Senin, 24 November 2008

[daarut-tauhiid] Makna Sebuah Cinta dan Tanggung Jawab

Makna Sebuah Cinta dan Tanggung Jawab
oleh Jonilis_effendi


---------------
Adakah
yang lebih membahagiakan bagi seorang perempuan yang sudah menikah
selain dari menjadi seorang ibu? Menjadi ibu bukan hanya lantaran
alasan bilogis semata, tapi jauh dari itu adalah kesungguhan untuk
membuktikan cinta yang paling agung. Lekatan cinta antara ibu dan
anaknya tak akan pernah dapat dilerai oleh apapun walau sekaliber maut
sekalipun. Manusia mana selain daripada Nabi Adam yang tidak memiliki
ibu?
Sungguh, setiap kali menyebut "ibu" membuat dada ini bergetar, ada
nuansa sejuk yang mendamaikan. Ya, ada cinta di sana dan tumpuan kasih
sayang seperti aliran sungai dari gunung yang tak akan pernah kering
menuangkan air cinta itu ke muara yang dahaga.
Ibu menjadi simbol akan makna cinta sejati, lautan kasih sayang yang
tak pernah mengenal kata tepi. Sungguh, setiap membaca kisah "ibu-ibu"
yang lain, dalam pembuktiaan akan makna lautan cinta itu membuat bola
mata ini terasa panas dan dada bergemuruh pada kerinduan yang
membuncah. Ibu, di dekap dadamu bersemayam semua kedamaian.

Dadamu selalu lapang bagi semua keluh-kesah anakmu yang mencari
pengakuan yang di luar sana selalu menjadi bahan cacian dan ejekan
kebengisan dunia. Tak ada cinta yang mampu menandingi cintamu. Dan
sebesar apapun bakti kami, namun itu tak akan mampu menebus setetes air
susu yang engkau aliran dari tubuhmu yang menjadi darah daging di tubuh
kami.

Dan wahai para ibu, beruntunglah karena Allah dan rasul-Nya telah
menempatkan posisimu penuh dengan untaian mutiara kemuliaan yang tak
ada tanding dan bandingnya. Percayalah keniscayaan pada kemuliaan hati
itu akan mendapat imbalan yang setimpal, bahkan lebih dari segala
kemuliaan yang pernah disematkan kepada orang-orang pilihan dari
pengikut agama hak ini. Berikut ini untaian bingkisan cantik untuk para
ibu.

Aisyah ra berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, siapakah
yang lebih besar haknya terhadap perempuan? Jawab Baginda Saw,
"Suaminya." "Siapa pula yang berhak terhadap lelaki?" Jawab Rasulullah
Saw, "Ibunya."

Perempuan apabila salat lima waktu, puasa bulan Ramadhan, memelihara
kehormatannya serta taat pada suaminya, masuklah dia dari pintu surga
dari mana saja yang dia kehendaki.

Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah
Swt memasukkan dia ke dalam surga lebih dahulu daripada suaminya
(10.000 tahun).
Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka
beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah Swt mencatatkan baginya
setiap hari dengan 1000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1000
keburukan.

Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah
Swt mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah
Swt.

Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada
dosa-dosa seperti keadaan ketika ibunya melahirkannya. Ibu yang memberi
minum susu kepada anaknya daripada badannya (susu badan) akan dapat
satu pahala dari pada tiap-tiap titik susu yang diberikannya.


Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit,
maka Allah S.W.T. memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba
dengan ikhlas untuk membela agama Allah S.W.T.

Seorang wanita solehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali.
Seorang wanita yang jahat adalah lebih buruk dari pada 1000 lelaki yang
jahat. Dua rakaat salat perempuan yang hamil adalah lebih baik daripada
80 rakaat salat perempuan yang tidak hamil.

Saya membaca sebuah feature di harian lokal (Riau Pos) yang begitu
menyentuh. Kisah seorang ibu yang bekerja sebagai buruh operasional
kebersihan (OP) Kota Pekanbaru. Memang sudah lumrah adanya, bahwa para
pekerja PO itu sebagian adalah perempuan.
Dan kita hampir setiap hari
akan mendapati mereka sedang bekerja menyapu trotoar, merapikan
taman-taman kota, mengumpulkan sampah-sampah di jalan dan pasar sampai
harus memandikan lutut mereka di dalam air got yang begitu tak enak
baunya. Mereka melakukan itu dengan kesungguhan dan seakan-akan tak
pernah memperdulikan tatapan mata orang-orang yang kebetulan lewat atau
sengaja memperhatikan mereka bekerja.
Ibu itu bernama Ginawarti (40-an), ibu dari lima orang anak, isteri
dari seorang yang tak tetap pekerjaannya dan lebih banyak sebagai
pengangguran, dan hanya tamatan sekolah dasar. Sebuah biografi yang
lumrah kita dapati pada pekerja kasar seletingan dengan pekerjaan ibu
Ginawarti karena memang pekerjaan seperti itu tidaklah menuntut skil
yang mempuni, cukup berbekal kemauan dan tahan untuk mendapat perhatian
yang tidak semestinya ketika bekerja. "Asal dapat bekerja dan anak-anak
bisa makan, cukuplah," pengakuannya polos.

Namun bukan itu yang membuat tulisan Pak Muslim Kawi (seorang
jurnalis senior di Riau) terasa hidup dan patut dibaca. Agaknya
kejelian dan insting jurnalis mantan ketua PWI Riau itu bisa menangkap
ada sisi humanisme yang luar biasa dari sosok ibu kita ini.
Ketika itu,
tubuhnya yang taklah begitu berisi, muka pucat dan penuh bermandi
peluh, sekali-kali dia berdiri memegangi perutnya yang sakit, bahkan
untuk duduk saja waktu akan diwawancari perempuan perkasa itu harus
dibantu oleh temannya. "Walau sakit ginjal sudah beberapa tahun,
obatnya berendam di air parit saja," ibu itu tersenyum pucat
menyembunyikan rasa sakitnya di balik ketegarannya. Dengan gaji 22 ribu
per hari, dia harus memberi makan 3 orang anaknya (2 orang sudah
menikah).

Tentulah gaji sebesar itu tidaklah cukup memenuhi kebutuhan keluarga
apalagi suaminya sudah lama menganggur. Karena cinta dan tanggung jawab
untuk membantu menopang keberlangsungan keluarga, rasa sakit menahun
itu ditahan-tahannya. Ibu, cinta itu adalah hanya milikmu dan bakti
anak-anakmu tak akan pernah mampu menandingi.

Setelah membaca kisah ibu pekerja OP itu, mata ini berkaca-kaca. Ada
rindu yang tiba-tiba menyeruak di dada. Pikiran ini dengan cepatnya
membaca raut muka yang pucat dan sering bermandi peluh milik dari
seorang perempuan yang teramat saya cintai. Beliau tidak pernah
mengeluh akan penyakitnya, rematik dan nafas sesak, walau hampir
setengah hari bermandi panas mentari di tengah sawah, kadang-kadang
ketika rombongan kelalawar sudah berbondong menyongsong malam baru
tubuh letihnya menghampiri pintu rumah.

Belum lagi urusan rumah yang tak pernah selesai oleh dua orang anak
perempuannya, dan aku biasanya tak pernah memikirkan pekerjaan rumahan.
Namun beliau masih tetap turun tangan, dan kepayahan itu tetap melekat
di tubuhnya yang semakin rapuh yang bertambah-tambah sampai detik ini.
Ah, ibu, kapan anakmu ini mampu membalas setitik air susu kasihmu dan
menyenangkanmu dari semua kesusahan yang menyesakkan itu?
Tik, air
bening itu merembes dari pelupuk mata ini yang terasa disulut bara
ketidaksanggupan untuk membuktikan cinta ini kepadanya. Doakanlah
anakmu ini ibu agar bisa segera mampu membalas lautan cintamu.

Dan cinta untukmu Ibu tak akan pernah tergantikan

sumber:eramuslim.com
-------------------------
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]


[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
===================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
mailto:daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: