Jumat, 14 Oktober 2011

[daarut-tauhiid] Hikmah - Hikmah Kurban

 

HIKMAH-HIKMAH KURBAN
www.dpu-online.com


Kisah Sayyiduna Abdullah bin Abdul Mutthalib

Dalam Islam, qurban tidak sekadar memiliki dimensi religius, yang menghu
bungkan makhluk dengan Allah, Pencipta alam semesta. Qurban bukan sekadar
ritus penyembelihan binatang dan aktivitas membagikan daging hewan kepada
mereka yang tidak mampu. la pun memiliki dimensi sosial. Qurban juga
memiliki akar sejarah yang demikian kuat dan memiliki posisi vital di
tengah-tengah masyarakat.

Berhubungan dengan sejarah qurban seperti yang umum diketahui oleh umat
Islam tentang awalnya syariat qurban diturunkan, ada satu kisah yang menarik
dari Rasulullah sehingga beliau menyatakan dirinya sebagai anak dua
sembelihan.

Kisahnya ketika Abdullah bin Abdul Muthalib belum dilahirkan. Ayahnya, Abdul
Muthalib, pernah bernazar bahwa, jika anaknya laki-laki sudah berjumlah
sepuluh orang, salah seorang di antara mereka akan dijadikan qurban.

Setelah istri Abdul Muthalib melahirkan lagi anak laki-laki, genaplah anak
laki-lakinya sepuluh orang. Anak laki-laki yang kesepuluh itu tidaklah
diberi nama dengan nama-nama yang biasa, tapi diberi nama dengan nama yang
arti dan maksudnya berlainan sekali, yaitu dengan nama "Abdullah", yang
artinya "hamba Allah".

Selanjutnya setelah Abdullah berumur beberapa tahun, ayahnya, Abdul
Muthalib, belum juga menyempurnakan nazarnya. Pada suatu hari dia mendapat
tanda-tanda yang tidak tersangkasangka datangnya yang menyuruhnya supaya
menyempurnakan nazarnya. Oleh sebab itu bulatlah keinginannya agar salah
seorang di antara anak laki-lakinya dijadikan qurban dengan cara disembelih.

Sebelum pengurbanan itu dilaksanakan, dia lebih dulu mengumpulkan semua anak
laki-lakinya dan mengadakan undian. Pada saat itu undian jatuh pada diri
Abdullah, padahal Abdullah adalah anak yang paling muda, yang paling bagus
wajahnya dan yang paling disayangi dan dicintai. Tetapi apa boleh buat,
kenyataannya undian jatuh padanya, dan itu harus dilaksanakan.

Seketika tersiar kabar di seluruh kota Makkah bahwa Abdul Mutthalib hendak
mengurbankan anaknya yang paling muda. Maka datanglah seorang kepala agama,
penjaga Ka'bah, menemui Abdul Mutthalib, untuk menghalang-halangi apa yang
akan diperbuat Abdul Mutthalib.

Kepala agama itu memperingatkan untuk tidak melakukan perbuatan tersebut.
Jika hal itu sampai dilaksanakan, sudah tentu kelak akan dicontoh oleh orang
banyak, karena Abdul Muthalib adalah seorang wali negeri pada masa itu dan
dia mempunyai pengaruh yang sangat besar di kota Makkah. Oleh sebab itu, apa
yang akan dilakukannya tentu akan jadi panutan bagi warga lain. Si pemuka
agama ini mengusulkan agar nazar tersebut diganti saja dengan menyembelih
seratus ekor unta.

Berhubung kepala agama penjaga Masjidil Haram telah memperkenankan bahwa
nazar Abdul Muthalib cukup ditebus dengan seratus ekor unta, disembelihlah
oleh Abdul Muthallib seratus ekor unta di muka Ka'bah. Dengan demikian
Abdullah urung jadi qurban.

Karena peristiwa itu pada waktu Nabi SAW telah beberapa tahun lamanya
menjadi utusan Allah, Rasulullah pernah bersabda (yang artinya), "Aku anak
laki-laki dari dua orang yang disembelih." Maksud Rasulullah, beliau adalah
keturunan dari Nabi Ismail AS, yang juga akan disembelih tapi lalu diganti
Allah dengan kibas, dan anak Abdullah, yang juga akan disembelih tapi
kemudian diganti dengan seratus ekor unta.

Sumber: Website Al Ustadz Al Habib Sholeh bin Ahmad Al 'Aydrus

http://aespee.wordpress.com/2009/11/24/keutamaan-dan-hikmah-qurban

Rasulullah saw bersabda (yang artinya):
" Barang siapa berkurban dengan lapang dada (senang hati) dan ikhlas hanya
mengharap pahala dari Allah, maka dia akan dihijab dari neraka (berkat
udhiyahnya) ". (HR. Ath Thabarani dari Al Husein bin Ali)

Rasulullah saw
bersabda (yang artinya):
" Barang siapa berkurban dengan lapang dada (senang hati) dan ikhlas hanya
mengharap pahala dari Allah, maka dia akan dihijab dari neraka (berkat
udhiyahnya) ". (HR. Ath Thabarani dari Al Husein bin Ali)

Sayyidina Ali RA berkata, "Apabila seorang hamba telah berqurban, setiap
tetesan darah qurban itu akan menjadi penebus dosanya di dunia dan setiap
rambut dari qurban itu tercatat sebagai satu kebajikan baginya".

Sebagaimana diriwayatkan oleh imam Muslim dalam Shohihnya dari Anas bin
Malik, beliau berkata :
" Rasulullah saw berudhiyah (berkurban) dengan dua kambing putih dan
bertanduk, beliau menyembelih dengan tangan beliau sendiri yang mulia,
beliau mengawali (penyembelihan itu) dengan basmalah kemudian bertakbir ."

Allah SWT berfirman, "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan sembelihlah"
(QS Al-Kautsar: 1-2). Mayoritas ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
shalat di sini adalah shalat hari `Idul Adha, sedangkan yang dimaksud dengan
menyembelih adalah menyembelih hewan qurban.

Diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi, Ibnu Majah dan al Hakim dari Zaid bin
Arqam, bahwasanya Rasulullah saw bersabda (yang artinya):
" Al Udhiyah (binatang kurban), bagi pemiliknya (yang berkurban) akan diberi
pahala setiap satu rambut binatang itu satu kebaikan ".

Diriwayatkan oleh imam Abul Qasim Al Ashbahani, dari Sayyidina Ali bin Abi
Thalib, bahwa Rasulullah saw bersabda (yang artinya):
" Wahai Fathimah, bangkitlah dan saksikan penyembelihan binatang kurbanmu,
sungguh bagimu pada awal tetesan darah binatang itu sebagai pengampunan
untuk setiap dosa, ketahuilah kelak dia akan didatangkan (di hari akhirat)
dengan daging dan darahnya dan diletakkan diatas timbangan kebaikanmu 70
kali lipat ".

Rasulullah saw bersabda (yang artinya):
" Barang siapa berkurban dengan lapang dada (senang hati) dan ikhlas hanya
mengharap pahala dari Allah, maka dia akan dihijab dari neraka (berkat
udhiyahnya) ". (HR. Ath Thabarani dari Al Husein bin Ali)

Dalil dari hadits, dari Siti Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda (yang
artinya), 'Tiada amal anak-cucu Adam pada waktu Hari Raya Qurban yang lebih
disukai Allah daripada mengalirkan darah (berqurban). Dan bahwasanya darah
qurban itu sudah mendapat tempat yang mulia di sisi Allah sebelum jatuh ke
tanah. Maka laksanakan qurban itu dengan penuh ketulusan hati." (HR. At
Tirmidzi)

Dari Anas RA, ia berkata, "Nabi SAW mengurbankan dua ekor kambing yang
putih-putih dan bertanduk. Keduanya disembelih dengan kedua tangan beliau
yang mulia setelah dibacakan bismillah dan takbir, dan beliau meletakkan
kakinya yang berbarakah di atas kedua kambing tersebut:' (HR Muslim).

Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan qurban bahwasanya qurban itu akan
menyelamatkan pemiliknya dari kejelekan dunia dan akhirat. Beliau juga
bersabda (yang artinya),
"Barang siapa telah melaksanakan qurban, setelah orang itu keluar dari kubur
nanti, ia akan menemukan qurbannya berdiri di atas kuburannya, rambut qurban
itu terdiri dari belahan emas, matanya dari yaqut, kedua tanduknya dari emas
pula. Lalu ia terheran-heran dan bertanya, 'Siapa kamu ini? Aku belum pernah
melihat sesuatu seindah kamu.'
Hewan itu menjawab, "Aku adalah qurbanmu yang engkau persembahkan di dunia
sekarang. Naiklah ke alas punggungku". Kemudian ia naik dan berangkatlah
mereka sampai naungan Arasy, di langit yang ketujuh"

Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), "Perbesarlah qurban-qurban kalian,
sebab qurban itu akan menjadi kendaraan-kendaraan dalam melewati jembatan
AshShirat menuju surga" (HR Ibnu Rif'ah).

Dalam satu riwayat disebutkan, Nabi Dawud AS pernah bertanya kepada Allah
SWT tentang pahala qurban yang diperoleh umat Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT menjawab, "Pahalanya adalah, Aku akan memberikan sepuluh kebajikan
dari setiap satu helai rambut qurban itu, akan melebur sepuluh kejelekan,
dan akan mengangkat derajat mereka sebanyak sepuluh derajat. Tahukah engkau,
wahai Daud, bahwa qurban-qurban itu adalah kendaraankendaraan bagi mereka di
hari kiamat nanti, dan qurban-qurban itu pula yang menjadi penebus
kesalahan-kesalahan mereka."

Sayyidina Ali RA berkata, "Apabila seorang hamba telah berqurban, setiap
tetesan darah qurban itu akan menjadi penebus dosanya di dunia dan setiap
rambut dari qurban itu tercatat sebagai satu kebajikan baginya".

Hikmah yang bisa kita ambil dari qurban adalah:

Pertama, untuk mengenang nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada Nabi
Ibrahim dengan digagalkannya penyembelihan putranya, Ismail AS, yang ditebus
dengan seekor kambing dari surga.

Kedua, untuk membagi-bagikan rizqi yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat
manusia saat Hari Raya 'Idul Adha, yang memang menjadi hari membahagiakan
bagi umat Islam, agar yang miskin juga merasakan kegembiraan seperti yang
lainnya. Sebagaimana telah disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw (artinya):
"Hari Raya Qurban adalah hari untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah"
(HR. Muslim)

Ketiga, untuk memperbanyak rizqi bagi orang yang berqurban, karena setiap
hamba yang menafkahkan hartanya di jalan Allah akan mendapatkan balasan
berlipat ganda.

www.dpu-online.com

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: