Kamis, 23 Oktober 2008

[daarut-tauhiid] Peduli Sahabat

Tahun 1993, sehari menjelang ujian masuk
Perguruan Tinggi Negeri. Seorang remaja berinisial DK, jatuh sakit.
Sebenarnya, sakit adalah keseharian DK, sehingga setiap kali mendengar
ia sakit, sahabat-sahabatnya menganggap lumrah, "Kalau DK sakit itu
biasa, tapi kalau ia sehat, baru luar biasa" ungkap sahabat-sahabatnya. Tetapi
malam itu berbeda, sakitnya lebih parah dari biasanya. Beberapa pekan
sebelumnya ia menderita sakit tipus selama hampir tiga bulan. Kemudian
ia kembali jatuh sakit dengan kondisi yang lebih mengkhawatirkan.
Padahal esok pagi ia harus mengikuti ujian masuk di Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah yang sekarang bernama
Universitas Islam Negeri (UIN) di Ciputat.
Kuliah di IAIN adalah impian seorang DK, sejak di bangku SLTA ia
sudah bercita-cita ingin masuk kampus tersebut. Para sahabatnya tahu
persis impian itu, bagi DK segala kemampuan akan dikerahkannya untuk
bisa mendapatkan satu kursi di kampus yang telah lama diidamkannya itu.
Namun malam itu ia terpaksa berkata lain, "Nampaknya saya harus
mengubur impian ini, jangankan untuk mengikuti ujian, bangun dari
tempat tidur pun saya tidak kuat". Beberapa sahabat yang menemani
tertunduk lesu, tak tega melihat sahabatnya terpuruk dalam kesedihan
yang berlipat, sedih karena menderita sakit, ditambah tidak bisa
mengikuti ujian esok pagi.
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB, seorang sahabat mencoba
menyemangati DK agar tak lekas menyerah. "Tapi mana mungkin? Saya sih
yakin bisa menyelesaikan soal-soal ujian besok, tetapi malam ini saja
saya masih tergolek lemah di tempat tidur…" DK tak melanjutkan
kalimatnya, ia hanya menghela nafas panjang. Bisa terlihat oleh para
sahabatnya, DK tengah mencoba melupakan impiannya kuliah di IAIN.
Sahabat-sahabatnya tahu persis, DK salah seorang pelajar yang
dikaruniai kecerdasan di atas rata-rata, sehingga mereka pun percaya DK
mampu menyelesaikan soal-soal ujian. Setelah berembuk sejenak dan
memahami pokok masalahnya hanya pada masalah fisik, para sahabat itu
pun menawarkan bantuan. "Begini kawan, bagaimana kalau kami berlima ini
mengantar DK ke Ciputat malam ini juga. Biar cukup istirahat dan besok
bisa ikut ujian…"
Rupanya tawaran sahabat-sahabatnya itu disambut antusias oleh DK. Ia
seolah tak peduli lagi dengan sakit yang dideritanya. Malam itu juga,
segala perlengkapan disiapkan, mulai dari buku-buku, pakaian untuk
ujian, juga jaket untuk menahan dinginnya malam. Lewat pukul 21.00 WIB,
mereka bergegas menuju Ciputat. Perjalanan dari Perumnas Tangerang ke
Ciputat diperkirakan memakan waktu kurang lebih dua jam dengan
menumpang tiga kali angkutan umum.
Sahabat-sahabat itu bergantian membopong tubuh lemah DK, satu orang
bertugas membawa barang-barang milik DK. Di perjalanan, sahabat-sahabat
itu merasa khawatir dengan kondisi kesehatan DK, "kalau tidak kuat,
kita kembali saja ya…" ujar salah seorang sahabat.
Namun yang keluar dari mulut DK, "Bersama kalian, saya merasa kuat
dan sehat". Para sahabat pun tersenyum bertambah semangat meski
tersengal-sengal membopong tubuh DK. Maklum, tubuh ke enam sahabat itu
sama kecilnya, dengan usia yang masih remaja, relatif sama dan
sama-sama baru lulus SLTA.
Selang hampir dua jam, mereka pun tiba di sebuah kamar kos milik
seorang teman di belakang kampus IAIN. Para sahabat itu menitipkan DK
kepada teman-teman di kamar kos, agar mau menjaganya sekaligus
mengantar DK ke lokasi ujian esok hari.
Waktu sudah menunjukkan pukul 23.30 WIB ketika para sahabat itu
berpamitan pulang. DK sempat mengucapkan terima kasih, "Saya tidak akan
pernah lupa apa yang sahabat-sahabat lakukan malam ini. Saya akan
membayarnya dengan berhasil lulus ujian besok," janji DK.
DK berhasil lulus ujian dan kuliah di kampus impiannya itu. Ia cukup
dikenal sebagai salah satu mahasiswa cerdas dan penggerak kegiatan
dakwah di IAIN kala itu. Selain menjadi redaktur di sebuah majalah
Islam, kini ia mengabdikan diri dan ilmunya dengan membuka RUMAH AUTIS,
sebuah klinik terapi bagi anak-anak autis.
***
Ketika kekuatan mulai tergerus dan melemahkan semangat, sahabat
mampu mengalirkan energi yang bersumber dari cinta dan kasih sayang.
Sahabat peduli sahabat, sebuah kebajikan yang terus berbalas, ibarat
sebuah mata rantai baja yang tak lekang dipanggang api. Semakin panas
apinya, semakin rantai itu, semakin kokoh pula ikatannya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------

===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
===================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
mailto:daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: