Selasa, 04 Oktober 2011

[daarut-tauhiid] Toleransi yang Salah Kaprah

Toleransi yang Salah Kaprah

Sebagian orang berkata, "bentuk akhlak mulia dan toleransi dalam Islam
adalah memberi ucapan selamat kepada orang Yahudi dan Nashrani atas hari
raya mereka." Alasannya, mereka memberikan ucapan selamat kepada kaum
muslimin. Maka wajib juga atas kaum muslimin membalas ucapan selamat mereka
atas hari raya mereka.

Jawaban pertama, bahwa toleransi dan akhlak mulia maknanya bukan ikut-ikutan
dengan pemeluk agama lain dalam kebatilan mereka, bekerjasama dan berserikat
dalam kebatilan tersebut. Khususnya jika kebatilan tersebut adalah
menyekutukan Allah. Dalam masalah ini, wajib berbara' darinya dan tidak
memberi wala' (loyalitas) kepada pelakunya. Hal itu termasuk perintah Allah
dan sunnah para nabi-Nya.

Kedua, hari raya-hari raya ini berkaitan dengan masalah aqidah. Mengucapkan
selamat berhari raya kepada mereka dan ikut serta merayakannya menunjukkan
kecocokan dan keridlaan terhadap perayaan itu dan pengakuan akan kebenaran
keyakinan mereka. Walaupun orang yang ikut-ikutan merayakan hari raya
tersebut meyakini berbeda aqidah dengan mereka, tapi ia berada di atas
bahaya besar akibat kejahilannya dalam sikapnya tersebut.

Berikut ini beberapa hari raya kaum Nashrani yang masyhur supaya orang Islam
mengenalnya dengan benar-benar kemudian tidak latah ikut-ikutan
merayakannya:

- Hari kebangkitan Isa al Masih. Hari ini dirayakan kaum Nashrani sebagai
kebangkitan Tuhan mereka (al Masih) setelah disalib dan mati selama tiga
hari.

- Hari Natal (crismash), mereka merayakan kelahiran al Masih atau Jesus
(diyakini sebagai tuhan atau anak Tuhan).

- Perayaan Tahun baru. Ini termasuk perayaan bid'ah kaum Nsharani karena
mereka meyakini adanya beberapa mitos di dalamnya, meminum khamar, dan
lainnya. lalu kaum muslimin ikut-ikutan dalam perayaan itu tanpa memahami
hakikatnya.

Mengucapkan selamat berhari raya kepada mereka dan ikut serta
merayakannya menunjukkan kecocokan dan keridlaan terhadap perayaan itu dan
pengakuan akan kebenaran keyakinan mereka.

Sesungguhnya ikut serta merayakan perayaan-perayaan tadi termasuk bentuk
loyalitas yang diharamkan berdasarkan firman Allah Ta'ala:

íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂóãóäõæÇ áóÇ ÊóÊøóÎöÐõæÇ ÇáúíóåõæÏó æóÇáäøóÕóÇÑóì
ÃóæúáöíóÇÁó ÈóÚúÖõåõãú ÃóæúáöíóÇÁõ ÈóÚúÖò æóãóäú íóÊóæóáøóåõãú ãöäúßõãú
ÝóÅöäøóåõ ãöäúåõãú Åöäøó Çááøóåó áóÇ íóåúÏöí ÇáúÞóæúãó ÇáÙøóÇáöãöíäó

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
dzalim." (QS. Al Maidah: 51)

Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, dia berkata:
Abdullah bin 'Utbah berkata, "hendaknya salah seorang mereka berhati-hati
agar tidak menjadi Yahudi dan Nashrani tanpa disadarinya, berdasarkan ayat
ini."

Mendengarkan dan mengikuti pesta-pesta perayaan keyakinan batil dan rusak
semacam ini adalah tanda kenifakan. Allah berfirman:

ÈóÔøöÑö ÇáúãõäóÇÝöÞöíäó ÈöÃóäøó áóåõãú ÚóÐóÇÈðÇ ÃóáöíãðÇ ÇáøóÐöíäó
íóÊøóÎöÐõæäó ÇáúßóÇÝöÑöíäó ÃóæúáöíóÇÁó ãöäú Ïõæäö ÇáúãõÄúãöäöíäó
ÃóíóÈúÊóÛõæäó ÚöäúÏóåõãõ ÇáúÚöÒøóÉó ÝóÅöäøó ÇáúÚöÒøóÉó áöáøóåö ÌóãöíÚðÇ
æóÞóÏú äóÒøóáó Úóáóíúßõãú Ýöí ÇáúßöÊóÇÈö Ãóäú ÅöÐóÇ ÓóãöÚúÊõãú ÂóíóÇÊö
Çááøóåö íõßúÝóÑõ ÈöåóÇ æóíõÓúÊóåúÒóÃõ ÈöåóÇ ÝóáóÇ ÊóÞúÚõÏõæÇ ãóÚóåõãú ÍóÊøóì
íóÎõæÖõæÇ Ýöí ÍóÏöíËò ÛóíúÑöåö Åöäøóßõãú ÅöÐðÇ ãöËúáõåõãú Åöäøó Çááøóåó
ÌóÇãöÚõ ÇáúãõäóÇÝöÞöíäó æóÇáúßóÇÝöÑöíäó Ýöí Ìóåóäøóãó ÌóãöíÚðÇ

"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan
yang pedih. (Yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi
teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka
mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan
kepunyaan Allah. Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al
Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan
diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk
beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena
sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan
mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan
orang-orang kafir di dalam Jahanam." (QS. Al Nisa': 138-140)

Dalam tiga ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang duduk-duduk di
majelis yang di dalamnya terdapat penghinaan dan pengingkaran terhadap
ayat-ayat Allah. Dan di antara bentuk kekufuran yang paling besar adalah
ucapan orang Nashrani bahwa Allah punya anak, dia mati, Dia satu dari tiga
(trinitas), Maha suci dan Mahatinggi Allah dari apa yang mereka tuduhkan
kepada-Nya.

Kemudian Allah mengabarkan bahwa orang yang mendengarkan celotehan dari
keyakinan-keyakinan batil ini, dia seperti mereka dan dihukumi sebagai
munafik dan kelak akan dihimpun pada hari kiamat bersama mereka, kita
berlindung kepada Allah dari kehinaan ini.

Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang yang menolong
pelaku kebatilan dalam melakukan aksinya. Dan kebatilan terbesar adalah
kufur kepada Allah dan menuduh Allah punya anak, Dia mati lalu hidup
kembali. Keyakinan-keyakinan ini adalah perkara yang sangat buruk dan jahat
yang membuat kulit dan bulu setiap mukmin bergidik, bahkan benda-benda
matipun tak terima dengan tuduhan tersebut.

"Dan mereka berkata: 'Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak'.
Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar.
Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan
gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah
mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil
(mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan
datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba." (QS. Maryam:
88-93)

Langit dan bumi kaget dengan ucapan tersebut, bagaimana mungkin seorang
muslim yang mentauhidkan Allah bisa ikut serta, mendukung, dan bergembira
dengan perayaan-perayaan hari raya tersebut yang jelas-jelas menghina Allah
dengan terang-terangan. Keyakinan ini membatalkan peribadatan kepada Allah,
karena inilah Allah Ta'ala menyifati Ibadurrahman bersih dari semua itu:

æóÇáøóÐöíäó áóÇ íóÔúåóÏõæäó ÇáÒøõæÑó

"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu. . ." (QS. Al
Furqaan: 72)

Makna al Zuur, adalah hari raya dan hari besar kaum musyrikin sebagaimana
yang dikatakan Ibnu Abbas, Abul 'Aliyah, Ibnu sirin, dan ulama lainnya dari
kalangan sahabat dan tabi'in.

Sedangkan kaum Yahudi dan Nashrani yang memberi ucapan selamat kepada kaum
muslimin pada hari raya mereka, bukan berarti seorang muslim harus ikut
memberi ucapan selamat hari raya kepada mereka sebagai bentuk balas budi.
Sesungguhnya seorang muslim berada di atas kebenaran, yang lebih pas ia
menyeru mereka kepada kebenaran yang diyakininya. Jika tidak mampu berdakwah
maka janganlah ikut serta dalam kebatilan mereka, dan itu selemah-lemahnya
iman.

Sikap mereka mengucapakan selamat kepada kaum muslimin pada hari raya Islam
adalah bentuk mudahanah (sikap lunak) sebagaimana yang Allah Ta'ala
firmankan:

æóÏøõæÇ áóæú ÊõÏúåöäõ ÝóíõÏúåöäõæäó

"Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap
lunak (pula kepadamu)." (QS. Al-Qalam: 9)

Allah melarang menampakkan kebahagiaan pada saat hari besar orang kafir,
walau tidak ikut serta mereka dalam merayakannya.

Mudahanah adalah sesuai dalam dzahir tanpa adanya keridlaan batin, dan
mudahanah dilarang oleh Allah Ta'ala. Bahkan Allah melarang menampakkan
kebahagiaan pada saat hari besar orang kafir, walau tidak ikut serta mereka
dalam merayakannya. Dasarnya adalah hadits Anas radliyallah 'anhu, berkata:
"Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tiba di Madinah, mereka
memiliki dua hari hari untuk bermain-main (bersenang-senang) pada masa
jahiliyah. Lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah telah memberikan ganti
untuk kalian yang lebih baik dari keduanya, yaitu hari raya Idul Fitri dan
hari raya korban." (Dishahihkan oleh al Albani dalam Shahih al Jaami', no.
4460)

Dalam hadits 'Uqbah bin 'Aamir radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Hari 'Arafah dan hari-hari Tasyriq adalah hari
raya kita umat Islam, hari-hari itu adalah hari untuk makan dan minum
(bersenang-senang)," (dishaihkan oleh Al Albani).

Umat Islam memiliki hari raya yang tersendiri. Bagi seorang muslim, haram
merayakan selain hari raya mereka, karena perayaan hari raya termasuk Syi'ar
dzahir setiap ajaran/ agama suatu kaum.

Bagi seorang muslim, haram merayakan selain hari raya mereka, karena
perayaan hari raya termasuk Syi'ar dzahir setiap ajaran/ agama suatu kaum.

Melarang ikut serta merayakan hari raya dan hari besar orang kafir sangat
berat. Pada zaman kita, seorang muslim dipaksa melaksanakan banyak keharaman
yang menyelisihi aqidah Islam. Misalnya, penghormatan kepada tokoh kafir
atau orang munafik. Hal ini sangat dimurkai Allah 'Azza wa Jalla. Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

ÅöÐóÇ ÞóÇáó ÇáÑøóÌõáõ áöáúãõäóÇÝöÞö íóÇ ÓóíøöÏñ ÝóÞóÏú ÃóÛúÖóÈó ÑóÈøóåõ
ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì

"Jika seorang laki-laki (muslim) berkata seorang munafik, 'wahai Tuan",
sungguh dia telah membuat marah Tuhan-nya Tabaraka wa Ta'ala." (HR. al
Hakim, Abu Nu'aim dalam Akhbaar Ashbahaan dari 'Uqbah bin Abdillah al Asham
dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya. Dishahihkan oleh Al Albani dalam al
Silsilah al Shahihah, no. 371)

Dalam hadits marfu' dari Buraidah,

áÇó ÊóÞõæáõæÇ áöáúãõäóÇÝöÞö ÓóíøöÏóäóÇ ÝóÅöäøóåõ Åöäú íóßõ ÓóíøöÏóßõãú
ÝóÞóÏú ÃóÓúÎóØúÊõãú ÑóÈøóßõãú ÚóÒøó æóÌóáøó

"Jangan katakan kepada orang munafik, "tuan kami" sunguh jika dia menjadi
pemimpin kalian, kalian benar-benar telah membuat murka Rabb kalian 'Azza wa
Jalla." (Dishahihkan oleh Al Albani dalam al Silsilah al Shahihah).
Kesimpulannya, bahwa menghormati orang-orang munafikin dan kafirin terdapat
kemurkaan Allah 'Azza wa Jalla.

Jawaban ketiga, dalam iklan perayaan hari-hari besar mereka, baik melalui
media audio atau visual, sering didapatkan seruan persaudaraan (ukhuwah)
antara umat Islam dan umat Nashrani. Padahal Allah Ta'ala telah berfirman:

Ãóáóãú ÊóÑó Åöáóì ÇáøóÐöíäó äóÇÝóÞõæÇ íóÞõæáõæäó áöÅöÎúæóÇäöåöãõ ÇáøóÐöíäó
ßóÝóÑõæÇ ãöäú Ãóåúáö ÇáúßöÊóÇÈö áóÆöäú ÃõÎúÑöÌúÊõãú áóäóÎúÑõÌóäøó ãóÚóßõãú
æóáóÇ äõØöíÚõ Ýöíßõãú ÃóÍóÏðÇ ÃóÈóÏðÇ æóÅöäú ÞõæÊöáúÊõãú áóäóäúÕõÑóäøóßõãú
æóÇááøóåõ íóÔúåóÏõ Åöäøóåõãú áóßóÇÐöÈõæäó

"Apakah kamu tiada memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada
saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli Kitab: "Sesungguhnya jika
kamu diusir niscaya kami pun akan keluar bersama kamu; dan kami
selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapa pun untuk (menyusahkan) kamu,
dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu". Dan Allah
menyaksikan, bahwa sesungguhnya mereka benar-benar pendusta." (QS. Al
Hasyar: 11)

Dan di antara tanda kemunafikan adalah iklan persaudaraan dengan orang kafir
sebagaimana yang telah Allah jelaskan, karena Ukhuwwah khusus bagi kaum
mukminin. Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah
bersaudara." (QS. Al Hujuraat: 10)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "orang muslim itu adalah saudara
orang muslim." (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah dan Rasul-Nya telah mengistimewakan ukhuwwah hanya bagi kaum mukminin
saja. Setiap orang yang mentauhidkan Allah maka dia memiliki ikatan ukhuwah
(persaudaraan) walau dia berada jauh di negeri yang lain.

Sedangkan merubahnya dengan menjadikan ikatan ukhuwah (persaudaraan ) karena
ikatan negara, suku, kasta, dan keturunan merupakan praktek-praktek
jahiliyah dan fanatisme yang dihancurkan Islam. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam telah bersabda: "Ingatlah, segala perkara jahiliyah
tempatnya di bawah telapak kakiku." (HR. Muslim dalam Shahihnya, no. 1218)

Dari Ibnu Umar rahimahullah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
berkhutbah pada saat Fathu Makkah,

íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ Åöäøó Çááøóåó ÞóÏú ÃóÐúåóÈó Úóäúßõãú ÚõÈøöíøóÉó
ÇáúÌóÇåöáöíøóÉö æóÊóÚóÇÙõãóåóÇ ÈöÂÈóÇÆöåóÇ ÝóÇáäøóÇÓõ ÑóÌõáóÇäö ÈóÑøñ
ÊóÞöíøñ ßóÑöíãñ Úóáóì Çááøóåö æóÝóÇÌöÑñ ÔóÞöíøñ åóíøöäñ Úóáóì Çááøóåö
æóÇáäøóÇÓõ Èóäõæ ÂÏóãó æóÎóáóÞó Çááøóåõ ÂÏóãó ãöäú ÊõÑóÇÈò

"Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya Allah telah menghilangkan kebanggaan
jahiliyyah dan membanggakan nenek moyangnya. Maka manusia hanya dua;
(pertama), orang baik, bertaqwa dan mulia di sisi Allah. (kedua), orang
pendosa dan hina di sisi Allah. Manusia adalah anak keturunan Adam, dan
Allah menciptakan Adam berasal dari tanah." (HR. Tirmidzi dan Baihaqi,
dihasankan oleh Syaikh al Albani rahimahullah)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Empat perkara jahiliyah yang
masih ada pada umatku. Mereka tidak akan meninggalkannya, yaitu membanggakan
kehormatan leluhur, mencela keturuan, menisbbatkan turunnya hujan kepada
bintang-bintang, dan niyahah (meratap mayit)." (HR. Ahmad: 5/342-343 dan
Muslim no. 943; dari Abu Musa al Asy'ari radliyallah 'anhu)

Kebanggaan terhadap suku (fanatisme kesukuan) dan nasionalisme adalah
perkara yang hina dalam Islam, tidak boleh dihidupkan lagi untuk kedua
kalinya. Seperti membuat organisasi yang mengikat kaum muslimin berdasarkan
ikatan jahiliyah dan fanatisme terhadap tanah kelahiran dan negara.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak termasuk golongan
kami orang yang memukul-mukul pipi, merobek-robek pakaian, dan menyeru
dengan seruan ala jahiliyah." (HR. Al Bukhari)

Kebanggaan terhadap suku (fanatisme kesukuan) dan nasionalisme adalah
perkara yang hina dalam Islam, tidak boleh dihidupkan lagi untuk kedua
kalinya.

Orang yang berusaha menghidupkan tradisi jahiliyah adalah orang yang paling
dimurkai oleh Allah berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
"orang yang paling Allah murkai ada tiga; pelaku dosa di tanah haram, orang
yang menginginkan tradisi jahiliyah di dalam Islam, dan orang yang menuntut
darah seseorang tanpa hak untuk dialirkan." (HR. Bukhari no. 7882)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah berlepas diri dari kaumnya karena
kekufuran mereka. Ali bin Abi Thalib pernah mencela ayahnya ketika meninggal
di atas kekafiran, lalu dia berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, "telah meninggal pamanmu, orang tua yang sesat." Saat itu Salman
al Farisi berada di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau memuji
dan membanggakan Salman, padahal dia bukan dari kaumnya dan bukan orang
Arab. Lalu beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "seandainya iman
berada di (bintang) Tsurayya, pasti laki-laki dari mereka (beberapa orang
dari Persia) mendapatkannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Orang yang berusaha menghidupkan tradisi jahiliyah adalah orang yang paling
dimurkai oleh Allah

Sebut orang kafir sebagai saudara?

Sedangkan orang yang berdalil bahwa Allah telah menetapkan ukhuwah
(persaudaraan) antara orang yang beda aqidah, yaitu ukhuwah sesuku,
senegara, dan satu kepentingan. Yaitu dengan firman Allah Ta'ala:

æóÅöáóì ÚóÇÏò ÃóÎóÇåõãú åõæÏðÇ

"Dan kepada kaum Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud." (QS. Huud: 50); "Dan
kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka, shaleh." (QS. Huud: 61); "Dan
kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib." (QS. Huud:
84); "Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak
bertakwa?" (QS. Al Syu'araa: 106); "Ketika saudara mereka, Lut, berkata
kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?" (QS. Al Syu'araa: 161).
Kemudian mereka, orang yang pemahamannya terbalik, menyimpulkan dari
ayat-ayat tersebut bahwa kita boleh menyebut orang Yahudi dan nashrani
sebagai saudara kita, karena mereka satu negara dengan kita. Kita berlindung
kepada Allah dari kesesatan ini.

Maknanya yang benar

Pertama, sesungguhnya di antara pokok iman bahwa ukhuwah (persaudaraan)
tidak terjalin kecuali bagi kaum muslimin, berdasarkan firman Allah Ta'ala:
"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara." (QS. Al Hujuraat: 10)

Imam al Qurthubi dalam tafsrnya berkata, "sesungguhnya kaum mukminin
bersaudara dalam agama dan kehormatan, bukan karena nasab. Karenanya
dikatakan, "ukhuwah karena dien lebih kuat daripada ukhuwah karena nasab.
Karena ukhuwah berdasar nasab terputus karena beda agama. Sedangkan ukhuwah
karena dien tidak akan terputus karena beda nasab"."

Ukhuwah karena dien lebih kuat daripada ukhuwah karena nasab.

Karena ukhuwah berdasar nasab terputus karena beda agama. Sedangkan
ukhuwah karena dien tidak akan terputus karena beda nasab


Kedua, persaudaraan yang disebutkan antara para nabi dengan kaumnya dan yang
disebutkan tentang mereka dalam beberapa ayat adalah sebagai ungkapan,
hikayat, dan pemberitahuan bahwa para nabi yang Allah utus dari kalangan
kaumnya dan satu nasab dengan mereka. Dan Al Qur'an tidak pernah menyebutkan
bahwa para Nabi berkata kepada kaumnya bahwa mereka adalah saudara kita.
Bahkan, sikap para nabi terhadap kaumnya malah sebaliknya. Lihatlah sikap
Nabi Ibrahim 'alaihis salam ketika berbicara kepada kaumnya:

ÅöäøóÇ ÈõÑóÂóÁõ ãöäúßõãú æóãöãøóÇ ÊóÚúÈõÏõæäó ãöäú Ïõæäö Çááøóåö

"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah
selain Allah, . . ." (QS. Al Mumtahanah: 4) mana persaudaraan dan
kepentingan bersama dalam pernyataan Nabi Ibrahim?

Lihatlah perkataan Nabi Nuh 'alaihis salam kepada kaumnya: "Nuh berkata: "Ya
Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir
itu tinggal di atas bumi." (QS. Nuh: 26) Mana ukhuwah dan kepentingan
bersama?

Lihatlah sikap penentang para nabi dan rasul. Kaum Nabi Luth berkata,
"Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka
itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih." (QS. Al Naml: 56)

Lihatlah sikap kaum Nabi Syu'aib 'alaihis salam, "Pemuka-pemuka dari kaum
Syu'aib yang menyombongkan diri berkata: "Sesungguhnya kami akan mengusir
kamu hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami,
kecuali kamu kembali kepada agama kami." (QS. Al A'raaf: 88)

Lihatlah perilaku Quraisy kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam
firman Allah Ta'ala, "Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy)
memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau
membunuhmu, atau mengusirmu." (QS. Al Anfaal: 30) di mana kepentingan
bersama dan ukhuwah antara para rasul dan kaumnya yang mereka klaim?

slogan-slogan kesukuan dan nasionalisme adalah buatan musuh-musuh Islam
dari kalangan Yahudi dan Nashrani

Sekarang ini, lihatlah bagaimana penghinaan terhadap Islam dan pemeluknya di
penjuru dunia yang tanpa melihat negara dan kemanusiaan? Sesungguhnya slogan
ini dibuat untuk menipu kaum muslimin dan sebagai cover kedengkian orang
kafir dan munafikin. Tidak diragukan lagi, bahwa slogan-slogan kesukuan dan
nasionalisme adalah buatan musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan
Nashrani yang dikampanyekan oleh orang Islam, baik karena kejahilan mereka,
kemunafikan, atau mencari keridlaan terhadap kafirin. Namun yang jelas bahwa
mereka tidak akan pernah ridla. Allah Ta'ala berfirman:

æóáóäú ÊóÑúÖóì Úóäúßó ÇáúíóåõæÏõ æóáóÇ ÇáäøóÕóÇÑóì ÍóÊøóì ÊóÊøóÈöÚó
ãöáøóÊóåõãú Þõáú Åöäøó åõÏóì Çááøóåö åõæó ÇáúåõÏóì æóáóÆöäö ÇÊøóÈóÚúÊó
ÃóåúæóÇÁóåõãú ÈóÚúÏó ÇáøóÐöí ÌóÇÁóßó ãöäó ÇáúÚöáúãö ãóÇ áóßó ãöäó Çááøóåö
ãöäú æóáöíøò æóáóÇ äóÕöíÑò

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah
petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka
setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung
dan penolong bagimu." (QS. Al Baqarah: 120) karena mereka tidak akan ridla
kecuali kalau umat Islam mengikuti ajaran mereka secara global. Dan celaan
ada pada mengikuti hawa nafsu mereka, baik sedikit atau banyak.

Mengikuti hawa nafsu (kemauan) orang kafir berarti berharap keridlaan mereka
sebagaimana yang dijelaskan oleh ayat di atas, didasarkan pada dua alasan:

Pertama, murka Allah dan keluar dari kecintaan Allah dan Rasul-Nya serta
kaum mukminin dan terjerumus dalam area kaum kafir.

Kedua, orang-orang kafir tidak akan ridla terhadap kaum muslimin dan akan
tetap menimpakan gangguan, karena keinginan mereka agar kaum muslimin
mengikuti agama mereka. Dan ini merupakan syarat mendapatkan keridlaan
orang-orang kafir. Siapa melakukan itu, sungguh rugi dunia akhirat, dan itu
merupakan kerugian yang sebenarnya.

Oleh: Purnomo

(PurWD/voa-islam.com)
http://www.voa-islam.com/islamia/konsultasi-agama/2010/03/19/4046/toleransi-yang-salah-kaprah/


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: