Senin, 07 Juli 2008

[daarut-tauhiid] Ketika Allah Menjadi Tujuan

Ketika Allah Menjadi Tujuan
( KH Abdullah Gymnastiar )

Ada kejadian menarik ketika saya melakukan umroh beberapa waktu lalu.
Di depan Multazam sempat terjadi keributan antara dua orang. Seorang
dari mereka ngotot ingin terus berdoa, sedangkan seorang lagi ingin
segera kebagian jatah berdoa.

"Hai cepat berdoanya, sekarang jatahnya orang lain!," bentaknya.
Semakin diminta berhenti, orang yang dibentak tersebut malah terlihat
semakin khusyuk dan terus merapat ke dinding. Orang itu bertambah
kesal. Ditariknya orang yang tengah berdoa itu hingga hampir terjatuh.
Adu mulut pun tak terelakkan. Tampaknya orang yang ditarik tidak terima
dengan perlakukan tersebut.

"Kenapa kamu berbuat kasar kepada saya?," ujarnya.

"Kamu tidak tahu diri. Yang ingin berdoa di sini bukan cuma kamu, saya juga!," balas yang satu lagi.

"Saya jauh-jauh datang ke sini untuk berdoa, saya rindu kepada Allah, tapi mengapa tega-teganya engkau berbuat kasar kepadaku?"

"Yang rindu dan butuh kepada Allah bukan hanya kamu, aku pun sama. Aku
pun jauh-jauh datang ke sini untuk memenuhi panggilan Allah."

Sejenak keduanya terdiam, termenung dan saling pandang.

"Eh, kalau Allah tujuan kita, kenapa ya kita sampai bertengkar!"

"Iya ya, betul juga, kenapa kita saling menyakiti."

Menarik sekali, sesudah bicara seperti itu kedua orang tersebut
berpelukan dan saling meminta maaf. Indah sekali. Kejadian ini terjadi
persis di depan saya. Ketika itu saya tidak bisa bicara apa-apa, selain
mengucapkan tasbih dan takbir. Terpesona akan kekuasaan Allah dalam
membolak-balikkan hati hamba-hamba-Nya yang beriman. Awalnya saling
benci, tak lama kemudian saling menyayangi.

Hikmah terbesar dari kejadian langka ini adalah, apapun yang dilakukan
karena Allah, pasti akan berbuah kebaikan. Setiap masalah yang
dikembalikan kepada Allah, pasti akan terselesaikan dengan baik, tidak
akan berlarut-larut. Lihatlah masa Rasulullah SAW dan para sahabat.
Hampir tidak ada masalah yang berlarut-larut dan tak terpecahkan,
karena semuanya dikembalikan kepada Allah.

Logikanya jelas, kita adalah ciptaan Allah, yang menguasai segenap
masalah adalah Allah, yang paling tahu kebutuhan kita adalah Allah,
yang layak menjadi tujuan hidup kita adalah Allah, semua kejadian ada
dalam genggaman Allah. Maka, apa yang diputuskan Allah pasti yang
terbaik bagi kita. Allah tidak mungkin mendzalimi hamba-hamba-Nya.

Saudaraku, yang membuat hidup kita ruwet, penuh konflik yang tak
terselesaikan, adalah ketika kita lebih mengedepankan hawa nafsu serta
kepentingan diri daripada aturan dan kehendak Allah. Sebab, di mana pun
dan kapan pun, selama kita lebih memperturutkan nafsu, selama itu pula
hidup akan sengsara. Sayangnya, kita lebih mempercayai kemampuan diri
yang tidak ada apa-apanya ini, dibanding dahsyatnya pertolongan Allah.
Maka tak heran andai masalah senantiasa membelenggu dan menenggelamkan
kita.

Ingin bahagia dalam hidup? Jadikanlah Allah sebagai tujuan dan
cita-cita hidup kita. Ingin keluarga harmonis, sakinah mawaddah wa
rahmah? Jadikanlah aturan Allah dan Rasul-Nya sebagai pedoman hidup
berkeluarga. Wallaahu a'lam.

Tabloid Jumat, Republika

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
===================================================
MARKETPLACE

Attention, Yahoo! Groups users! Sign up now for a one-month free trial from Blockbuster. Limited time offer.
Recent Activity
Visit Your Group
Need traffic?

Drive customers

With search ads

on Yahoo!

Moderator Central

Yahoo! Groups

Get the latest news

from the team.

Find Balance

on Yahoo! Groups

manage nutrition,

activity & well-being.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: