Rabu, 29 Oktober 2008

[daarut-tauhiid] Dagang Ummat

Seorang kader partai tengah memanggul beberapa bilah bambu panjang
yang di ujungnya sudah terpasang bendera partai tersebut. Sendirian ia
menancapkan satu persatu bambu itu dan mengikatkannya pada pohon atau
tiang listrik. Seorang teman saya berkomentar, "kader militan…"

Ia, pemuda itu, satu dari sekian juta kader-kader partai di negeri ini
yang rela melakukan apapun untuk partai yang dicintainya, demi
nilai-nilai yang diperjuangkan partainya meskipun tidak mendapatkan
bayaran, insentif atau bonus sepeser pun. Sekadar makan siang dan
sebotol air mineral, ditambah sebuah doktrin guru mengajinya,
"Berjuang harus ikhlas, ini bagian dari dakwah. Biarlah Allah yang
membalas semua jerih payah kita. Bayaran Allah jauh lebih besar dari
siapapun di dunia ini"

Di tempat berbeda, seorang pemuda dari partai yang lain terlihat
tengah memasang spanduk seorang calon anggota legislatif, padahal saat
itu waktu menunjukkan pukul 23.45 WIB. Rupanya, puluhan bahkan ratusan
spanduk yang bertebaran di jalan raya itu hasil kerja kerasnya bersama
dengan beberapa kader partai lainnya. Yang menarik, ternyata ia dan
rekan-rekannya tak benar-benar mengenal foto-foto yang terpasang di
berbagai spanduk yang dipasangnya itu. Namun jawaban soal mengapa ia
mau melakukan pekerjaan itu jauh lebih menarik untuk disimak, "Saya
percaya orang-orang ini akan berjuang mengusung aspirasi rakyat.
Mereka orang-orang bersih, berdedikasi dan punya kapabilitas untuk
menduduki kursi parlemen".

"Tapi Anda kan tidak benar-benar mengenal mereka, bagaimana bisa punya
penilaian seperti itu?"

"Mmm… itu yang disampaikan para pimpinan kami di partai," ujarnya.

Nanti, jelang waktu pemilu semakin dekat. Kita akan melihat jutaan
orang rela berkumpul di sebuah lapangan meneriakkan yel-yel,
slogan-slogan partai, juga mengelu-elukan jagonya, mengibarkan bendera
partai. Sebagian anak-anak muda bahkan rela mengecat wajahnya dengan
lambang partai, kaum ibu sambil menggendong anak-anak bayinya di terik
panas, bersedia mengenakan baju, jas, jilbab sampai kaus kaki berlogo
partai yang diyakininya itu. Jangan aneh pula bila menemukan beragam
kendaraan, mulai dari kendaraan roda dua sampai mobil-mobil yang
tergolong mahal rela dicat atau ditempeli stiker logo partai, dari
ukuran kecil sampai yang menutupi hampir seluruh body kendaraannya.

Dan ketika sang jagoan naik ke atas podium, serentak menyambutnya
dengan tepuk tangan layaknya artis, eh bukan, lebih tepatnya pahlawan.
Padahal mereka baru memulai perjuangan dengan mencalonkan atau
dicalonkan sebagai anggota dewan, tetapi inilah gambaran harapan
rakyat di bawah akan perubahan yang diusung oleh partai dan para calon
legislatifnya.

Teriakan "Allahu Akbar" membahana membelah langit, kalimat yang sama
juga yang terdengar dari calon anggota parlemen lainnya, dari partai
yang berbeda. Entah kenapa, ini seperti kalimat sakti yang bisa
menyihir semua pendukung partai untuk meyakini bahwa orang yang
barusan berteriak "Allahu Akbar" di atas podium itu benar-benar orang
baik, shalih dan dianggap amanah, bersih, bahkan diyakini tidak akan
mencederai kepercayaan yang disematkan di pundaknya dengan melakukan
tindakan-tindakan seperti korupsi atau tindakan tak pantas lainnya
yang kerap kita dengar dan lihat terjadi di Senayan.

Percaya atau tidak, sampai detik ini masih ada kader-kader partai yang
meyakini sampai ke tulang, bahwa orang-orang yang diusung sebagai
anggota dewan ini jujur dan tak mungkin korupsi. "Mereka dibina
bertahun-tahun, punya banyak jamaah pula. Kapasitas mereka mumpuni,
dan mereka dikenal bersih". Ada pula yang berkata, "Mereka orang-orang
yang dekat dengan masyarakat, dikenal baik oleh tetangganya sebagai
tokoh masyarakat atau pengurus masjid". Ada lagi yang berkomentar
seperti ini, "Rajin beribadah, juga rutin menghadiri kajian. Saya
dengar sholat malamnya juga rajin. Masak sih dia akan korupsi?".
Bahkan pendapat yang lebih bombastis, "Bab korupsi itu materi
pengajian yang selalu diulang-ulang dalam kelompok kami. Jadi mereka
sudah tahu persis hukumnya…"

Calon anggota dewan, juga yang sekarang sudah menjadi anggota dewan,
layaknya dewa yang diyakini selalu bersih dan tidak mungkin berbuat
salah. Ini fakta, nyata, realita alias benar-benar ada.

Keikhlasan, keyakinan, kecintaan, pengorbanan dan loyalitas yang
ditunjukkan para kader partai adalah cermin hebatnya sebuah sistem
dibangun. Sebuah kondisi yang memerlukan waktu bertahun-tahun, dimulai
dari kelompok-kelompok kecil yang dibina hingga menjadi sebuah
komunitas besar dengan keseragaman ciri dan kebiasaan. Kader-kader
partai tertentu misalnya, bisa sangat mudah dikenali dari cara
berpakaiannya, bahasa dan istilah yang dipakainya, pergaulannya,
kehidupan sehari-harinya, juga aksesoris di tubuhnya.

Hanya saja, patut disayangkan ketika keikhlasan, keyakinan, kecintaan,
pengorbanan, dan loyalitas yang mereka berikan seutuhnya untuk partai
dan para petinggi partai ini justru dimanfaatkan secara tak tepat.
Kader-kader partai ini sudah cukup silau dengan prestasi, portofolio
dan bahkan label "Ustadz" atau "Da'i" yang ada pada para calon
penghuni Senayan itu. Terlebih jika guru mengaji mereka yang
mengeluarkan fatwa, diselipi dalil-dalil. Sikap mereka pun seragam,
"kami dengar dan kami taat".

Ummat, paling dicari ketika musim pemilu tiba. Rakyat adalah komoditas
paling laku untuk dijual di musim ini. Seseorang bisa menjadi calon
anggota legislatif karena dianggap memiliki jamaah atau pengikuti yang
setia. Tidak hanya itu, nilai seorang calon legislatif ini pun bisa
terdongkrak ke puncak bila ia diyakini mampu menjadi vote getter bagi
partainya. Berbekal janji manis, ummat pun rela mengeluarkan uang,
tenaga dan pikirannya untuk memuluskan jalan jagoannya melenggang ke
Senayan.

Para calon anggota legislatif ini berani bertarung berebut kursi
parlemen lantaran merasa memiliki dukungan yang cukup signifikan dari
ummatnya, rakyatnya, warganya atau pengikut yang mengenalnya. Pimpinan
partai pun harus jeli menyusun nomor urut para calon legislatifnya,
nomor urut satu sudah pasti yang paling dianggap mampu meraih
sebanyak-banyaknya suara ummat.

Ketika waktunya tiba, para dewa dan jagoan berhasil digelandang menuju
Senayan. Teriakan takbir kembali membahana, sebagai ungkapan syukur
atas kesuksesan yang diraih. Jerih payah, peluh, bahkan darah yang
tumpah selama masa kampanye hilang sudah, terbasuh oleh senyum ceria
para politisi yang baru saja dilantik dan resmi menyandang gelar
anggota parlemen. Kader-kader partai ini pun kembali ke rumah
masing-masing, masih dengan membawa rasa syukur atas kesuksesan
partainya meraih suara signifikan, yang artinya lebih banyak calon
legislatif yang berhasil dihantarkan ke gedung DPR.

Sedih rasanya melihat nasib ummat yang hanya laku dijual pada saat
musim kampanye menjelang pemilu ini. Sementara mereka terus berjuang
bertahan hidup dengan segala keterbatasan, para anggota dewan yang
diusungnya tengah menikmati hidup berlebihan. Disaat sebagian kader
yang berjuang dengan bayaran "ikhlas karena Allah" terseok-seok di
jalan mencari sesuap nasi, para dewa di parlemen tengah menikmati
makan siang di sebuah restoran mewah bersama para kolega atau pejabat
pemerintah. Ketika kader-kader militan ini dilanda kebingungan harus
membayar kontrakan yang sudah menunggak empat bulan, yang duduk di
parlemen justru sibuk menambah rumah dan kendaraan mereka.

Yang lebih menyedihkan, sampai detik ini masih banyak ummat yang mau
dan rela diperdagangkan. Mereka tidak menyadari bahwa disaat menjelang
pemilu, satu suara mereka sangat mahal harganya. Namun usai pemilu,
berteriak sampai urat leher putus pun suara mereka takkan pernah mampu
menembus dinding tebal gedung parlemen.

Maka tidak heran ketika seorang teman bertanya, "dagang apa nih yang
bagus sekarang?" Teman lain di sebelahnya ketus menjawab, "dagang
ummat". Wallaahu a'lam (gaw)

http://warnaislam.com

__._,_.___
===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
===================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Need traffic?

Drive customers

With search ads

on Yahoo!

Popular Y! Groups

Is your group one?

Check it out and

see.

Y! Messenger

PC-to-PC calls

Call your friends

worldwide - free!

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: