Minggu, 17 Januari 2010

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2948

Messages In This Digest (9 Messages)

Messages

1.

(Resensi ala Bunda) Rahasia Melanjutkan Studi dan Mendapatkan Beasis

Posted by: "Rose FN" roses_fn@yahoo.com   roses_fn

Sat Jan 16, 2010 5:46 am (PST)



Buku : Rahasia Melanjutkan Studi dan Mendapatkan Beasiswa ke Jepang

Buku berukuan : 21 x 14 cm
Ilustrasi cover: Titin Fatima
Tebal halaman: 216+ halaman
Harga bandrol: Rp. 34.500.-
Penerbit: ACI Publishing, Desember, 2008 (nama baru: ACIKITA,2009).

Penulis: Jumiarti Agus Ph.D, Willy Yanto Wijaya (S1), Titin Fatimah
(S2),Mochamad Asri (S1), Rina Fitriana (S2), Juariah (S2),Dwi.N.K. Wati
(S2), Yessi Nirwana Kurniadi (S3), Nova Ayu Maulita (Pertukaran
Pelajar), Silvia Aslami (Pre-college).

.........................................................

Resensi buku bea siswa ala bunda:

-Rahasia Melanjutkan Studi dan Mendapatkan Beasiswa ke Jepang (RSMBJ)-

Buku "Rahasia Melanjutkan Studi dan Mendapatkan Beasiswa ke
Jepang" ada di tangan saya. Ilustrator buku ini gagah sekali.
Simbol terkenal Jepang; bunga Sakura, Tokyo Tower berikut gedung megah
dan Gunung Fuji, secara simetris terpampang di depan mata. Rasa bangga
menyelinap di hati karena beberapa penulis adalah teman saya di dunia
maya. Sungguh besar kekuasaan Allah yang memberikan kehebatan kepada
anak-anak bangsa Republik Indonesia.

Membaca kata: 'b e a s i s w a' saja, sudah membuat kagum
sekaligus haru dada saya. Perasaan ini timbul, murni dari sanubari
sebagai ibu, yang memiliki dua anak remaja. Berharap besar, mereka akan
seperti kakak-kakak dalam buku 'sukses meraih cita' ini.

Pertama, saya tertegun pada tulisan seorang mahasiswi belia yang justru
non beasiswa: Silvia Aslami. Tuturannya begitu apik, tidak bertele-tele.
Ditulis mengalir sampai kepada tujuan inti cerita dengan tidak
membosankan. Isinya padat informasi; "Bagaimana cara bersekolah di
Jepang, dengan biaya sendiri (non beasiswa). Ia juga tuturkan bagaimana
usahanya untuk dapat meraih beasiswa, agar tidak terlalu menyusahkan
orangtua.

Saya menikmati cerita alami, seorang gadis muda yang punya nama sama
dengan nama ibunda saya; Silvia, ingin meraih cita di negeri maju,
Jepang. Walaupun ia datang bukan karena beasiswa, ia uraikan bagaimana
usaha untuk mendapatkan beasiswa dan bagaimana agar bisa mendapat
beasiswa. Saya yakin pembaca lain pun senang membaca tulisannya yang
menarik dan memberi inspirasi.

Kemudian saya melirik goresan Willy Yanto juga sama asyiknya. Pemuda
yang berhasil mendapatkan "YSEP" (Young Scientist Exchange
Program)". Ia memberi semangat kepada pembaca, bahwa: "Bila ingin
studi ke Jepang, tak harus pintar bahasa Jepang dulu. Tapi harus punya
bekal bahasa Inggris yang baik." Penekanan ini pun sungguh perlu.
Karena mengingat bahasa Inggris di Indonesia, sudah diajarkan sejak
SMP, maka seriuslah mempelajarinya, agar bisa menjadi bekal menembus
sekolah ke luar negeri.

Plus pengalaman pribadi Willy Yanto di luar belajar pun ia tuangkan.
Asyik sekali Willy bercerita ketika ia bermain ski dan mandi hot spring
(onsen) atau sumber air panas, melepas penat, yang semua itu ia rasakan
berkat beasiswa. Menarik sekali ia mengajak para pemuda untuk bisa
meraih impian dan menikmati budaya dan fasilitas di negara maju.

Kemudian, saya tersentuh pada penuturan rendah hati seorang Juariah.
Berpredikat master (S2) dari Takushoku University Tokyo. Ia berjuang
dari nol! Sang juara wahid ini, yang pernah gagal masuk ke universitas
negeri di Indonesia, malah menembus perguruan tinggi luar negeri; Todai.
Berkat rahmat Allah dan semangat cita dan cinta yang luhur dari
ayahandanya, berbuah amat manis! Haru biru dalam tuturannya, bisa
membawa inspirasi kepada semua pemuda (sekaligus ajakan kepada
orangtua), untuk "Jangan pernah menyerah!"

Membaca tuturan Mochammad Asri, airmata saya turun menitik. Kepedihan
hatinya ketika menghadapi kepergian ayahandanya ke Rahmatullah. Hanya
tinggal ibunda yang harus membesarkan anak-anak seorang diri. Ah…,
banyak keharuan dan perjuangan yang ia ungkap dengan jujur, dan patut
diteladani. Saya tertarik dengan sebutannya: "Negeri Seribu Gempa untuk
negara Jepang". Yang mana ia sebut demikian, karena sama artinya dengan
perjuangan yang ia jalani. Ya, ia harus berjuang untuk berhasil di
negara maju ini.

Menengok pengalaman Jumiarti Agus, yang berawal karena pendidikan
orangtuanya yang disiplin, menyaksikan sang bunda yang memelihara banyak
anak yatim di rumah dengan pola sama asuh dan sama derajat, mampu
membuka matanya untuk tetap berbagi kepada sesama hingga hari ini.
(ACIKITA tercipta berkat inspirasi bundanya tercinta). Uraian seluk
beluk mendapat beasiswa ia tuang dengan runut, sepertinya tak ada yang
ketinggalan. Ia ingin semua calon mahasiswa baru, dapat meraih sukses
belajar ke negeri sakura seperti dirinya.

Perjuangan dari Titin Fatimah, Rina Fitriana, Nova Ayu dan Yessi
Nirwana, sungguh menginspirasi dan membanggakan. Memang saya tak bisa
sebut lagi satu-satu perjuangan anak bangsa ini. Masya Allah, goresan
pena mereka, mampu menggerakkan hati saya. Sebagai orangtua, ingin
anak-anak di rumah seperti mereka! Bahkan, dari sisi hati yang lain,
sempat berbisik "Saya pun ingin kuliah lagi, ingin mencicip
bagaimana 'manisnya' menimba ilmu di negara maju, secara
formal."

Buku ini cukup mengobarkan semangat saya sebagai pembaca. Setidaknya
akan membagi semangat cita ini kepada buah hati yang mulai menginjak
bangku SMP.

Paparan gaya ACI (ACIKITA), yang memang ditulis oleh mahasiswa hebat,
tersusun dengan teliti dan detil. Saran dan info dituang secara ilmiah
populer dan lugas. Tidak ditimbuni oleh data-data, grafik dan hipotesa
yang membosankan. Pembaca seperti 'diajak ngobrol'. Memang benar sih,
tuturan pengalaman asli itu, akan lebih mengena dihati pembaca. Dan
insya Allah dapat dipercaya kebenarannya, daripada katanya si Mr.A atau
si Miss B.

Sisi kekuranganya; hm…, hampir saya tak temukan dalam buku ini.
Hanya, saya menagih photo-photo sebagai pelengkap yang tak tercetak,
dalam buku 'RMSMBJ'. Di mana biasanya bukti photografi lokasi
dan kegiatan; menjadi ciri khas gaya ACIKITA.

Akhir kata, secara garis besar, tak berlebihan bila saya katakan:
"Enggak rugi deh, baca buku 'padat gizi' apalagi bila Anda mau sukses
nembus perguruan tinggi di Jepang, seperti mereka!" Apalagi harga yang
dibandrol penerbit ACIKITA termasuk murah meriah! (*)

Salam sukses untuk semua,
Rose Firdauzi Nakamura

2a.

Re: [Kelana Lebaran] PENGUMUMAM PEMENANG

Posted by: "rose" roses_fn@yahoo.com   roses_fn

Sat Jan 16, 2010 5:53 am (PST)



Assalamu'alaikum,

Dear Mena Larasati, Arikunto dan Miyosi Ariefansyah; S E L A M A T yah
semoga terus berkarya dan berkibar namanya, amiin!

Otsukaresama juga untuk para panitia dan juri.

Segera ingin membaca buku kalian :D

Salam hangat,
Rose

note:
otsukaresma: +- tenkiu buat kerja kerasnya.
-----------------------

> > Pengumuman Pemenang Lomba Kelana Lebaran Sekolah Kehidupan
> > 1. Asyiknya Pulang Kampung - Mena Larasati
> > 2. Serasa Mimpi Ada di MANDIRANCAN- arikunto
> > 3. Berlebaran Di Negeri Seberang - Miyosi Ariefiansyah
> >
> > Kepada para pemenang harap mengirimkan alamat, no HP dan no.rekening
> > ke Novi Khansa
> > email: khansaku@ (khansaku at gmail dot com)
> > YM: novikhansa
> >
> >
> > Terima kasih atas partisipasi teman-teman sekalian. Tetap menulis
dan
> > Semangat ^^
> >
> >
> >
> > Juri:
> > 1. Azzura Dayana -Editor dan Traveler
> > 2. Sinta Nisfuanna -Editor dan reviewer lepas

3a.

Re: [Resensi Bukan Ya?] Ruang Lengang, Menyingkap Sisi Lain Kesendir

Posted by: "Nia Robie'" musimbunga@gmail.com

Sat Jan 16, 2010 6:07 am (PST)



siapa yg memesona? gunung? mas epri? aku? atau temanku yang berjilbab itu?

Infotainment SK

kikikik

Pada 16 Januari 2010 11:27, Yons <kolumnis@gmail.com> menulis:

>
>
>
> semacam salju di gunung...
>
> sendirian, dingin
> tapi mempesona banyak orang :-)
>
> salam
> http://penakayu.co.cc
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com<sekolah-kehidupan%40yahoogroups.com>,
> "Nia Robie'" <musimbunga@...> wrote:
> >
> > *[Resensi Bukan Ya?] Ruang Lengang, Menyingkap Sisi Lain Kesendirian*
>
> >
> >
> >
> >
> >
> > Hidup tak pernah terpisah dari perenungan. Karena sejatinya hidup adalah
> > pembelajaran. Kadang kita membutuhkan sepi, ruang lengang, ketenangan dan
> > kesendirian. Entah di sebuah lapangan terbuka, kamar sempit, tepi pantai,
> > pasar, atau di dalam jiwa masing-masing dari kita. Dan terserah kita mau
> > menamainya apa.
> >
> >
> >
> > *"Membaca puisi-puisi Epri Tsaqib adalah usaha menemukan kembali
> keteduhan
> > di balik kebisingan, ialah usaha menemukan kembali ketenangan dan
> kedalaman
> > dunia-dalam kita di balik riuh-rendah dunia-luar kita sebagai
> > manusia."*(kutipan kata pengantar Jamal D. Rahman
> > --penyair dan pemimpin redaksi majalah sastra Horison--dalam *'Ruang
> > Lengang'*Epri Tsaqib)
> >
> >
> >
> > Buku kumpulan puisi ini mencakup beberapa tema tentang kehidupan yang
> dekat
> > dengan kita. Kondisi ruhiah, agama, orangtua, persahabatan, cinta dan
> juga
> > alam. membaca beberapa puisi di dalam Ruang Lengang ini seakan memberikan
> > banyak jeda bagi pembaca sebelum melanjutkan ke halaman selanjutnya.
> Menarik
> > nafas dalam, menghembuskan perlahan sambil memaknai apa yang telah
> pembaca
> > alami dari hidup ini. Mungkin juga perenungan tentang sesuatu yang belum
> > terjadi tapi kita tidak akan pernah kuasa menolaknya untuk tidak terjadi.
> > Kematian.
> >
> >
> >
> > Perenungan tentang kematian secara apik tertuang di beberapa puisi awal.
> Di
> > antaranya: *'Kematian', 'Kematian 2', 'Kematian 3', 'Kematian 4'*, dan
> > *'Kematian
> > 5'*. dari kelima puisi tentang kematian tersebut. Puisi yang membuat saya
> > terdiam cukup lama dalam perenungan yaitu setelah membaca *'Kematian 4'*.
> >
> >
> >
> > *Kematian 4*
> >
> > * *
> >
> > *berdiri di antara 3 jembatan*
> >
> > *sepotong kain tanpa kancing*
> >
> > *sebuah buku diari*
> >
> > *sesobek alamat*
> >
> > * dan petunjuk jalan*
> >
> >
> >
> > Ruang Lengang ini terdiri dari 45 puisi yang menyajikan sensasi
> perenungan
> > dari 'ruang' yang berbeda. Beberapa puisi kesendirian yang disajikan
> secara
> > berbeda sangat terasa. Seperti dalam *'Di Ruangan Itu', 'Ruang Kosong'*
> dan
> > *'Pergi'*, seakan mengajak pembaca melihat lebih dalam apa yang ada di
> balik
> > jiwa.
> >
> >
> >
> > Pada puisi *'Jama'ah'*, yang pernah di-musikalisasi-kan oleh Kapak
> Ibrahim,
> > kelompok musisi dari Bandung, menggambarkan tentang makna penghambaan
> juga
> > ketulusan dan pengabdian.
> >
> >
> >
> > *Jama'ah*
> >
> > * *
> >
> > *sungguh*
> >
> > *aku rela*
> >
> > *meski hanya*
> >
> > *jadi sebutir pasir*
> >
> > * *
> >
> > *yang melengkapi pantai biru perawan*
> >
> > *di langit cerah dengan nyiur melambai*
> >
> > *dan deburan merdu laut, dalam sebuah potret*
> >
> > * *
> >
> > *aku rela*
> >
> > *meski hanya jadi sebutir pasir*
> >
> > *di pemandangan indah itu*
> >
> > * *
> >
> > *:sungguh*
> >
> >
> >
> > Dalam buku ini ada beberapa puisi yang dapat dikategorikan ke dalam puisi
> > tipografis. Namun bukan hanya sekedar bentuk, puisi tipografis seperti
> dalam
> > puisi *'KAU'* jika melihatnya dengan lebih dalam, maka maksud dari bentuk
> > 'tak biasa' itu semakin menggambarkan dan menguatkan isi puisi.
> >
> >
> >
> > Tata letak yang masih terasa kurang pas terlihat pada puisi *'Penyair
> Padi'*.
> > Namun makna isi dalam puisi itu masih manis untuk dinikmati.
> >
> >
> >
> > Dan hidup tidak pernah juga melupakan cinta dan kasih sayang. Beberapa
> puisi
> > untuk anak, orang-orang terdekat dan pasangan hidup menghiasi buku
> kumpulan
> > puisi ini. kutipan puisi yang terasa manis dan sayang untuk dilewatkan
> salah
> > satunya terdapat dalam *'Tentang Kita [2]'.*
> >
> >
> >
> > *...*
> >
> > *Badai di lautan itu kencang sekali ya?*
> >
> > *dan perahu kita begitu sederhana sayang*
> >
> > *terbuat dari tangan kecilku dan senyum kamu*
> >
> > *...*
> >
> >
> >
> >
> >
> > Tidak hanya puisi-puisi yang lembut dan bermakna dalam, pada buku
> kumpulan
> > puisi ini juga terdapat beberapa foto dari beberapa fotografer dengan
> lokasi
> > di dalam negeri atau di luar negeri seperti Spanyol. Foto yang ada pada
> > cover depan dan belakang, juga beberapa foto di dalamnya seolah bercerita
> > banyak tentang makna kehidupan.
> >
> >
> >
> > Maukah sejenak memaknai hidup dalam pojok Ruang Lengang yang ada dalam
> > masing-masing jiwa kita?
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Nb:
> >
> > 1. mas Epri, gurukuh, maapkan sayah baru sempet baca semua dan dibahas
>
> > sekarang, salam buat istri, kangen juga lama tak berjumpa. Makasih buat
> > tanda tangannya hehe..
> > 2. kangen denger musikalisasinya kapak ibrahim, kumaha kabar kang Adew
>
> > dan temans? Rindu Bandung hehe..
> > 3. mohon maaf para pembaca kalau banyak kekurangan, for the 1st time,
>
> > bahas buku puisi orang hehe..
> >
>
>
>
4a.

Re: [cerpen] Berubah untuk Siapa?

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Sat Jan 16, 2010 8:33 am (PST)



Duh, sayang ya. Tragis sekali. Ini cerpen bagus dengan judul yang,
sorry, tidak menarik. Tidak eye-catching. Lebih mirip judul tulisan
opini di Kompas atau paper kuliah:). Akan lebih menarik jika diberi
judul, misalnya, "Diary Hati", "Catatan Hati" atau "Aku dan Dia".
Setidaknya yang lebih "nyerpen" (baca: bersifat cerpen), lebih menarik
atau -- yang minimalis sekali -- mencerminkan isinya.

Anyway, tapi gagasannya keren. Sangat mewakili jiwa perempuan sekali.
Sampai-sampai saya curiga: jangan-jangan ini pengalaman pribadi sang
penulis?hihi...

Dua jempol buat Nopi. Tapi saya masih ada pertanyaan mengganjal: kopi
carebian nut itu kayak apa ya?:D

Tabik,

Nursalam AR

On 1/14/10, novi khansa' <novi_ningsih@yahoo.com> wrote:
>
> Aku tatap jam di atas meja, pukul tujuh malam
> dan aku masih di sini bersama tumpukan naskah dan segelas kopi carebian nut.
>
> Hujan
> deras masih mengguyur Jakarta, tak memungkinkan aku untuk pulang dan
> aku memang tak ingin pulang. Aku ingin tetap di sini.
>
> Sebuah
> email baru saja aku terima. Tidak mengejutkan memang, tapi cukup
> menyadarkanku kalau aku lagi-lagi harus menepis harapan papa dan mama.
>
> Lagi-lagi,
> aku gagal untuk merenda hari esok. Dia yang aku pikir bisa menerima aku
> apa adanya mengajukan syarat yang tak bisa aku lakukan. Putus. Putus
> lagi untuk ke sekian kalinya ikatan yang nyaris kami resmikan itu.
>
> Hmm,
> apa sedemikian susahnya menjalin hubungan ikatan pernikahan? Apakah
> karena makin matang usiaku atau memang aku yang seperti batu, tidak mau
> mengubah pola pikirku.
>
> Saat ini, karirku sedang menanjak.
> Aktivitasku di luaran juga tak kalah banyak, tapi aku mampu memanajemen
> ini semua. Kenapa dia harus mengajukan syarat, aku tidak boleh bekerja
> sama sekali. Kami terbilang cocok, aku mengagumi sepak terjangnya,
> tetapi kenapa dia harus sepicik itu menilai sebuah pernikahan.
>
> Bukankah
> ada kompromi. Aku pikir dia mengerti dengan apa yang dia jalani selama
> ini. Bukankah aku juga akan menyadari kodratku sebagai istri dan ibu,
> tapi tidak dengan melarang semua itu.
>
> Kubaca ulang email dari dianya:
>
> Kalau
> memang, kamu mempertahankan diri untuk bekerja di agen naskah dengan
> jam kerja yang tak menentu. Kalau memang kamu akan selalu disibukkan
> dengan aktivitas sosial yang sedemikian banyak.... aku memilih mundur.
> Sekarang daripada aku menyesal.
>
> Picik
> mungkin bagi kamu, ketika aku mengharap seorang istri yang selalu ada
> ketika aku sampai di rumah. Menyambutku dan menyiapkaan semua
> keperluanku, bukan pergi kerja bareng dan saling sibuk memegang ponsel
> masing-masing.
>
> Tidak
> ada sesuatu yang kurang darimu, tapi itu impianku. Aku pikir, kamu mau
> seperti yang aku inginkan. Aku pikir, hal ini bisa dikompromikan. Tapi,
> sudahlah... aku yang salah mengharapkan kamu berubah sesuai
> keinginanku. Tapi, justru saat ini aku utarakan daripada nanti aku tak
> bisa menjalaninya...
>
> Maafkan aku
>
>
>
> Aku
> terdiam sesaaat. Terlampau jauh proses yang aku jalani dengannya, tanpa
> diduga harus tersandung pada satu hal yang tak pernah aku pikirkan
> sebelumnya. Berbulan-bulan kami komunikasi setelah perkenalan aku
> dengannya lewat seorang teman, ternyata harus memiliki akhir seperti
> ini.
>
> Aku bukannya tak mengerti tugas perempuan, tapi
> jelas-jelas aku takkan bisa berlaku persis seperti apa yang dia
> inginkan. Pantas saja, dia berkali-kali menyanjung ibunya. Wanita
> impiannya seperti ibunya. Berada di rumah. Yah berada di rumah.
>
> Aku mengerti, mama walau mengajar, tapi masih bisa tetap mengurus rumah dan
> pernikahan mereka langgeng hingga kini.
>
> Aku
> juga ingin menghabiskan waktu lebih banyak di rumah.. makanya aku ambil
> kuliah S2, biar kelak aku jadi dosen dan waktu luangku lebih banyak,
> tapi itu nanti... Ini semua berproses... tak bisakah dia menunggu dan
> bersabar akan proses itu?
>
> "Maafkan aku, pernikahan ideal di mataku masih seperti itu...
> Aku akan bekerja keras untuk anak dan istriku," ujarnya sore itu
>
> "Tapi, kamu hanya perlu menunggu sebentar saja. Aku tak mungkin melepas
> semua amanah-amanah ini,"
>
> "Entahlah..."
> Kini, kamu memandang jendela kedai menerawang.
>
>
> Berhari-hari,
> aku mencoba mengelola perasaanku atas email dan pembicaraan panjang
> dengannya. Berusaha memungkinkan aku bisa seperti apa yang dia
> inginkan. Aku merasa sudah terlanjur menikmati kebersamaan dengannya.
> Mungkin aku juga sudah terlalu mencintainya.
>
> Entahlah, aku
> merasa ini bukan diriku. Aku cukup tahu diri sebagai wanita, tapi
> dengan mengekangku sedemikian rupa, aku tak bisa... tapi...
>
> sepertinya memang keputusanku benar...
> aku tak perlu berubah untuk siapapun
> aku harusnya berubah untuk diriku sendiri...
>
> karena...
> akhirnya aku menemukan jawaban dari profil dirinya yang kini tak sendiri
> Foto dalam sebuah situs internet dengan caption: Aku dan Istriku :)
>
>
> =======
>
>
>
>
>
>
>
>
> ***
>
> "Anda adalah cermin dari pikiran-pikiran Anda Sendiri"
> (Syekh Muhammad Al Ghazali)
>
> ***
>
>
>
> novi_khansa'kreatif
> ~Graphic Design 4 Publishing~
> YM : novi_ningsih
> http://akunovi.multiply.com
> http://novikhansa.wordpress.com/
>
>
>
>
>

--
"There is no life without risks"
Nursalam AR
Translator - Writer - Trainer
0813-10040723
021-92727391
Facebook: www.facebook.com/nursalam.ar
Blog: www.nursalam.multiply.com

4b.

Re: [cerpen] Berubah untuk Siapa?

Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Sun Jan 17, 2010 12:00 am (PST)



hehehe
judunya nggak keren, ya? :D
Tapi kalau diberi judul sesuai saran mas nursalam, bisa2 itu dikira kisah nyata aku lagi :P

Aku sebenarnya menghindari pakai kata ganti orang pertama, khawatir disangka pengalaman pribadi, padahal cuma fiksi :D

Akan tetapi, cerpen ini benar-benar ditulis dengan spontan di sela-sela menginput koreksian naskah, dll... hehe.. Kayaknya cuma berapa jam dan selesai, hehe... BElum dipoles sama sekali.

Carrebian nut = kopin instan seri good day ^^

Makasi sudah membaca dan mengapresiasi ^^
tunggu cerpen saya yang lain tentang 'perempuan' dan kehidupannya ^^

hehe

salam

Novi

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Nursalam AR <nursalam.ar@...> wrote:
>
> Duh, sayang ya. Tragis sekali. Ini cerpen bagus dengan judul yang,
> sorry, tidak menarik. Tidak eye-catching. Lebih mirip judul tulisan
> opini di Kompas atau paper kuliah:). Akan lebih menarik jika diberi
> judul, misalnya, "Diary Hati", "Catatan Hati" atau "Aku dan Dia".
> Setidaknya yang lebih "nyerpen" (baca: bersifat cerpen), lebih menarik
> atau -- yang minimalis sekali -- mencerminkan isinya.
>
> Anyway, tapi gagasannya keren. Sangat mewakili jiwa perempuan sekali.
> Sampai-sampai saya curiga: jangan-jangan ini pengalaman pribadi sang
> penulis?hihi...
>
> Dua jempol buat Nopi. Tapi saya masih ada pertanyaan mengganjal: kopi
> carebian nut itu kayak apa ya?:D
>
> Tabik,
>
> Nursalam AR
>
> On 1/14/10, novi khansa' <novi_ningsih@...> wrote:
> >
> > Aku tatap jam di atas meja, pukul tujuh malam
> > dan aku masih di sini bersama tumpukan naskah dan segelas kopi carebian nut.
> >
> > Hujan
> > deras masih mengguyur Jakarta, tak memungkinkan aku untuk pulang dan
> > aku memang tak ingin pulang. Aku ingin tetap di sini.
> >
> > Sebuah
> > email baru saja aku terima. Tidak mengejutkan memang, tapi cukup
> > menyadarkanku kalau aku lagi-lagi harus menepis harapan papa dan mama.
> >
> > Lagi-lagi,
> > aku gagal untuk merenda hari esok. Dia yang aku pikir bisa menerima aku
> > apa adanya mengajukan syarat yang tak bisa aku lakukan. Putus. Putus
> > lagi untuk ke sekian kalinya ikatan yang nyaris kami resmikan itu.
> >
> > Hmm,
> > apa sedemikian susahnya menjalin hubungan ikatan pernikahan? Apakah
> > karena makin matang usiaku atau memang aku yang seperti batu, tidak mau
> > mengubah pola pikirku.
> >
> > Saat ini, karirku sedang menanjak.
> > Aktivitasku di luaran juga tak kalah banyak, tapi aku mampu memanajemen
> > ini semua. Kenapa dia harus mengajukan syarat, aku tidak boleh bekerja
> > sama sekali. Kami terbilang cocok, aku mengagumi sepak terjangnya,
> > tetapi kenapa dia harus sepicik itu menilai sebuah pernikahan.
> >
> > Bukankah
> > ada kompromi. Aku pikir dia mengerti dengan apa yang dia jalani selama
> > ini. Bukankah aku juga akan menyadari kodratku sebagai istri dan ibu,
> > tapi tidak dengan melarang semua itu.
> >
> > Kubaca ulang email dari dianya:
> >
> > Kalau
> > memang, kamu mempertahankan diri untuk bekerja di agen naskah dengan
> > jam kerja yang tak menentu. Kalau memang kamu akan selalu disibukkan
> > dengan aktivitas sosial yang sedemikian banyak.... aku memilih mundur.
> > Sekarang daripada aku menyesal.
> >
> > Picik
> > mungkin bagi kamu, ketika aku mengharap seorang istri yang selalu ada
> > ketika aku sampai di rumah. Menyambutku dan menyiapkaan semua
> > keperluanku, bukan pergi kerja bareng dan saling sibuk memegang ponsel
> > masing-masing.
> >
> > Tidak
> > ada sesuatu yang kurang darimu, tapi itu impianku. Aku pikir, kamu mau
> > seperti yang aku inginkan. Aku pikir, hal ini bisa dikompromikan. Tapi,
> > sudahlah... aku yang salah mengharapkan kamu berubah sesuai
> > keinginanku. Tapi, justru saat ini aku utarakan daripada nanti aku tak
> > bisa menjalaninya...
> >
> > Maafkan aku
> >
> >
> >
> > Aku
> > terdiam sesaaat. Terlampau jauh proses yang aku jalani dengannya, tanpa
> > diduga harus tersandung pada satu hal yang tak pernah aku pikirkan
> > sebelumnya. Berbulan-bulan kami komunikasi setelah perkenalan aku
> > dengannya lewat seorang teman, ternyata harus memiliki akhir seperti
> > ini.
> >
> > Aku bukannya tak mengerti tugas perempuan, tapi
> > jelas-jelas aku takkan bisa berlaku persis seperti apa yang dia
> > inginkan. Pantas saja, dia berkali-kali menyanjung ibunya. Wanita
> > impiannya seperti ibunya. Berada di rumah. Yah berada di rumah.
> >
> > Aku mengerti, mama walau mengajar, tapi masih bisa tetap mengurus rumah dan
> > pernikahan mereka langgeng hingga kini.
> >
> > Aku
> > juga ingin menghabiskan waktu lebih banyak di rumah.. makanya aku ambil
> > kuliah S2, biar kelak aku jadi dosen dan waktu luangku lebih banyak,
> > tapi itu nanti... Ini semua berproses... tak bisakah dia menunggu dan
> > bersabar akan proses itu?
> >
> > "Maafkan aku, pernikahan ideal di mataku masih seperti itu...
> > Aku akan bekerja keras untuk anak dan istriku," ujarnya sore itu
> >
> > "Tapi, kamu hanya perlu menunggu sebentar saja. Aku tak mungkin melepas
> > semua amanah-amanah ini,"
> >
> > "Entahlah..."
> > Kini, kamu memandang jendela kedai menerawang.
> >
> >
> > Berhari-hari,
> > aku mencoba mengelola perasaanku atas email dan pembicaraan panjang
> > dengannya. Berusaha memungkinkan aku bisa seperti apa yang dia
> > inginkan. Aku merasa sudah terlanjur menikmati kebersamaan dengannya.
> > Mungkin aku juga sudah terlalu mencintainya.
> >
> > Entahlah, aku
> > merasa ini bukan diriku. Aku cukup tahu diri sebagai wanita, tapi
> > dengan mengekangku sedemikian rupa, aku tak bisa... tapi...
> >
> > sepertinya memang keputusanku benar...
> > aku tak perlu berubah untuk siapapun
> > aku harusnya berubah untuk diriku sendiri...
> >
> > karena...
> > akhirnya aku menemukan jawaban dari profil dirinya yang kini tak sendiri
> > Foto dalam sebuah situs internet dengan caption: Aku dan Istriku :)
> >
> >
> > =======
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > ***
> >
> > "Anda adalah cermin dari pikiran-pikiran Anda Sendiri"
> > (Syekh Muhammad Al Ghazali)
> >
> > ***
> >
> >
> >
> > novi_khansa'kreatif
> > ~Graphic Design 4 Publishing~
> > YM : novi_ningsih
> > http://akunovi.multiply.com
> > http://novikhansa.wordpress.com/
> >
> >
> >
> >
> >
>
>
> --
> "There is no life without risks"
> Nursalam AR
> Translator - Writer - Trainer
> 0813-10040723
> 021-92727391
> Facebook: www.facebook.com/nursalam.ar
> Blog: www.nursalam.multiply.com
>

5a.

alhamdulillah, 6 bukuku sudah terbit lagi.....

Posted by: "ammy ramdhania" ammy_ram@yahoo.co.id   ammy_ram

Sat Jan 16, 2010 2:10 pm (PST)



Assalamu alaikum

Dear Allz,
Alhamdulillah, bukan kebetulan, tapi memang kehendak Allah, dengan doa dan semangat yang tinggi, penerbit OASIS telah menerbitkan 9 buah buku karya saya.
3 buah buku untuk anak usia 4 tahun, 3 buku untuk usia 5 tahun dan 3 buku untuk usia 6 tahun.
semuanya edutivity calistung.
Saya berharap dunia pendidikan anak tercerahkan, dalam pembelajaran calistung khususnya.
Meminimalkan salah kaprah di dunia pendidikan usia dini, sehingga potensi anak bisa digali dengan optimal.

buku ini tidak sama dengan buku lain yang sudah beredar di luar sana.
Coba lihat dan bandingkan.
Insya Allah, saya siap mengupas buku itu, sharing dengan teman-teman yang tengah sibuk berkutat dengan dunia pendidikan si kecil (mini seminar, parenting, atau diskusi santai).

Untuk kontak saya atau pemesanan buku bisa hubungi saya di email ini, atau no HP 088218196190, atau hub INDSCRIPT di 022-5229415

Terima kasih atas doa dan dorongan dari keluarga dan teman-teman semua. (thanks more for My Love : Abi, Azhar, Zahra Zidni, my spirit : Anna Farida, Sinta Nisfuana, Rian dan team Indscript).

Wassalam
AMMY
enjoy at My Mini Labs. : TK CERAH

nb : nantikan beberapa judul buku lagi untuk si kecil, in progress :) mohon doanya....

Apa dia selingkuh? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers. http://id.answers.yahoo.com
5b.

Re: alhamdulillah, 6 bukuku sudah terbit lagi.....

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Sat Jan 16, 2010 8:18 pm (PST)



Wa'alaikum salam wr.wb.

Makin mantap aja nih kepak sayap Bunda Ammy dalam dunia kepenulisan:).
Bikin iri ih,hehe...

Selamat ya, Bunda. Moga buku-bukunya bermanfaat dan best-seller. Amin!

Terima kasih sudah banyak menginspirasi dengan rentetan kabar gembiranya:).

Tabik,

Nursalam AR

On 1/17/10, ammy ramdhania <ammy_ram@yahoo.co.id> wrote:
> Assalamu alaikum
>
> Dear Allz,
> Alhamdulillah, bukan kebetulan, tapi memang kehendak Allah, dengan doa dan
> semangat yang tinggi, penerbit OASIS telah menerbitkan 9 buah buku karya
> saya.
> 3 buah buku untuk anak usia 4 tahun, 3 buku untuk usia 5 tahun dan 3 buku
> untuk usia 6 tahun.
> semuanya edutivity calistung.
> Saya berharap dunia pendidikan anak tercerahkan, dalam pembelajaran
> calistung khususnya.
> Meminimalkan salah kaprah di dunia pendidikan usia dini, sehingga potensi
> anak bisa digali dengan optimal.
>
> buku ini tidak sama dengan buku lain yang sudah beredar di luar sana.
> Coba lihat dan bandingkan.
> Insya Allah, saya siap mengupas buku itu, sharing dengan teman-teman yang
> tengah sibuk berkutat dengan dunia pendidikan si kecil (mini seminar,
> parenting, atau diskusi santai).
>
> Untuk kontak saya atau pemesanan buku bisa hubungi saya di email ini, atau
> no HP 088218196190, atau hub INDSCRIPT di 022-5229415
>
> Terima kasih atas doa dan dorongan dari keluarga dan teman-teman semua.
> (thanks more for My Love : Abi, Azhar, Zahra Zidni, my spirit : Anna Farida,
> Sinta Nisfuana, Rian dan team Indscript).
>
> Wassalam
> AMMY
> enjoy at My Mini Labs. : TK CERAH
>
>
> nb : nantikan beberapa judul buku lagi untuk si kecil, in progress :) mohon
> doanya....
>
>
> Apa dia selingkuh? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers.
> http://id.answers.yahoo.com

--
"There is no life without risks"
Nursalam AR
Translator - Writer - Trainer
0813-10040723
021-92727391
Facebook: www.facebook.com/nursalam.ar
Blog: www.nursalam.multiply.com

6a.

Re: [catcil] Hati yang Terkoyak

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Sat Jan 16, 2010 11:40 pm (PST)



Konon, orang bilang, hati lelaki itu punya banyak ruang di dalamnya.
Berbeda dengan perempuan yang hanya punya satu ruang di hatinya. Jadi
persoalan apakah sang lelaki mau mengisi semua ruang tersebut atau
tidak sangat bergantung pada sikon (baca: tradisi, aturan atau norma),
keteguhan sikap dan kemauan diri. Setidaknya itu argumen yang pernah
saya dengar dalam sebuah pengajian majelis taklim ketika ada
pertanyaan menyoal alasan poligami. Wallahu a'lam bisshawwab.

Sayangnya, untuk soal poligami yang merupakan pintu darurat, banyak
yang "memanfaatkan" aturan agama tersebut atas nama nafsu dan
kepentingan sesaat. Celakanya, dengan bangga, itu diklaim sebagai
privilege (hak istimewa) yang dibangga-banggakan. Barangkali itu yang
melatarbelakangi kawan Indonesia Mbak Fey seakan "bangga" menceritakan
kepada sang mahasiswa Cina tersebut. Ini dengan asumsi kawan Indonesia
Mbak Fey juga beragama sama dengan mayoritas penduduk Indonesia.

Dalam hal ini, pendapat saya pribadi sama seperti pendapat Ustadz
Ihsan Tanjung -- salah satu guru saya -- yang menganjurkan agar kita
lebih fokus mendorong para lajang untuk segera menikah -- atau
membantu persiapan mereka -- ketimbang mendorong gerakan berpoligami
(ta'addud). Jawaban beliau tersebut disampaikan dalam sebuah seminar
pada tahun 2000 untuk menanggapi heroiknya seorang peserta seminar
menganjurkan berta'addud sementara, ketika beliau mencecar sang
peserta dengan pertanyaan, ia sendiri masih melajang.

Makasih, Fey, sudah menginspirasi saya membuat tanggapan ini. Mohon
maaf jika ada yang tak berkenan:).

Dua gobang dari saya,

Nursalam AR

On 1/16/10, febty f <inga_fety@yahoo.com> wrote:
> amiin, sint untuk doanya :)
>
> salam,
> fety
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, ukhti hazimah <ukhtihazimah@...>
> wrote:
>>
>> makasih mbak fety, udah berbagi kisahnya...emang jadi PR bersama, apalagi
>> di saat 'kemudahan' itu kerap dijadikan senjata beberapa pihak. Moag
>> istiqomah di negeri seberang ^^salam,:sinta:
>>
>> "Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
>>
>> BloG aKu & buKu
>> http://jendelakumenatapdunia.blogspot.com
>>
>> BloG RaMe-RaMe
>> http://sinthionk.multiply.com
>> http://berceritapadadunia.blogspot.com
>>
>> YM : SINTHIONK
>>
>>
>>
>> --- On Tue, 1/12/10, febty febriani <inga_fety@...> wrote:
>>
>> From: febty febriani <inga_fety@...>
>> Subject: [sekolah-kehidupan] [catcil] Hati yang Terkoyak
>> To: "milis" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
>> Date: Tuesday, January 12, 2010, 1:25 PM
>>
>>
>> Pengen menuliskan sesuatu yang mengganjal hati beberapa hari terakhir
>> ini.
>>
>>
>>
>>
>> *****
>>
>>
>>
>> Di dalam kereta menuju ke arah kampus kami, bersama sebagian teman-teman
>> lab,
>>
>
>
>

--
"There is no life without risks"
Nursalam AR
Translator - Writer - Trainer
0813-10040723
021-92727391
Facebook: www.facebook.com/nursalam.ar
Blog: www.nursalam.multiply.com

6b.

Re: [catcil] Hati yang Terkoyak -- Mas Nur

Posted by: "febty f" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Sun Jan 17, 2010 12:07 am (PST)



Mungkin analisa mas nur benar. Seseorang di blog fety berkomentar, mungkin teman fety itu hanya bercanda saat mengemukakan hal itu, dan teman China fety menganggapnya serius. wallahu'alam.

Yang jelas hanya ingin menuliskan dan mengajak semua, siapapun yang mengangkat tema ini sebagai bahasan, hendaknya menjelaskan duduk persoalannya dengan gamblang.

makasih juga sudah membaca. titip salam untuk si dedek :)

salam,
fety

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Nursalam AR <nursalam.ar@...> wrote:
>
> Konon, orang bilang, hati lelaki itu punya banyak ruang di dalamnya.
> Berbeda dengan perempuan yang hanya punya satu ruang di hatinya. Jadi
> persoalan apakah sang lelaki mau mengisi semua ruang tersebut atau
> tidak sangat bergantung pada sikon (baca: tradisi, aturan atau norma),
> keteguhan sikap dan kemauan diri. Setidaknya itu argumen yang pernah
> saya dengar dalam sebuah pengajian majelis taklim ketika ada
> pertanyaan menyoal alasan poligami. Wallahu a'lam bisshawwab.
>
> Sayangnya, untuk soal poligami yang merupakan pintu darurat, banyak
> yang "memanfaatkan" aturan agama tersebut atas nama nafsu dan
> kepentingan sesaat. Celakanya, dengan bangga, itu diklaim sebagai
> privilege (hak istimewa) yang dibangga-banggakan. Barangkali itu yang
> melatarbelakangi kawan Indonesia Mbak Fey seakan "bangga" menceritakan
> kepada sang mahasiswa Cina tersebut. Ini dengan asumsi kawan Indonesia
> Mbak Fey juga beragama sama dengan mayoritas penduduk Indonesia.
>
> Dalam hal ini, pendapat saya pribadi sama seperti pendapat Ustadz
> Ihsan Tanjung -- salah satu guru saya -- yang menganjurkan agar kita
> lebih fokus mendorong para lajang untuk segera menikah -- atau
> membantu persiapan mereka -- ketimbang mendorong gerakan berpoligami
> (ta'addud). Jawaban beliau tersebut disampaikan dalam sebuah seminar
> pada tahun 2000 untuk menanggapi heroiknya seorang peserta seminar
> menganjurkan berta'addud sementara, ketika beliau mencecar sang
> peserta dengan pertanyaan, ia sendiri masih melajang.
>
> Makasih, Fey, sudah menginspirasi saya membuat tanggapan ini. Mohon
> maaf jika ada yang tak berkenan:).
>
> Dua gobang dari saya,
>
> Nursalam AR
>
> On 1/16/10, febty f <inga_fety@...> wrote:
> > amiin, sint untuk doanya :)
> >
> > salam,
> > fety
> >
> > --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, ukhti hazimah <ukhtihazimah@>
> > wrote:
> >>
> >> makasih mbak fety, udah berbagi kisahnya...emang jadi PR bersama, apalagi
> >> di saat 'kemudahan' itu kerap dijadikan senjata beberapa pihak. Moag
> >> istiqomah di negeri seberang ^^salam,:sinta:
> >>
> >> "Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
> >>
> >> BloG aKu & buKu
> >> http://jendelakumenatapdunia.blogspot.com
> >>
> >> BloG RaMe-RaMe
> >> http://sinthionk.multiply.com
> >> http://berceritapadadunia.blogspot.com
> >>
> >> YM : SINTHIONK
> >>
> >>
> >>
> >> --- On Tue, 1/12/10, febty febriani <inga_fety@> wrote:
> >>
> >> From: febty febriani <inga_fety@>
> >> Subject: [sekolah-kehidupan] [catcil] Hati yang Terkoyak
> >> To: "milis" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
> >> Date: Tuesday, January 12, 2010, 1:25 PM
> >>
> >>
> >> Pengen menuliskan sesuatu yang mengganjal hati beberapa hari terakhir
> >> ini.
> >>
> >>
> >>
> >>
> >> *****
> >>
> >>
> >>
> >> Di dalam kereta menuju ke arah kampus kami, bersama sebagian teman-teman
> >> lab,
> >>
> >
> >
> >
>
>
> --
> "There is no life without risks"
> Nursalam AR
> Translator - Writer - Trainer
> 0813-10040723
> 021-92727391
> Facebook: www.facebook.com/nursalam.ar
> Blog: www.nursalam.multiply.com
>

Recent Activity
Visit Your Group
Biz Resources

Y! Small Business

Articles, tools,

forms, and more.

Group Charity

GiveWell.net

Identifying the

best non-profits

Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: