Rabu, 26 November 2008

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2386

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (25 Messages)

1a.
[Maklumat] SK akan "on air" di Radio Ras FM Jakarta 95,5 FM From: Lia Octavia
1b.
Re: [kabinet-eska] [Maklumat] SK akan "on air" di Radio Ras FM Jakar From: INDARWATI HARSONO
2a.
(Catcil)Hebat Ya Cinta Itu ^_^ From: hariyanty thahir
2b.
Re: (Catcil)Hebat Ya Cinta Itu ^_^ From: sismanto
3a.
Re: (Inspirasi) Belajar dari Supir From: sismanto
4a.
Re: perkenalkan,saya anty ^_^ From: sismanto
5a.
Re: Bls: [sekolah-kehidupan] [OOT] Selamat Hari Guru ---> Tuk Pak Si From: sismanto
6a.
(Ruang Keluarga) Berbagi Peran Suami Istri From: INDARWATI HARSONO
6b.
Re: (Ruang Keluarga) Berbagi Peran Suami Istri From: sismanto
6c.
Re: (Ruang Keluarga) Berbagi Peran Suami Istri From: patisayang
7a.
Re: Salam Kenal Semuanya...... From: sismanto
8.
3 Diva yang Individualis, dan sebuah Strategic Management From: Cahyo Sukaryo
9a.
Re: Terima kasih untuk Sahabat Eska -- dari keluarga Nursalam AR From: patisayang
10a.
Re: (Inspirasi) Ta' Sobek-Sobek! From: galih@asmo.co.id
11.
(Rampai) MEMOTRET DENGAN KATA-KATA - Sebuah Kumpulan Puisi From: magnet zone
12a.
(Catcil) Gethuk Pelangi From: sismanto
12b.
Re: (Catcil) Gethuk Pelangi From: Syafaatus Syarifah
13.
[Info] Himpunan Puisi Taufiq Ismail [1953 - 2008] untuk Amal From: Epri Saqib
14.
[Maklumat] LPJ 1000 Cinta Untuk 1000 Mushalla - Ramadhan 2008 From: Lia Octavia
15.
Yang mau titip buku-buku sastra di Reboan nanti malam From: Epri Saqib
16a.
[Maklumat] QURCIL SK - Peduli Qurban SK Dalam Rangka Menyambut Idul From: Lia Octavia
17.
[Lonceng] Istri Kang Hadian Sakit From: Lia Octavia
18.
LPJ 1000 CINTA UNTUK 1000 MUSHOLLA From: galih@asmo.co.id
19a.
[catcil] Dari Pinggir Rel Kereta From: Syafaatus Syarifah
19b.
Re: [catcil] Dari Pinggir Rel Kereta From: ukhti hazimah

Messages

1a.

[Maklumat] SK akan "on air" di Radio Ras FM Jakarta 95,5 FM

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Tue Nov 25, 2008 7:24 am (PST)

Assalamu'alaikum wrwb

Salam sejahtera bagi sahabat-sahabat Sk di mana saja berada. Alhamdulillah,
insya Allah Dani Ardiansyah (Ketua Umum SK) akan menjadi bintang tamu dalam
siaran radio on air pada:

Hari / tanggal : Sabtu / 29 November 2008
Waktu : Pukul 20.00 - 21.00 WIB
Radio : Ras FM 95,5 Jakarta
Acara : Bincang santai tentang Sekolah Kehidupan

Bagi sahabat-sahabat di Jakarta dan sekitarnya atau yang bisa menangkap
siaran radio tersebut, catat tanggal & jamnya, pasang radio kamu
masing-masing, dan simak acara bincang santai ini bersama Ketua Umum SK...
^_^

Salam kehidupan
Lia
-Sekum SK-

www.sekolah-kehidupan.com
http://sekolahkehidupan.multiply.com
1b.

Re: [kabinet-eska] [Maklumat] SK akan "on air" di Radio Ras FM Jakar

Posted by: "INDARWATI HARSONO" patisayang@yahoo.com   patisayang

Tue Nov 25, 2008 5:02 pm (PST)

Wah, selamat ya. InsyaAllah mau denger suara merdu sang ketua. jangan lupa sebut2 nama. Halah! Nggakpenting banget!

--- On Tue, 11/25/08, Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com> wrote:
From: Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com>
Subject: [kabinet-eska] [Maklumat] SK akan "on air" di Radio Ras FM Jakarta 95,5 FM
To: "sekolah-kehidupan@yahoogroups.com" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>, "SK Kabinet" <kabinet-eska@yahoogroups.com>
Date: Tuesday, November 25, 2008, 7:23 AM

Assalamu'alaikum wrwb
 
Salam sejahtera bagi sahabat-sahabat Sk di mana saja berada. Alhamdulillah, insya Allah Dani Ardiansyah (Ketua Umum SK) akan menjadi bintang tamu dalam siaran radio on air pada:
 
Hari / tanggal                : Sabtu / 29 November 2008
Waktu                          : Pukul 20.00 - 21.00 WIB
Radio                           : Ras FM 95,5 Jakarta
Acara                           : Bincang santai tentang Sekolah Kehidupan
 
Bagi sahabat-sahabat di Jakarta dan sekitarnya atau yang bisa menangkap siaran radio tersebut, catat tanggal & jamnya, pasang radio kamu masing-masing, dan simak acara bincang santai ini bersama Ketua Umum SK... ^_^

 
 
Salam kehidupan
Lia
-Sekum SK-
 
www.sekolah- kehidupan. com
http://sekolahkehid upan.multiply. com
 
 
 











2a.

(Catcil)Hebat Ya Cinta Itu ^_^

Posted by: "hariyanty thahir" anty_th@yahoo.com   anty_th

Tue Nov 25, 2008 3:13 pm (PST)

Seorang ibu tersenyum di ruang tunggu RBG. Beliau mengantarkan orang
yang akan di nikahi nya untuk khitan.
Sebenarnya biasa saja jika mereka baru bertemu dan menikah.
Namun mereka ternyata akan menikah kembali setelah belasan tahun berpisah.

Kita sebut saja namanya Ibu Ayu. Ibu Ayu belasan tahun yang lalu nekad
meninggalkan 5 anak dan suaminya karena ingin kembali kepada agama nya
semula. Beliau juga sudah menikah kembali dan memiliki 2 orang anak.
Namun suami ke 2 beliau telah wafat.

Belasan tahun berlalu dan tanpa di sangka anak dan suami pertama
beliau mencari dan ingin kembali bersatu dengan ibu Ayu. Dan jadilah
bapak yg sudah berusia 50 an ini akan mempersunting ibu ayu setelah
sembuh ^_^
Sabtu lalu 2 orang anak beliau di khitan juga di RBG ini, dan usai
beliau ada lagi ... anaknya laki2 smua, hehehe

Duh ... hebat ya cinta itu
Tak lekang di makan waktu ^_^

Smoga pernikahan nya langgeng ya bu ^_^

by : antz

2b.

Re: (Catcil)Hebat Ya Cinta Itu ^_^

Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id   siril_wafa

Tue Nov 25, 2008 5:20 pm (PST)

kalo dikembambangkan ide ceritanya akan semakin menarik mbak.
coba aja kalo nggak percaya ^_^
saya sudah tertarik di awal-awal paragrafnya :)
benar-benar cinta yang hebat mbak . . .

-sis-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "hariyanty thahir"
<anty_th@...> wrote:
>
> Seorang ibu tersenyum di ruang tunggu RBG. Beliau mengantarkan orang
> yang akan di nikahi nya untuk khitan.
> Sebenarnya biasa saja jika mereka baru bertemu dan menikah.
> Namun mereka ternyata akan menikah kembali setelah belasan tahun
berpisah.
>

3a.

Re: (Inspirasi) Belajar dari Supir

Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id   siril_wafa

Tue Nov 25, 2008 3:17 pm (PST)

Salam...

bisa jadi memang ini cerita rekaan Bu Nurul. lha wong saya nulisnya
terinspirasi dari pembicara seminar koq. . .atau jangan-jangan yang
disampaikan sang pemateri itu ada benarnya bahwa ini adalah cerita
nyata. Nyata atau tidak yang terpenting bagi kita adalah dapat
mengambil inspirasi di dalamnya

-sis-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "nurulhi23" <nurulhi23@...>
wrote:
>
> Salam,
>
> Kisah yang lucu.
> Saya pernah mendengar kisah ini.
> Tapi tidak tahu, siapa sih sebenarnya beliau Sang Profesor dan Sang
> Sopir itu?
> Dulu saya kira ini hanyalah kisah rekaan saja.
> Mmm jadi ini kisah beneran ya?
>
>
> Salam.
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "sismanto" <siril_wafa@>
> wrote:
> >
> >
> > Belajar dari Sopir
> >
> > Penulis: Sismanto
> >
> > Email: sirilwafa@ <mailto:sirilwafa@>
> >
> >
>
> > Saya punya seorang guru berkelas nasional, seorang profesor yang
> selalu
> > ditunggu-tunggu we

4a.

Re: perkenalkan,saya anty ^_^

Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id   siril_wafa

Tue Nov 25, 2008 3:25 pm (PST)

Waassalamu'alaikum wr. wb.

Mbak Anty saya juga tidak ikut raker. ditunggu tulisannya yach :)

-sis-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "hariyanty thahir"
<anty_th@...> wrote:
>
> Assalamu'alaikum
>
> Perkenalkan ...
> Nama saya Hariyanty Thahir, call me anty
> Sa

5a.

Re: Bls: [sekolah-kehidupan] [OOT] Selamat Hari Guru ---> Tuk Pak Si

Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id   siril_wafa

Tue Nov 25, 2008 3:30 pm (PST)

Makasih Om Fiyan..
yang guru itu bukan saya, yang lainnya di SK kan banyak yang jadi
guru. guru tidak harus di sekolahan lho Om. anak-anak (murid-murid )
aja yang panggil pak guru :)
tapi Om FIyan nggak boleh ikut2an panggil saya Pak Guru

-sis-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, bujang kumbang
<bujangkumbang@...> wrote:
>
> selamat Pak Guru Sis

6a.

(Ruang Keluarga) Berbagi Peran Suami Istri

Posted by: "INDARWATI HARSONO" patisayang@yahoo.com   patisayang

Tue Nov 25, 2008 5:05 pm (PST)




Berbagi
Peran Suami Istri

Baru
kemarin aku posting di blog tentang repotnya membagi waktu, hari ini
aku mendapat keluhan yang sama. Bahkan kalau dipikir-pikir, kondisi
sahabatku itu lebih tidak menguntungkan dariku. Saat aku silaturahmi
ke rumahnya, dia sedang tak enak badan. Kurang tidur, banyak kerjaan.
Tubuh kurusnya tampak semakin ringkih saja.

"Semua-muanya
aku yang ngerjain Mbak," akunya. "Si Abi (maksudnya suaminya)
hanya tahu beresnya saja. Padahal aku kan juga kerja. Kemarin aja
ditegur bos karena nggak ngasih laporan tiap harinya. Aku ingin
curhat, tapi sama siapa? Apa semua perempuan mengalami seperti ini?"

Aku
tersenyum. Keluhan semacam itu, tidak hanya sekali ini kutemui.
Bahkan aku sendiri pernah mengalami.

"Pagi,
aku nyiapain si Abi. Lalu memandikan dede, membuatkan bubur,
menyuapinya, bla bla bla..." dia memperinci daftar kerjaannya dalam
satu hari.

"Kenapa
nggak mengambil pembantu saja Dik?" tanyaku. "Kita nggak mungkin
mengerjakan semua-muanya. Kalau itu bisa didelegasikan ke orang lain,
seperti cuci gosok, kan lumayan mengurangi pekerjaan kita."

"Rumah
segede ini Mbak, sungkan mau ngambil pembantu. Lagian sekali datang
biasanya 25 ribu," alasannya.

Dalam
hati aku membenarkan. Rumah sempit yang menjadi alasannya, bisa
kumaklumi sekali. Rasanya memang tidak nyaman mengundang orang lain
ke ruang pribadi kita yang terbatas. Dulu pun saat masih kontrak di
Pondok Kelapa, meski bukan rumah petak aku sungkan mau nyuruh orang
untuk membantuku menangani cuci gosok. Dan pada akhirnya aku harus
mengalahkan waktuku menulis atau sekedar rasa malas (kalau pas sedang
ingin bermalas-malasan) untuk menangani pakaian yang sepertinya remeh
dan ringan tapi cukup merepotkan itu.

"Kenapa
nggak ngambil yang bulanan langsung aja sekalian? Kan jatuhnya lebih
murah. Paling sekitar 250 ribuan," kataku. "Kalau cuma cuci
gosok, mereka kan pulang. Seperti pembantuku itu, kalau siang pulang,
balik sore kalau aku perlu menjemput Ais dari sekolahnya."

"Penginku
sih kubelikan mesin cuci aja Mbak," si suami urun bicara. "Cuman,
belum sempat kebeli juga." Aku membenarkan jalan keluar lain yang
hendak diambilnya. Memiliki mesin cuci memang sedikit banyak
meringankan tugas kita. Apalagi jika mesin cucinya otomatis. Tinggal
setel dia bisa jalan sendiri dan kita bisa memgang pekerjaan yang
lain.

Bertandang
ke rumah pasangan muda siang itu aku jadi menengok keadaan kami
beberapa tahun silam. Saat masih kontrak, saat aku masih kerja
kantoran, saat masih long-distance-relationship
Jakarta-Surabaya
dengan
suamiku, saat tak punya pembantu. Masa itu, entah bagaimana aku mampu
melampauinya. Baru menjemur pakaian dan mengepel rumah jam 12 malam
adalah hal biasa kulakukan saat masih di Surabaya. Faktor ekonomi
memang menjadi salah satu kendala.

Aku,
merasa lebih beruntung karena betapapun repotnya aku membagi waktu
sekarang ini, masih bisa kusiasati dengan mengerem target pribadi.
Maksudku, biarlah aku harus mengalah tak memegang gunting dan kain
flanel dulu sebelum anakku tidur, atau draft novel itu kusimpan
sementara di catatan. Semuanya masih bisa direskedul. Berbeda dengan
sahabatku yang kerja di rumah tapi memiliki bos yang begaimanapun
menuntutnya memenuhi pekerjaannya. Pekerjaan rumah juga tak bisa
didelegasikannya ke orang lain karena tak memiliki pembantu (dengan
berbagai alasan di atas).

Tapi
tentang peran istri suami, domestik dan luaran itu, sepertinya harus
dibicarakan lagi. Sebenarnya toh tak ada kewajiban atau perjanjian
tertulis bahwa istri harus menyediakan makan atau bekal suami. Jika
pagi istri sudah repot dengan si bayi, kenapa suami nggak turun dapur
sendiri? Bikin oseng taoge atau ceplok telur sederhana pasti semua
bisa. Hanya masalahnya, mereka (para suami itu) mau apa tidak? Soal
menyetrika dan mencuci pun sama. Kenapa semua harus istri yang
mengerjakannya? Padahal dia sudah cukup repot dengan mengurus anak.
Apalagi masih bayi.

Suami,
kadang beralasan bahwa mereka sudah capek kerja. Alasan itu, bisa
diterima. Aku sendiri kadang mau meminta suami gantian jagain si dede
bayi tak tega kalau melihatnya tertidur di sofa sepulang kerja.
Tekanan di kantor dan stres di perjalanan membuat mereka (bayi besar
itu )
ingin dimanjakan di rumah.

Tapi,
bukankah para istri juga bekerja di rumah? Entah dia bekerja dalam
artian memiliki bos atau freelancer, atau merintis usaha sendiri.
Bahkan tanpa embel-embel itupun, `hanya´ sebagai ibu rumah, bisa
disebut juga bekerja? Jam kerjanya 24 jam malah. Lalu tak bolehkah
dia mendapat sedikit penghargaan--dengan suami tak menuntut perhatian
dan minta dimanja juga--dan bantuan (gantian menjaga anak setelah
seharian bersamanya, misal).

Setiap
keluarga, memiliki karakteristik sendiri. tergantung karakter
pembangun utamanya, suami dan istri. Namun apapun itu, hendaklah
dikomunikasikan dalam kerangka win-win
solution.
Jangan sampai ada pihak yang merasa dikalahkan, dilemahkan. Jangan
sampai ada pihak yang terlalu tertekan. Runtuhkan bangunan baja yang
menyatakan bahwa memasak mencuci setrika adalah tugas istri sehingga
haram bagi suami untuk melakukannya.

Namun
istripun, hendaknya tak manja dan menuntut apa yang belum mampu
diberikan oleh suaminya. Berbuat saja yang terbaik, memaksimalkan dan
memenej waktu searif mungkin tanpa harus memaksa diri sendiri. Jika
memang baru bisa memegang cucian saat malam, tak apa. Jika memang tak
bisa mengepel lantai tiap harinya, relakan saja. Yang penting kondisi
rumah tak sampai acak kadul yang membawa dampak ke kesehatan
penghuninya.

Kita
yang lebih tahu isi istana kita, dan hanya kita pula yang mampu mendekorasi ulangnya.

Tanah
Baru, 22/11/08 20.30
http://lembarkertas.multiply.com

6b.

Re: (Ruang Keluarga) Berbagi Peran Suami Istri

Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id   siril_wafa

Tue Nov 25, 2008 5:12 pm (PST)

HHmmm,... perlu banyak belajar nih sama ibu rumah tangga, sebelum
mencari pasangan :))
jangan kapok bagi-bagi resep ke yang muda-muda ya mbak.

-sis-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, INDARWATI HARSONO
<patisayang@...> wrote:
>
>
>
>
> Berbagi
> Peran Suami Istri
>
>

6c.

Re: (Ruang Keluarga) Berbagi Peran Suami Istri

Posted by: "patisayang" patisayang@yahoo.com   patisayang

Tue Nov 25, 2008 5:27 pm (PST)

Kalau biasa jadi anak kos biasanya udah nggak malu2 nyuci baju sendiri
Mas. Tapi bisa juga malah jadi manja, minta dilayani istri. Hehe...

salam,
Indar
yang menikmati jadi istri, ibu, dan diri sendiri.
Life is so beautiful!

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "sismanto" <siril_wafa@...>
wrote:
>
> HHmmm,... perlu banyak belajar nih sama ibu rumah tangga, sebelum
> mencari pasangan :))
> jangan kapok bagi-bagi resep ke yang muda-muda ya mbak.
>
> -sis-
>
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, INDARWATI HARSONO
> <patisayang@> wrote:
> >
> >
> >
> >
> > Berbagi
> > Peran Suami Istri
> >
> >
>

7a.

Re: Salam Kenal Semuanya......

Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id   siril_wafa

Tue Nov 25, 2008 5:13 pm (PST)

Hehehe... nyasar?

koq hampir sama ceritanya sama saya dulu..
salam kenal ya

-sis-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "rah_ma18" <rah_ma18@...> wrote:
>
> Akhirnyaaaaaa.................
>
> Bis

8.

3 Diva yang Individualis, dan sebuah Strategic Management

Posted by: "Cahyo Sukaryo" cahyo.sukaryo@medcoenergi.com   csukaryo

Tue Nov 25, 2008 5:24 pm (PST)

3 Diva yang Individualis, dan sebuah Strategic Management

http://terbanglahlbhtinggi.multiply.com/

Selasa, 25 Nov 2008 - 21:45 wib

Barusan pas dinner break di kampus, gue sempat liat penampilan 3 Diva di
salah satu saluran TV. Habis presentasi** dan berdiri di depan kelas
hampir 2 jam, dinner break yang telat, dan perut yang lapar; bikin gue
nggak terlalu konsen ngeliat mereka.

Pun mereka nyanyi nya fals.. nggak banget dehh.

Padahal masing2 ngakunya sudah layak dapat sebutan "diva" *nyengir*.
Okelah mereka masing2 udah terkenal dan jelas bersuara bagus; terbukti
mereka sudah bertahan lama di dunia tarik suara negeri ini. Tapi sejak
mereka bergabung di dalam apa yang disebut sebagai "3 Diva", entah
kenapa, mereka kok malah jadi downgraded gitu. Udahlah fals, itu yang
pertama. Selain itu penampilan mereka bertiga, kalau boleh meminjam
istilah pacar, sungguh tidak "blended-in".

Kalau beranalogi; ibaratnya kita makan gado2 sama sate padang, yang
sama2 enak, dan sama2 pake bumbu kacang.. tapi kalo dicampur apa nggak
mau muntah tuh? Individu yang kinclong secara personal, belum tentu akan
membentuk sekelompok yang efektif.

It is said that in entering new market we have to learn about our
industry and realizing the power and resources we do have. Then we
decide what strategy we would use, either to differentiate ourselves
from the competitor, or to maintain a low cost operations.

Si pacar dan Henny <http://henny82.multiply.com/> (keduanya ex
Psikologi UI) secara terpisah sama2 bilang, "..mereka (3 Diva) harus tau
kelebihan dan kekurangan masing2 biar menciptakan suatu performance yg
bagus.."

Tapi tentu kita harus mempertanyakan; mereka itu beneran nggak tahu,
apa cuman nggak mau?

Gue ingat dulu si kris dayanti pernah kepentok abis tuh.. pas duet
bareng di TV bareng siti nurhaliza.. Tentunya saat Siti masih ngetop dan
belum masuk tempurung yah :-) Waktu itu keliatan banget KD berusaha
nonjol2in diri, tapi lantas kalah telak dibandingkan Siti..haha.
Akhirnya dia cuman bisa senyam senyum sambil ngeliatian Siti, lantas
ikutan tepuk tangan bareng penonton. Tapi raut wajah nya itu lhoo..
sungguh tak akan terlupakan. Kenyataan itu pahit, Jenderal!

Kata Henny <http://henny82.multiply.com/> lagi, "..mungkin memang susah
untuk meninggalkan ego masing2 kalo sudah pada sukses sendiri2
sebelumnya.."

Tapi mungkin nggak sih, itu karena "Indonesia?" Karena kalau elo
perhatikan, kebanyakan orang Indonesia ego nya kan gede dan pengen
menonjol masing2. Nggak ada tuh yg namanya attitude bahwa bekerja dengan
keunggulan masing-masing pada akhirnya adalah buat keberhasilan seluruh
tim. Mesti semua orang lebih peduli pada keunggulan pribadi, unit
masing2, atau apalah itu namanya. Dan menganggap yang lain lebih sebagai
rival atau saingan, daripada partner bersinergi.

Ini lain sekali dengan mereka2 yang emang pada dasarnya sudah berniat
menjadi satu tim. Karena mereka emang berangkat dari satu grup; jadi
mind set nya sudah berbeda. Walau tentu selalu ada resiko perpecahan
saat tim nya sudah jadi sukses. Misalnya; grup nya Mulan dan Maya (apa
ya, namanya?). Atau kalau mau lebih jauh; generasi ke-3 dari berbagai
konglomerasi keluarga terpandang.

Jadi, apakah memang kita hanya peduli pada sukses jangka pendek, dan
dengan tega nya sanggup mengorbankan (pada kasus "3 Diva") individual
branding yang sudah mapan?

** Presentasi hari ini: Strategies to Fight Low-Cost Rivals

*** Sebagian tulisan ini terinspirasi dari obrolan dengan Henny
<http://henny82.multiply.com/> dan pacar

**** Foto diambil dari internet per hari ini

9a.

Re: Terima kasih untuk Sahabat Eska -- dari keluarga Nursalam AR

Posted by: "patisayang" patisayang@yahoo.com   patisayang

Tue Nov 25, 2008 5:24 pm (PST)

Sama-sama juga Dik. Seneng rasanya bisa liat Salam junior. (Bener2
mirip Nursalam saudara-saudara! :)) Maaf jika kunjungan kami jadi
merepotkan keluargamu. Selamat menikmati hari baru, tanggung jawab
baru, surga dunia baru.

salam,
Indar, Slamet, Ais, n Yasmin

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Nursalam AR"
<nursalam.ar@...> wrote:
>
> Ass.wr.wb.
>
> Sahabat Eska, sedemikian banyak doa, motivasi dan tausyiah kami
dapat via
> sms dan telpon selama proses persalinan putera pertama kami
(Muhammad Alham
> Navid) melalui operasi caesar pada Selasa, 18 November 2008 di RSUD
Pasar
> Rebo. Juga melalui kunjungan sebagian sahabat Eska (Mbak Indar &
keluarga
> dan Retno & Catur).

10a.

Re: (Inspirasi) Ta' Sobek-Sobek!

Posted by: "galih@asmo.co.id" galih@asmo.co.id

Tue Nov 25, 2008 5:29 pm (PST)

Sumpah, keren banget. Meski baru pagi ini dibaca tapi
serasa cuci muka ditengah kesatnya mata karena penuh belek
yang menghalangi pandangan. Halah, gak nyambung.
Thanks Mba atas inspirasinya.

Salam,

Galih

Jenny Jusuf <j3nnyjusuf@yahoo.com>
Sent by: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
11/25/2008 09:15 AM
Please respond to sekolah-kehidupan

To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
cc:
Subject: [sekolah-kehidupan] (Inspirasi) Ta' Sobek-Sobek!

--pluk--
Saya meraba telinga kanan, lalu memungut kabel hitam tipis yang tergeletak
di pangkuan. Kembali memasang earphone yang sudah berkali-kali jatuh sambil menghela napas panjang. Sejak tadi,
hanya itu yang saya lakukan. Berulang-ulang menarik napas. Bukan karena earphone yang sudah uzur dan minta di-lem biru (lempar, beli baru), namun karena topik program
radio yang sedang saya dengarkan sangat menguji kesabaran mental.
Penyesalan mulai merambat naik. SMS yang dikirimkan sahabat saya
?narasumber tetap siaran radio gila (atau narasumber gila siaran radio
tetap? Au ah. *wink-wink*)? tepat sebelum siaran dimulai sudah cukup memicu kecurigaan bahwa topik
pagi ini akan mengusik kesejahteraan jiwa. Still, saya memasang earphone dan mencari-cari gelombang yang tak pernah berhasil saya hafal
frekuensinya.
Topik yang menjadi objek pembahasan kali ini adalah tema yang sudah
berkali-kali kami (saya dan sahabat) obrolkan dan selalu berhasil membuat
saya cengar-cengir sebal, yakni mengenai penilaian yang tidak seimbang
tentang uang, mentalitas 'punya tapi miskin', perwujudannya dalam
kehidupan sehari-hari (gila diskon, refleks menawar sampai ke satuan
terkecil, penerapan 'hemat pangkal kaya' nan hiperbolis, perhitungan yang
akurasinya sangat terjamin ?kalau soal uang, ya. Soal lain mah belum cenchu- irit-pahit-medit, de-el-el. Yang belum tinggal bikin berhala dari duit aja)... sampai
dampaknya terhadap ketenteraman batin.
Setiap kali pembahasan itu muncul, saya hanya mesam-mesem konyol dan membela diri sebisanya, atau balas nyeplos sekenanya. Tak pernah menganggapnya serius. Sampai sahabat saya nyeletuk bahwa ia berniat mengadakan seminar dimana pesertanya diharuskan membakar
uang dan menggunting kartu diskon demi mengikis mentalitas 'berduit tapi
miskin' yang meracuni pikiran seperti asap hitam knalpot bis kota
?mengaburkan kejernihan pandang dan membuat sesak napas? saya masih
mengira bahwa ia cuma bercanda. Main-main. Tidak sungguhan. Orang gila
mana yang nekat membakar uang yang diperoleh dengan kerja keras? Emangnya duit turun dari langit?
Untung tak dapat diraih, malang tak da *...ah, sudahlah*. Ternyata,
sahabat saya tidak bergurau. Bedanya, ia tidak benar-benar membuat
seminar, melainkan mengangkat topik tersebut dalam pembahasan radio hari
ini. Lengkap dengan latihan bakar-membakar, yang demi keamanan lingkungan,
diganti dengan sobek-menyobek. Iya, uang. Bukan kertas bekas, bukan
bungkus pisang goreng. Dan saya merasa 'terjebak'.
Separuh otak saya langsung ribut menyuruh mematikan radio, namun untuk
alasan yang tak pasti, saya malah terus mendengarkan. Setiap jeda iklan
dan lagu, saya berulang kali tergoda menekan 'switch off' dan melanjutkan tidur, tapi sinkronisasi tidak berlaku pagi ini.
Dan terjadilah momen sialan bersejarah itu. Sahabat saya mengeluarkan selembar limapuluh ribuan (iya,
uang. Bukan daun singkong) dan mendekatkannya pada microphone (eh, dideketin nggak sih? Pokoknya gitu lah). Bunyi sobekan yang
terdengar ?lambat dan jelas? nyaris mengubah saya menjadi psikopat.
Limapuluh ribu. D i s o b e k.
Dan masih banyak orang di luar sana yang nggak bisa makan.
Yang nggak mampu beli baju.
Yang nggak sanggup bayar uang sekolah.
Yang banting tulang jadi kuli demi mengais rupiah dan bisa mati setiap
saat ketimpa beton.
Yang jualan koran di lampu merah saat panas terik cuma supaya bisa dapet
sepuluh-duapuluh ribu.
Yang ngesot-ngesot mengemis di pinggir jalan.
Yang naik-turun ngamen di angkutan umum dengan resiko kelindes kontainer.
Limapuluh ribu. D i s o b e k.
Dan ia masih berani mengajukan 'saran' kepada pendengar untuk melakukan
hal serupa. Tidak harus sama jumlahnya, boleh mencoba dengan nilai satu
persen dari total gaji.
Tidak banyak, memang. Katakanlah gaji yang didapat satu juta, maka yang
disobek 'hanya' sepuluh ribu rupiah.
Tapi kan, bok... TETEP AJA DUIT!!!
Siaran selesai tak lama kemudian, dan saya sungguh penasaran ingin melihat
tampang para host yang agaknya tidak kalah shocked dengan latihan berbasis terapi itu. Saya meraih dompet dan melangkahkan
kaki ke warung nasi untuk membeli sarapan. Tapi, sepanjang jalan, benak
saya tak henti-hentinya bergemuruh. Entah kenapa. Saya kehilangan
konsentrasi dan hanya berjalan menyeret kaki seperti orang bodoh. Untung nggak ketabrak truk.
Sekembalinya ke kosan, saya duduk di ruang tamu dan menyantap sarapan
sambil terbengong-bengong. Seperti orang 'hilang'. Pikiran saya menolak
diajak berfokus, namun saya juga tak mampu mencermati kemana ia
mengembara.
Mendadak, entah darimana datangnya, saya merasakan sesuatu 'bergolak' di
dalam diri. Saya bahkan tidak sempat menelusuri sumbernya, karena ia
muncul begitu saja tanpa terbendung. Campuran antara sengit, kesal, dan
tidak rela. Ingatan tentang suara uang yang disobek semakin memicu refleks
untuk mengambil pisau dapur dan memutilasi orang. Semakin mengingatnya,
semakin saya membenci 'adegan' itu. Semakin saya bersumpah TIDAK AKAN
PERNAH melakukan ketololan kegilaan serupa. No freaking way, orang Sunda bilang.
Namun, sebagaimana sinkronisasi tidak berlaku pagi ini, tangan saya justru
memunculkan respon berkebalikan.
Cepat, tanpa berpikir, saya mengeluarkan dua lembar sepuluh ribuan dari
dalam dompet. Kemudian merobeknya sekuat tenaga persis seperti perempuan
yang baru patah hati menyerpih koleksi surat cintanya sampai potongan
terkecil. Setelah sobekan-sobekan itu teronggok di atas meja ?sekumpulan
kertas yang kini tak lagi punya makna?barulah saya merasakan sensasi lain:
dada saya sesak oleh luapan emosi. Bahkan tanpa saya tahu kenapa.
Amarah itu menggelegak. Seperti air mendidih yang siap meluber. Saya
merasa perlu masuk ke dalam gua demi menetralisir emosi, atau saya akan
mencekik makhluk hidup pertama yang saya temui. Saya merasakan kemarahan
yang amat-sangat, entah pada siapa. Tanpa alasan spesifik.
Ketika wajah sahabat saya hadir dalam benak, percikan api itu seperti
bertemu bensin. Stimulus yang cukup fatal. Saya betul-betul marah. I seriously wanted to murder him. Dan berhubung sahabat saya akan menjalani trip ke luar negeri dalam waktu dekat, saya sempat berpikir, "Bagus deh,
sebaiknya emang gak ketemu-ketemu dulu? demi mencegah pertumpahan darah."
Saya memandangi sobekan uang yang tertumpuk di meja, dan lagi-lagi
menghela napas. Panjang dan lama itulah Coki-Coki .
Bo, d-u-a-p-u-l-u-h r-i-b-u. Kebuang begitu aja. Disobek-sobek pula. Ampunilah saya, Gusti nu Agung. Semoga nggak sampai kualat.
Singkat cerita, tak lama setelah saya kekenyangan memamah ransum, handphone berdering. Sumpah mati saya malas mengangkatnya begitu melihat nama si
penelepon.
Entah berapa puluh menit saya habiskan untuk mencaci-maki marah-marah, nggerundel nggak jelas, bahkan berkata keras-keras: "KETERLALUAN, IH!"
Saya tahu, tidak adil berkata seperti itu kepada sahabat saya, karena toh
tindakan menyobek-nyobek uang adalah keputusan saya sendiri. Tanggung
jawab saya sepenuhnya. Lha, nggak ada yang nyuruh dan nggak ada yang maksa, kok. Tapiii? tetap saja, saya perlu menyalahkan orang
lain supaya bisa merasa lebih baik.
*Sounds familiar? ;-D*
Ia tidak marah, malah tertawa-tawa. Dan membuat saya semakin jengkel.
Menit-menit berikutnya saya habiskan dengan berulangkali menarik napas dan
mengomel. Sampai akhirnya saya capek sendiri. Sempat muncul perasaan ngilu
yang awalnya saya kira akan tumpah keluar. Saya pikir saya akan menangis.
Dan ia bilang, tidak apa-apa. Saya boleh menangis. Tapi, ternyata nyeri
itu hanya sesaat. Luapan energi yang terasa mencengkeram tiba-tiba
melonggar, dan saya kembali termangu-mangu. Masih sambil mengoceh, tapi
tidak seintens tadi. Pegel, bok.
"Why should I listen to you?"
Meski terdengar kasar, dalam kondisi seperti ini saya benar-benar tidak
ingin menahan apa pun. Saya membiarkan diri saya berceloteh sepuasnya,
mengeluarkan apa saja yang bergolak di dalam tanpa merasa perlu
menyensornya.
"You don't have to. Just experience it," ia menjawab kalem.
Perlahan, emosi saya menyurut. Yang tertinggal kini hanya lelah. Seperti
orang habis berolahraga... atau dehidrasi? Orang yang baru selesai
berolahraga seharusnya merasa segar. Saya hanya merasa letih. Seperti ada
tenaga yang hilang dari diri saya. Namun gejolak itu, angkara murka
*halah* yang meletup-letup sejak mendengarkan siaran, mulai kehilangan
daya genggamnya. Mengendur. Hanya menyisakan penat, yang entah kenapa,
terasa... benar. Nyebelin, nyakitin, tapi benar. Seakan-akan memang itulah 'jatah' saya. Pengalaman yang
harus saya lalui dan reguk esensinya, meski rasanya jauh dari enak.
Dan kemarahan itu... yang bahkan tak saya mengerti karena timbul begitu
saja tanpa analisa logis... yang menyembul dan 'membakar' saya... rasanya
kini mulai saya pahami.
Perasaan itu muncul karena saya merasa keyakinan saya terenggut. Diambil
secara paksa oleh tangan yang tak terlihat. Apa yang saya anggap benar
dari hasil observasi, studi kasus dan pengalaman hidup bertahun-tahun ?okay, okaaay, sebagai hasil pembenaran diri? seperti terampas begitu saja dan saya tak kuasa mencegahnya. Kebenaran
semu yang saya rengkuh erat-erat itu direnggut oleh siaran sembilanpuluh
menit dan dua lembar sepuluh ribuan yang kini teronggok dalam
serpihan-serpihan kecil. Tak peduli berapa nominalnya, yang saya tahu
hanya, rasa 'sakit' itu benar-benar nyata. Dan saya terkesima sendiri.
Tidak menyangka emosi saya bisa bergolak sedahsyat itu hanya karena uang
duapuluh ribu.
Sebelum mengecam saya sebagai makhluk pelit nan medit, mari saya jelaskan sesuatu. Saya bukan orang yang anti mengeluarkan uang
untuk sesuatu yang tidak memberi timbal balik kepada saya. Dalam
kondisi-kondisi tertentu, saya sama sekali tidak keberatan mengeluarkan
uang yang nominalnya bahkan jauh lebih besar dari yang baru saya sobek,
untuk sesuatu yang tidak mendatangkan keuntungan apa pun. Sebagai umat
Kristiani yang baik, saya tidak pernah lupa menyisihkan sepersepuluh
(sepuluh persen lho, bukan satu persen) dari penghasilan saya untuk
diberikan kepada Gereja. Bukan sekali-dua juga saya mentraktir office boy (ketika masih jadi pekerja kantoran dulu), memberi sembako, membelikan
makanan untuk anak-anak jalanan, menyumbang untuk berbagai kegiatan
sosial, dan sebagainya.
*Stop sebentar. Sebelum saya melanjutkan, tolong pahami bahwa saya menulis
hal-hal di atas bukan untuk pamer budi. Saya hanya menjelaskan apa yang
saya rasa perlu. Don't get me wrong, K?*
Saya tidak punya masalah dengan itu semua. Bahkan, ketika saya terpaksa
'kehilangan' sejumlah uang karena kebodohan dan kecerobohan saya sendiri
?seperti dikibulin supir taksi, termakan rayuan investasi berbasis agama yang ternyata
penipuan, ikut-ikutan main saham dan rugi banyak, atau kalap belanja
sampai uang ludes untuk hal-hal nggak penting? saya tidak pernah berlarut dalam penyesalan. Bagi saya, selalu
ada pelajaran berharga yang bisa dipetik dari setiap peristiwa. Kebodohan
dan kecerobohan akan menjadikan saya lebih mawas diri dan berhati-hati
dalam mengelola uang. Mempersembahkan sejumlah uang ke tempat ibadah
adalah sesuatu yang sudah seyogianya dilakukan, karena itu tertulis dalam buku panduan sejuta umat kitab suci. Berderma kepada mereka yang membutuhkan senantiasa membuat hidup terasa lebih berguna mendatangkan kepuasan batin yang tak terukur nilainya. Setidaknya, saya
tahu apa yang saya keluarkan bermanfaat bagi orang lain.
Tapi... menyobek-nyobek uang... meski nilainya 'hanya' duapuluh ribu...
...seperti mengobok-ngobok kakus dengan tangan telanjang.
Pergumulan batin saya *tsah!* tidak berhenti sampai di situ. Prinsip ideal tentang uang yang sudah
terkonstruksi di benak ini -dan entah sudah berapa lapis karatnya akibat
dibiarkan berkerak bertahun-tahun- telah menjelma menjadi sesuatu yang
saya rangkul sebagai kebenaran. Setidaknya, untuk diri saya sendiri. Saya
demikian percaya diri dan selalu memandang prinsip itu sebagai pilar kokoh
penopang kelangsungan hidup, yang tanpanya, separuh diri saya tiada. Dan
kini, pilar itu luluh sudah. Bangunan kecil saya terguncang, siap runtuh.
Lama setelah percakapan kami berakhir, saya masih termenung. Saya meraih
serpihan-serpihan uang itu. Sahabat saya berpesan agar sobekan itu tidak
dibuang, supaya saya bisa melihatnya sesekali dan mengingat pelajaran
berharga di balik 'latihan' itu. Bahwa apa yang saya anggap sebagai barang
berharga sesungguhnya tak lebih dari selembar kertas. Benda itu tidak
memenjarakan saya. Penilaian atasnyalah yang menjadikan saya terpenjara.
Harapan dan ketakutan yang tersimpan di balik pemahaman yang keliru telah
menciptakan begitu banyak konflik dan stres di dalam batin.
Saya meletakkan sobekan-sobekan itu di atas tempat tidur dan terpekur
menatapinya. Lama. Kemudian, saya mengeluarkan handphone dan memotretnya.
Lalu, bagaikan disiram air dingin di siang bolong (atau kesamber petir di tengah lapangan ? kira-kira efeknya sama, lah), saya
terperangah. Kesadaran itu menyerbu benak saya bagai sekumpulan prajurit
yang mengendap-endap; menyelinap dan menunggu aba-aba untuk menyerang.
Untuk memancingnya keluar hanya dibutuhkan sepenggal isyarat... atau
seberkas sinar dari handphone berkamera yang saya genggam.
Kesadaran itu muncul berupa pencerahan. Melalui duapuluh ribu yang hancur
tersobek-sobek, saya berjumpa dengan sisi lain dalam diri saya. Bagian
dari Jenny yang nyata, ada, meski tak pernah saya sadari keberadaannya.
Saya menemukan berlapis-lapis lensa yang membatasi jarak pandang dan cara
saya melihat hidup. Saya menemukan keraguan, kekhawatiran, ketakutan, dan
harapan yang terwujud dalam kerja keras, dengan label mengejar impian.
Berbarengan dengan padamnya lampu kamera; bersamaan dengan munculnya
gambar pada layar handphone, saya sadar... saya adalah sebatang bonsai yang mengira dirinya pohon
raksasa. Saya adalah burung kecil yang terlalu takut terbang ke angkasa
dan mematuk orang yang membukakan pintu kandangnya.
Masih 'shocked' dengan perubahan emosi dan reaksi hati yang bagaikan rollercoaster, saya memilih untuk duduk diam. Mengamati apa yang timbul ke permukaan.
Hanya merasakan, sepenuhnya. Tanpa menilai.
Lalu, datanglah rasa terakhir, yang tak saya sangka akan muncul. Tipis,
namun perlahan menguat seiring 'pulih'nya kesadaran saya. Memenuhi ruang
pikiran yang masih terlampau peka untuk mencerna apa yang terjadi.
Rasa itu bernama Bangga dan Lega.
Bukan karena merasa hebat. Bukan karena merasa lebih. Namun karena saya
merasa 'menang'. Bukan atas siapa-siapa, melainkan atas berbagai konflik
yang telah lama membelenggu batin tanpa saya sadari.
Dalam serpihan-serpihan kertas itu, saya bersua dengan separuh diri saya
yang lain. Jenny yang berani. Bukan berani merobek uang, namun berani
menghadapi monster yang bersemayam di dalam diri, menerimanya apa adanya,
dan ?akhirnya- berdamai dengannya. Menyongsong langit biru yang selama ini
hanya mampu saya pandangi dari balik sangkar meski pintunya telah lama
terbuka. Menjelang kebebasan yang terhampar di depan mata sepenuh hati;
tanpa mempertanyakannya, tanpa bergumul. Memandang hidup bukan lagi
sebagai arena gulat dimana saya bertempur dengan harapan, keinginan dan
ketakutan, melainkan taman bermain dengan aneka wahana yang terkadang
menguji nyali, membuat tertawa gembira, merengut sebal, berdebar-debar,
dan banyak lagi. Di tengah rasa yang silih berganti hadir ?entah itu
mencekam, menghanyutkan, menyenangkan, membuat ketagihan? saya sadar bahwa
saya hanya sedang bermain.
Dan akhirnya, saya tersadar. Keberanian sejati mungkin bukanlah keberanian
untuk membela apa yang kita pandang benar, menjunjungnya tinggi-tinggi dan
melindas apa pun yang menghalangi jalan kita. Bukan juga keberanian untuk
berhadapan dengan rasa takut tanpa tergoda mundur. Bukan pula keberanian
untuk berdiri gagah menentang kelaliman dan menyongsong maut di medan
perang.
Keberanian sejati, mungkin, adalah keberanian untuk menyadari penjara yang
mengungkung kita selama ini; melihat jeruji-jerujinya sebagaimana adanya
-bukan kamar emas beranjang empuk tempat sepiring makanan disuguhkan
setiap hari, melainkan pasung yang membelenggu kemerdekaan batin-... lalu
mengambil keputusan dan bertindak membebaskan diri ? apa pun wujud
kebebasan itu. Meski dunia mencela kita sebagai idiot separuh gila.
:-)

ROCK Your Life!
- Jenny Jusuf -
http://jennyjusuf.blogspot.com

11.

(Rampai) MEMOTRET DENGAN KATA-KATA - Sebuah Kumpulan Puisi

Posted by: "magnet zone" magnetzone@gmail.com

Tue Nov 25, 2008 7:07 pm (PST)

Empati

Aku datangi Inggris di musim yang buruk
Kabut membasahi London
dan dingin memaksaku bersembunyi di bawah tanah
dimana "tube" bergerak seperti ular
meluncur dari stasiun satu ke stasiun lainnya
mengangkat jutaan manusia ke permukaan
menenggelamkan jutaan lainnya

"I really suffer here',
emailku pada suami
(ketika dia ada, kehadirannya tak terasa
ketika dia tiada, serasa hilang separuh nyawa)

"Kamu kurang bersyukur,
pikirkan sesuatu yang dapat membuatmu bersyukur,"
balasnya, dengan penuh cinta

Lalu aku ingat ribuan pengungsi Kosovo, Chechnya,
dihadang kabut, dibentur hujan salju
dengan atap langit kelabu
dan pohon-pohon kering musim gugur.
Tak ada tempat untuk bersembunyi,
kecuali selimut yang dihiasi lobang-lobang bekas peluru
"Ampuni aku, ya Allah," sujudku
Airmata menghangatkan tidurku
malam itu.

*London, 2000

* Buku kumpulan puisi karya Sirikit Syah ini merupakan sebuah
perjalanan seorang perempuan merambah dunia dalam dan dunia luar, memotret
segala peristiwa dengan kata-kata. Memotret perang, memaparkan cinta. Sebuah
kumpulan dan pertunjukan pembacaan puisi yang belum pernah ada. Ada darah,
airmata, peluru, anggur, dan cinta, tentu saja.

*Judul : MEMOTRET DENGAN
KATA-KATA

Penulis : SIRIKIT SYAH

Penerbit : JP Books (Grup Jawa Pos)

Tebal : 42 halaman

Harga Discount : Rp 10.625,-*

Dapatan buku-buku menarik dengan discount menggigit hanya di Magnet Zone,
Café Buku Pertama di Surabaya.
Untuk pemesanan hubungi Mbak Wahyu 085649934525 atau 031-60760322. Anda juga
bisa menghubungi langsung ke Magnet Zone 031-5323212, FAX 031-5323212
Pembayaran bisa melalui Bank Bukopin Syariah No. Rekening 8800259038 atas
nama PT. Bina Ilmu.

--
*Magnet Zone Cafe Bookstore at www.magnetzone.multiply.com*
12a.

(Catcil) Gethuk Pelangi

Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id   siril_wafa

Tue Nov 25, 2008 7:08 pm (PST)


Gethuk Pelangi

Penulis:Sismanto

Email : sirilwafa @gmail.com

http://mkpd.wordpress.com <http://mkpd.wordpress.com/>

Pagi hari sebelum saya membuka mata, menyambut mentari pagi telinga saya
sudah mendengar suara mesin-mesin diesel kapal yang akan berangkat
mencari ikan. Pagi itu, hampir semua warga nelayan di kampung saya pergi
melaut. Sementara saya tidak ikut dalam rombongan suara-suara itu.

Setelah mengantar ibu ke pabrik juragannya. Eittsss......... Ibu adalah
seorang suplier nelayan, kerjanya adalah menampung hasil penjualan ikan
nelayan kemudian menjualnya lagi ke pabrik atau ke bandar yang lebih
besar. Sekembalinya dari pabrik yang jaraknya kurang lebih sepuluh kilo
itu perut terasa agak lapar, semacam ada sesuatu yang meronta-meronta,
kebiasaan kalau perut saya sedang lapar.

Padahal, pagi itu ibu tidak memasak untuk keluarga. Saya pun maklum
waktu masih terlalu pagi untuk sarapan. Lantas, saya mengalihkan
pandangan perut yang sudah lapar suatu tempat di belakang rumah,
belakang kamarku. Tempat itu kalau siang hari digunakan sebagai TPI
(Tempat Pelelangan Ikan), sementara paginya digunakan para pedagang
sebagai pasar di desa saya. Terpaksa, pasar itu yang jadi sasaran atas
permintaan perut yang sudah tidak bisa di tahan lagi.

Beberapa tapak kaki saja saya sudah sampai di tengah pasar yang memang
tidak begitu besar. Pandangan saya tertuju pada makanan yang berwarna
warni, ada warna merah, kuning, dan hijau. Bahan pokoknya juga dari
tepung yang dibumbuhi dengan pewarna makanan biar tampak lebih menarik.
Sebelum dibungkus dengan daun terlebih dahulu penjualnya membubuhinya
dengan kelapa yang sudah diparut, dialah "Gethuk Lindri" mirip
seperti pelangi. Bisa jadi kalau menjadi sebuah novel judulnya menjadi
"Gethuk Pelangi", seperti punyanya Andrea Hirata "Laskas
Pelangi" dan Samsikin Abu Daldiri dengan "Rumah Pelangi"nya.

Bukan-bukan, tidak sesuai jika disamakan dengan novel-novel itu. Laskar
pelangi sebagai sebuah novel yang menggegerkan dunia sastra dan pembaca,
rumah pelangi sebagai memoar guru di tengah basis kaum komunis,
sementara gethuk pelangi hanyalah sebuah makanan yang beraneka warna
saja. Di daerah saya menyebutnya "Gethuk Lindri".

Jika dikaitkan dengan tempat yang saya beli, yakni di pasar malah saya
jadi ingat beberapa tahun yang lalu, manakala saya harus mengantar ibu
ke pasar di Rembang. Jauh-jauh hari saya telah mempersiapkan diri untuk
acara itu, pakaian sudah saya setrika, sepatu juga saya persiapkan, dan
celana. Hari itu baju saya masukkan, biar tampak perlente dengan sepatu
yang sudah saya semir. Ibu di depanku mengajakku membeli di pasar itu,
tempat yang tidak saya sukai sampai sekarang. Hampir teman-teman,
saudara-saudara, atau bahkan orang tua sendiri kalau ingin mengajak saya
ke tempat itu akan berpikir ulang, mereka akan beranggapan bahwa saya
tidak akan mau diajaknya ke sana. Mengapa? Trauma? Bisa jadi iya. Lha
wong sudah macak ganteng kayak begitu dengan pakaian perlente, eh malah
diajak ke pasar, di kanan kiri tangan saya membacw ayam yang akan
dipotong untuk suatu acara. Kapok..!!!

12b.

Re: (Catcil) Gethuk Pelangi

Posted by: "Syafaatus Syarifah" syarifah@gratika.co.id   sya4215

Tue Nov 25, 2008 9:15 pm (PST)

Kalo di Magelang ada yang namanya getuk trio. Terdiri dari tiga warna : putih, merah muda dan coklat.
Hmmm rasanya manis gurih... enakkk ada campuran susunya
Getuk lindri ada juga sih tapi untuk oleh2 khas magelang biasanya getuk trio itu..
btw, mas sis
kalo mo ke pasar nggak usah macak mas.. hehehe

----- Original Message -----
From: sismanto
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, November 26, 2008 10:08 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] (Catcil) Gethuk Pelangi

Gethuk Pelangi

Penulis:Sismanto

Email : sirilwafa @gmail.com

http://mkpd.wordpress.com
.
13.

[Info] Himpunan Puisi Taufiq Ismail [1953 - 2008] untuk Amal

Posted by: "Epri Saqib" epri_tsi@yahoo.com   epri_tsi

Tue Nov 25, 2008 7:32 pm (PST)



http://geraibuku.multiply.com/photos/album/84

Judul Buku : Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit

Jilid 1 dari 4 Jilid

Jumlah Halaman : 1076 Halaman

Kulit Hard Cover

Total puisi : 517 Puisi

Harga Buku : Rp 300.000,-

Untuk disumbangkan bagi pembangunan RUMAH PUISI di pertengahan antara Padang Panjang dan Bukit Tinggi yakni Nagari Aie Angek.

Ongkos kirim berdasarkan lokasi.

Buku
ini sendiri merupakan jilid pertama dari 4 jilid buku yang diterbitkan
secara bersamaan dan dilauchin pada acara 55 tahun Taufiq Ismail dalam
Sastra Indonesia di Jakarta beberapa waktu lalu yang juga dihadiri oleh
Emha Ainun Nadjib (budayawan), Imam Prasodjo (sosiolog), dan Remy
Silado (sastrawan dan seniman teater). Serta dari negeri jiran, Dato.
Dr. Ahmad Kamal Abdullah dari Malaysia. Grup musik Bimbo pun turut
meramaikan acara dengan menyanyikan lagu-lagu yang liriknya digubah
oleh Taufiq Ismail, antara lain: Dengan Puisi, Adakah Suara Cemara,
Bermata Tapi Tak Melihat, Lailatul Qadar, dan Sajadah Panjang.

Berikut ini komentar-komentar tentang buku ini :

"Suara
Taufiq Ismail sangat nyaring di tengah-tengah paduan suara polifonis
persajakan Indonesia dewasa ini. Dan seandainya ia akan tetap
meneruskan kegiatan kreatifnya, sumbangan-sumbangan baru yang berharga
akan datang darinya." - Prof. Dr. A. Teeuw

"Taufiq Ismail adalah
penyair yang sangat peka terhadap sejarah, karena riwayat hidup
pribadinya memang sarat dengan pengalaman sejarah dan menunjukkan
keterlibatan penuh di dalamnya." - Dr. Kuntowijoyo

"Ketika saya
membacanya untuk pertama kali di rumah tahanan Jalan Keagungan,
Jakarta, saya merasa seakan angin segar datang menghembus melenyapkan
kegelapan yang ditumbulkan kalbu manusia Indonesia oleh tirani seratus
menteri." - Mochtar Lubis.

Pesan segera melalui website ini atau email ke geraibuku@gmail.com serta sms ke [021] 3099 8655

Tersedia juga jilid 2, 3 dan 4.

www.geraibuku.com

Berbagi foto Flickr dengan teman di dalam Messenger
14.

[Maklumat] LPJ 1000 Cinta Untuk 1000 Mushalla - Ramadhan 2008

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Tue Nov 25, 2008 7:35 pm (PST)

Assalamu'alaikum wrwb

Sahabat-sahabat SK di mana saja berada, laporan pertanggungjawaban baksos
Ramadhan 2008 1000 Cinta Untuk 1000 Mushalla dapat diklik di
http://sekolahkehidupan.multiply.com/journal/item/60/Laporan_Pertanggung_Jawaban_1000_Cinta_Untuk_1000_Mushalla_-_Ramadhan_2008

Galih Ari Permana sebagai Ketua Panitia 1000 Cinta Untuk 1000 Mushalla akan
memposting laporan ini di milis SK untuk umum dan milis khusus pengurus
kabinet SK.

Terima kasih banyak atas semua kerjasama dan dukungan dari sahabat-sahabat
semua sehingga bakti sosial Ramadhan ini dapat berjalan dengan lancar dan
baik. Semoga Allah membalas semua kebaikan serta amal ibadah kita dengan
rahmat yang berlimpah. Amin.

Salam
Lia
-Sekum SK Pusat-
15.

Yang mau titip buku-buku sastra di Reboan nanti malam

Posted by: "Epri Saqib" epri_tsi@yahoo.com   epri_tsi

Tue Nov 25, 2008 7:48 pm (PST)

Dear All

bagi rekan-rekan yang mau titip  pesan buku-buku sastra koleksi www.geraibuku.com dan mau dibawakan pada acara REBOAN nanti malam silahkan japri email geraibuku@gmail.com biar nanti malam bisa dibawakan.

Di antara koleksi-koleksi yang ada adalah :

- Subagio Sastrowardoyo
- Ajip Rosidi
- Achdiat K. Mihardja [Atheis]
- Budi Darma [Rafilus]
- Saut Situmorang [Otobiografi]
- Nur Wahida Idris
- Epri Tsaqib
- Cecep Syamsul Hari
- Taufiq Ismail
- Rilke
- Paul Celan
- Abdul Hadi WM
- Iyut Fitra
- Korrie Layun Rampan [kumpulan cerpen]
- Goethe
- Arswendo atmowiloto
- Majalah Horison
- Tabloid Sastra Buana
- Majalah Gong
dll [yang kebanyakan sudah sulit dicari di toko buku ;P]

Bisa via sms ke [021] 3099 8655
atau email ke geraibuku@gmail.com

Kabarnya Rendra dan Acep Zamzam mau datang juga cihuy....:) mudah-mudahan benar.

salam belanja buku! :D

www.geraibuku.com

Pamer gaya dengan skin baru yang keren
16a.

[Maklumat] QURCIL SK - Peduli Qurban SK Dalam Rangka Menyambut Idul

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Tue Nov 25, 2008 7:59 pm (PST)

Assalamu'alaikum …

Teman-teman, SEKOLAH kita punya program baru lho!

Program yang mengajak kita untuk BELAJAR ber-Qurban yaitu QURCIL alias
Qurban Kecil-Kecilan. Keren kan? Hehehe...

Ceritanya gini, kita tuh pengen berkontribusi ke saudara – saudara kita yang
membutuhkan di Idul Adha kali ini.

Nah bagi yang sudah cukup dana, silakan mengambil satu bagian (kambing)
dengan harga :

Type A: Rp. 700.000

Type B; Rp. 800.000

Type C: Rp. 900.000

Type D: Rp. 1.100.000

* Harga ini sudah termasuk biaya administrasi (yaitu kantong plastik, ongkos
potong, konsumsi petugas atau relawan yang membantu pemotongan hewan qurban)

Trus, bagi teman2 yang blom sanggup jangan bersedih …^_^

Semua tetap bisa berkontribusi dengan memberikan dana seikhlasnya, mulai
dari Rp. 30.000 aja (loh ikhlas koq ada minimal, hehehe)

Kambingnya tetap kita sembelih selayaknya hewan Qurban dan kita bagikan
kepada masyarakat yang membutuhkan. Daerah penyebaran qurban diprioritaskan
di daerah minus di wilayah Bandung dan Jawa Barat.

Gitu loh teman2 …

Gimana ? Tertarik kan ? Ayo donk tertarik … ^_^

Teman – teman bisa mengirimkan dana yang dimiliki ke :

Rek Bank BCA : 4370767225 KCU Ahmad Yani Bandung an Hadian
Febrianto

Rek BSM : 0657007300 Cabang Mangga Dua Jakarta an Lia
Octavia Dwipajana

Rek Sharee Bank Muamalat: 904 7910599 an Syafaatus Syarifah

Bagi yang mengirim dana dimohon untuk mencantumkan di berita pengiriman ya

Dan jangan lupa langsung SMS ke Hadian Febrianto 081322360136 atau Syafaatus
Syarifah 081316356267 untuk konfirmasi.

Btw, klo blom ada dana, tetap bisa bantuin koq. Carikan donatur ya … ^_^

So, selamat menikmati Kurikulum Baru Sekolah kita: QURCIL SK

Kalo bisa sekarang, kenapa harus menunggu tahun depan ???

^_^

O Iya lupa … Ini kepanitiaannya :

Ketua : Hadian Febrianto

Sekretaris : Novi Ningsih

Bendahara : Syafaatus Syarifah

Humas : Hariyanty Thahir

Oke teman2 ….. Partisipasi anda sangat dinantikan

Sedikit bagi kita sangat berarti buat yang membutuhkan

Jangan ragu – ragu tuk hiasi wajah mereka dengan senyuman ^_^

So …. Qurban Yukkkkkkkkkkkkk

Wassalam,

Humas QurCil

*Hariyanty Thahir*

HP : 081372568907**

http://sekolahkehidupan.multiply.com/journal/item/59/QURCIL_Qurban_Kecil-Kecilan_SK

www.sekolah-kehidupan.com
17.

[Lonceng] Istri Kang Hadian Sakit

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Tue Nov 25, 2008 8:16 pm (PST)

Teman-teman,

Aku baru mendapat kabar dari Kang Dani bahwa istri Kang Hadian Febrianto
(Ketua SK Wilayah Bandung) sedang sakit dan saat ini tengah dirawat di RB
Al-Islam, Bandung.

Mohon doanya dari teman-teman semua. Semoga dengan sakitnya ini dosa-dosa
istri Kang Hadian digugurkan Allah dan semoga segera pulih seperti
sediakala. Amin.

Salam
Lia
18.

LPJ 1000 CINTA UNTUK 1000 MUSHOLLA

Posted by: "galih@asmo.co.id" galih@asmo.co.id

Tue Nov 25, 2008 8:31 pm (PST)

Assalamu'alaikum wr wb,

Berikut saya lampirkan laporan pertanggungjawaban program ramadhan 1000
Cinta untuk 1000 Musholla.
Idealnya LPJ ini dibuat paling lambat satu bulan setelah kegiatan
berlangsung. Namun, dikarenakan berbagai
kendala sehingga LPJ ini baru dapat dirampungkan dan di posting saat ini.

Oleh karena itu saya atas nama panitia 1000 CInta untuk 1000 Musholla saya
meminta maaf atas keterlambatan ini.

Salam,

Galih Ari Permana
Ketua Pelaksana

19a.

[catcil] Dari Pinggir Rel Kereta

Posted by: "Syafaatus Syarifah" syarifah@gratika.co.id   sya4215

Tue Nov 25, 2008 9:06 pm (PST)

Kemiskinan kadang bisa menyebabkab kekafiran seseorang, jika pondasi imannya kurang kuat. Betapa mudah seseorang menggadaikan imannya hanya karena sepotong dua potong roti untuk pengganjal perut. Atau karena iming-iming uang. Mungkin kesulitan hidupnya yang telah membelit diri dan hatinya sehingga memutuskan menggadaikan iman demi lepas dari belitan itu. Kejadian itu sudah banyak terjadi, tak hanya di kota bahkan juga di pelosok-pelosok desa sana.

Namun bukan tentang itu yang akan saya ceritakan kali ini. Justru sebaliknya, saya mendapat pelajaran dari sesorang yang tak kukenal, bahwa ternyata meski kemiskinan menghimpit hidupnya namun akidah tak perlu goyah. Ibadah terus bersemangat. Kesabarannya menjalani hidup yang sulit sudah merupakan ibadah, ditambah lagi dengan ketekunannya untuk tetap menjalankan perintah Allah. Subhanalloh, saya perlu belajar darinya.

Saat itu di Bulan Ramadhan. Separoh bulan Ramadhan sudah berlalu. Seperti biasanya, setiap pagi saya berangkat ke kantor naik KRL dari stasiun Depok Lama tujuan stasiun Tanah Abang. Jadwal keberangkatan kereta adalah pukul 6.35. Saat saya sampai di stasiun tepat pukul 6.35,KRL Depok Express telah terparkir di jalurnya. Itu artinya kecil kemungkinan bagi saya untuk bisa mendapatkan tempat duduk.Saya susuri satu persatu bangku KRL mulai dari gerbong paling belakang. Penuh, berlanjut ke gerbong-gerbong berikutnya yang juga penuh, tak ada bangku kosong meski satu saja.Saya terus menyusuri gerbong demi gerbong, dan akhirnya ada satu deret bangku kosong di gerbong 4. Deretan itu adalah bangku khusus untuk ibu hamil, Manula atau orang cacat. Akhirnya saya memlih duduk di sana, meski sebenarnya saya tidak masuk kategori "khusus" itu. Bukan berniat mengambil hak orang lain sih, nanti kalau ada ibu hamil saya juga akan memberikan tempat duduk itu untuk dia kok. Kebetulan ketiga orang yang ada di sebelah saya juga ibu-ibu yang tidak hamil.

Perjalanan KRL yang awalnya berjalan lancar dari Depok Mulai mengalami sedikit hambatan ketika sudah sampai di Tebet.Gangguan KRL adalah hal yang sangat sering terjadi. Saya yang ROKER (rombongan kereta) begini sudah sangat kenyang dengan hal ini. Sepertinya setiap bulannya, pasti ada saja gangguan yang di alami KRL. Tak hanya puluhan menit keterlambatan yang harus kami alami bahkan terjebak dalam KRL selama 5 jam pun pernah saya alami. Yah, KRL kita memang masih perlu banyak pembenahan.

Sesampai di tebet, KRL mulai berhenti. Ditambah lagi AC yang tadinya menyejukkan tiba-tiba juga ikut mati. Kondisi KRL yang penuh dengan penumpang mulai terasa sumpek saat itu. Beberapa orang terlihat membuka jendela, agar udara bisa bebas masuk ke dalam gerbong. Beberapa orang lain terlihat menggerutu dengan keadaan itu. Beberapa yang lain terlihat pasrah sambil. Untuk mengisis kebosanan saat KRL berhenti, saya iseng-iseng melihat pemandangan di luar. KRL itu tepat berhenti di depan rumah-rumah (gubuk) kumuh si sekitar wilayah tebet. gubuk-gubuk kecil yang kelihatannya tidak menarik untuk dilihat.

Namun tiba-tiba mata saya tertuju pada sebuah pemandangan menarik. Dari deretan gubuk-gubuk sederhana itu, ada satu gubuk yang pintunya dibiarkan terbuka begitu saja. Di sebelah pintu itu saya melihat seorang lelaki dengan baju koko putih dan peci berwarna hitam duduk bersimpuh dengan khusyuknya. Beralaskan tikar sederhana, tangannya menengadah ke atas , wajahnya sedikit menunduk. Dia sedang berdoa seusai melakukan sholat dhuha. Begitu khusyuknya orang itu berdoa, dalam ruangan sempit yang mungkin hanya berukuran kurang lebih 2 x 3 meter. Di gubuknya yang tepat berada di pinggiran rel yang bising, sumpek dan sama sekali tak nyaman.

Pemandangan itu terlihat sangat jelas. Karena posisi si Bapak memang benar-benar di pinggiran rel. Hanya berjarak kurang lebih satu meter dari rel. Kalau KRL berjalan, getarannnya pasti akan sangat terasa menggoncangkan gubuk sederhana sang Bapak tua. Namun kelihatannya si Bapak tak terpengaruh dengan kondisi itu. Lingkungannya yang kumuh, gemuruh suara KRL yang berseliweran tak mengurangi kekhusukannya saat berdoa.

Saya terharu melihatnya. Dalam kesederhanaan seperti itu, sang bapak tetap bersemangat menjemput berkah di bulan Ramadhan. Pemandangan itu mungkin sengaja Allah hadirkan untuk saya agar saya sadar bahwa kemiskinan tak menghalangi kita untuk berlomba-lomba meraih simpatiNya.

Jika dibandingkan dengan bapak tadi tentu saya jauh lebih beruntung. Di kantor saya tersedia mushola bersih nan rapi, ada AC nya lagi, yang sebenarnya memungkinkan saya untuk melakukan sholat dhuha dengan amat sangat nyaman setiap hari. Berbeda jauh dengan kondisi rumah si bapak yang kumuh, hanya berdinding triplek tipis dan berada di pinggir rel kereta Api.

Tapi coba lihat, betapa khusuk si bapak melakukan sholat dhuha. Betapa hikmatnya dia berdoa, sementara saya? Sudah diberi ruangan yang nyaman saja masih suka malas melaksanakan sholat dhuha. Tak terbayangkan jika saya yang ditakdirkan menjadi kaum papa sepertinya. Akankah kemiskinan akan membuat saya lebih dekat denganNya ataukah justru kemiskinan akan mendatangkan kekufuran bagi saya? Naudzubillah..

19b.

Re: [catcil] Dari Pinggir Rel Kereta

Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com   ukhtihazimah

Tue Nov 25, 2008 11:55 pm (PST)

*speechless kumat*

huhuhuhu...mbak syasya, tulisannya ngasih pelajaran yang daleeeem banget.
TFS mbak sya

:sinta:

"Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
BloG aKu & buKu
http://jendelakumenatapdunia.blogspot.com
BloG RaMe-RaMe
http://sinthionk.multiply.com ; http://sinthionk.rezaervani.com
YM : SINTHIONK

________________________________
From: Syafaatus Syarifah <syarifah@gratika.co.id>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, November 26, 2008 12:06:14 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] [catcil] Dari Pinggir Rel Kereta

Recent Activity
Visit Your Group
Share Photos

Put your favorite

photos and

more online.

Yahoo! Groups

Everyday Wellness Zone

Check out featured

healthy living groups.

Get in Shape

on Yahoo! Groups

Find a buddy

and lose weight.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web