Selasa, 28 Oktober 2008

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2330

Messages In This Digest (4 Messages)

Messages

1.

(Ruang Baca) Para Priyayi: Sebuah Novel

Posted by: "Rini Nurul Badariah" rinurbad@gmail.com   thee_ok

Tue Oct 28, 2008 3:18 am (PDT)

Penulis: Umar Kayam
Penerbit: Pustaka Grafiti
Tebal: vi + 337 halaman
Cetakan: ke-12, Februari 2008
Beli di: BBC Suci, Bandung
Harga: di atas 30 ribu
Skor: 9

Soedarsono, yang setelah dewasa diubah namanya menjadi Sastrodarsono,
merupakan kebanggaan keluarganya. Dia menempatkan martabat sosial di
kalangan priyayi dengan menyelesaikan pendidikan dan menjadi guru
bantu di desa. Semua itu tidak lepas dari dukungan Ndoro Seten,
asisten wedana, yang kemudian meminta dipanggil Romo Seten olehnya.
Perlahan-lahan Sastrodarsono membangun dinasti priyayi di rumahnya,
Jalan Setenan, Wanagalih, dengan bekal pendidikan dari kedua
orangtuanya yang petani dan Ndoro Seten.

Novel ini didominasi narasi, yang sifatnya bergerak dan mengalir.
Penuh dialog dan nyaris minim deskripsi. Bagi yang kurang suka membaca
buku tebal, mungkin akan kesulitan sebab paragrafnya panjang-panjang.
Pada suatu bagian, paragraf satu dengan lainnya nyaris rapat sehingga
tidak terasa ada jeda pergantian waktu sekian puluh tahun.
Tetapi di situlah keistimewaan Umar Kayam. Ia menulis dengan leluasa,
tanpa banyak teori, bercerita sangat lancar bagaikan mendongeng secara
berhadapan muka saja. Ditambah lagi, kisah yang sarat bahasa Jawa ini
sangat nikmat dilalap dengan latar belakang tahun 60-an. Beralih-alih
dari Jawa Timur ke Tengah. Saya tergiring menghayati aneka diksi yang
tergolong 'baru' untuk diri pribadi, semisal 'ndrindil', 'kungkum',
'tatag', 'mengkis-mengkis' dan 'cegah dahar lawan guling'.

Karakter paling spesial dalam PP adalah Lantip alias Wage. Anak bakul
tempe dari Wanalawas yang hidup papa itu justru membuktikan bahwa
dirinyalah yang paling mriyayeni dari sekian banyak anggota keluarga
besar Sastrodarsono. Dengan cara pandangnya yang prasaja, tidak pernah
mengeluh, dan senantiasa berbakti, Lantip berhasil menjadi priyagung
dan dibanggakan oleh keluarga Embah Kakungnya. Ia menelan segala
kepahitan dengan tabah, tidak memprotes dan berusaha riang gembira
menjalani kehidupan. Bahkan Lantip bersabar saat Eyang Kusumo, yang
petualang dan sempat menjadi bas ketoprak, menyuruhnya memanggil Ndoro
Sepuh dengan alasan tata krama. Tetapi dialah yang selalu tampil
menyodorkan pemecahan masalah, termasuk kala menimpa kedua sepupunya
yang semula memandang sebelah mata: Marie dan Tommi. Kisah keluarga
Noegroho, putra sulung Sastrodarsono, ini memikat pula dengan
satirnya. Betapa Susanti ingin kelondo-londoan dipanggil Sus, kemudian
anak-anaknya memiliki nama kecil ala Barat.

Karakter lain yang tidak kalah mempesona ialah Siti Aisah, alias Dik
Ngaisah di mata Sastrodarsono. Melalui wanita satu ini, Umar Kayam
menunjukkan bahwa perempuan sama sekali tidak lemah dan dijajah
lelaki. Ia bahkan memperlihatkan kepriyayian sejati dengan ketegaran
sikapnya, kala ayahnya diberhentikan dari jabatan dan wafat
mengenaskan karena tidak tahan pukulan batin akibat ulahnya sendiri.
Embah Sastro Putri tersebut mendampingi suaminya dalam jatuh-bangun,
termasuk saat kepalanya ditempeleng Nippon gara-gara tidak mau
membungkuk menyembah dewa matahari.
Peristiwa berpulangnya istri Sastrodarsono, yang sangat telaten dan
penuh dukungan, ini menyeret perasaan saya dalam keharu-biruan yang
tebal. Sosok yang amat pantas diteladani.

'Para Priyayi' memaparkan gejolak kehidupan manusia-manusia yang
berpendidikan beserta interaksi dengan lingkungan sosialnya dengan
sangat cantik. Saya terhanyut dalam naik-turun cerita: duka
Sastrodarsono ketika kemenakannya yang paling berandal mati hangus
sebagai anggota gerombolan rampok, amarah Mboknya Ngadiyem ketika tahu
anaknya dihamili dan tabungan keluarganya dibawa kabur, kesederhanaan
Lantip yang rikuh dianggap priyagung oleh teman sendiri, percintaan
panas Harimurti dengan sesama aktivis Lekra, kepedihan hati
Sastrodarsono ketika berpisah dengan Martoatmojo yang dikaguminya,
salah tingkah Gadis alias Retno Dumilah karena namanya terkait seorang
sosok sejarah Mataram yang ia benci, serta kekecewaan Noegroho
saat tidak bisa menyunting gadis pujaannya yang lain agama. Tanpa
bahasa berbunga-bunga, Umar Kayam memotret semuanya dengan tajam dan
penuh daya tarik. Ia juga memperkenalkan kosakata unik seperti
'berdudukan', 'salah lahir', dan 'buta huruf sasmita'.

Karya Umar Kayam yang cemerlang ini banyak mengandung pelajaran hidup,
nilai-nilai Jawa dan seluk-beluk priyayi yang selama ini hanya
didengar namun belum dipahami benar makna pentingnya.
Seperti ucapan Romo Seten Kedungsimo, "Priyayi utama itu, Sastro,
tidak hanya akan gagah dalam kemenangan,
tetapi juga dalam kekalahan.." (halaman 92).

Novel 'Para Priyayi' bukan hanya apik dan enak dibaca, namun berharga
untuk diresapi dan direnungkan di sana-sini. Baik untuk mengarungi
hidup, maupun belajar menuturkan cerita melalui tulisan yang tidak
berumit-rumit.

--
Salam,
Rini Nurul Badariah
http://rinurbad.multiply.com
http://sinarbulan.multiply.com

2a.

Re: [esei] Yang Muda Yang Memimpin?

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Tue Oct 28, 2008 3:40 am (PDT)

Setujuh!:)

Hmm,jelang 2009, promo nih, mas Yon's:). 2009,saat parpol berkampanye, Mas
Yon's insya Allah menuliskan skenario hidupnya,hehe...

Tabik,

Nursalam AR

2008/10/28 Yon's Revolta <kolumnis@gmail.com>

> kalo yang muda
> yang wangi
> yang tampan
> yang berhati senja
> itu sayah ^_^ "halah"
>
> :-p
>
> jabat kenang
> yon's
> http://penakayu.blogspot.com
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com<sekolah-kehidupan%40yahoogroups.com>,
> "Nursalam AR"
> <nursalam.ar@...> wrote:
> >
> > *Yang Muda Yang Memimpin?*
> >
> > *Oleh Nursalam AR*
>
>
>

--
-"Let's dream together!"
Nursalam AR
Translator, Writer & Writing Trainer
0813-10040723
E-mail: salam.translator@gmail.com
YM ID: nursalam_ar
http://nursalam.multiply.com
3a.

Re: [catcil] Tiga Pelajaran di Ahad Jingga

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Tue Oct 28, 2008 3:43 am (PDT)

Thx for reading, fey.
Iya nih. belum, Fey. Tolong ditanyain yah:).
Jakarta sedang musim hujan nih. Di Jepang lagi musim apa, Fey?Bukan musim
rindu kan?hehe...

Tabik,

Nursalam AR

2008/10/28 inga_fety <inga_fety@yahoo.com>

> wah, langkap banget laporan pandangan matanya:)
> udah ditanya mas nur hasil renungan pak tehanya?:)
> jadi iri, gak bisa kumpul-kumpul lagi..
>
> salam,
> fety
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com<sekolah-kehidupan%40yahoogroups.com>,
> "Nursalam AR"
> <nursalam.ar@...> wrote:
> >
> > *Tiga Pelajaran di Ahad Jingga*
> > *Oleh Nursalam AR*
> >
> > Ahad, 19 Oktober 2008 adalah Ahad jingga. Ada warna merah muda
> menyemburat.
> > Ya, karena hari itu pernikahan salah satu sahabat Eska (Sekolah
> Kehidupan),
> > Dyah Zakiati. Ada warna merah, panasnya matahari Jakarta di musim
> pancaroba
> > yang disinyalir berkisar 36 derajat celcius. Ada warna putih.Pucatnya
> > wajahku selepas begadang mengejar tenggat terjemahan yang
> bertubi-tubi di
> > akhir tahun ini. Yah,alhamdulillah, untuk biaya persalinan anak
> pertamaku
> > bulan depan,Insya Allah.
> >
> > Memenuhi undangan pernikahan adalah wajib. Meski panas menyengat.
> Terlebih
> > setelah aku dan istri, Yuni, keluar dari KRL Ekonomi AC di Stasiun
> Tebet.
> > Perbedaan suhu yang ekstrem membuat badanku serasa meringsang, tak enak
> > badan. Tapi, sekali lagi, memenuhi undangan pernikahan adalah kewajiban.
> > Lebih-lebih sang empu hajat, Dyah, mengundang secara pribadi, via sms
> > beberapa bulan sebelumnya. Bagiku pribadi, undangan yang personal
> sifatnya
> > ini semakin "membebani"-- dalam artian kudu dihadiri. Berbeda halnya
> jika
> > sang empu hajat jarang bergaul sebelumnya, dan undangan pun dilayangkan
> > secara sapu-jagat alias terbuka di milis. Sah-sah saja memang.Namun,
> sekali
> > lagi bagiku, itu rasanya sangat berbeda. Entah bagi Anda, Sahabat.
> >
> > *Pelajaran Pertama: Sering-sering bergaul dalam sebuah komunitas (di
> sebuah
> > milis sekalipun!). Terlebih jika Sahabat bakal punya hajat semisal
> > pernikahan atau khitanan. Ingat! Pepatah klasik masih berlaku sampai
> kini:
> > tak kenal maka tak sayang. Tak kenal terus ujug-ujug ngundang?
> Jangan harap
> > tamu pada datang:).
> >
> > *Dari Stasiun Tebet, dengan dua kali menyambung kendaraan,sampailah kami
> > bertiga (dengan si Junior dalam kandungan) di tempat pernikahan di
> bilangan
> > Palmeriam, Jakarta Timur. Sebuah tempat yang tidak asing bagiku
> karena aku
> > pernah menjalani PBL (Praktek Belajar Lapangan) di tempat ini pada 1998
> > sewaktu kuliah di UI. Nah, tempat pernikahan sahabatku ini adalah sebuah
> > asrama mahasiswa daerah di tepi jalan. Sederhana namun ramai
> undangan yang
> > datang. Termasuk Sahabat Eska Bandung -- Pak Teha,Kang Hadian, Sinta dan
> > Asma -- yang berangkat dari Bandung pukul enam pagi.Sungguh
> solidaritas yang
> > mengharukan. Insya Allah, aku yakin, Allah mencatat pahala silaturahmi
> > ratusan kilometer tersebut.
> >
> > Pukul sebelas siang saat itu.Panas menghajar. Terpal hijau di atas
> kepala
> > tak kuasa menahan.Namun, kesegaran silaturahmi dengan Sahabat Eska cukup
> > jadi pengganti eskrim yang batal aku lahap siang itu. Sueger! Ada
> Taufiq,
> > Rusdin, Novi, Dani sekeluarga, Mbak Nuke, Yayan,Widhiatma, Pak Yudhi
> dan Nia
> > Robie. Saling bertukar berita dan canda. Terutama Nia Robie yang selalu
> > penasaran dengan kondisi kandungan istriku. Sampai-sampai memegangi
> perut
> > istriku yang kian melembung. Hmm...barangkali ini hasrat seorang wanita
> > lajang usia dua puluhan.
> >
> > *Pelajaran kedua: Silaturahmi memperpanjang rejeki dan umur. Karena
> ketika
> > silahturahmi terjalin ada banyak tawa dan canda yang bikin awet
> muda. Soal
> > rejeki,jodoh pun bagian dari rejeki. Jadi buat para lajang,
> sering-seringlah
> > kondangan!
> >
> >
> > *Selepas makan dan lelah bercerita -- sembari menunggu pengantin
> wanita yang
> > tak kunjung muncul hingga Zuhur -- satu persatu Sahabat Eska pamit
> ke mesjid
> > terdekat dan menitip tas padaku dan Yuni. Sempat terpikir untuk
> mengenakan
> > biaya tunggu per jam. Karena hingga pukul setengah satu rekan-rekan yang
> > menitipkan tas tak juga muncul. Beristirahat di mesjid memang lebih
> nyaman
> > saat matahari Jakarta gila membakar. Kemeja batik hijauku kuyup. Pak
> Teha
> > terduduk di kursi belakang.Mungkin sedang merenung, dan aku masih
> menunggu
> > hasil renungannya hari itu.
> >
> >
> > Alhamdulillah, Dyah sang pengantin muncul juga. Lekas aku dan Yuni
> bergabung
> > dalam antrian para tamu yang juga punya niat serupa. Antri makan?
> Tidak, aku
> > malu nambah makan dua kali di depan publik. Bersalaman dengan pengantin
> > adalah ritual wajib sebelum Anda pamit pulang.Syukur-syukur Anda diajak
> > berfoto bareng pengantin. Itu bonus bagi orang-orang yang sabar.Jika
> tidak
> > minimal pengantin tahu bahwa Anda datang, dan tak perlu melacak
> kehadiran
> > Anda lewat nama yang tertera pada amplop undangan.Karena tak semua orang
> > punya kebiasaan menuliskan nama mereka pada angpao. Bisa jadi karena
> soal
> > jumlah shodaqohnya atau memang benar-benar ikhlas, atau karena
> memang tidak
> > tahu. Hanya ada tiga kemungkinan itu.
> >
> >
> > Saat tiba giliranku bersalaman, aku terperanjat melihat sang
> mempelai pria.
> > Dia mantanku?Tentu tidak, Kawan. Karena aku masih pria heteroseksual
> yang
> > sangat normal. Tapi karena Mas Dwi,sang suami Dyah,adalah salah seorang
> > tokoh di masa lalu yang menginspirasiku. Sosok Mas Dwi dengan penampilan
> > fisiknya yang khas sangat familiar di era 1998-an. Ketika aku masih
> kuliah
> > di Depok, keberadaannya yang konsisten di masjid UI atau
> Gunadharmasangat
> > aku ingat.Sampai-sampai, hingga saat aku menjabat tangannya ketika
> > pernikahan, aku mengira ia seniorku di UI.
> >
> >
> > "Anak UI ya, Mas?" tanyaku seraya menjabat tangannya.
> >
> > "Bukan. Gunadharma," jawabnya singkat dengan tersenyum ramah.
> Terlihat lelah
> > tapi bahagia.
> >
> > Ah, meski berbeda almamater, ia terasa dekat bagiku. Mungkin ini
> yang dalam
> > ungkapan Hassan Al Banna-- tokoh pergerakan internasional -- disebut
> sebagai
> > 'kam minna laysa fina, kam fiina laysa minna". Betapa banyak bagian dari
> > kita yang tidak berada di dekat kita,dan betapa banyak yang berada
> di dekat
> > kita tapi bukan bagian dari kita.
> >
> >
> > Aku bertasbih dalam hati. Subhanallah. Sungguh berbahagia ia
> memiliki istri
> > yang mau menerimanya apa adanya. Dan sungguh berbahagia Dyah mendapatkan
> > suami sekaliber Mas Dwi. Ia seorang aktivis dakwah terpandang di
> > kampus-kampus bilangan Depok.Pergaulannya yang intensif dengan pemimpin
> > mahasiswa penggerak reformasi seperti Rama Pratama,Fitra Arsyil atau
> Fachri
> > Hamzah (ketua KAMMI yang pertama), aku yakin, membuatnya sosoknya cukup
> > dihormati.Terlepas dari apapun kondisi fisiknya. Semangatnya yang seakan
> > tanpa capek itu yang dulu membuatku-- sebagai junior dalam dunia
> pergerakan
> > mahasiswa -- kagum sekitar sepuluh tahun lalu. Kini sedekade
> kemudian, aura
> > semangat itu pun masih ada. Apa yang terbit dari hati memang akan
> meradiasi
> > hati.
> >
> >
> > Akhirnya hari itu aku dapat pelajaran terakhir yang menutup sekolah
> > mingguku.
> >
> > *Pelajaran ketiga: Dunia itu sempit selebar daun kelor, dan semangat
> dari
> > hati akan selalu menular sesempit apapun ruang dan sepanjang apapun
> waktu
> > yang kita punya. Dan kita dapat berguru dari siapapun.
> >
> > Untuk Mas Dwi, sang suhu, dan Dyah,sahabatku: Barakallahu laka wa baroka
> > 'alaika wa jama'a bainakuma fii khoir...
> > Moga Allah kumpulkan kalian dalam kebaikandan keberkahan-Nya.
> >
> > **Jakarta, Jagakarsa, 23 Oktober 2008***
> > **
>
> >
> > -"Let's dream together!"
> > Nursalam AR
> > Translator, Writer & Writing Trainer
> > 0813-10040723
> > E-mail: salam.translator@...
> > YM ID: nursalam_ar
> > http://nursalam.multiply.com
> >
>
>
>

--
-"Let's dream together!"
Nursalam AR
Translator, Writer & Writing Trainer
0813-10040723
E-mail: salam.translator@gmail.com
YM ID: nursalam_ar
http://nursalam.multiply.com
4a.

Re: [ruang keluarga] Ki Panggar dan Ki Goyot

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Tue Oct 28, 2008 3:58 am (PDT)

Hehe...Nia betul seratus persen!
Tapi pemahaman budaya memang penting Nia. Jangan sampai seperti kejadian
suami yang Sunda dan Istri yang Betawi. Mereka bertengkar gara hal sepele.

Ketika sang suami memanjat pohon nangka, sang istri menunggui di bawah. Tapi
beberapa menit kemudian, ketika sang suami ingin turun dan melihat ke bawah.
Ternyata sang istri sudah tak ada, demikian juga tangganya.

"Mah, taraje! Taraje!"

Istri yang sibuk di dapur sebetulnya siap mengambilkan tangga. Tapi dia
berpikir,"Oh, entar aje. Yah, udah." Ia pun meneruskan masak. Tak peduli
sang suami berteriak-teriak di atas pohon sampe serak:)

Glossary: Taraje : tangga (bahasa Sunda)

Garing ga,hehe..

Tabik,

Nursalam AR

2008/10/27 Nia Robiatun Jumiah <musimbunga@gmail.com>

> kikikik betul mas nur... budaya dan daerah seharusnya jadi pemersatu
> bangsa...
> jadi inget ada beberapa orang yang cerita ke aku bahwa ada persaratan
> khusus dalam milih pasangan hidup.. yang umumnya harus sesuku... dan
> ujung2nya karena itu kata2 orang tua mereka ya mereka manut2 aja..
> kalo orang tuaku justru untuk urusan begonoan mah kagak ade persyaratan yg
> khusus2 amat..
> dan di suatu senja yang indah...
> "ni.. nikah mah enakan sama orang jawa, bisa kaya..." begitulah kira2 kata2
> kepolosan ibuku
> "hah? kaya? kaya gimana maksudnya?"
> "kaya mba-mba"
> "gubraks!!!" duh dalem hati ternyata si cantik ini masih bisa ngelucu
> juga...
>
> salam
> nihaw.. yang sepertinya udahan 'semedi'nya
>
>
> 2008/10/28 Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com>
>
>> *Ki Panggar dan Ki Goyot*
>>
>> *Oleh Nursalam AR*
>>
>>
>>
>> Di sebuah ranjang jelang tengah malam. Sepasang suami istri
>> berbincang-bincang mengenai rencana-rencana pasca persalinan anak pertama
>> mereka. Diselingi canda tawa, dengan bisikan doa-doa, sang suami
>> mengelus-elus perut sang istri yang membuncit. Seperti biasa, sang istri
>> asyik berceloteh dan sang suami menjadi komentator dan pendengar setia.
>>
>>
>>
>> "
>>
>
>
>

--
-"Let's dream together!"
Nursalam AR
Translator, Writer & Writing Trainer
0813-10040723
E-mail: salam.translator@gmail.com
YM ID: nursalam_ar
http://nursalam.multiply.com
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Send pics quick

Share photos while

you IM friends.

Biz Resources

Y! Small Business

Articles, tools,

forms, and more.

Yahoo! Groups

Special K Challenge

Join others who

are losing pounds.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: