman).

Salah satunya ialah yang dijelaskan oleh Ibnu Katsir di dalam kitab
Tafsirnya ketika membahas surah An-Nisa ayat 65:

"Dua orang lelaki yang berselisih datang menemui Nabi Muhammad Õáì Çááå Úáíå
æ Óáã lalu beliau memutuskan tidak bersalah kepada fihak yang benar di atas
fihak yang salah. Fihak yang diputuskan bersalah tidak mau menerima dan
berkata kepadanya: "Saya tidak terima!" Kemudian yang satunya bertanya:
"Lalu apa maumu?" Ia menjawab: "Kita pergi ke Abu Bakar Ash-Shiddiq!"
Merekapun pergi. Orang yang diberi keputusan tidak bersalah berkata kepada
Abu Bakar: "Kami telah mencari keadilan kepada Nabi Õáì Çááå Úáíå æ Óáã lalu
aku diberi keputusan tidak bersalah." Abu Bakar lalu berkata kepadanya:
"Kamu berdua harus menerima apa yang telah diputuskan oleh Rasulullah Õáì
Çááå Úáíå æ Óáã ." Akan tetapi yang satunya tidak mau menerima. Keduanya
kemudian menemui Umar bin Khattab, lalu orang yang diberi keputusan tidak
bersalah berkata: "Kami telah mencari keadilan kepada Nabi Õáì Çááå Úáíå æ
Óáã lalu aku diberi keputusan tidak bersalah tetapi yang satunya tidak mau
menerima." Mendengar permasalahan ini lalu Umar bertanya kepadanya dan
dijawab benar adanya. Umar kemudian masuk dan pergi lagi membawa pedang
terhunus di tangannya. Lalu orang yang tidak mau menerima keputusan
Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æ Óáã tersebut ditebas lehernya..!" Maka turunlah
ayat sebagai berikut:

*ÝóáÇ æóÑóÈöøßó áÇ íõÄúãöäõæäó ÍóÊóøì íõÍóßöøãõæßó ÝöíãóÇ ÔóÌóÑó Èóíúäóåõãú
Ëõãóø áÇ íóÌöÏõæÇ Ýöí ÃóäúÝõÓöåöãú ÍóÑóÌðÇ ãöãóøÇ ÞóÖóíúÊó æóíõÓóáöøãõæÇ
ÊóÓúáöíãðÇ***

"Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu
berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (QS. An-Nisa [4] : 65)

*Subhanallah*...! Sungguh luar biasa firasat Umar bin Khattab *radhiyallahu
'anhu*. Beliau dapat mendeteksi kekafiran di dalam diri orang yang tidak
kunjung dapat menerima keputusan yang telah diambil oleh Rasulullah Õáì Çááå
Úáíå æ Óáã padahal telah dikonfirmasi kebenarannya pula oleh sahabat Abu
Bakar Ash-Shiddiq *radhiyallahu 'anhu*. Bayangkan, Allah ÓÈÍÇäå æ
ÊÚÇáìmemerlukan untuk bersumpah atas nama diri-Nya sebagai Rabb. Allah
ÓÈÍÇäå
æ ÊÚÇáì berfirman mengawali ayat di atas dengan firmanNya: "Maka demi
Rabbmu". Artinya, Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì sangat serius ingin menjelaskan
raibnya iman pada diri seorang yang mengaku muslim namun ia

(1) tetap enggan menjadikan Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æ Óáã sebagai hakim,
lalu

(2) tetap merasa keberatan dalam hatinya terhadap keputusan Rasulullah Õáì
Çááå Úáíå æ Óáã dan

(3) tidak menerima dengan sepenuhnya keputusan Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æ
Óáã tersebut.

Kejadian di atas merupakan satu saja dari sekian banyak contoh generasi awal
ummat Islam yang tidak mudah terkecoh menilai seseorang sebagai muslim hanya
dengan mengandalkan bahwa orang tersebut telah mengucapkan secara lisan dua
kalimat syahadat.

*íóÇ ãõÞóáöøÈó ÇáúÞõáõæÈö ËóÈöøÊú ÞóáúÈöí Úóáóì Ïöíäößó***

"Wahai (Allah) Dzat yang membolak balikkan hati teguhkanlah hatiku berada di
atas agamamu." (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi No. 2066)

http://www.eramuslim.com/suara-langit/penetrasi-ideologi/membuktikan-diri-muslim-di-hadapan-allah.htm


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: