Oleh Ayub Abu Ayub
Jum'at, 20 Juni 2008 - 13:35:11
Hit: 655
"Mbah, permisi ya!" Kata-kata ini atau yang semakna ini acap kali
terdengar ketika seseorang menginjakkan kakinya di wilayah yang
kelihatannya jarang dikunjungi oleh makhluk yang bernama manusia. Atau
sebagai kata-kata yang sering dilontarkan ketika melewati sebuah jalan
tertentu yang diyakini seandainya mereka yang lewat tidak
mengucapkannya maka sangat dikhawatirkan malapetaka akan menimpanya.
Ritual penyembelihan ayam hitam juga kerap dilakukan dalam rangka
menolak bala. Tempat yang sering terjadi musibah di situ mesti dicucuri
darah ayam hitam ini. Tentu saja dengan keyakinan dan harapan angka
kecelakaan bisa hilang atau diminimalisir. Begitu juga upacara-upacara
yang mempersembahkan sesajen-sesajen lengkap dengan kepala kerbaunya
kepada para "penguasa" alam ini. Mulai dari "penguasa" hutan, gunung,
laut, kampung, dusun, kota, hingga kepada "penguasa" jalan.
Jimat-jimat, rajah-rajah dan berbagai macam bentuk simbol keberuntungan
juga banyak menghiasai rumah, toko, pabrik, kantor, tubuh, dan lain
sebagainya, seraya berharap keberuntungan selalu mendampingi usaha
mereka.
Tak bisa diingkari lagi bahwa fenomena ini memang terjadi di
tengah-tengah kita. Bahkan dengan jumlah yang tidak sedikit. Seseorang
yang paling berpendidikan sekalipun kadang tak luput dari hal-hal yang
demikian. Mereka yang terdidik untuk berpikir secara rasional ternyata
kerasionalan itu hilang begitu saja ketika berhadapan dengan hal yang
demikian. Kenapa ini bisa terjadi?
Ini terjadi karena adanya ketergantungan dan keterkaitan hati
terhadap hal-hal yang diyakini tersebut. Ketika seseorang permisi
-untuk melalui suatu jalan atau mendatangi suatu tempat asing- kepada
yang dianggap berkuasa di tempat itu maka sesungguhnya itu terjadi
karena adanya ketergantungan dan keterkaitan hati orang tersebut dengan
sesuatu tadi. Dengan adanya ketergantungan dan keterkaitan hati ini dia
berkeyakinan bahwa sesuatu itu akan melindungi dia. Dia sandarkan
nasibnya kepada sesuatu tersebut. Inilah yang terjadi. Lalu bagaimana
Islam menghukumi terhadap hal-hal yang demikian?
Islam mengajarkan agar seseorang hanya menggantungkan dan
mengaitkan hatinya kepada ALLAH semata. ALLAH-lah yang telah
menciptakannya. ALLAH jua yang mengarunainya rezeki. ALLAH yang
mengatur alam ini. ALLAH yang menguasai jagat raya ini. ALLAH yang
berkuasa atas segala sesuatu. ALLAH yang melakukan apa saja yang
dikehendaki-Nya. ALLAH Dzat yang Maha Mendengar. ALLAH Dzat yang Maha
Melihat. ALLAH Dzat yang Maha Mengetahui. ALLAH yang mengabulkan
permintaan dan permohonan hamba-Nya. ALLAH yang memberi manfa'at dan
madhorot. ALLAH dengan segala kesempurnaan dzat dan sifat-sifat-Nya.
Sungguh amat pantas dan memang sudah semestinyalah bagi seseorang untuk
menggantungkan dan mengaitkan hatinya hanya kepada ALLAH semata, Dzat
yang Maha Sempurna.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
ãóäú ÊóÚóáøóÞó ÔóíúÆðÇ æõßöáó Åöáóíúåö
"Barang siapa yang bergantung kepada sesuatu maka dia serahkan
kepadanya" (HR. Tirmidzi dihasankan oleh Asy Syaikh Al Albany
rahimahullah)
Yaitu barang siapa yang bergantung kepada sesuatu dan
menjadikannya sebagai tujuan, sehingga dia menggantungkan harapan
kepadanya dan menjadikannya sebagai penghilang rasa takutnya, maka dia
akan menyerahkan dirinya kepada sesuatu tersebut dan akan bersandar
kepadanya. Begitu pula, apabila seseorang hanya bergantung kepada
ALLAH, maka dia akan menjadikan ALLAH sebagai tujuannya, dia gantungkan
harapannya kepada-Nya, dan ALLAH-lah yang menghilangkan rasa takut yang
ada pada dirinya. Dia serahkan dan sandarkan dirinya, hanya kepada
ALLAH Ta'ala.
Sebaliknya, apabila dia bergantung kepada sesuatu selain ALLAH,
maka dia akan berserah diri dan menyandarkan dirinya kepada sesuatu
tersebut. Dan ini adalah salah satu bentuk kesyirikan. Rasulullah
shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
ãóäú ÚóáøóÞó ÊóãöíãóÉð ÝóÞóÏú ÃóÔúÑóßó
"Barang siapa yang menggantungkan jimat maka dia telah berbuat syirik" (HR. Imam Ahmad)
Seseorang yang menggantungkan jimat dalam rangka mengangkat
malapetaka atau melindungi diri dari musibah berarti dia telah
menggantungkan hatinya kepada jimat tersebut. Berarti pula dia telah
menyandarkan dirinya dan hatinya kepada jimat tersebut. Dia
berkeyakinan bahwa jimat itu bisa melindungi dia dari mara bahaya.
Padahal tidak ada yang bisa melindungi dia dari mara bahaya kecuali
ALLAH Ta'ala. Karena itu, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam
menghukumi bahwa orang yang demikian telah berbuat syirik. Kenapa?
Karena hatinya sudah bergantung dan bersandar kepada selain ALLAH, dan
ini sangat bahaya.
Bahaya? Ya, karena syirik adalah dosa besar yang tidak terampuni.
Selain itu, orang yang menyandarkan hatinya tidak kepada ALLAH, maka
hatinya akan menjadi lemah. Coba orang yang seperti ini dijauhkan dari
jimatnya. Atau larang dia untuk mengucapkan kata "permisi" kepada
"penunggu" kawasan. Atau cegah dia dari penyembelihan ayam hitam. Atau
larang dia untuk mempersembahkan sesajen. Apa yang akan terjadi?
Hatinya akan gelisah, resah, takut bahwa mara bahaya akan menimpanya.
Khawatir keberuntungan tidak akan menyapanya. Cemas, harapannya tidak
bisa terwujud. Apakah hati yang seperti ini bisa dikatakan sebagai hati
yang kuat? Atau sebagai hati yang sehat? Bahkan sebaliknya, yang
seperti ini adalah hati yang lemah dan sakit.
Hati yang sehat dan kuat adalah hati yang bertawakal hanya kepada ALLAH.
æóãóäú íóÊóæóßøóáú Úóáóì Çááøóåö Ýóåõæó ÍóÓúÈõåõ
(Artinya: "Barang siapa yang bertawakkal hanya kepada ALLAH, maka ALLAH cukup baginya" )(Ath Tholaq: 3)
Hati yang sehat dan kuat adalah hati yang bersandar hanya kepada ALLAH.
ÍóÓúÈõäóÇ Çááøóåõ æóäöÚúãó Çáúæóßöíáõ
(Artinya:"Cukup bagi kami Allah dan sebaik-baik tempat penyerahan diri" )(Ali Imran:173)
Hati yang sehat dan kuat adalah hati yang meminta pertolongan hanya kepada ALLAH.
ÅöíøóÇßó äóÚúÈõÏõ æóÅöíøóÇßó äóÓúÊóÚöíäõ
(Artinya:"Hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada
Engkaulah kami meminta pertolongan" ) (Al Fatihah: 5)
Hati yang sehat dan kuat adalah hati yang berlindung hanya kepada ALLAH.
Þõáú ÃóÚõæÐõ ÈöÑóÈøö ÇáäøóÇÓö
(Artinya:"Katakanlah (-wahai Muhammad-): "Aku berlindung kepada Rabbnya Manusia") (An-Naas: 1)
Hati yang sehat dan kuat adalah hati yang takut hanya kepada ALLAH.
ÝóáóÇ ÊóÎóÇÝõæåõãú æóÎóÇÝõæäö Åöäú ßõäúÊõãú ãõÄúãöäöíäó
(Artinya: "Maka janganlah kalian takut kepada mereka dan takutlah
hanya kepada-Ku, jika kalian orang-orang yang beriman."(Ali Imran:175)
Hati yang sehat dan kuat adalah hati yang bergantung hanya kepada ALLAH saja.
Ketahuilah, ketergantungan hati kepada selain Allah Ta'ala ada beberapa macam:
1. Ketergantungan hati yang menyebabkan sirnanya nilai tauhid
secara keseluruhan, yaitu dia bergantung kepada sesuatu yang sebenarnya
tidak mempunyai pengaruh sama sekali, dan bersandar kepadanya, yang
menyebabkan dia berpaling dari ALLAH Ta'ala. Seperti; ketergantungan
para penyembah kuburan terhadap para penghuninya -untuk melepaskannya
dari musibah-musibah yang menimpanya-. Oleh karena itu, jika mereka
menemui mara bahaya yang dahsyat, mereka akan mengatakan, "Wahai fulan,
selamatkanlah kami!" Yang demikian ini -tidak diragukan lag-i adalah
kesyirikan yang besar, yang mengeluarkan seseorang dari Islam.
2. Ketergantungan hati yang melenyapkan kesempurnaan tauhid. Yaitu,
ketika seseorang bersandar kepada sebab-sebab yang dibolehkan oleh
syari'at ini, akan tetapi dia lalai terhadap yang menciptakan
sebab-sebab tersebut, yaitu ALLAH 'Azza wa Jalla, dan dia tidak
memalingkan hatinya kepada-Nya. Dan ini adalah salah satu bentuk
kesyirikan. Tetapi tidak dikatakan syirik besar, karena sebab-sebab ini
memang telah ALLAH jadikan sebagai sebab.
3. Dia bergantung dengan sebab semata-semata hanya karena itu
sebagai sebab saja. Sementara penyandaran asalnya masih hanya kepada
ALLAH Ta'ala. Maka dia berkeyakinan bahwa sebab ini adalah dari ALLAH
Ta'ala, dan bahwasanya ALLAH -kalau Dia menghendaki akan menghilangkan
pengaruhnya atau membiarkannya-. Dan dia berkeyakinan, bahwasanya sebab
tersebut tidak akan memiliki pengaruh kecuali dengan kehendak ALLAH
Ta'ala. Yang demikian itu tidaklah mengurangi sama sekali kesempurnaan
tauhidnya.
Lihatlah akhir dari keadaan seseorang yang menggantungkan hatinya
kepada selain ALLAH. Akhir yang menakutkan dan mengerikan. Akhir yang
penuh dengan risiko dan mara bahaya. Siapakah kiranya -orang berakal-
yang menginginkan hatinya menjadi lemah. Siapa juga yang sudi hatinya
menjadi sakit. Bahkan akhirnya terjatuh ke dalam jurang kesyirikan yang
sangat berbahaya.
Jika seseorang terjatuh ke dalamnya,k hanya dengan rahmat ALLAH
serta taufiq-Nya sajalah dia biasa bangkit dan selamat dari jurang
tersebut. Tanpa itu, mustahil seseorang akan selamat.
Sudah saatnya bagi kita untuk bercermin, kemudian berkata;
Kepada siapa selama ini hati ini aku gantungkan? Kepada siapa
selama ini hati ini aku sandarkan? Kepada siapa selama ini jiwa ini aku
serahkan? Kepada-Mu kah ya ALLAH, atau kepada jimat-jimat yang
tergantung indah? Atau kepada para "penguasa" alam tersebut yang
katanya bisa melindungi? Atau kepada secuil pekerjaan yang menjanjikan?
Atau kepada mereka yang katanya akan menjamin kebahagiaan hidupku?
Atau, kepada siapakah?
Ya ALLAH, jadikanlah kami orang-orang yang hanya bertawakal kepada-Mu.
Ya ALLAH, jadikanlah kami orang-orang yang selalu bersandar kepada-Mu.
Ya ALLAH, jadikanlah kami orang-orang yang berserah diri kepada-Mu.
Ya ALLAH, jadikanlah kami orang-orang yang menggantungkan hatinya hanya kepada-Mu.
Buletin Jum'at Risalah Tauhid -Depok- edisi 83
Sumber :
www.mimbarislami.or.id
[Non-text portions of this message have been removed]
------------------------------------
===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
website:
http://dtjakarta.or.id/
===================================================Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
mailto:daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
mailto:daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar