Jumat, 29 Januari 2010

[daarut-tauhiid] Dekat tapi tak terlihat

 

Dekat Tapi Tak Terlihat


oleh Nurudin

====


Sore
kemarin aku terpaksa pulang terlambat sampai hampir setengah jam,
karena helm yang biasa kuletakkan di stang motor tak lagi berada
ditempatnya. Sependapat dengan satpam, akupun tidak berpikiran bahwa
helm bututku itu dicuri orang. Paling-paling ada yang sedang
meminjamnya namun tak memberitahu satpam atau si peminjam lupa
mengembalikan pada tempatnya semula. Atas saran satpam, akhirnya aku
mengelilingi area parkir yang cukup luas itu untuk mencari helmku yang
barangkali benar telah berpindah tempat.

Hampir lima belas menit aku mencari, namun tak kutemukan helm yang
kuanggap itu adalah helmku. Tak kurang dari sepuluh helm yang serupa
dengan helmku, dan aku sama sekali tidak bisa memastikan yang mana
helmku. Aku hanya tahu helm ku berwarna hitam, namun aku tak tahu ciri
khusus helm yang setiap hari kupakai untuk berangkat kerja bahkan
kemanapun aku pergi karena helm itu adalah satu-satunya yang kumiliki.
Dan sore itu terpaksa aku pulang melalui jalan alternatif yang arahnya
memutar sehingga
membutuhkan waktu lebih lama untuk menghindari polisi.

Sebenarnya bisa saja aku pulang melalui jalur yang biasa kulewati,
toh tak jauh dari tempatku bekerja ada beberapa penjual helm pinggir
jalan. Aku bisa berhenti sebentar dan membeli helm di sana. Namun itu
menjadi tidak mungkin karena aku tahu persis jumlah uang dalam dompetku
tidak cukup untuk membeli sebuah helm meski untuk harga yang paling
murah sekalipun. Ah, tiba-tiba helm menjadi begitu penting dan sangat
mahal bagiku.
***

Seringkali, kita memandang remeh terhadap sesuatu yang sebenarnya
sangat kita perlukan hanya karena sebuah kebiasaan ataupun rutinitas.
Kehilangan helm yang kualami adalah contoh nyatanya. Aku tak mengenali
dengan baik sesuatu yang telah memberikan manfaat besar kepadaku.
Setiap hari, kemanapun aku pergi, dia selalu memberiku rasa aman dan
nyaman. Namun kenyataannya, aku tak tahu lebih banyak tentang helmku.

Hal lain yang juga sering terjadi adalah, kita kerap memandang
sebelah mata pada orang-orang yang sebenarnya memberikan peran penting
dalam keseharian kerja. Pembantu rumah tangga, office boy adalah mereka
yang acapkali tak terlihat jasa besarnya dalam menyelesaikan berbagai
macam tugas rumah dan kantor kita. Saat pembantu sedang sakit atau
pulang kampung, kita baru sadar bahwa tak mungkin kita melakukan semua
pekerjaan rumah sendiri dengan hasil dan waktu yang sama jika
dikerjakan oleh pembantu kita. Begitupun saat office boy tidak masuk
kerja, seakan semua pekerjaan menjadi tertunda karena kita harus
mengerjakan semuanya sendiri, termasuk fotocopy dan mendistribusikan
laporan ke departemen lain. Kita baru merasa sangat membutuhkan mereka
pada saat mereka tak ada.

Tak hanya benda atau orang, kita juga sering tak bisa 'melihat'
sesuatu yang sangat dekat dengan kita. Kesehatan misalnya. Dengan
nikmat sehat, segala aktifitas pekerjaan bisa kita lakukan dengan
lancar. Namun sayangnya kita terkadang baru menyadari dan mensyukuri
betapa besarnya nikmat sehat itu manakala kita tak bisa melakukan
berbagai aktifitas harian kita karena sakit.

Dekat tapi tak terlihat. Itulah yang sering terjadi pada diri kita.
Kita menganggap sesuatu, seseorang atau sebuah nikmat menjadi kecil,
biasa, tidak bernilai hanya karena sesuatu, seseorang ataupun nikmat
itu setiap hari, setiap saat ada di sekitar kita, bersama-sama kita.
Bahkan terkadang kita merasa bahwa keberadaan mereka itu bukan sebuah
anugerah melainkan sesuatu yang memang semestinya ada. Kebiasaan kita
menganggap kecil dan biasa terhadap mereka, paling parah adalah
akhirnya membuat kita lupa bersyukur kepada yang telah menganugerahkan
mereka kepada kita, yaitu Allah SWT.

Kita lupa bersyukur kepada Allah bahwa dengan adanya suatu barang
atau fasilitas, kehidupan kita menjadi lebih aman dan nyaman. Kita lupa
bersyukur kepada Allah bahwa dengan kehadiran orang lain, pekerjaan dan
urusan kita menjadi lancar dan ringan dikerjakan. Kita lupa bersyukur
kepada Allah bahwa dengan nikmat sehat, hidup kita menjadi bergairah.
Kita terkadang lupa bersyukur kepada Allah dengan segala nikmatNya yang
tak terhitung, hanya karena nikmat itu selalu ada, dekat dengan kita.

Jangan biarkan rasa penyesalan datang. Mari kita syukuri segala
nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita, salah satunya dengan
memberikan perhatian yang berbeda dari biasanya ( peduli ) terhadap
apapun di sekililing kita. Karena dengan peduli terhadap mereka, maka
rasa syukur akan muncul. Betapa besar nikmat yang Allah berikan, tak
ada satupun yang kebetulan ataupun sia-sia.

http://abisabila.blogspot.com
abisabila@ymail.com
----------sumber :eramuslim.com
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: