Selasa, 14 Juli 2009

[FISIKA] Digest Number 2794

Messages In This Digest (4 Messages)

Messages

1a.

Re: Selamat atas Peluncuran Roket RX-420

Posted by: "Suharyo Sumowidagdo" sumowidagdo@gmail.com   haryo_hep

Mon Jul 13, 2009 2:59 am (PDT)




Transfer teknologi (technology transfer) pada khususnya, dan transfer pengetahuan (knowledge transfer); pada realitanya tidak semudah meminta izin untuk mempelajari suatu subjek, lalu mengirimkan siswa, belajar, dan kita mendapatkan ilmunya. Bahkan jika pemerintah RI memiliki niat dan kemauan, tidak akan ada hasilnya jika tidak dituruti dengan antusiasme SDM untuk mengikuti jalan yang benar dalam knowledge transfer. Jalan yang benar ini, jauh lebih rumit dibandingkan sekedar mengikuti pendidikan.

SDM harus mengikuti pendidikan, dan setelah pendidikan selesai harus menempuh karir profesional agar mendapat pengalaman. Kemudian menjadi bagian dari komunitas, dan kalau bisa menjadi tokoh yang terkemuka di komunitas. Saya sering membaca di milis/forum ada orang yang menanyakan kenapa Pemerintah RI tidak meniru pemerintah negara lain yang rajin mengirimkan SDM untuk kuliah di LN agar SDM tsb ketika kembali bisa membangun iptek di Indonesia. Apa yang diusulkan ini tidak cukup. Dua hal yang saya lihat pemerintah RI belum siap adalah:

- Merelakan SDM tersebut harus merintis karir di negara maju, menjadi pakar dan ahli di bidangnya. Ini mutlak diperlukan, karena sekolah saja tidak cukup. SDM harus bisa menjalin jaringan/networking dengan kelompok bidang iptek yang sama di LN, agar ketika pulang ke Indonesia tidak terisolasi.

- Menyiapkan birokrasi dan administrasi di Indonesia untuk bisa memancing kembali dan menerima para SDM agar kembali ke Indonesia. Ini belum dibenahi sepenuhnya, padahal justru ini menjadi kunci. Saya pikir *dana* bukan masalah disini, tapi lebih pada *kemauan* untuk mereformasi birokrasi dan administrasi.

Haryo

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, "Zaenal Arief" <zaenal@...> wrote:

> Kalo bidang teknologi roket kan ada negara yg udah maju, apakah kita nggak
> bisa belajar sama mereka biar lebih cepat pencapaiannya?
>
> Kalo misalanya minta belajar dari Amerika mungkin mereka nggak mau buka
> rahasia
>
> Kalo minta sama negara yg lebih Friendly gimana?? Misalnya India, atau
> China, atau Iran??

1b.

Re: Selamat atas Peluncuran Roket RX-420

Posted by: "zaenal@pudak.com" zaenal@pudak.com

Mon Jul 13, 2009 7:32 pm (PDT)



Pak Maldini,

Maksud saya ya minta diajarin atau belajar dari negara lain yg sudah
lebih maju.

Saya setuju dengan teori pak Habibie, harus ada lompatan, yg saya
artikan kita jangan merayap dengan mencoba lagi apa yg sudah pernah
dicoba oleh negara lain

Cara untuk dapat ilmu kan macam2 tidak harus ngirim orang ke ke sana
??cara lain juga ada misalnya kita tahu di korea utara sudah bisa
bikin missile, kehidupan disana sangat melarat, gimana intelejen kita
bisa membjuk enggineer nya untuk membelot ke indonesia???

itu salah satu yg extrim tapi cara itu ada asal ada kemauan pemerintah
kita untuk maju....

masalah bikinnya saya rasa sih pake tangan2 kita sendiri pasti bisa...

Bagai mana iran bisa bikin missile?? mereka beli dulu dari china
dengan syarat dirakit di Iran..... tanya kenapa???

China beli 100 boing tahun 90 an tapi minta final assembly di sana...
tanya kenapa???

Quoting maldini faldo <faldo.maldini@gmail.com>:

> Minta apa ini mas Zaenal? mesti jelas juga..
> Minta bikinin ya ga mungkin lah..
> Kalo maksud mas minta diajarin, saya setuju banget...
>
> Tapi menurut saya, bagaimanapun kita belajar dengan negara lain, ujung2 nya
> ya mesti tetep bikin dengan tangan sendiri-jika ingin dibilang itu hasil
> karya kita sendiri, karena jika masih ada saja bantuan dari asing, baik
> negara yang friendly maupun tidak, berarti itu bukan murni hasil negara
> kita...
>
> Terkadang orang kita juga tidak sabar, mau nya yang serba cepat n ga
> sabaran,,,
> hari ini misalnya dikirim sekian orang untuk belajar di Jepang, India, Cina,
> atau apalah utk belajar, besoknya udah dituntut hasilnya,, ya ga
> bisalah,,semua kan butuh proses, ..ya toh..??!!
>
> Selain itu, rasa penghargaan dari setiap manusia yang ada di bumi Indonesia
> ini terhadap hasil karya pemikiran anak bangsa masih sangat tipis,
> Jadinya ya gitu deh,,,orang2 jadi ga bersemangat utk berkarya..
>
> Seharusnya kita memberi apresiasi besar kepada LAPAN yang secara konsisten
> berusaha mengembangkan teknologi peroketan. Ini tidak gampang lho dan kasian
> juga LAPAN, udah capek2 bikin ini itu, tapi penghargaan yang mereka terima??
> tipis sekali..
>
> Oleh karena itu, dari sekarang, mari kita sama2,,, memperhatikan karya2 yang
> diciptakan anak bangsa dengan menghargainya, bersabar menunggu proses
> penelitian yang mereka jalani, berdo'a juga untuk mereka, dan jika
> perlu..kita juga turut serta dalam usaha menciptakan karya bagi bangsa
> ini...
>
>

2.

Re: MISI APOLLO 11. Manusia Belum Pernah Mendarat di Bulan

Posted by: "Ma'rufin Sudibyo" marufins@yahoo.com   marufins

Mon Jul 13, 2009 7:32 pm (PDT)



Artikel KOMPAS
yang satu ini tergolong basi karena tanpa menyertakan data terbaru, misalnya saja berdasarkan citra-citra
misi Bulan terkini seperti Chandrayaan-1 dari India, LCROSS dari NASA
maupun Selene/Kaguya dari Jepang yang saat ini sedang mengorbit Bulan
secara polar. Hanya kamera pencitra satelit yang bisa diandalkan untuk
melihat relik pendaratan manusia di Bulan 4 dekade silam. Hubble Space
Telescope, meski kemampuannya mengagumkan, hanya memiliki resolusi
sebesar 60 meter jika digunakan untuk melihat obyek di permukaan Bulan,
padahal ukuran modul-modul Bulan yang sudah menjadi relik di sana tidak
lebih dari 9 m. Kalkulasi sederhana berbasis fisika optika menyimpulkan
agar kita bisa melihat relik-relik ini langsung dari Bumi, dibutuhkan
teleskop raksasa dengan cermin berdiameter minimal 115 meter dan itupun
harus dilengkapi sistem Adaptive Optics agar terbebas dari gangguan
turbulensi atmosfer Bumi. Teleskop sebesar ini belum pernah dibangun,
sebagai gambaran, konsorsium sains Eropa "hanya" sanggup membangun
Extremely Large Telescope dengan diameter cermin 42 meter saja dari rencana
awal 100 meter karena biaya pembangunannya yang melangit.

Namun
sang penulisnya, Rakaryan Sukarjaputra, hanya mengutip informasi lama
yang sudah banyak beredar dan itupun sudah diragukan validitasnya. Ada
12 orang yang pernah melangkahkan kaki di Bulan dalam kurun waktu Juli
1969 hingga Desember 1972 : Neil Armstrong, Edwin Aldrin (Apollo 11), Pete Conrad, Alan Bean (Apollo 12), Alan Shepard, Edgar Mitchell (Apollo 14), David Scott, James Irwin (Apollo 15), John Young, Charles Duke (Apollo 16) , Eugene Cernan dan Harrison Schmitt (Apollo 17), sehingga tak wajarlah jika artikel itu hanya mendasarkan pada Armstrong.

Secara
keseluruhan
ada 30 orang yang pernah pergi ke Bulan (dalam arti, pernah
mengelilingi Bulan dalam orbit berketinggian tertentu di atas Bulan),
dengan klasifikasi 12 mendarat dan melangkah di Bulan, 6 tinggal di
pesawat pengorbit mengawasi aktivitas pendaratan di Bulan dan 12
lainnya tinggal di pesawat pengorbit tanpa ada aktivitas pendaratan di
Bulan (termasuk 3 kru Apollo 13). Dalam rencana awal, pasca Desember
1972 seharusnya masih ada 9 orang lagi yang
akan pergi ke Bulan dan 6 di antaranya berjalan di Bulan. Namun
pemotongan anggaran membuat misi Apollo 18, 19 dan 20 dibatalkan. Sisa
hardware misi Apollo kemudian dialihkan untuk misi Skylab dan "misi
persahabatan" Apollo-Soyuz Test Programme (ATSP) bersama Uni Soviet.

Langit
Bulan
nampak hitam, itu memang sudah seharusnya demikian. Semua misi Apollo
yang mendarat di Bulan (dari
Apollo 11 sampai 17, terkecuali 13) mengeksplorasi wajah Bulan yang
berhadapan dengan Bumi (alias di area nearside) dan semuanya
berlangsung tidak pada periode konjungsi Bulan - Matahari (ijtima')
sehingga lokasi-lokasi pendaratan mereka sedang dalam kondisi tersinari
cahaya Matahari alias dalam kondisi siang. Dan karena jarak Bulan ke
Matahari tidak berbeda (secara makro) dengan jarak Bumi ke Matahari,
maka kondisi penyinaran Matahari di Bulan sama
dengan di Bumi sehingga kondisi langit yang dilihat di Bulan pun sama
dengan di Bumi. Perkecualian ada pada warna langit, karena Bulan tidak
punya atmosfer, maka langitnya berwarna hitam karena tidak ada molekul
udara yang berfungsi meneruskan cahaya biru dan memblok spektrum warnba
lainnya. Namun dalam kondisi
siang, tentu saja pencahayaan bintang-bintang kalah jauh dibanding
penyinaran Matahari sehingga bintang-bintang tetap tidak akan nampak.
Ini sama saja lah dengan di Bumi, dimana pada siang hari dan dalam
kondisi langit yang cerah sekali (tanpa awan sedikitpun) kita pun
takkan mungkin melihat bintang-bintang bukan? Justru jika disebutkan di
langit Bulan yang hitam "harusnya" terlihat bintang-bintang, malah
ketahuan kalo itu jelas bohong.

Okelah,
masalah foto bisalah dianggap tipuan. Anggaplah zaman itu sudah
ada mbahnya Photoshop atau pengolah citra sejenisnya. Namun, ada
bukti-bukti non fotografis yang sampai saat ini tidak bisa dibantah
oleh para pengusung teori manusia tidak pernah mendarat di Bulan. Saya
ambil 3 saja di antaranya.

Yang
pertama, tentang gempa Bulan
alias moonquake. Ada rekaman seismogram yang runtut selama 1 dekade
(1969 - 1977) tentang aktivitas gempa Bulan. Dan karakter gempa Bulan
sangat berbeda dengan Bumi, baik dari pola getaran, hiposentrum maupun
durasinya. Gempa Bulan bisa memiliki durasi hingga 0,5 jam meski
magnitudenya hanya 5 skala Richter. Sebaliknya gempa terdahsyat di
Bumi, seperti gempa megathrust Sumatra-Andaman 26 Desember 2004 yang
memiliki magnitude 9,2 skala Richter itu dan meluluhlantakkan sebagian
besar pesisir Samudera Hindia, durasinya "hanya" 15 menit.
Dan gempa berskala 5 skala Richter di Bumi hanya berlangsung selama 20
- 60 detik. Tanpa perlu belajar geofisika lebih lanjut, satu-satunya
cara mendapatkan rekaman seismogram gempa Bulan adalah dengan
menempatkan seismograf disana. Dan satu-satunya cara memasang
seismograf adalah harus dengan bantuan manusia, mulai dari
menempatkannya di batuan kompak yang cocok hingga melakukan penyetelan.
Sebagai gambaran, Uni Soviet pernah mencoba mendaratkan seismograf
dalam misi tak berawak Venera ke Venus. Hasilnya? Peralatan ini gagal
bekerja untuk memantau gempa Venus. Demikian juga AS dalam misi Viking
ke Mars. Seismografnya pun gagal bekerja.

Yang
kedua, tentang dinamika orbit Bulan. Pasca 1969 barulah diketahui bahwa
orbit Bulan yang ellips itu mengalami perubahan secara gradual dan
konsisten, dimana setengah sumbu utama ellipsnya senantiasa bertambah
besar dengan rate 3,6 cm/tahun, yang berimplikasi pada melambatnya
rotasi Bumi sebesar 0,000017 detik/tahun. Dinamika ini baru diketahui
pasca 1969 berdasarkan pengukuran jarak Bumi-Bulan yang teramat presisi
dengan menggunakan sinar laser, dimana seberkas sinar laser yang
dipancarkan dari Bumi dipantulkan oleh cermin LLR (Lunar Laser
Retroreflektor). Sama halnya dengan pemasangan seismograf, pemasangan
cermin LLR di Bulan mau-tak-mau membutuhkan campur tangan manusia.

Dinamika
orbit Bulan membuat Bulan pada masa silam (berjuta tahun silam) berada
lebih dekat dengan Bumi dan konsekuensinya rotasi Bumi saat itu lebih
cepat dari sekarang. Ini konsisten dengan data dari fosil moluska purba
yang menunjukkan pada 400-an juta tahun silam Bumi berotasi dengan
periode 22 jam sehingga 1 tahun Matahari saat itu berjumlah 400 hari.
Kenapa dinamika orbit Bulan baru diketahui setelah 1969? Musababnya
sederhana saja, penggunaan cermin LLR membuat jarak Bumi-Bulan bisa
diukur dengan sangat teliti sehingga ketidakpastiannya maksimum hanya
beberapa milimeter. Jika pengukuran dilakukan dengan menggunakan
gelombang radar, maka ketidakpastiannya akan membengkak menjadi
beberapa kilometer, sementara jika dilakukan pengukuran berdasarkan
posisi satelit yang mengorbit Bulan, pun ketidakpastiannya sampai
beberapa kilometer mengingat efek relativitas umum dan ketidakhomogenan
distribusi massa di Bulan.

Yang
ketiga, tentang batu Bulan. Ada 380 kg batu Bulan yang saat ini ada di
Bumi Dan Batu
Bulan punya ciri spesifik yang sangat berbeda dengan batuan di Bumi.
Seluruh sampel batu Bulan memiliki umur sangat tua (milyaran tahun,
berdasarkan radiogenic dating) sementara batuan Bumi mayoritas berumur
ratusan juta tahun. Seluruh sampel batu Bulan tidak mengandung air baik
dalam bentuk mineral terhidrat yang umum dijumpai dalam batuan Bumi.
Dan seluruh sampel batu Bulan memiliki mikrokawah (mikrocekungan) di
permukaannya sebagai akibat hantaman mikrometeorit, yang tak mungkin
ditemukan dalam batuan Bumi. Dan di dalam sampel batu Bulan ditemukan
konsentrasi isotop Helium-3, yang tak pernah ada di batuan Bumi.
Karakteristik tersebut membuat batuan Bulan tak mungkin pernah ada di
Bumi, apalagi sengaja dibuat dalam laboratorium. Dan 380 kg batu Bulan
itu tidak hanya disimpan NASA saja, namun telah didistribusikan ke
banyak negara dan banyak diantaranya yang tidak berpartisipasi langsung
terhadap program pendaratan manusia di Bulan, sehingga lebih
independen. Namun hasil analisisnya untuk keempat ciri spesifik di atas
tetap sama.

Nah
bagaimana tanggapan para pengusung teori manusia tidak mendarat di
Bulan terhadap data-data non fotografis tersebut? Sampai saat ini tidak
ada

Sebagai
tambahan, program pendaratan manusia di Bulan
melibatkan hampir setengah juta orang secara intens dalam aktivitasnya
selama hampir
1 dekade. Di inner circle-nya terdapat ratusan insinyur dan PhD yang
kritis di Houston, dan banyak diantaranya yang kini sudah menerbitkan
memoarnya masing-masing pasca pensiun. Dalam perspektif psikologi
massa, jauh lebih sulit dan lebih mahal guna menciptakan hegemoni
pemikiran kepada hampir setengah juta orang dan membungkam mulut-mulut
kritis itu dibandingkan dengan mengirimkan manusia secara langsung ke
Bulan. Silahkan berkaca pada bagaimana terungkapnya skandal Watergate,
Whitewater maupun hoax nuklir Irak ala Bush & neocons-nya, yang
hanya melibatkan person jauh lebih kecil namun tetap bobol keluar
lingkungan inner circle mereka.

Berakhirnya
program pesawat ulang-alik tak bisa dikaitkan dengan misi pendaratan
manusia di Bulan. Pesawat ulang alik sejak awal memang didesain
memiliki lifetime 30 tahun dan pada 2011 mendatang 2 dari 3 pesawat
(yakni Discovery dan Atlantis) itu telah mencapai umur 30 tahun
sehingga harus pensiun. Program ini juga diputuskan untuk dihentikan
karena terlalu boros dan tidak sesuai dengan desain awalnya yang
diharapkan lebih hemat (karena dari seluruh komponen pesawat dan sistem
pendorongnya, hanya tanki bahan bakar eksternal yang bisa digunakan
sekali saja, lainnya bisa dipakai berulang kali) . Sebagai gambaran,
tiap peluncuran pesawat ulang-alik menghabiskan rata-rata US $ 500 juta
atau setara dengan 70 % ongkos peluncuran roket raksasa Saturnus V
dengan kapsul Apollo di pucuknya dalam misi-misi pendaratan di Bulan.
Ongkos peluncuran ulang-alik menjadi bertambah mahal beberapa juta
dollar dari angka di atas karena adanya keharusan peningkatan keamanan
pasca tragedi Challenger dan Columbia. Pesawat ulang alik dipilih
menjadi kuda beban NASA pasca kapsul Apollo karena pasca pendaratan di
Bulan, baik NASA maupun Uni Soviet memfokuskan diri pada misi-misi
stasiun ruang angkasa. Semula pesawat ulang alik dirancang sebagai
laboratorium ruang angkasa mini yang bisa dibawa pulang kembali ke
Bumi. Namun dengan bergulirnya gagasan pembangunan stasiun ruang
angkasa Freedom sejak masa Ronald Reagan, dan kemudian memuncak dengan
pembangunan ISS (sebagai variasi dan penghematan dari konsep Freedom),
maka fungsi ulang alik sebagai laboratorium ruang angkasa berakhir.
Dengan bahan bakar yang dimilikinya, sebenarnya mudah saja melontarkan
pesawat ulang alik langsung ke Bulan, namun sekali lagi ongkos yang
mahal menjadi penghalang utama baginya untuk melaksanakan misi tersebut.

Perancangan
Project Constellation sendiri sudah berlangsung lama sebelum 2004,
dengan 2 target : pembentukan koloni (pangkalan) manusia di Bulan dan
pendaratan manusia di Mars. Koloni di Bulan dibentuk sebagai tahap
lanjut dari penghunian stasiun ruang angkasa ISS sekaligus sebagai
training area dan batu loncatan sebelum pendaratan manusia di Mars.
Project Constellation sendiri bertumpu pada dua roket : Ares 1 sebagai
pengangkut kapsul mirip Apollo dan Ares V sebagai roket pengangkut
berat. Baik desain Ares 1, kapsulnya maupun Ares 5 didasarkan pada
kombinasi desain roket pengangkut berat Saturnus 5, kapsul Apollo dan
roket pendorong (booster) berbahan bakar padat dalam misi ulang alik,
tentunya yang sudah diperbaiki dan dikembangkan berdasarkan teknologi
terkini. NASA memang lebih percaya kepada sistem roket keluarga
Saturnus (terutama Satrunus 5), karena tidak pernah mengalami kegagalan
bila dibandingkan dengan sistem pesawat ulang-alik.

Salam,

Ma'rufin

________________________________
From: saleh w siregar <salehws@gmail.com>
To: sains@yahoogroups.com
Sent: Monday, July 13, 2009 5:12:18 PM
Subject: [sains] MISI APOLLO 11. Manusia Belum Pernah Mendarat di Bulan

MISI APOLLO 11
Manusia Belum Pernah Mendarat di Bulan

Senin, 13 Juli 2009 | 03:51 WIB

Oleh *Rakaryan Sukarjaputra*

Empat puluh tahun telah berlalu sejak dunia dikejutkan oleh kabar
keberhasilan pendaratan Apollo 11 di Bulan. Benarkah astronot Neil Armstrong
telah menjejakkan kakinya di satelit Bumi tersebut?

Pertanyaan menggelitik itu memang terus menyertai kisah misi Apollo 11 dan
pendaratannya di permukaan Bulan pada 21 Juli 1969.

Kemudian astronot Neil Armstrong dan Edwin "Buzz" Aldrin berjalan di
permukaan Bulan. Cuplikan video menggambarkan Armstrong mengibarkan bendera
Amerika Serikat dan melompat-lompat. Aksi ini menegaskan keberhasilan
pendaratan manusia di Bulan.

Sejumlah pihak menyangsikan pendaratan itu. Cuplikan video tersebut penuh
dengan keganjilan. Ada yang menganggap video itu tidak dibuat di Bulan,
tetapi di sebuah tempat khusus di sekitar Negara Bagian Arizona, AS.

Astronom Phil Plait termasuk yang sangsi. Dia memberikan penjelasan pada
sebuah program radio "Are We Alone" yang dikelola SETI Institute. Ini adalah
lembaga nirlaba di California, AS, yang fokus pada penjelasan keberadaan
makhluk pintar lain di jagat raya.

Plait mengatakan, ada pihak yang skeptis dengan mempertanyakan foto-foto
Armstrong dan Aldrin yang memperlihatkan langit tanpa bintang. "Tidak ada
atmosfer di Bulan sehingga bintang-bintang seharusnya terlihat lebih
terang."

Pihak yang skeptis juga mempersoalkan bendera AS dalam cuplikan video yang
tampak berkibar, padahal di Bulan tidak ada udara.

Mereka juga mengajukan teori bahwa para astronot mungkin sudah terpanggang
radiasi ketika menembus sabuk Van Allen dalam perjalanan ke Bulan.

*Kepercayaan melemah*

Sebenarnya kepercayaan soal pendaratan di Bulan itu sudah semakin lemah
dalam beberapa tahun terakhir. Isu ini mencuat kembali ketika TV Fox pada
2001 menyiarkan sebuah program yang diberi judul "Conspiracy Theory: Did We
Land on the Moon?"

Acara TV Fox itu, kata Dr Tony Philips pada situs Science@NASA,
menggambarkan betapa Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) tidak lebih
dari sekadar "produser film yang tolol".

Semua kesangsian itu telah sering dijawab langsung Armstrong, komandan misi
Apollo 11. Tokoh kelahiran Wapakoneta, Ohio, 5 Agustus 1930, itu bersama
astronot Buzz Aldrin mengaku telah menikmati permukaan Bulan selama 2,5 jam.

Di Bulan, mereka berdua menancapkan bendera AS dan sebuah spanduk
bertuliskan "Di sini manusia dari planet Bumi menginjakkan kakinya pertama
kali. Kami datang dengan damai untuk seluruh umat manusia".

Mengapa awalnya banyak yang percaya? Bagi AS, pendaratan di Bulan adalah
sebuah pencapaian besar yang membuat AS seolah-olah unggul dari pesaing
utama ketika itu, Uni Soviet, dalam program luar angkasa.

Bagi salah satu pesaing AS saat ini, Rusia, teori konspirasi mengenai
kebohongan pendaratan di Bulan tahun 1969 itu menjadi semakin populer. Rusia
membuat sejumlah situs bahkan film-film dokumenter di televisi untuk
menyampaikan kebohongan besar pendaratan di Bulan itu.

*Konstelasi*

Boleh jadi, hal itu pula yang membuat mantan Presiden AS George W Bush
memutuskan untuk menghapuskan penerbangan pesawat ulang alik pada 2010
setelah musibah pesawat ulang alik Columbia pada 2003.

Sebagai gantinya, Bush pada 2004 meluncurkan program lebih ambisius,
Constellation (Konstelasi), yang bertujuan membawa warga AS kembali ke Bulan
pada 2020, dan menggunakan Bulan sebagai tempat peluncuran pesawat luar
angkasa berawak manusia menuju Mars.

Michael Griffin, mantan pemimpin NASA yang mendorong program Constellation,
menjelaskan, pesawat ulang alik membuat AS bertahan terlalu lama pada
penerbangan luar angkasa di orbit rendah, padahal kini muncul pesaing baru
dalam program luar angkasa, antara lain China. "Kita (AS) harus kembali ke
bulan karena itu adalah langkah berikutnya. Bulan hanya beberapa hari dari
rumah. Mars hanya beberapa bulan dari Bumi," papar Griffin.

Sayangnya, anggaran NASA tidak cukup untuk membiayai pembuatan kapsul Orion
Constellations, kapsul yang lebih maju dan lebih besar ketimbang versi
kapsul Apollo. NASA juga kekurangan biaya untuk menyiapkan roket peluncur
Ares I dan Ares V yang diperlukan untuk mengirim kapsul itu ke orbit.

Biaya keseluruhan Constellation itu diperkirakan 150 miliar dollar AS.
Anggaran eksplorasi luar angkasa AS pada 2009 hanya 6 miliar dollar AS.

Wajar apabila Senator Bill Nelson (Florida) menegaskan, NASA tidak akan bisa
melakukan tugas yang diberikan kepadanya, yaitu berada di Bulan pada 2020.
Senator yang mantan astronot itu bahkan mengkhawatirkan, saat program
pesawat ulang alik berakhir, AS tak akan bisa mengirimkan astronotnya ke
stasiun luar angkasa ISS, kecuali menumpang Soyuz milik Rusia.

Hal itu tentu menjadi kabar buruk bagi NASA dan khususnya Armstrong yang
tentu tidak ingin pendaratannya di Bulan menjadi bahan olok-olokan. Meski
demikian, ada cara pembuktian lebih sederhana, yaitu menemukan kembali
bendera dan spanduk yang ditancapkan Armstrong itu dengan teleskop dari
Bumi. Tentu dengan harapan bendera itu masih tertancap di tempatnya. (AFP)

[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

Untuk mengubah status keanggotaan
Akses milis lewat web kirim email kosong: sains-nomail@yahoogroups.com
kembali menerima email secara rutin: sains-normal@yahoogroups.com
merubah ke digest: sains-digest@yahoogroups.com
keluar dari keanggotaan milis: sains-unsubscribe@yahoogroups.com
Yahoo! Groups Links

3.

UFOs: record number of sightings forecast for 2009

Posted by: "miko" miekopyok@gmail.com

Mon Jul 13, 2009 7:33 pm (PDT)



UFOs: record number of sightings forecast for 2009

13 Jul 2009
http://www.telegraph.co.uk/scienceandtechnology/science/5815050/UFOs-Record-number-of-sightings-forecast-for-2009.html

A record number of UFOs are expected to be spotted this year in
Britain after hundreds of sightings were reported in the first six
months of 2009.

[ - UFO over King's Dominion, VA June 15th 2009
[ - http://www.youtube.com/watch?v=8AENSb5B1dc
[ - CNN Video
[ Reporter Ryan Knowles shot video of a strange flying object
[ over a Virginia amusement park.
[ - http://www.cnn.com/video/savp/evp/?loc=dom&vid=/video/ireports/2009/06/18/dcl.irpt.knowles.ufo.cnn
[ - http://www.youtube.com/watch?v=yMnebMwK7Uw
[ - http://www.youtube.com/results?search_query=ufo+cnn+2009&search_type=&aq=f
[ - UFO filmed over King's Dominion in Doswell, VA
[ - http://www.ireport.com/docs/DOC-274693
[ - http://www.youtube.com/watch?v=ZmOCPrVvLZg

Strange floating orbs and unexplained hovering objects have all been
recorded and reported to the Ministry of Defence in the last six
months.

A total of 231 sightings of unidentified flying objects have been
passed on to the MoD so far this year, according to The Sun.

The number of sightings is thought to have increased because many more
people now carry digital cameras and are able to photograph strange
objects.

Nick Pope, who used to run the Government's UFO project and is
considered a leading authority on UFOs, told The Sun: "We are now on
track for a record year.

"I thought the number of UFOs reported last year was high, but we now
know they are being reported in increasing numbers."

Last year, the MoD released files detailing strange and unexplained
sightings reported to them between 1986 and 1992.

In one instance, an Alitalia flight coming into land at Heathrow
Airport reported a near miss with a UFO, which the pilot described as
"similar to a missile - light brown or fawn, about three metres in
length but without any exhaust flame''.

In the files, released by the National Archive, the military admitted
the sighting in April 1991 could not be explained, having ruled out a
British or American missile.

It concluded: "In the absence of any clear evidence which could
identify the object, it is our intention to treat this sighting like
that of any other Unidentified Flying Object.''

Two further near misses were reported in the summer of 1991, when one
aircraft flying in to Gatwick Airport reported a "wingless
projectile'' passing the left side of the plane, and another flight
leaving Gatwick spotted a "small lozenge-shaped object'' speeding past
the cockpit.

The files also went into detail about a US Air Force pilot who claims
he was ordered to shoot down a UFO flying over southern England in
1957, and was later ordered never to speak about the incident.

---

Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Finance

It's Now Personal

Guides, news,

advice & more.

Yahoo! Groups

Mental Health Zone

Learn about issues

Find support

Yahoo! Groups

Small Business Group

Share experiences

with owners like you

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
===============================================================
**  Arsip          : http://members.tripod.com/~fisika/
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke :
                     <fisika_indonesia-unsubscribe@yahoogroups.com>
===============================================================

Tidak ada komentar: