Minggu, 26 Oktober 2008

[daarut-tauhiid] FW : 20 Rambu Dalam Hidup Bermasyarakat !


Sunnah Nabawiyah

20 Rambu Dalam Hidup Bermasyarakat


http://www.dakwatuna.com

Oleh: Mochamad Bugi  

dakwatuna.com - Islam sangat mendorong pemeluknya hidup bermasyarakat

secara sehat. Islam mencela orang yang mengasingkan diri dari kehidupan

sosial. Untuk itu, Islam memberi rambu-rambu agar seorang muslim bisa

hidup berdampingan dalam masyarakatnya dengan sehat tanpa merugikan satu

sama lain. Berikut ini 20 rambu tersebut.

1. Saling memberi nasihat

Saling menasihati adalah salah satu bentuk kesetiaan seorang muslim

kepada saudara muslimnya yang lain. Nasihat juga adalah bukti

kesempurnaan dan lengkapnya keshalihan seseorang dalam beragama.

Dari Tamim Ad-Daari r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya

agama (ad-din) itu an-nashihah." Kami bertanya, "Nasihat bagi
siapakah,

ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Bagi Allah, bagi Kitab-Nya, bagi

Rasul-Nya, dan bagi para imam/ulama muslimin dan bagi orang-orang awam

di antara kalian." (Muslim no. 55)

Dari Jabir bin Abdullah r.a. yang berkata, aku membai'at Rasulullah saw.

untuk (mau) mendengar dan menaati (Islam). Lalu beliau mengajariku,

"(Lakukanlah) apa yang dapat kamu lakukan dan (hendaknya) kamu

menasihati kepada setiap muslim." (Bukhari no. 7204)

Jadi, saat turun bermasyarakat seorang muslim senantiasa menggunakan

kesempatan itu untuk saling menasihati. Pertama, saling mengingatkan

untuk menjaga keikhlasan hanya untuk Allah swt. semata. Kedua, saling

menasihati untuk membenarkan dan menyakini bahwa Al-Qur'an itu benar dan

diamalkan sebagai pedoman hidup. Ketiga, saling mengingatkan untuk

mengakui kebenaran Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya, untuk taat pada

setiap perintahnya, serta meneladani dan melanjutkan risalah dakwahnya.

Keempat, mengingatkan imam/ulama jika mereka menyimpang dan taat kepada

mereka dalam kebenaran. Kelima, menasihati orang awam dalam bentuk

membimbing mereka untuk memperoleh kemaslahatan.

2. Jauhi Perbuatan Zalim

Dalam sebuah hadits qudsi, Abu Dzar r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah

saw. berkata bahwa Allah swt. berfirman, "Hai hamba-hamba-Ku,

sesungguhnya Aku mengharamkan perbuatan zalim atas diri-Ku dan Aku

jadikan kezaliman it uharam di atanramu, maka janganlah kamu saling

menzalimi." (Muslim no. 2577)

Dari Jabir bin Abdullah r.a. bahwa ia mendengar Rasulullah saw.

bersabda, "Muslim (sejati) itu ialah yang dapat menyelamatkan muslim

lain dari gangguan lidah dan tangannya." (Muslim no. 41)

3. Berakhlak Mulia

Abdullah bin 'Amr bin Ash r.a. berkata Rasulullah saw itu bukanlah

seorang yang buruk perkataanya dan tidak berusaha untuk melakukan hal

seperti itu. Bahkan Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya termasuk

orang-orang pilihan di antaramu adalah yang paling bagus akhlaknya."

(Bukhari no. 3559 dan Muslim no. 2331)

Dari Abu Darda bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tidak ada sesuatu yang

paling berat timbangannya bagi mukmin pada hari kiamat daripada akhlak

yang bagus. Dan sesungguhnya Allah membenci orang yang buruk tutur

katanya dan jorok (cabul)." (Abu Dawud no. 4799 dan Turmudzi no. 2003)

Dari Jabir bin Abdullah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda,

"Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kamu dan paling dekat

kedudukannya denganku pada hari kiamat adalah yang paling bagus

akhlaknya. Dan sesungguhnya yang paling aku benci di antara kamu dan

paling jauh tempatnya dariku pada hari kiamat adalah orang yang banyak

bicara tanpa manfaat, yang banyak bicara dibuat-buat, dan memenuhi

mulutnya dengan segala macam perkataan (tak berbobot)." (Turmudzi no.

2018))

4. Saling membantu dalam kebaikan

Seorang muslim hendaknya suka membantu sesamanya. Ini perintah

Rasulullah saw. seperti yang diriwayatkan Abdullah bin Umar, "Muslim itu

saudara(nya) muslim. Ia tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh

menyerahkannya ke tangan musuh. Barangsiapa yang berkenan memenuhi hajat

kebutuhan saudaranya, maka Allah pasti memenuhi hajatnya. Barangsiapa

melepaskan suatu kesulitan muslim, maka Allah akan melepaskan darinya

salah satu kesulitannya pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi

(aib) muslim, maka Allah akan menutupi (aib)nya pada hari kiamat."

(Bukhari no. 2442 dan Muslim no. 2580)

Abu Hurairah juga meriyaratkan hadits yang mirip. Rasulullah saw.

bersabda, "Barangsiapa yang melepaskan suatu kesusahan seroang mukmin di

antara berbagai kesusahan dunia, maka Allah akan melepaskan darinya

salah satu di antara berbagai kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa

yang memudahkan orang yang mendapatkan kesulitan, maka Allah akan

memberikan kemudahan baginya di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang

menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan

akhirat. Dan Allah itu akan selalu membantu hamba jika ia mau membantu

saudaranya. Dan barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu,

maka Allah akan memudahkan baginya jalan untuk menuju surga. Tidak ada

suatu kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah seraya membaca kitab

Allah -Al-Qur'an-dan mereka mempelajari Al-Qur'an tersebut kecuali akan

turun kepada mereka ketenangan dan mereka pun akan diliputi rahmat Allah

serta mereka akan diliputi malaikan, bahkan Allah pun akan

menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk lain di sisi-Nya. Serta,

barangsiapa yang menangguhkan amal ibadahnya, maka tidak akan dipercepat

keturunannya." (Muslim no. 2699)

5. Suka berkorban dan memberi

Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tangan yang di

atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan yang di atas itu

ialah tangan yang memberi; sedangkan tangan yang di bawah ialah yang

meminta-minta." (Bukhari no. 1429 dan Muslim no. 1033)

Abdullah bin Umar juga mengabarkan bahwa Rasulullah saw. bersabda dalam

khutbahnya, "Jauhilah olehmu sifat kikir. Sebab, orang-orang sebelum

kamu itu hancur karena kikir. (Pemimpin mereka) memerintahkan mereka

untuk kikir, lalu mereka pun kikir; ia memerintahkan untuk memutuskan

hubungan (persaudaraan) lalu mereka pun memutuskan hubungan

(persaudaraan); dan ia memerintahkannya untuk berbuat durhaka, mereka

pun melakukan perbuatan durhaka," (Abu Dawud no. 1698, Hakim no. 415,

dan shahih al-jami' no. 2675)

6. Mengatakan kebenaran

Seorang muslim selalu mengatakan hal yang benar. Meskipun perkataan itu

akan pahit dirasakan karena mengenai dirinya sendiri atau berhadapan

dengan penguasa. Abu Sa'id Al-Kudri r.a. berkata bahwa Rasulullah saw.

shalat bersama kami pada shalat ashar di siang hari. Lalu ia berdiri

untuk berkhutbah. Tiada ia meninggalkan suatu berita tentang (dan untuk

menuju) akhirat kecuali ia memberitahukannya kepada kami. Berita itu

akan dihapal oleh orang yang menghapalkannya dan akan dilupakan oleh

orang yang melupakannya. Dan di antara yang disabdakannya adalah,

"Ingatlah, jangan sampai ada seorang pun terhalang oleh wibawa

(kharisma) seseorang untuk mengatakan (dan memperjuangkan) yang hak jika

ia mengetahuinya." (Turmudzi no. 2191, Ibnu Majah no. 4007, Hakim no.

506, dan Silsilah Shahihah no. 168)

Zaid bin Abdullah bin Umar r.a. bercerita bahwa ada sejumlah orang yang

berkata kepada Abdullah bin Umar, "Kita sungguh akan memasuki

(menghadap) Sultan atau Amir kita. Maka kita (mesti) mengatakan kepada

mereka apa yang berbeda dengan apa yang kita katakan jika kita keluar

dari sisi mereka." Lalu Abdullah bin Umar r.a. berkata, "Kami
menganggap

yang seperti itu di masa Rasulullah saw. sebagai kemunafikan." (Bukhari

no. 7178)

Semoga kita bisa selalu istiqomah untuk mengatakan hal yang benar kepada

siapapun sehingga kita tidak tergolong orang yang memiliki sifat

munafik.

7. Mengajak berbuat baik

Salah satu tujuan seorang muslim bergaul dengan masyarakat di sekitar

dirinya adalah dalam rangka mengajak mereka untuk berbuat kebaikan. Dan

ini adalah perintah Allah swt., "Hendaklah ada di antara kamu sekelompok

orang yang mengajak kepada kebaikan dan melarang perbuatan munkar. Dan

mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Ali Imrah: 110)

Dan mengajak orang melakukan kebaikan sungguh besar pahalanya.

Rasululllah saw. bersabda -seperti yang diterima dari Abu Sa'id

Al-Kudri-, "Barangsiapa yang mengajak/menunjukkan kepada kebaikan, maka

ia berhak mendapatkan pahala sebesar pahala orang yang melakukannya."

(Muslim no. 1893)

Abu Hurairah r.a. juga meriwayatkan hadits serupa. Rasulullah saw.

bersabda, "Barangsiapa yang mengajak kepada kebenaran, maka ia akan

mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tidak

berkurang dari pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak

kepada kesesatan, maka ia akan mendapatkan dosa sebesar dosa orang-orang

yang mengikutinya, tidak berkurang dari dosa mereka sedikitpun." (Muslim

no. 2674)

8. Menjauhi perbuatan munkar

Di manapun seorang muslim berada, ia selalu punya energi untuk mencegah

dirinya dan orang di sekitarnya dari melakukan perbuatan munkar. Abu

Sa'id Al-Kudri mengabarkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa

di antara kamu yang melihat kemunkaran, maka hendaklah ia mengubahnya

dengan tangannya; jika tidak dapat, maka hendaknya ia mengubahnya dengan

lidahnya; jika tidak dapat dengan itu, maka dengan hatinya, dan ini

adalah keimanan yang paling rendah." (Muslim no. 49)

Rasulullah saw. sangat melarang seorang muslim menjadi orang yang

permisif dengan kemunkaran. 'Ars bin Umairah Al-Kindi r.a. menyampaikan

bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Jika suatu kesalahan/dosa diperbuat di

buka bumi, maka orang yang menyaksikannya dan membencinya lalu

mengingkarinya seperti orang yang tidak ada di situ -tidak

mengetahuinya- dan barangsiapa yang tidak ada di sana -tidak

mengetahuinya- tetapi meridhainya, ia seperti orang yang

menyaksikannya." (Abu Dawud no. 4345 dan Shahihul Jami' no. 7020)

9. Sabar dan murah hati

Bergaul dengan sesama tentu membutuhkan kesiapan mental dan kestabilan

emosional. Sebab, manusia beragam sifatnya. Sifat sabar dan murah hati

adalah bekal yang harus disiapkan seorang muslim. Apalagi Allah swt.

dalam surat Ali
Imran ayat 134 menjadikan dua sifat ini sebagai ciri

ketakwaan. "Bergegaslah menuju ampunan Tuhanmu dan surga yang seluas

langit dan bumi disiapkan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu)

orang-orang yang mendermakan (hartanya) di waktu senang maupun ketika

menderita, dan orang-orang yang menahan marahnya serta yang memaafkan

kesalahan orang lain. Dan Allah itu suka kepada orang-orang yang (suka)

berbuat baik."

Bahkan Rasulullah saw. menyebut orang yang mampu menahan marah,

bersabar, dan bermurah hati sebagai jagoan. Abu Hurairah merekam sabda

Rasulullah saw. ini, "Orang jagoan itu bukanlah ditentukan dengan

(jagoan) gulat. Justru orang jagoan itu ialah orang yang dapat menahan

dirinya ketika marah." (Bukhari no. 6114 dan Muslim no. 2609).

Subhanallah! Jika setiap manusia mampu mengamalkan sabda Rasulullah saw.

ini tentu sengketa, perselisihan, konflik, perseteruan, perang, dan

pertumpahan darah akan menjadi hal yang langka di muka bumi ini.

10. Pemaaf, toleran, dan tawadhu'

Bergaul dengan masyarakat tentu tak selamanya harmonis. Kadang ada

geserkan karena sesuatu hal. Dan menyimpan dendam adalah ciri pribadi

yang tidak sehat dalam bergaul dengan masyarakat. Allah swt. justru

mengajarkan kepada kita untuk menjadi orang yang pemaaf. Bahkan,

membalas keburukan dengan kebaikan. "Balaslah keburukan dengan cara yang

baik." (Al-Mu'minun: 96)

Sebab, ketika kita memberi maaf, memberi toleransi, dan tawadhu, itu

semua tidak membuat kita hina. Justru terlihat mulia di sisi. Abu

Hurairah r.a. merekam bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tiada berkurang

harta karena sedekah, dan tiada Allah menambah seseorang karena (mau)

memaafkan kecuali kemuliaan, dan tidak ada seorang hamba pun yang

tawadhu' (merendahkan diri) karena Allah kecuali Allah akan

mengangkatnya." (Muslim no. 2588)

Dari 'Iyadh bin Khimar r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda,

"Sesungguhnya Allah swt. telah mewahyukan kepadaku supaya kamu saling

bertawadhu' sehingga tidak ada seorang pun yang bertindak lalim atas

yang lain dan tidak ada seorang pun yang membanggakan diri atas yang

lain." (Muslim no. 2865)

Bahkan, sifat merendah menjadi ciri ahli surga. Dan sebaliknya, kasar,

tidak sabaran, congkak, dan sombong adalah ciri ahli neraka. Diterima

dari Haritsah bin Wahab r.a. bahwa ia mendengar Rasulullah saw.

bersabda, "Senangkah kalian jika aku beritahukan tentang ahli surga? Ia

(ahli surga itu), setiap orang yang lemah dan memandang diri (sendiri)

lemah, yang jika bersumpah kepada Allah pasti dikabulkan. Dan, sukakah

kalian aku beritahukan tentang ahli neraka? Ia (ahli neraka itu) adalah

setiap orang yang kasar, tidak sabaran, dan congkak lagi sombong."

(Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853)

11. Sopan, santun, dan ramah

Suatu ketika pernah sekelompok orang Yahudi menemui Rasulullah saw.

Mereka berkata, "Al-saam 'alaika (semoga engkau dikenai racun)."
Aisyah

mendengar dan mengerti maksud kata-kata itu lantas membalas, "'Alaikum

al-saam wa al-la'nah (semoga racun itu untukmu disertai kutukan)."

Rasulullah saw. berkata kepada Aisyah, "Jangan begitu Aisyah.

Sesungguhnya Allah menyukai sifat lemah lembut dalam segala urusan."

Aisyah berkata, "Wahai Rasulullah, tidakkah engkau dengar apa yang

mereka katakan?" Rasulullah saw. menjawab, "Telah aku jawab, wa

'alaikum." (Bukhari no. 6024)

Di hadits yang sama, dalam riwayat Bukhari no. 6030 disebutkan

Rasulullah saw. berkata kepada Aisyah, "Hai Aisyah, engkau mesti lemah

lembut (tidak kasar), dan jauhilah olehmu sifat kasar/kejam dan

keji/kotor." Sedangkan dalam riwayat Muslim no. 2165, Rasulullah saw.

berkata, "Hai Aisyah, janganlah berlaku keji/kotor." Masih diriwayat

Muslim yang lain, Rasulullah saw. berkata, "Jangan begitu, hai Aisyah.

Sebab, Allah tidak menyukai perbuatan keji dan mengata-ngatai secara

kotor."

Begitulah Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita dalam berinteraksi

dengan orang lain. Bahkan, dengan orang yang jelas-jelas punya maksud

buruk terhadap diri kita. Sebab, sifat lemah lembut dan santun tidak

boleh hilang dari diri kita. Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw.

bersabda, "Sesungguhnya sifat lemah lembut itu tidak ada pada sesuatu

kecuali menghiasinya dan tidak tercabut dari sesuatu barang kecuali

menjadi kotor/jeleklah barang itu." (Muslim no. 2594)

Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah itu

Maha Lembut dan menyukai kelembutan, dan Dia memberi (kepada seseorang)

karena kelembutan(nya) apa yang tidak diberikan-Nya (kepada seseorang)

karena kekejaman(nya) dan apa yang tidak diberikan-Nya kepada orang yang

mempunyai sifat selain sifat kejam." (Muslim no. 2593)

Karena itu, Rasulullah saw. tidak ingin seorang muslim menjadi pengutuk.

Abu Hurairah r.a. menyampaikan kepada kita bahwa Rasulullah saw.

bersabda, "Tidaklah pantas bagi shiddiq, mukmin yang bagus imannya,

untuk menjadi pengutuk." (Muslim 2597)

Dari Abdullah bin Mas'ud r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Mukmin

itu bukanlah pencemar nama baik orang, bukan pengutuk, dan bukan pelaku

perbuatan keji, serta bukan yang buruk tutur katanya." (Turmudzi no.

1977 dan Silsilah Shahihah no. 320)

Dari Abu Darda r.a. bahwa Rasululllah saw. bersabda, "Tidak ada sesuatu

pun yang lebih berat dalam timbangan amal seorang mukmin pada hari

kiamat daripada akhlak yang bagus (mulia). Dan sesungguhnya Allah itu

membenci orang yang suka melakukan perbuatan keji dan buruk tutur

katanya." (Abu Dawud no. 4799, Turmudzi no. 2002, Silsilah Shahihah no.

876, dan Shahihul Jami no. 5597)

Karena itu, Rasulullah saw. melarang seorang muslim mencela muslim yang

lain. Dari Abdullah bin Mas'ud r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda,

"Mencela muslim itu perbuatan durhaka (fusuuq) dan membunuh muslim

adalah suatu kekufuran." (Bukhari no. 48 dan 6044, Muslim no. 64 dan

116)

12. Bertutur kata yang baik

Dari diri kita yang paling harus dijaga dalam bergaul dengan masyarakat

adalah lidah kita. Tidak sedikit orang celaka karena tidak mampu

mengontrol perkataannya.

Mu'adz bin Jabal r.a. diajarkan langsung tentang hal itu oleh Rasulullah

saw. "Senangkah kamu jika aku beritahukan apa yang menguasai (mencukupi)

itu semua?" Mu'adz menjawab, "Tentu, wahai Rasulullah saw."
Rasulullah

saw. bersabda, "Tahanlah olehmu ini!" Rasulullah saw. menunjuk
lidahnya.

Mu'adz berkata, "Wahai Nabiyullah, apakah kita akan dituntut dengan apa

yang kita ucapkan?" Rasulullah saw. menjawab, "Celakalah kamu, wahai

Mu'adz, bukankah manusia dapat tersungkur ke dalam neraka hanya karena

kata-kata yang keluar dari lidahnya?"

Karena itu, menjaga lidah bukan hanya selamat diri dari kemarahan orang

yang mendengar, tetapi juga selamat dari siksa neraka. Sahal bin Sa'ad

Al-Sa'idi r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Siapa yang

menjamin (memelihara) untukku apa yang ada di antara kedua kakinya dan

apa yang ada di antara kedua janggutnya (lidahnya), aku menjamin baginya

(masuk) surga." (Bukhari no. 6474 dan 6807)

Uqbah bin 'Amir r.a. berkata, "Wahai Rasulullah, di manakah tempat

keselamatan itu?" Rasulullah menjawab, "Tahanlah lidahmu, rumahmu
meski

mencukupimu dan menangislah atas segala kesalahanmu." (Turmudzi no. 2406

dan Silsilah Shahihah no. 890)

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang

beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia mengucapkan kata-kata

yang baik atau diam." (Bukhari no. 5185 dan Muslim no. 47)

13. Berkhitmat kepada kaum muslimin

Allah swt. berfirman, "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah

bersaudara." (Al-Hujurat: 10). Karena dekatnya hubungan satu muslim

dengan muslim yang lain sebagai saudara, jika ada yang sakit maka semua

merasa sakit.

Anas bin Malik r.a. berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,

'Tidak sempurna iman seseorang di antaramu kecuali jika ia mencintai

saudaranya sebagaimana yang ia cintai untuk dirinya." (Bukhari no. 13

dan Muslim no. 45)

Dari Nu'man bin Basyir r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Perumpamaan

orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan saling

membantu itu bagaikan satu jasad. Jika ada di antaranya yang merasa

sakit, maka semua unsur jasad ikut tidak tidur dan merasa demam."

(Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586)

Karena itu, tak heran jika Rasulullah saw. mengancam seorang muslim yang

tidak peduli dengan saudara muslimnya. Dari Hudzaifah Bin Yaman r.a.

berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Siapa yang tidak ihtimam (peduli)

terhadap urusan umat Islam, maka bukan golongan mereka." (HR At-Tabrani)

Anas bin Malik pernah menemani Jarir bin Abdullah Al-Bajali dalam sebuah

perjalanan. Jarir berkhitmat kepada Anas, padahal usianya lebih tua

daripada Anas. Ini membuat anak tak enak. "Jangan engkau lakukan
itu,"

Jarir menjawab, "Aku telah melihat orang-orang Anshar memuliakan

Rasulullah saw. dan mereka melakukan sesuatu kepadanya, aku bertekad

untuk tidak bertemu dengan salah seorang di antara mereka (kaum Anshar)

kecuali aku memuliakannya dan berkhidmat kepadanya karena

keutamaan/kemuliaan seperti itu." (Bukhari no. 2888 dan Muslim no. 2513)

Sungguh mulia Jarir dan sungguh mulia kita jika bisa saling berkhitmat

dengan sesama.

14. Suka menolong

Allah swt. berfirman, "Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan

ketakwaan; dan janganlah kamu saling menolong dalam perbuatan dosa dan

permusuhan." (Al-Ma'idah: 2)

Anas bin Malik r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tolonglah

saudaramu, baik ia sebagai penganiaya maupun sebagai yang teraniaya."

Ada yang
berkata, "Wahai Rasulullah, aku dapat menolongnya jika

teraniaya. Lalu, bagaimana caranya menolong yang menganiaya?" Rasulullah

saw. menjawab, "Engkau harus menghalanginya dari perbuatan zalimnya.

Itulah cara meolongnya." (Bukhari no. 2443)

Dari Abu Darda r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang

membela harga diri (martabat) saudaranya, maka Allah akan menolak dari

wajahnya api neraka pada hari kiamat." (Turmudzi no. 1931 dan Ahmad no.

449)

15. Memiliki sifat sayang

Dari Jarir bin Abdullah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Allah

tidak menyayangi orang yang tidak menyayangi orang lain." Dalam riwayat

lain, "Barangsiapa yang tidak sayang kepada manuasi, maka ia tidak

disayangi Allah." (Bukhari no. 6013 dan Muslim no. 2319)

Dari Abdullah bin 'Amr bin Ash r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda,

"Para penyayang akan disayangi Allah Yang
Maha Penyayang. Sayangilah

yang ada di muka bumi, kamu pasti disayangi yang di langit." (Abu Dawud

no. 4941, Turmudzi no. 1924, Silsilah Shahihah no. 925)

Dari Anas bin Malik r.a. dan Abdullah bin Abbas r.a. bahwa Rasulullah

saw. bersabda, "Bukanlah dari kelompok kami orang yang tidak sayang

kepada yang kecil dan tidak hormat pada yang lebih besar (tua)."

(Turmudzi no. 1919)

16. Punya rasa malu dan mengendalikan pandangan

Malu adalah ciri khas seorang muslim. Karena itu Rasulullah saw. membela

seseorang yang punya rasa malu dari celaan orang lain. Dari Abdullah bin

Umar bahwa Rasulullah saw. pernah melewati seseorang yang mencela

saudaranya karena rasa malunya dengan mengatakan, "Kamu ini terlalu

pemalu," sehingga dikatakan, "Sungguh kamu celaka." Maka
Rasulullah saw.

pun bersabda, "Biarkanlah ia, sebab malu itu bagian dari iman."
(Bukhari

no. 24 dan Muslim no. 36)

Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Iman itu enam

puluh sekian cabang, dan malu sebagai satu cabang dari keimanan itu."

(Bukhari no. 9 dan Muslim no. 350)

Sedangkan tentang mengendalikan pandangan, Allah swt. berfirman,

"Katakanlah kepada kaum mukminin: hendahnya mereka mengendalikan

pandangannya dan memelihara kemaluannya. Itu lebih suci bagi mereka.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan

katakanlah kepada kaum mukminat, hendaknya mereka mengendalikan

pandangannya dan memelihara kemaluannya." (An-Nur: 31)

17. Tidak suka menjilat

Seorang muslim hendaknya menjauhi kebiasaan menjilat dan memuji secara

berlebihan. Sebab, hal itu dilarang oleh Rasulullah saw. Dari Abu Musa

Al'Asy'ari r.a. bahwa Rasulullah saw. penah mendengar seseorang

menyanjung seseorang seya memujinya secara berlebihan, lalu beliau

bersabda, "Kamu yang memutuskan punggungnya." (Bukhari no. 2663 dan

Muslim no. 3001)

Bahkan kita diajarkan Rasulullah saw. untuk menaburkan tanah ke wajah

orang yang berusaha menjilat. Pernah seseorang memuji-muji Usman. Miqdad

kemdian maju dan berlutut pada kedua lutut orang itu, lalu menumpahkan

kerikil ke wajahnya. Usman berkata, "Apa yang kamu lakukan itu?"
Miqdad

menjawab, "Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda, 'Jika kamu

melihat orang-orang yang suka memuji-muji (menjilat), maka tumpahkanlah

tanah pada wajahnnya." (Muslim no.3002)

18. Jangan jadi beban masyarakat

'Auf bin Malik Al-Asyja'i berkata, kami sembilan atau delapan atau

bertujuh orang pernah berada di sisi Rasulullah saw. Beliau bersabda,

"Mengapakah kalian tidak berbai'at kepada Rasulullah?" Sebetulnya
kami

baru (beberapa hari) saja melakukan bai'at. Beliau bersabda lagi,

"Mengapa kalian tidak membai'at Rasulullah?" Kami membentangkan

tangan-tangan kami dan berkata, "Kami telah berbai'at kepada engkau,

wahai Rasulullah, lalu atas dasar apa lagi kami mesti membai'atmu?"

Rasulullah saw. bersabda, "Kamu mesti berbai'at supaya tidak menyembah

selain Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, melakukan

shalat lima
waktu, dan untuk mau mendengar dan mentaati." Lalu beliau

bersabda, "Janganlah kamu meminta sedikitpun kepada manusia." Maka
aku

betul-betul melihat sebagian di antara mereka -sembilan atau delapan

atau tujuh orang yang berbai'at itu-ketika terjatuh cemeti salah seorang

di antara mereka, ternyata ia tidak meminta kepada seseorang pun untuk

mengembalikan untuknya." (Muslim no. 1043)

Begitulah ajaran Rasulullah saw. agar kita bersikap ghina 'anin-naas

(merasa cukup dari manusia) dan hanya meminta kepada Allah swt.

19. Sabar menghadapi kesulitan hidup

Adalah tabiat hidup di dunia penuh dengan kesulitan hidup: ada

kesedihan, ada penyakit, dan ada penderitaan. Kesemuanya itu membutuhkan

kesabaran. Sebab, segala kesulitan hidup memang diciptakan Allah swt.

untuk mengingatkan akan fananya dunia ini dan menumbuhkan rasa rindu

dalam hati seorang mukmin akan kampung akhirat yang kekal dan penuh

kenikmatan.

Dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a. dan Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah

saw. bersabda, "Tiada menimpa kepada mukmin, baik berupa penyakit atau

kelelahan, atau berupa penyakit atau kesedihan bahkan kegundahan yang

memusingkannya kecuali Allah akan menghapuskan dengan itu segala

dosanya." (Bukhari no. 5641 dan Muslim no. 2573)

Dari Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sungguh ajaib urusan

orang mukmin itu, sesungguhnya segala urusannya baik baginya. Dan itu

tidak ada kecuali bagi mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia

bersyukur, dan itu menjadi kebaikan baginya. Dan jika ia ditimpa

musibah/bencana, ia bersabar dan itu menjadi kebaikan baginya." (Muslim

no. 2999)

20. Punya ukuran tentang baik dan buruk

Begitu banyak peristiwa dan masalah yang timbul akibat interaksi kita

dengan masyarakat. Dan bisa jadi semua itu tidak membuat nyaman hati

kita. Apalagi bila menyangkut halal-haram, baik-buruk, boleh-tidak

boleh, patut-tidak patut. Karena itu, kita harus punya ukuran yang

menjadi standar dalam memilah semua peristiwa dan masalah yang

ditimbulkan akibat interaksi kita dengan orang lain. Ukuran itu adalah

syari'at.

Nu'man bin Basyir r.a. berkata, aku pernah mendengar Rasulullah saw.

bersabda, "Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas.

Di antara yang halan dan haram itu ada hal-hal yang musytabihat yang

tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Tetapi, barangsiapa yang menjauhi

yang musytabihat, ia telah membebaskan agama dan kehormatannya. Dan

barangsiapa yang terjerumus ke dalam musytabihat, pasti terjerumus ke

dalam yang haram. Hal itu bagaikan penggembala yang menggembala di

sekitar kebun dikhawatirkan gembalaannya itu masuk ke dalamnya.

Ingatlah, sesungguhnya bagi setiap raja itu ada kebun larangannya, dan

sesungguhnya kebun larangan Allah itu segala yang diharamkan-Nya."

(Bukhari no. 52 dan Muslim 1599)

Nawas bin Sam'an r.a. berkata, aku pernah bertanya kepada Rasulullah

saw. tentang kebaikan dan dosa. Rasulullah saw. menjawab, "Al-Birr

(kebaikan) itu adalah akhlak yang mulia; sedangkan dosa ialah apa yang

berdetik -disertai dengan keraguan-dalam dadamu dan engkau tidak suka

jika orang lain mengetahuinya. (Muslim no. 2553)

Begitulah 20 rambu bagi kita dalam hidup bermasyarakat. Jika kita

amalkan, kita akan menjadi orang yang diharapkan kehadirannya di tengah

masyarakat. Ketika kita pergi, orang-orang di sekitar kita menangisi

kepergian kita.

http://www.dakwatuna.com

Oleh: Mochamad Bugi  

 

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
===================================================
Recent Activity
Visit Your Group
New business?

Get new customers.

List your web site

in Yahoo! Search.

Yahoo! Groups

Cat Zone

Connect w/ others

who love cats.

Moderator Central

An online resource

for moderators

of Yahoo! Groups.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: