Kebohongan Publik: Proses Demoralisasi Bangsa
sumber, http://mubarok-
Bangsa Indonesia dikenal memiliki sifat paternalis, yakni mudah
mengikuti perilaku pemimpinnya. Jika pemimpinnya memerankan
keteladanan yang tinggi, maka masyarakat luas segera menyiapkan
dirinya untuk diatur ke arah tatanan yang bermartabat. Tetapi jika
pemimpinnya memberikan contoh perilaku yang tidak terpuji, maka dalam
waktu pendek perilaku tidak terpuji itu akan tersosialisasi ke segenap
lapisan masyarakat.
Sebenarnyalah bahwa paternalisme bukanlah monopoli bangsa Indonesia.
Ungkapan bahasa Arab berbunyi, ar ra`iyyatu `ala dini mulukihim,
artinya rakyat itu akan mengikuti agama dari raja-raja mereka. Prinsip
inilah yang menyebabkan penduduk Indonesia menjadi muslim setelah
raja-rajanya masuk Islam. Begitu pula yang terjadi di Persia dan
Afrika. Dalam perspektif ini maka peranan pemimpin dalam mengantar
bangsa ini sangat besar. Pemimpin itu bagaikan sopir bus yang sangat
besar peranannya dalam mengantar penumpang (rakyat) sampai ke tujuan.
Kebohongan publik adalah istilah yang digunakan untuk menyebut
kredibilitas pemimpin dalam ber¬komunikasi dengan masyarakat. Jika ada
seorang sopir taksi berbohong, maka ia tidak akan disebut melakukan
kebohongan publik, karena implikasinya hanya pada sebagian kecil
penumpang taksi. Tetapi jika seorang presiden atau Ketua Parlemen
melakukan kebohongan di depan parlemen atau di depan pers, hal itu
disebut kebohongan publik, karena implikasinya sangat luas.
Implikasi dari kebohongan publik yang dilakukan oleh pemimpin bisa
pada rusaknya sistem administrasi negara karena pernyataan seorang
pemimpin akan ditindak lanjuti oleh aparat di bawahnya. Tetapi, bahaya
yang lebih besar dari kebohongan publik yang ke¬mudian terbongkar dan
tidak ada sanksi, adalah demoralisasi bangsa, dimulai dengan hilangnya
apresiasi masyarakat luas kepada pemimpin, dan selanjutnya sang
pemimpin akan hilang kewibawaannya.
Jika rakyat tidak lagi menghormati pemimpinnya, maka setiap orang akan
menjadikan diri sendiri sebagai pemimpin, dan akibatnya timbul anarki.
Menurut ungkapan bahasa Arab, suatu bangsa tidak akan eksis jika
anarki mewabah di masyarakat, dan anarki terjadi ketika perbuatan
bodoh dilakukan para pemimpinnya (la yashluh al qaumu faudla la surata
lahum, wala surata idza juhhaluhum sadu).
Tanggung jawab seorang pemimpin sangatlah besar sebagaimana besarnya
tanggung jawab orang `alim. Dalam kitab Zubad disebutkan; fa`alimun
bi`lmihi lam ya`malan # mu`addzabun min qabli `ubbadi al watsan.
Artinya; orang `alim yang tidak mengamalkan ilmu¬nya kelak akan
disiksa duluan sebelum penyembah berhala. Demikian juga ancaman bagi
pemimpin yang melakukan kebohongan publik. Hadis Rasul menya¬takan
bahwa ada tiga kelompok yang kelak di akhirat akan diacuhkan oleh
Allah, yaitu (1) kakek-kakek yang berzina, (2) Penguasa yang banyak
berbohong dan (3) orang miskin yang sombong. Na`udzu billah min dzalik.
sumber, http://mubarok-
Salam Cinta,
agussyafii
Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui
achmad.mubarok@
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
===================================================

Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar