Jumat, 07 Oktober 2011

[daarut-tauhiid] Mustofa B Nahrawardaya: Setiap Aksi Bom Terkait Intelijen Hitam

Mustofa B Nahrawardaya: Setiap Aksi Bom Terkait Intelijen Hitam

*Jakarta (voa-islam) - **Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF),
**Mustofa B**. **Nahrawardaya** *menilai, semua aksi pengeboman yang terjadi
di Indonesia terkait dengan 'permainan' intelijen. Bom Solo misalnya, ia
melihat adanya kejanggalan-kejanggalan dalam aksi pengeboman tersebut. Yang
patut dipertanyakan adalah, kenapa sang bomber meledakkan dirinya di pintu
gereja. Padahal, bisa saja ia meledakkan tubuhnya di tengah jemaat gereja.

"Sudah tak bisa dipungkiri, intelijen telah menempel ke seluruh organisasi,
baik yang organisasi yang dianggap radikal maupun yang tidak radikal. Saat
ini, kerjaan intelijen itu ada tiga. Bisa menghentikan, memperlambat atau
mempercepat. Kalau menghentikan dan memperlambat tidak bisa, maka yang
dipilih adalah mempercepat. Sebenarnya, aparat intelijen sudah tahu, tapi
kemungkinan dibiarkan," ujar Mustofa.

Yang perlu dipertanyakan adalah, apakah gerak inteljen sesuai komando atau
diluar komando? "Yang saya khawatirkan adalah banyak inteljen diluar
komando. Itulah yang disebut intelejen hitam. Mereka bermain sendiri, sesuai
dengan kepentingannya sendiri. Bukan tidak mungkin, mereka dibayar oleh
asing," tandasnya.

Presiden SBY pernah bilang, perlu diadakan audit internal. Yang dimaksud
dengan audit internal adalah mengaudit di tubuh inteljen, kepolisian,
terutama Densus 88, kemungkinan ada yang bermain. Sangat disayangkan, jika
statemen SBY itu disikapi secara sedehana saja. Yang jelas, ini bukan soal
administrasi.

Kepada *voa-islam* di Jakarta, sebelum bom Solo, Mustofa mengaku pernah
kedatangan tamu dari Australia bernama Alan Fox. Ia adalah Senior Analist
Terorism , yang diutus oleh PM Australi, khusus untuk menemuinya. Dalam
pertemuan itu, Mustofa ditanya, apakah anda tidak khawatir, bila
pendapat-pendapat anda akan dipakai oleh para teroris untuk melakukan aksi
kekerasan?

Seperti diketahui, Mustofa dalam beberapa forum, telah mengemukakan
pendapatnya sola kejanggalan-kejanggan bom dan terorisme selama ini. Lalu
apa kata Mustofa. "Kalau ada yang menghina saya, tidak soal. Tapi, kalau
menghina dan menjelek-jelekkan agama saya, maka saya harus bela agama saya.
Untuk itu saya harus jujur, dan memegang prinsip, tidak akan pernah saya
biarkan seorang pun menghina agama saya," ungkap Mustofa.

Sebagai contoh, ketika pemerintah dalam hal ini polisi, "menyeret-nyeret"
Al- Qur'an sebagai barang bukti, lalu menyangkut-pautkan ayat Al Qur'an
sebagai pendorong terorisme, adalah tuduhan yang harus ditentang.
Mengait-ngaitkan ideologi secara terus menerus, melalui konferense, press
release, barang bukti, pengakuan tersangka dan sebagainya, jelas tidak fair.
Tidak lazim, di negeri yang mayoritas penduduknya muslim ini, agama yang
kita anut, di hina-hinakan seperti itu.

Lebih aneh lagi, jika mengaitkan orang yang hidup dengan kesaksian orang
yang sudah mati. Mustofa mempertanyakan, kenapa kesaksian orang yang masih
hidup dipercayai, meskipun mereka mengerti tentang kehidupan orang yang
sudah mati. Orang yang sudah mati tak perlu mencari kesaksian dari orang
yang masih hidup. Jelas ini tidak etis. "Orang yang masih hidup jangan
bersaksi pada orang yang mati. Ini rancu. Karena yang mati tidak bisa
membela," tukas Mustofa.

*RUU Intelijen Bisa Gol*

Mustofa melihat adanya upaya Badan Intelijen Negara (BIN) yang dipimpin
Sutanto, bergerilya ke Komisi I DPR RI, untuk meminta kenaikan anggaran
menjadi Rp. 1,4 triliun. Bukan hanya itu, BIN juga bergerilya di DPR untuk
segera mensahkan RUU Intelijen dalam waktu dekat. "BIN begitu getol
bergerilya di DPR," kata Mustofa.

Ibarat kentut, tidak tahu siapa yang ketut, tapi baunya tercium. Seperti
itulah upaya BIN ketika mendesak DPR agar tindakan penangkapan dan
penyadapan diatur dalam RUU tersebut.

"Meski tidak ada penangkapan dan penyadapan, bisa saja nanti akan ada RUU
tersendiri, yakni penangkapan dan penyadapan. Itulah trik mereka. Dan ide
ini sudah digagas. Mereka punya prinsip, strategi, dan hasil," jelasnya.

Mustofa memprediksi, RUU Intelijen akan gol. DPR bisa saja menolak, tapi
pada akhirnya mensahkan juga. "Penolakan di DPR itu biasa, untuk mendapat
simpati dari rakyat. Sama halnya ketika wacana beras impor. PKS awalnya
menolak, tapi kemudian mensahkan juga. Itu strategi politik saja. Bagi
masyarakat, penolakan itu adalah sebuah nilai, tapi tanpa disadari, rakyat
sering terkecoh dengan ulah politikus di DPR."

Seperti diketahui, Mabes Polri telah mengumumkan, akan ada tujuh bom lagi
yang meledak. Mengenai hal itu, Mustofa menduga, polisi sebenarnya sudah
mencium, bahkan menangkap buron tersebut. Tapi pernyataan berikutnya adalah
siapa yang menangkap? Ada kemungkinan, kelompok intelejen hitam yang
bermain.

"Ada indikasi, polisi seperti menabung peristiwa. Sebetulnya, polisi sudah
tahu, tinggal mempersiapkan moment yang diinginkan. Sekarang siapa yang bisa
menjamin, bahwa informasi itu betul, sementara media hanya percaya pada satu
sumber , yakni polisi," tandas Mustofa. *(Desastian)*

*
*


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: