Messages In This Digest (1 Message)
- 1.
- (Catcil) Penebang Kayu dan Seniman Agung From: Yons Achmad
Message
- 1.
-
(Catcil) Penebang Kayu dan Seniman Agung
Posted by: "Yons Achmad" kolumnis@gmail.com freelance_corp
Fri Jan 29, 2010 7:26 pm (PST)
Penebang Kayu dan Seniman Agung
:yons achmad*
Hutan adalah nafas. Ia selalui setia menjaga kehidupan kaum kota. Tapi,
kadang, orang kota tak begitu menyadarinya. Bahkan begitu kurang ajar. Tak
pernah ada dalam kamus mereka untuk menanam pohon kehidupan. Tidak pernah
mengerti bahwa pohon selalu menjadi nyawa hutan. Lalu hutan akan memberikan
nafas bagi keberlangsungan hidup mereka, kaum kota it. Tapi yang ada justru
pembabatan liar tanpa memikirkan akibatnya.
Orang-orang berbondong untuk menjadi penebang kayu. Memikirkan berapa
keuntungan setiap batang pohon ketika dijual. Menghitung, mengkalkulasi,
memprediksi, berapa rupiah yang didapatkan. Lantas mengkhayalkan untuk
menukarnya dengan mobil baru, rumah baru atau kekasih baru. Yang ada dalam
dirinya adalah menguasai, memiliki padahal kenyataannya ia tak pernah
sekalipun menanamnya.
Ada dua macam penebang kayu. Sebut saja orang dalam dan orang luar. Untuk
tak mengatakan orang kampung dan orang kota. Orang dalam masih punya sedikit
kepedulian. Ia menebang, tapi ia juga menanam. Orang luar lain lagi. Ia
menebang, ia membabat, tapi tak menanam. Namun, motif keduanya sama. Mental
penebang kayu. Mengeruk sebanyak mungkin keuntungan. Itu saja.
Lalu, bagaimana kalau seniman agung?
Ia sesekali akan masuk hutan. Duduk dan memandang pohon-pohon. Memandang
sebagai sebuah keindahan. Tersenyum melihat pohon tua yang kuat, tegar,
walau tersapu panas dan hujan bergantian. Tersenyum kembali ketika ada daun
gugur di sebuah ranting yang letih. Ia tak marah ketika ada air menetes dari
dahan mengenai keningnya. Mengusapnya pelan, lalu kembali tersenyum.
Kemudian, ia akan kembali. Tanpa rasa ingin memiliki pohon-pohon dalam hutan
itu.
Seniman agung. Ia begitu nyaman. Merasakan hembusan semilir angin yang
datang. Mencium dengan mesra bau tanah yang basah. Bahkan, ia akan tiduran
di rumput atau sebentuk akar yang menyembul ke permukaan. Ia akan membiarkan
matahari mengenai wajahnya, ketika melewati ranting-ranting daun yang
digoyang angin. Ia merasa begitu sunyi, merasakan keheningan yang sangat.
Merasakan suasa nyaman. Pada saat itulah, ia tak menuntut sebuah
kebahagiaan, sebab kebahagiaan yang akan suka rela datang menghampirinya.
Setelahnya, ia akan keluar dari hutan. Kembali menjalani aktivitasnya. Tentu
sebagai manusia.
Seorang penebang kayu dan seniman agung. Dua sosok yang, saya kira akan
menghiasai kehidupan ini. Siapapun boleh memilih dengan kesadaran sendiri.
Tak ada seorangpun yang bisa memaksakan untuk bisa menjadi yang pertama atau
yang kedua. Setiap orang, setiap manusia, sesuai dengan motif masing-masing
akan memutuskan kira-kira akan memilih yang mana.
Tapi rasa-rasanya pilihan kedua menarik. Seniman agung, ya ya ya. Sebuah
wajah yang benar-benar paripurna. Membiarkan pohon akan damai pada
duniannya. Akan membiarkannya nyaman. Belajar untuk tulus mencintai, tanpa
ada harapan apapun kepadanya. Sebab kalau ada, itulah pamrih. Memang, ini
sebuah tindakan konyol. Apa boleh buat, seperti seniman agung, begitulah
adanya.
Lalu, menjadi sang penebang kayu. Ah rasa-rasanya menjadi semacam itu kurang
menyenangkan juga. Pohon-pohon akan selalu menderita. Tapi menjadi semacam
seniman agung, rasa-rasanya terlalu berat untuk bisa. Entahlah, mungkin
lebih baik menjadi orang dalam saja, menjadi seperti orang kampung di
pinggir hutan. Terus menanam benih cinta untuk tumbuhnya pohon kehidupan.
Biarkan sang penebang kayu merobohkannya. Tapi, semoga saja sang seniman
agung sempat menikmati keindahannya. []
*Penulis, tinggal di pinggir Jakarta.
http://penakayu.co.cc
http://komunikata.net
<http://www.facebook.com/photo. >php?pid=910622& op=1&view= all&subj= 274987167077& aid=-1&auser= 0&oid=2749871670 77&id=1496570386
Belajar ketulusan
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar