Sabtu, 05 Juli 2008
Ia dibesarkan dalam keluarga Kristen semenjak kecil. Ia juga
keluar-masuk gereja di saat dewasa. Tapi tak pernah ia temukan
kebahagiaan. Kini ia berlabuh pada pelukan Islam
Hidayatullah.com--'Tatkala kecil ia dimasukkan ke 'Sunday School'.
Tapi ia berhenti karena bosan. Mencoba menjadi pengunjung gereja
Anglikan, lagi-lagi ia kecewa. Lalu mencoba dengan Kristen spiritual,
di situ ia tadak menemukan apa apa. Aquil mencoba mengikuti ritual
Budha, secara fisik ia merasakan goncangan namun jiwanya masih merasa
kosong. Lewat kebaikan Ibraim teman sekerjanya, serta melalui
research dan dari bacaan literatur ISLAM, akhirnya Aquil menemukan
Islam sebagai pilihan terakhir.
"Bulan Suci Ramadhan adalah sesuatu yang ingin saya alami sebelum saya
memutuskan memeluk agama Islam" ujarnya. Ia mengatakannya di acara
buka bersama.
"Sis ini titipan dari Lina, lumayan buat buka puasa," Aquil
menyerahkan satu baki penganan manis. "Istri saya mengalah, tinggal di
rumah, nemani anak kami berbuka puasa," begitu Aquil mengatakan.
Saya tanyakan bagaimana rasanya menjalankan ibadah shaum. "Ramadhan
tahun ini adalah Ramadhan yang kelima, insya Allah," ujarnya dengan
rasa bangga dan bahagia. Aquil, adalah bule Inggris yang hadir pada
acara buka bersama di pengajian di Islington London Timur.
Sambil menunggu teman-teman pengajian lainnya, ia lanjut bercerita
bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang selalu ia nantikan dan ia ingin
melakukan shaum, dan ia sangat menikmatinya, tambahnya lagi. Ternyata
ia telah melakukan 2 kali puasa pada 2 ramadhan walau ia belum memeluk
agama Islam.
"Saya melakukan shaum dua kali sebelum saya mengikarkan syahadat pada
tanggal 2 Juli 2003. Jadi saya sudah melakukan shaum dan saya
merasakan dan tahu seperti apa indahnya berpuasa," tambahnya.
"Bagaimana kamu bisa melakukan puasa sedang kamu engga biasa melakukannya?"
"Bila seseorang ingin mengerjakan sesuatu dengan keyakinan dan penuh
semangat, maka apapun bisa terjadi. Saya sangat menanti bulan suci
ramadhan. "If one wants to do something with conviction and true
spirit, then anything is possible and I look forward to the Holy month
each year," jawabnya.
"Saya telah mendapatkan banyak pelajaran dari bulan ini. Ramadhan
telah banyak memberi barakah berupa kabahagiaan yang sukar
digambarkan," tambahnya.
Aquil mengatakan bahwa baginya Islam telah membuatnya bisa memaknai
dan arti hidup yang sesungguhnya. "KeIslaman saya bertambah meningkat
dan telah banyak memberi manfaat buat diri saya baik secara fisik dan
mental' tambahnya begitu yakin."
Hingga hari ini Aquil masih meyembunyikan nama aslinya. Pria yang
bekerja di perusahaan kereta bawah tanah atau London Underground
sering meminta tak menertawakan perihal pekerjaannya.
"Please don't lough sister…" pintanya.
Padahal sering saya tersenyum mendengar permintaannya. Apa salahnya
bekerja di London Underground?
Perbincangan kian menarik dengannya kala itu.
"Tapi memang repot dan berat ya sis, di saat kita memutuskan untuk
pindah agama. Saya betul betul dihantui oleh perasaan takut. Takut
kehilangan keluarga dan saudara, teman dekat.
Apa yang bakal terjadi kalau saya pindah agama, apa kata
teman-temanku..? Hal ini terus menggelayut dikepala saya, sis. Ada
rasa bingung dan ragu. Tapi lantas saya menyadari…kenapa kita sibuk
dan repot memikirkan apa kata orang ? Seakan kita cuma mau
menyenangkan dan mencari ridho manusia, kalau begitu saya belum yakin.
Ah, saya kira itu wajar karena kehidupan kita berada dilingkungan
manusia."
Itulah hal-hal sekelumit keluhannya. Namun, sampai hari ini, brother
Aquil, begitu saya sering memanggilnya terus mempelajari Islam baik
lewat bacaan, diskusi dengan teman Muslimnya sampai suatu hari ia
memutuskan untuk bersyahadat.
Dan memang benar. Setelah ia memeluk Islam, banyak teman-teman
dekatnya menjauhkan diri.
"Saya memang kehilangan teman dan sahabat setelah saya nyatakan bahwa
saya masuk Islam. Saya sempat bersedih, namun tidak lama. Ada pepatah
mengatakan "Yang pergi dan datang silih berganti". Teman dan
sahabatku memang pergi meninggalkan saya. Namun Allah maha Adil dan
Pengasih yang pergi tergantikan oleh yang terbaik. Ini terbuktikan.
Ternyata teman dan sahabat Muslim saya jauh lebih baik. Persahabatan
dan kebaikan mereka murni karena Allah, bukan karena kepentingan
lainnya," ujarnya.
Percakapan kami terputus karena teman-teman pengajian mulai
berdatangan dan pengajianpun dimulai. Mereka semua duduk bersimpuh,
di ruang yang begitu sempit. Duduk berdesakan. Kadang antar kaki
beradu, saat mereka ingin meregangkan kaki mereka. Maklum mereka belum
terbiasa duduk berlama-lama dilantai . Aquil berjanji untuk
melanjutkan cerita dan perjalanannya menuju Islam.
Pra Islam
Aquil dulunya bekerja di Angkatan Udara Britania atau Royal Air Force.
Salah satu koleganya kala itu adalah Muslim. Ia cukup dekat dan
akrab. Mereke sering terlibat banyak diskusi dan perdebatan politik
atau kejadian-kejadian terkini. Bahkan terlibat diskusi tentang agama.
"Di sinilah saya berkenalan dengan agama Islam, saya tidak tahu dan
berfikir kalau agama ini akan memberikan banyak pengaruh besar pada
kehidupan saya, " kenangnya.
Kala itu, ia sedang mengambil diploma kursus councelling di mana
diantara peserta adalah dua Muslimah. Salah satu diantara mereka
mengenakan jilbab dan satunya lagi tidak. Saat itu Aquil begitu
sinis dan tidak suka melihat perempuan berjilbab.
Aquil dibesarkan dengan tradisi Kristen yang kental. Sejak kecil ia
diwajibkan sekolah mingguan pada hari Minggu (semacam Madrasah untuk
Islam) oleh bapak dan ibunya.
Tapi itu hanya berjalan sebentar. Ia mengaku tidak mendapatkan manfaat
apa-apa dan merasa bosan. Sejak itu ia behenti.
Kondisi ini terus berjalan sampai besar. Di saat sudah bekerja di
Angkatan Udara ia merasa tak pernah nyaman datang ke gereja.
"Kunjungan saya yang terakhir ke gereja adalah saaat saya ditempatkan
di RAF Beson di Oxfordshire."
Pastur yang kebetulan berkulit putih kala itu, membuat sebuah
selorohan (gurau) kepada para jemaah yang kebetulan sudah jelas tidak
berkulit putih. Ia merasa betul-betul menjijikan. Sejak itu saya
tidak pernah lagi kesana. Kapok!.
Sampai suatu hari, sang pastur bertanya kepadanya kenapa ia jarang
terlihat ke gereja. "Saya pergi ke gereja lainnya, jawabnya. Ia
berkesimpulan bahwa gereja itu bukan rumah Tuhan yang menghidupkan
hati atau ruh dimana dirinya berharap bisa mendapatkan kedamaian dan
ketenangan. Sejak insiden itu, ia malah datang ke gereja hanya untuk
upacara perkawinan atau acara penguburan (funeral).
Dari gereja satu ke gereja lain. Itulah pekerjaannya. Ia akhirnya
terlibat kelompok Kristen spiritual. Kunjungan pertamanya ke gereja
itu dirasa sangat menakutkan.
"Saya ingat merasakan ketakutan yang luar biasa. Bayangkan saya sudah
bisa jadi perantara, tukang tenung dan bahkan sudah bisa menyembuhkan
orang sakit. Satu hal yang menarik pada kelompok ini adalah
anggotanya boleh dari berbagai latar belakang, warna dan bahkan agama.
Kira-kira begitu asumsi saya saat itu."
"Saya ingat betapa campur aduknya antara lagu-lagu pujian dan doa-doa
Tuhan Kristus dan lainnya, bahkan ritual-ritual yang seakan kita
berbicara dengan roh… saya bertambah frustrasi dengan acara-acara
ritual yang mereka lakukan dibanding dengan gereja yang sebelumnya
saya kunjungi."
Akhirnya ia keluar juga atas ketidaknyamanan itu. Sampailah suatu
ketika ia aktif masuk Budha.
"Saya sempat duduk bersama mereka dan melakukan secara keseluruhan
kegiatan ritual agama ini. Sangat menarik! Ritual-ritual itu telah
menghadirkan getaran-getaran yang indah pada seluruh fisik saya namun
hal ini tidak memberikan pengaruh apa-apa. Betul-betul tidak ada
apa-apanya. Jujur saja hal itu betul- betul nonsen untuk pribadi
saya."
Bulan Oktober 2000, ketika ia berkerja di London Underground di
sanalah Aquil berjumpa dengan Ibrahim, yang kemudian menjadi
mentornya. Ibrahim pula yang membimbingnya memulai dalam perjalanan
Islam.
"Ah, terkadang saya senyum sendiri. Penuh penyesalan di kala saya
mengenang masa lalu. Betapa jahiliyah nya saya dan rasa-rasanya tak
ada satupun mahluk yang bisa menghentikan saya untuk menghentiakan
kebiasaan minum alkohol yang membuat kita sangat tergantung dan
kecanduan dengannya," katanya mengenang masa lalunya sebelum beralih
pada Islam.
"Padahal saya tahu besoknya saya bakalan hangover (sakit kepala & mual
karena minum alkohol berlebihan), tidak bisa bangun, makan dan
mengerjakan sesuatu, tapi mengapa tidak pernah kapok dan saya lakukan
kembali.
"Entahlah.. ternyata Allah bisa menghentikan semua ini. Dengan pelan
pelan saya menghentikan kebiasan minum alkohol. Dimulai dengan
mengurangi jumlah yang saya minum. Misalnya dari empat 4 pints
(kurang dari ½ lt/1 gelas besar) saya kurangi menjadi 2 pints
semalamnya dan akhirny saya berhenti secara total.
"Sebuah perubahan besar terjadi pada diri saya. Luar bisa memang dan
saya merasakan perbedaannya. Saya sekarang jauh lebih fit baik secara
fisik dan mental. Soal babi dan bacon, kebetulan saya sendiri dari
dulunya tidak pernah suka dengan makanan jenis ini. Saya merasa mual
setelah memakan makanan ini. Kalau saja saya tahu akan kebenaran pada
waktu itu, maka tangan Allah-lah yang telah menunjukan jalan yang
sangat penuh misteri untuk saya.
"Saya bersyukur ke khadirat Allah SWT .. kini saya telah resmi
memeluk agama Islam setelah melewati jalan yang cukup berliku dan
cukup lama.. begitulah Allah telah menakdirkan saya," ujar Aquil
menyampaikan rasa syukurnya.
Dengan kebesaran Allah pula, ia kini diberi seorang istri, seorang
muallaf, Lin, yang sebelumnya penganut Hindu.
"Kami berdua sama-sama baru dalam menjalankan agama Islam dan
sama-sama diselimut oleh semangat yang menggelora serta gairah yang
cukup tinggi dalam menjalani Islam sepenuhnya".
"Lewat pengajian yang sangat saya cintai dari teman-teman Melayu baik
yang Singapura, Malaysia dan Indonesia, terasa sekali ukhuwah yang
mendalam, rasa kebersamaan dan persaudaraan (brotherhood) yang ikhlas
yang tidak pernah saya dapatkan, kini bisa saya dapatkan di sini.
Semua ini saya dapatkan hanya dalam Islam ini. Allah Maha Besar!"
'Saya tak henti menyampaikan rasa syukur ke khadirat Ilahi yang telah
menuntun dan memberikan jalan yang akhirnya saya temukan yakni Islam.
Semoga Allah mengampuni semua dosa-dosa saya dimasa lalu. Entahlah,
nikmat mana lagi yang hendak kami ingkari? [dikirim dari London, Maret
2008 oleh Al-Shahida. Email: Al_shahida@yahoo.com]
http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=7158&Itemid=1
------------------------------------
===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
website:
http://dtjakarta.or.id/
===================================================Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
mailto:daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
mailto:daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar