Rabu, 18 Maret 2009

[daarut-tauhiid] Aku, Istri yang Kecanduan Internet

Aku, Istri yang Kecanduan Internet


oleh Ida M. Robit


----------------------------------------------------
Demam Facebook
di seluruh dunia, para peselancar di dunia maya pun tak mau ketinggalan
turut berjungkir balik melawan ombak informasi dan arus deras privacy yang bertubi-tubi menerjang tiap facebook pribadi yang rata-rata menggunakan nama lengkap aslinya. Tentu saja bagi yang jujur, berniat semata-mata untuk menyambung tali silaturrahim
dengan kawan-kawan lama di masa sekolah dulu, dari jaman SD, SMP, SMU
(dulu SMA) dan kuliah (Akademi maupun Perguruan Tinggi, dst.) akan
menggunakan nama aslinya. Namun tidak sedikit yang menggunakan nama
samaran, dan ia bebas berekspresi di facebook dengan sesuka
hatinya. Bahkan ada yang pura-pura menjadi artis, kemudian ia melayani
berbagai pertanyaan penggemarnya seolah-olah ia adalah sang tokoh
pujaan yang dimaksud. Sungguh, ini yang disebut sebagai pembunuhan
karakter. Banyak juga yang menampilkan foto di headshoot dengan wajah yang ganteng atau cantik namun bukan dirinya sendiri, diambil dari image artis-artis mancanegara sehingga banyak mengundang para facebooker yang
ingin dikonfirmasi menjadi temannya. Fenomena seperti ini bisa dibilang
memprihatinkan, karena bagi orang-orang yang "sakit jiwa" atau
"penjahat" pun bisa bebas beraksi.

Perjalanan Aku Mengenal Internet

Sejak sepuluh tahun yang lalu mengenal internet di tempat bekerja, hidupku memang sudah tidak bisa jauh-jauh dari dunia virtual
yang begitu mengagumkan bagiku. Dalam satu waktu yang singkat, aku bisa
"kontak" dengan beberapa teman lama yang jaraknya jauh bahkan ada yang
di Amerika atau negara lain, tanpa mengeluarkan ongkos banyak dan tidak
usah pakai tenaga untuk berjalan atau mengeluarkan suara. Hanya
jemariku yang menari-nari di tuts keyboard komputerku saja,
tanpa harus berbicara dan mengatur mimik atau bahasa tubuh. Sangat
cocok bagi diriku yang malas keluar rumah, bergaul dengan Ibu-ibu
tetangga yang rajin berkumpul tiap sore di sekitar rumah atau pagi
harinya ketika berkerumun mengelilingi gerobak sayur. Aku memang tipe
orang yang malas keluar rumah kalau belum mandi, atau belum berpakaian
rapi, jadi dalam bersosialisasi sungguh kurang optimal. Banyak yang
bertanya kenapa aku jarang keluar rumah, hanya kujawab aku lebih suka
di dalam rumah membaca buku, majalah, tabloid atau koran dan
"komputeran".
Mereka tidak bisa bertanya lebih jauh lagi karena
sebenarnya tidak mengerti apa maksudku, apa yang aku lakukan dengan
komputer sebagai Ibu Rumah Tangga?
Aku telah begitu familiar dengan yang namanya e-mail, mailing list (biasa disebut milis), blog, situs, search engine dan lain sebagainya. Aku pernah jadi ratu chatting
di kantorku dulu waktu bekerja sebagai pustakawati, sampai ditegur oleh
atasan, maklum baru kenal internet waktu itu dan status masih single jadi apa salahnya bergaul sebanyak-banyaknya di dunia virtual? Sudah puas chatting, aku rajin membuka situs-situs Islami yang memberikan siraman rohani positif bagi diriku. Karena aku juga merupakan anggota Youth Islamic Study Club di
Masjid Al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta, aku pun bergabung ke milis
komunitas remaja masjid tersebut dan memperoleh banyak ilmu tentang
Agama Islam yang sungguh variatif pandangan dan alirannya, namun
lucunya sampai saat ini aku masih menganggap diri ini sangat awam dan
ilmu Agamaku masih dangkal. Dengan bantuan internet juga aku bertemu
jodoh, dengan suamiku aku hanya berkenalan kurang-lebih tiga bulan dan
langsung menikah. Waktu itu kami dicomblangi oleh seorang ikhwan, namun
karena kami merasa bukan sebagai "ikhwan" dan "akhwat" akhirnya kami
bergerilya sendiri untuk mempercepat proses ta'aruf yang
ternyata ditangguhkan oleh sang ikhwan yang adik kelas di almamater
suami itu. Untung saja, kami "nakal" dengan cara menjalin komunikasi
sendiri melalui e-mail, sempat "gombal-gombalan" sedikit dan
akhirnya menikahlah kami hingga saat ini sudah memiliki dua orang gadis
kecil berusia lima dan dua setengah tahun. Insya Allah kami bahagia dengan pernikahan ini.

Setelah Menjadi Istri, tetap Kecanduan Internet

Karena aku kesepian di rumah, suami tiap hari berangkat pagi dan
pulang malam, internet adalah hiburan yang menemani hidupku. Aku selalu
berusaha mencari sumber-sumber yang positif bagiku untuk menambah ilmu.
Pada awal pernikahan, mungkin tidak ada masalah soal pengaturan waktu
karena kami belum dikaruniai anak. Aku sempat kosong selama enam bulan
sebelum hamil anak pertama. Setelah punya bayi, aku sempat meninggalkan
internet, namun setelah anak pertama sudah agak besar aku kembali
maniak internet. Aku juga menjadi Ibu rumah tangga yang nge-blog alias blogger yang tiap hari mengelola blog dengan mem-posting artikel atau curahan hati atau melihat-lihat foto teman sesama blogger dan membaca-baca atau me-reply posting mereka. Kami sahut-sahutan di dunia virtual yang tak terbatas ruang dan waktu. Aku sering meng-upload foto-fotoku sekeluarga terutama anak-anakku yang lucu, berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Aku mulai punya blog pertama kali di Multiply, tapi entah kenapa malas membuka akun di situs lain termasuk Friendster. Ketika memutuskan untuk membuka akun di Facebook
itu pun hanya ikut-ikutan teman-teman di milis penggemar salah satu
pengarang wanita yang eksis di dunia perindustrian buku yang sangat aku
cintai, dan aku pun terjun bergabung di gateway pertemanan yang arusnya cukup deras.

Aku terpesona dengan keajaiban teknologi yang membuatku bertemu
dengan teman-teman lamaku dari masa kecil, remaja sampai menjelang
dewasa. Facebook melepas rinduku pada mereka semua. Kami saling memberikan deretan kalimat berita terbaru tentang diri masing-masing, sharing foto-foto lama dan baru. Berkomentar yang aneh-aneh, lucu, menghibur dan kadang menasehati. Waktuku banyak tersita untuk
Facebook,
seringkali aku malas masak karena keasyikan di depan komputer. Setiap
pagi, putri sulungku berangkat sekolah hampir berbarengan dengan
suamiku dan putri ke-duaku masih tidur, nah langsung saja aku
buka internet dan berjam-jam terlena sampai putri sulungku pulang
sekolah jam sebelas siang dan adiknya bangun tidur (yang kecil ini
memang bangunnya siang, karena tidurnya larut malam). Sementara Ibu-ibu
lain memasak, aku malah "internetan". Jam makan siang, aku cuma
menggoreng bahan olahan yang sebenarnya kalau keseringan tidak baik
untuk anak-anak apalagi orang dewasa. Jarang masak sayur, akhirnya aku
menggantinya dengan banyak buah-buahan atau camilan snack-snack, keju, sosis, nugget dan
lain-lain yang lumayan mahal harganya. Aku pun jadi boros dalam
pengeluaran untuk bahan makanan, karena sering juga membeli makanan
matang dari  warteg atau restoran fastfood yang ada di pinggir jalan dan mall kecil
di depan perumahan tempat tinggalku. Kadang juga, karena sedang asyik,
aku mengusir putri-putriku yang menghampiriku ke meja komputer. Begitu
ingat, aku sering menyesal dan memeluk mereka. Namun kalau sudah
tenggelam dengan internet, aku agak cuek dengan mereka. Sudah pasti,
inilah godaan syaithan yang terkutuk!

Klimaks dalam Berinternet

Akibat sering upload maupun download foto-foto di Facebook,
tagihan pemakaian internet di rumahku membengkak hingga limaratus
ribuan rupiah! Aku kaget, tentu saja suami menegurku. Aku juga sempat
membaca kekisruhan para pasutri yang hubungannya makin memburuk akibat Facebook, ada yang bercerai melalui Facebook, ada yang tidak mau mencantumkan status  "menikah" di Facebook membuat
mangkel pasangannya karena terbukti tidak adanya keterbukaan atau
kejujuran antar pasangan. Sebenarnya apa masalahnya yang paling
mendasar? Facebook adalah parameter kejujuran! Jika kita
tidak jujur, masalah akan menumpuk. Kemudian suami mengingatkan, ada
kasus anak kecil yang meninggal dunia karena ditinggal "internetan"
oleh Ibunya! Astaghfirullaah ... separah itukah? Lalu sahabatku semasa SMA lewat sms-nya
bercerita bahwa ia takut pasang internet karena khawatir akan
menimbulkan masalah seperti tetangganya yang sering ribut karena sang
istri kecanduan internet.

Lalu bagaimana dengan aku sendiri? Kuingat-ingat lagi kelalaian apa saja yang sudah kuperbuat karena sudah kecanduan internet akut, dan berapa banyak manfaatnya dibanding mudharat-nya.
Mengutip dari harian KOMPAS, Minggu 15 Maret 2009, "Orang yang
kecanduan membangun pertemanan lewat internet tanpa disertai pertemuan
fisik dengan orang tersebut akan kehilangan pijakan dengan dunia nyata.
Ia masuk dalam dunia simulasi yang seolah-olah punya banyak teman,
padahal tidak." Benar juga, ya? Apakah semua teman-teman yang bisa
saling menyapa dan bertukar kabar berita serta aktivitas itu care
dengan kita? Apakah mereka bisa memberikan solusi bila kita memiliki
masalah dalam rumah tangga secara nyata? Mungkin hanya sekedar
kata-kata, yang meskipun tulus namun kita butuh sesuatu yang lebih
nyata seperti materi bilamana kita bermasalah dalam hal keuangan dan
uluran tangan secara fisik bila kita sakit atau mengalami kecelakaan.

Kita harus tetap menjaga hubungan dengan orang-orang yang berada di
dekat kita, seperti tetangga dan guru di sekolah anak (aku seringkali
malas menjemput anak, karena terus duduk di depan meja komputer).
Menjaga silaturrahim dengan sanak-saudara lebih diutamakan dari acara-acara reuni dengan teman-teman sekolah yang saat ini sedang trend.
Yang terakhir masalah yang cukup pelik meski sederhana adalah berat
badanku secara konstan menjadi lebih mudah naik, mungkin karena kurang
bergerak dan terlalu banyak duduk akibat "internetan", belum lagi
ditambah mengemil dan terutama karena pola makan menjadi kacau dari
segi ketidakteraturan dan jenis makanan yang dikonsumsi.
Suami pun complain dengan
tubuhku yang terus melar tetapi susah kurusnya. Ini adalah peringatan
bagiku, karena menyenangkan hati suami adalah kewajibanku sebagai
istri, seperti juga menjaga dan mendidik anak-anak kami dengan baik. Ya Allah, ampuni aku yang telah melakukan banyak kelalaian, yang mungkin aku termasuk istri yang mendzolimi anak-anak dan suami, namun tidak aku sadari!

Solusi, demi Kewajiban sebagai Istri yang Bertanggung Jawab

Akhirnya kusadari bahwa semua ini tergantung kesadaran diri untuk
memanfaatkan internet dengan bijaksana. Aku tidak bisa secara drastis
meninggalkan internet, namun sedikit demi sedikit mungkin aku akan
mengatur lagi porsi untuk berinternet dengan sebijak mungkin, hingga
segala aspek kehidupan akan kembali menjadi seimbang.
Memang aku
mengakui di balik segala kelebihan yang diperoleh dari "gudang dari
segala gudang ilmu di dunia" yang bernama World Wide Web ini,
terdapat bahaya yang mengancam bagi setiap individu, baik dari segi
psikologis, ekonomis, bahkan keharmonisan rumah tangga pun dapat
terganggu oleh kehadiran internet. Dari segi keimanan, tentunya
internet adalah suatu godaan yang hebat bagi yang tidak kuat menjaga
hati dan kata-katanya di dunia maya yang jelas semu ini karena pemakai
internet masih tersembunyi di "balik layar" yang semarak dengan
fasilitas menjalin hubungan antar manusia yang beraneka karakter.
Memang jika tanpa internet, siapa pun bisa menjadi orang yang tidak
jujur, tidak setia, penipu dan sebagainya. Namun tidak dapat dipungkiri
bahwa internet adalah sebuah sarana yang sangat berkompeten untuk
menunjang perilaku negatif bagi semua insan.

Sebagai Ibu Rumah Tangga, Alhamdulillaah segala informasi
yang kuserap dan kubagikan pada teman di dunia maya adalah hal yang
positif. Bahkan ketika belum menjadi seorang Istri dan Ibu, aku tidak hobby mengakses pornografi dari internet, dan ketika aku sedang gandrung chatting aku hanya berani "cuap-cuap" di layar mengumbar kata tetapi tidak hobby
untuk bertemu alias "kopi darat" dengan orang yang belum dikenal,
kecuali seseorang yang sudah benar-benar serius akan menjalin hubungan
ke arah pernikahan dan
Alhamdulillaah hanya bisa dihitung
dengan tiga jari tangan (itu pun atas restu Ibundaku tercinta).
Akhirnya aku dan suami pun mengakui bahwa internet tpernah berjasa
terhadap "pertemuan" kami yang indah dan atas niat ibadah kami
melakukan pernikahan, sehingga sampai detik ini aku masih bisa
menggunakan internet di rumah atas ijin suami yang sudah pasti mengerti
bahwa istrinya tidak bisa dijauhkan dari internet. Kini, tinggal aku
sebagai Istri yang baik (begitu kan, harapan semua istri?) yang harus pandai-pandai mengelola waktu di segala bidang agar semuanya menjadi selaras, harmonis dan diridhoi oleh
suami dan terutama Allah SWT, sehingga "kecanduan internet" akan
berubah lebih baik lagi menjadi sekedar "kebutuhan internet" yang
memadai dan dalam batas wajar. Semoga aku bisa menjalankannya, amiiin! Insya Allah ...
--------------------sumber :eramuslim.com
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Dog Groups

on Yahoo! Groups

discuss everything

related to dogs.

All-Bran

Day 10 Club

on Yahoo! Groups

Feel better with fiber.

Find helpful tips

for Moderators

on the Yahoo!

Groups team blog.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: