Kamis, 28 Januari 2010

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2958

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (8 Messages)

Messages

1a.

Re: [Kelana] Boscha: And The Life Goes On - (Januari 2010)

Posted by: "agus_salims" agus_salims@yahoo.com   agus_salims

Wed Jan 27, 2010 9:00 am (PST)




menderu ombakmu menabuh pantai
kala tatap matamu sapa jiwaku
membiru lautmu memeluk pasir
kala harum nafasmu sebut namaku

dua biduk t'lah berlabuh
di satu dermaga cinta

januari di kota dili
kian hangat dalam ingatan
nantikanlah aku kembali
tuk menjemput cintamu

menguning bulanmu mengetuk malam
dan mesra jemarimu belai sukmaku
membias bintangmu menghias nyiur
dan hangatnya bibirmu kecup kalbuku

dua langit t'lah membaur
di suatu cakrawala
dua biduk t'lah berlabuh
di satu dermaga cinta

januari di kota dili
tak terkira cinta bersemi
januari lekas berganti
dan terhempas cintaku

januari di kota dili
kian hangat dalam ingatan
nantikanlah aku kembali
tuk menjemput cintamu

biarlah layar terkembang
ku ingin menyeberang
melintas pulau dan lautan
menjemput cintaku
belahan jiwa yang tertinggal
di timor loro sae

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Lia Octavia <liaoctavia@...>
wrote:
>
> wah aku baru liat email ini, mbak retno...
> makasih banyak ya udah membacanya.. *^^*
>
> salam
> lia
>
> 2010/1/8 punya_retno punya_retno@...
>
> >
> >
> > subhanallah, mbak lia,
> > seakan2 aku sedang berada di sana..
> > alhamdulillah, makasih ya utk tulisannya yg detil, deskriptif dan
berjiwa..
> >
> > "Dan sebelum lebih jauh melangkah, saya sudah jatuh cinta pada
tempat itu.
> > Langkah kaki saya yang takkan pernah sama lagi." :)
> >
> > salam,
> >
> > -retno-
> >
> >
> > --- In
sekolah-kehidupan@yahoogroups.com<sekolah-kehidupan%40yahoogroups.com>,
> > Lia Octavia liaoctavia@ wrote:
> > >
> > > Boscha: And The Life Goes On
> > >
> > > Oleh Lia Octavia
> > >
> > >
> > >
> > > Mungkin apa yang dirasakan Boscha lebih dari seratus tahun yang
> > > lalu kurang lebih sama dengan perasaan saya saat memandang
hamparan hijau
> > > pegunungan dengan embun menetesi setiap helai daun yang
bunga-bunganya
> > > tersenyum pada matahari dan puncak gunung berselimut kabut yang
merangkul
> > > awan-awan putih yang kadangkala mengarak hujan. Menyemai setiap
> > benih-benih
> > > kehidupan di lereng perkebunan Malabar yang terletak di
Pangalengan,
> > sebuah
> > > daerah yang terletak sekitar 45 kilometer selatan Bandung. Di atas
> > > ketinggian 1550 meter di atas permukaan laut itulah saya jatuh
cinta pada
> > > alamnya, dimana lebih dari 120 tahun yang lalu Boscha membangun
> > > mimpi-mimpinya lalu mewujudkannya sebagai warisan kehidupan untuk
> > generasi
> > > setelahnya. Warisan yang kini sedang saya nikmati bersama kedua
sahabat
> > > saya, Mbak Wiwiek dan Mbak Fisra, dalam sebuah perjalanan
petualangan
> > awal
> > > tahun yang tidak terlupakan di Pangalengan, Bandung Selatan.
> > >
> > >
> > >
> > > Tentang KAR Boscha
> > >
> > > Terlahir dengan nama lengkap Karel Albert Rudolf Boscha di
> > > S'Gravenhage, Belanda pada tahun 1865, seorang insinyur yang
kemudian
> > datang
> > > ke Indonesia; Medan, Borneo, Sukabumi, dan kemudian Pangalengan
pada
> > tahun
> > > 1887. Di Pangalengan inilah Boscha membuka perkebunan teh yang
dinamakan
> > > perkebunan teh Malabar pada tahun 1890 dimana Boscha kemudian
menetap,
> > pada
> > > sebuah rumah bercerobong asap yang terletak di antara hamparan
pohon dan
> > > perkebunan teh, membelah udara dingin yang bersuhu rata-rata 16
derajat
> > > Celsius tersebut. Ia mempekerjakan penduduk pribumi sebagai
pemetik teh
> > di
> > > perkebunannya, juga membuat sistem irigasi hingga pabrik
pengolahan teh
> > yang
> > > masih beroperasi hingga sekarang. Boscha mempelajari teh di
Sukabumi
> > hingga
> > > kemudian menjabat sebagai manajer perkebunan teh Malabar hingga ia
wafat
> > > pada tahun 1928. Ia juga membangun sekolah pada tahun 1913 di
tengah
> > > perkebunan teh sebagai sarana pendidikan bagi putra putri karyawan
> > > perkebunan.
> > >
> > > Boscha tidak hanya dikenal di dunia budidaya teh. Ia banyak
> > > menyumbangkan tenaga, pikiran, dan dana bagi kepentingan sosial
dan
> > > pembangunan kota Bandung, seperti Observatorium Bintang Boscha di
> > Lembang,
> > > Bala Keselamatan di Jl. Jawa, sekolah bagi penyandang tuna rungu
dan tuna
> > > wicara, Telefoon Maatschappij voor Bandung en Preanger di Jl.
Tegallega
> > > (kini PT INTI), kompleks Nederlands-Indische Jaarbeurs (Pekan
Raya) yang
> > > kini menjadi kantor Kologdam, dan sebagai anggota dewan penyantun
untuk
> > > Tehnische Hogerschool (kini ITB). Ia juga mendirikan institut
kanker dan
> > > yang pertama memperkenalkan satuan hektar dan kilometer untuk
> > menggantikan
> > > satuan tradisional pal dan bahu. Ia juga mendirikan pembangkit
tenaga
> > > listrik di air terjun Cilaki yang hingga kini menjadi penyedia
tenaga
> > > listrik bagi pabrik teh dan perumahan karyawan.
> > >
> > >
> > >
> > > Cinta pada hutan kecil itu
> > >
> > > Pagi itu, saya bersama Mbak Wiwiek dan Mbak Fisra langsung
> > > menuju perkebunan teh Malabar yang terletak kurang lebih lima
belas menit
> > > perjalanan dengan mobil dari tempat penginapan kami di
Pangalengan. Sisa
> > > hujan semalam masih menggenang di setiap lekuk jalan dan embun
masih
> > > menetesi ujung sepatu converse biru saya. Pagi yang dingin,
berkabut, dan
> > > menenangkan. Tidak ada yang mengalahkan kenyamanan menjejakkan
kaki di
> > tanah
> > > yang basah diiringi hembusan angin dan riuh pohon-pohon berderak
di
> > > sepanjang jalan. Teh hangat dan nasi goreng yang baru saja saya
nikmati
> > di
> > > penginapan turut menghangatkan tubuh saya yang berselimut jaket
dan
> > berbalut
> > > pakaian serba biru; kaus katun biru tua dirangkap dengan kaus
jumper biru
> > > muda dan jeans biru tua serta kerudung biru muda yang menutup
kepala
> > > saya. Pagi
> > > yang membuat saya bernyanyi.
> > >
> > > Kemudian kami tiba di sebuah tempat dengan papan besar
> > > bertuliskan "Perkebunan Teh Malabar" di pintu gerbangnya. Begitu
kami
> > > memasuki pintu gerbang itu, saya langsung melihat hamparan pohon
teh
> > sejauh
> > > mata memandang. Hijau. Rindang. Berumpun-rumpun. Tak
henti-hentinya saya
> > > mengisi paru-paru saya dengan udara segar yang menyehatkan dan
> > menyegarkan.
> > > Pohon-pohon besar dan tinggi berdiri menjulang melingkupi jalanan
kecil
> > > beraspal menuju ke tengah perkebunan tersebut. Bunga-bunga
beraneka warna
> > > terangguk-angguk tertiup angin pagi. Dengan berlari-lari riang,
kami
> > bertiga
> > > menikmati pemandangan indah itu sambil berfoto-foto. Dan sebelum
lebih
> > jauh
> > > melangkah, saya sudah jatuh cinta pada tempat itu. Langkah kaki
saya yang
> > > takkan pernah sama lagi.
> > >
> > > Lalu kami tiba di sebuah hutan kecil yang rimbun oleh
> > > pohon-pohon teh dan pohon-pohon besar yang rindang. Di sana, di
hutan
> > kecil
> > > itu ada sebuah makam yang terawat dengan baik. Di makam itulah
tempat
> > > peristirahatan terakhir Boscha yang dilengkapi dengan pagar dan
> > pilar-pilar
> > > bergaya Eropa bercat putih yang dibangun di atas marmer putih
dengan batu
> > > nisan di tengah-tengahnya. Tempat yang dulu sering digunakan
Boscha untuk
> > > beristirahat setelah selesai bekerja dan berkeliling perkebunan
dengan
> > kuda.
> > > Tanah yang subur, hamparan pemandangan yang menghijau disertai
dengan
> > udara
> > > sejuk, di sinilah Boscha menanamkan cinta pada perkebunan dan
hutan kecil
> > > tersebut. Cinta yang disiraminya dengan keteguhan dan kegigihan
serta
> > > disiplin yang kemudian tumbuh, bertunas, dan berkembang. Cinta
yang
> > > menjalar pada orang-orang di sekitarnya, hingga saya masih bisa
merasakan
> > > cinta itu pada tutur kata penjaga makam yang pensiunan pegawai
perkebunan
> > > dan tatapan hangat pembersih makam yang sudah tinggal beberapa
generasi
> > di
> > > tempat itu. Cinta pada hutan kecil itulah yang saya rasakan dan
membuat
> > saya
> > > memandang hormat serta kagum pada foto Boscha di atas nisan
tersebut.
> > > Seorang yang membawa begitu banyak perubahan dan manfaat semasa
hidupnya.
> > >
> > >
> > >
> > > And The Life Goes On
> > >
> > > Kurang satu kilometer dari makam itu, berdirilah kediaman Boscha
> > > yang dibangun di tengah hutan berpagar pohon-pohon besar dan
diselimuti
> > > berbagai tumbuhan dan bunga-bunga yang terangguk-angguk ditiup
angin
> > pagi.
> > > Hingga kemudian awal tahun 2010 ini membekukan segala waktu dan
seketika
> > > saya tiba-tiba berada pada seratus tahun yang lampau saat melihat
rumah
> > > tersebut. Saya seakan bisa melihat Boscha menunggang kuda memasuki
> > gerbang
> > > kediamannya, melintasi jalanan kecil menuju beranda. Saya bisa
melihat ia
> > > turun dari kudanya sambil menggenggam tongkat hari Sabtunya
(Boscha
> > memiliki
> > > delapan buah tongkat yang dipakainya setiap hari sedangkan satu
tongkat
> > > untuk cadangan) kemudian masuk ke dalam ruang tamu yang luas
dengan piano
> > di
> > > sudutnya. Perapian yang terbuat dari batu bata merah menghangatkan
> > ruangan
> > > sementara dari arah belakang, harum masakan merebak di bagian
dapur.
> > Kemudian
> > > pada pukul setengah sebelas siang ia membunyikan sejenis kentongan
dari
> > besi
> > > dari lereng sebelah barat sebagai tanda istirahat bagi para
pemetik teh
> > dan
> > > kembali pulang menjelang senja.
> > >
> > > Di rumah inilah Boscha melihat segalanya. Beratus tahun ke
> > > depan, ia melihat sebuah perkebunan teh yang menghijau di lereng
Gunung
> > Nini
> > > yang memberi makan banyak orang dan memakmurkan pemerintah daerah.
Teh
> > > berkualitas tinggi yang kemudian diekspor ke Eropa dan berbagai
negara,
> > > beserta penginapan untuk para penjelajah yang lahir beratus tahun
> > kemudian
> > > seperti saya dan ketiga sahabat saya. Sehingga apapun yang ia
kerjakan
> > saat
> > > itu, ia meletakkan landasan bagi mimpi-mimpi yang dilihatnya.
> > >
> > > "Boscha adalah seorang visioner," begitu kata Mbak Wiwiek.
> > > Betapa kerja kerasnya dulu kini telah berbuah manis. Saya yakin,
ia pasti
> > > akan tersenyum lebar saat ia melihat Malabar di tahun 2010 ini.
Bahwa apa
> > > yang dilihatnya dulu kini menjelma nyata dan Boscha telah
memberikan
> > warisan
> > > itu bagi kehidupan-kehidupan kemudian yang bergulir di atas bumi
> > > Parahyangan. Warisan yang harus kita pelihara dan jaga bersama,
mungkin
> > > untuk seratus tahun ke depan, saat anak cucu saya beserta anak
cucu
> > > sahabat-sahabat saya datang kembali mengunjungi Malabar dan
kemudian
> > jatuh
> > > cinta pada tempat itu, sama halnya dengan apa yang terjadi pada
Boscha
> > dan
> > > saya, di waktu yang berbeda.
> > >
> > >
> > >
> > > Pangalengan – Malabar, Bandung Selatan, Jan 1-2, 2010
> > >
> > > Special thanks for Mbak Wiwiek & Mbak Fisra for such a great
travelling &
> > > adventure….
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > ******
> > >
> > >
> > >
> > > http://liaoctavia.blogspot.com (untuk travelling & catatan
perjalanan)
> > >
> > > http://mutiaracinta.multiply.com
> > >
> >
> >
> >
>

2.

[info] Beasiswa Sampoerna School of Education

Posted by: "Sfti Sfti" sfti@ymail.com   sfti@ymail.com

Wed Jan 27, 2010 9:00 am (PST)





3.

C A R I   JODOH  - (garasi)

Posted by: "yudhi mulianto" yudhi_sipdeh@yahoo.com   yudhi_sipdeh

Wed Jan 27, 2010 9:03 am (PST)




CARI JODOH

Teruntuk para Joblois, para Orang tua, Saudara-saudara, teman-teman, bro and sis, ikhwan dan akhwat semua.

Belum lama sempat ngetop lagu yang dinyanyikan BAND WALI - "CARI JODOH" diputar di banyak stasiun TV, radio sampai-sampai para pedagang keliling dan mas yang narik odong-odong :-)  (yang belum tahu odong-odong mungkin bisa tanya sama anak2 kecil yang suka naik odong-odong atau si mas-mas penarik dong-odong.... :-)

Mencari jodoh susah-susah gampang.  banyak orang bilang Jodoh Ada di tangan sang Khalik. Walau  Jodoh sudah jadi suratan tapi kita tidak bisa hanya berdiam diri, kenapa?

Karena kita diberi kesempatan untuk memilih.
Karena Hidup itu sendiri adalah pilihan.  Begitu juga jodoh.

Jodoh terbaik adalah memang Jodoh pilihan :-)
Mencari dan memilih  jodoh  dengan mengikuti norma susila yang baik sehingga dapat  menjaga kehormatan - harkat martabat kita sebagai  mahkluk ciptaan Allah yang mulia.

Bulatkan tekad, luluskan niat, isya Allah kita bertemu jodoh pilihan juga selamat dunia dan akherat.

Bagi para jomblois ayo buruan...ari dan pilih jodoh terbaik :-)

Sekedar referensi, ada buku buku baru buat yang penasan sama jodohnya :-)

Judul Buku : Curahan Hati
" Menikah Tanpa Pacaran?   Oke Banget !!! "

(Berbagi Pengalaman dalam Proses Mendapatkan Pasangan, Menata Interaksi, dan Menyelesaikan Konflik di dalam Rumah tangga)

++ Bahasan Singkat Seputar Proses Taâaruf, Khitbah dan Menikah Secara Islami

PENULIS :
Jumiarti Agus, Rahmiagusra, Dona Maiyerti,
Yudhi Mulianto, Juariah, Rieska,
M. Amin Sulthoni dan Yudith Fabiola

Penyusun Buku: Jumiarti Agus, Ph.D

Setting/Layout: Aku Cinta Indonesia Kita (ACIKITA) Publishing

Desain Sampul: Tomoko Dian

Editor: Jumiarti Agus, Ph.D; Silvia Aslami

Penerbit: Aku Cinta Indonesia Kita Publishing

Cetakan Pertama: Januari, 2010/07/25

Jumlah Halaman: viii + 270 halaman

Kategori Buku: Non Fiksi/Inspirasi, Spritual

==========

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia yang menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenisnya sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang¦ (Ar Rumã(30) : 21).

"Buku ini membuktikan bahwa cinta sejati bukanlah dari pandangan pertama pertemuan. Cinta tumbuh setelah mengenal siapa pasangan kita luar dalamnya."
(Dona Maiyerti, penulis dan ibu rumahtangga, tinggal di Brunei.)

"Buku ini sungguh dahsyat! Mereka berbagi kisah tentang bagaimana menerima pinangan dan meminang karena Allah. Cinta paling halal dan suci. Dua manusia biasa berusaha menggabungkan cintanya agar menjadi cinta yang luar biasa setelah menikah. (Ir.Shahnaz Haq, penyiar radio dan TV, artis, dan ibu rumahtangga)."

"Buku ini adalah suatu wujud rasa tanggungjawab dan peduli kami terhadap ajaranNya. Menuntun Anda menjalani masa taâaruf, memutuskan pilihan, menjalani pernikahan dan riak gelombang rumah tangga untuk ganbatte (berusaha keras) menuju rumah tangga SAMARA. (DR. Jumiarti Agus, M.Si, penulis, peneliti, dan ibu rumahtangga)."

"Buku Menikah Tanpa Pacaran ? Oke Banget ! ini sangat baik dibaca oleh kawula muda. Buku ini sangat aktual memberikan pencerahan bagaimana lezatnya menikah tanpa pacaran. Gaya bahasa juga dikemas dengan tampilan khas ACIKITA agar lebih mendekati dunia riil muda-mudi. Menjadi bacaan wajib bagi adik-adik yang ingin menikah tanpa pacaran. Serius !!!"
(DR. Marsudi Budi Utomo, Lulusan Doktor dari Jepang. Ia pernah tinggal di Jepang selama 16 tahun. Ia menikah tanpa pacaran, dan telah dikaruniai 6 putri dan 1 putra bungsu)

Semoga karya ke-7 dari komunitas ACIKITA ini dapat memberikan pemahaman kepada orang-orang yang menentang berpacaran setelah menikah. Diharapkan menjadi pembela prinsip âberpacaran setelah menikah.â Insya Allah dapat menambah khazanah pemahaman masyarakat pada umumnya, khususnya umat Islam Indonesia. (Susi Rusdi, Development Director / Agency ManagerãAllianz Life)

halaman cover depan

"Buku ini berisi tulisan tentang pengalaman sakral yang telah dilalui oleh para penulisnya. Saya bersyukur kepada Allah atas terbitnya buku ini. Sebuah buku yang pantas dan patut dibaca oleh para remaja Islam sebelum mereka menikah, dalam upaya mempersiapkan Baitii Jannatii, rumah tangga yang sakiinah, mawaddah wa rohmah."
(Dasli Noerdin, dosen Universitas Jenderal Achmad Yani ).

InsyaAllah akan tersedia mulai akhir bulan depan di toko buku di Indonesia. atau bisa dapatkan di ACIKITA Publishing. Kontak acipublishing@yahoo.co.id atau para penulis buku ini. CP ACIKITA PUB. Rahmi 021-4116-4400

4a.

join

Posted by: "angela_onlee" angela_onlee@yahoo.co.id   angela_onlee

Wed Jan 27, 2010 9:04 am (PST)



I am a mother with 2 children. I like to read very much.

4b.

Re: join

Posted by: "Ramaditya Skywalker" ramavgm@gmail.com

Wed Jan 27, 2010 9:27 am (PST)



Hello,

Are you capable of speaking Indonesian? If not I won't hesitate
helping you translate everything.

On 1/27/10, angela_onlee <angela_onlee@yahoo.co.id> wrote:
> I am a mother with 2 children. I like to read very much.
>
>

--
"Ramaditya Skywalker: The Indonesian game music lover"

- Eko Ramaditya Adikara
http://www.ramaditya.com

5.

Hajatan Sampah

Posted by: "zhen" zaen_01@yahoo.com   zaen_01

Wed Jan 27, 2010 4:58 pm (PST)



Plastik hitam turun dari sebuah bus yang berasal dari luar kota.
Turun dengan bantuan seorang bapak lewat jendela bus ekonomi sebelum memasuki terminal cicaheum.

Hmmmm... Selamat Datang di kota kembang, plastik hitam, sambut hujan yang masih rutin bersilaturahmi ke bumi pasundan.

Plastik hitam tersenyum dan langsung menepi dipinggir jalan. Pikirannya menerawang membayangkan kesendiriannya di kota yang baru pertama kali dilihatnya.
Senyumnya pun mulai mengembang saat melihat beberapa kaleng, plastik, dan kertas terjun bebas seperti dirinya dari bus lain yang mau masuk terminal.
"Aku Tidak Sendiri" "Aku punya temen senasib dan sepenanggungan" tersirat jelas dari senyumnya.

Matanya mulai melirik sosok manis di pojok sebuah toko oleh-oleh khas Bandung. sosok manis yang terlihat dengan corak bunga-bunga, hmmm.. sebuah Tisu bekas tersipu malu dan salah tingkah saat dia tahu ada yang memperhatikan.

Dengan bantuan sang Air hujan Akhirnya Plastik Hitam bisa mendekat berlahan ke arah Tisu. merekapun berkenalan dan terlihat semakin akrab.

Hujan semakin deras dan menggiring mereka menuju sebuah "selokan"
Tidak hanya berdua, banyak dari warga setempat yang ternyata udah berkumpul di "selokan".

Rupanya sore ini akan ada hajatan besar. Hajatan Sampah itu yang tergambar dari sebuah selokan.
Undangan telah di tersebar, dari Perkumpulan Sampah rumah tangga (PSRT), Persatuan Sampah Pedagang (PSP), Paguyupan Sampah Baheula (PSB), dan Keluarga Besar Sampah Terminal (KBST).
Plastik hitam dan Tisu sesampai di dekat selokan mereka harus mendaftar dulu di stand PSPB (Persatuan Sampah Pendatang Baru).

Acara begitu meriah. selokan semakin padat. Apalagi dengan adanya band terkenal yang tampil yaitu "Band Nyamuk", dengan lagu-lagu hist antara lain: Demam Berdarah, Kaki Gajah, dan Gatal-Gatal.

Selama acara, Sang Botol yang ditunjuk pembawa acara meneriakkan yel-yel yang diikuti oleh semua pengunjung selokan.

"Banjir, Banjir, Banjir ...YES!"

Ditulis karena kemaren sore terjebak banjir saat mau ke kantor...
28 Januari 2010

Zhen zhen
http://jejakpelangi.multiply.com
ym,fb, : zaen_01@yahoo.com

6a.

Re: (garasi) Dari Baju Bekas ke Toko Online Buku Bekas

Posted by: "febty f" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Wed Jan 27, 2010 8:55 pm (PST)



retno, aku baca ini di MP retno. Bareng masku. Dan kita senyum-senyum he..he..

salam,
fety

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "punya_retno" <punya_retno@...> wrote:
>
> Dari Baju Bekas ke Toko Online Buku Bekas
> Oleh Retnadi Nur'aini
>
> Pukul 08.30 adalah salah satu waktu sibuk di Pasar Senen. Klakson angkot sudah ramai bersahutan, dengan teriakan para kenek yang berebutan penumpang di terminal. "Aqua, aqua, yang aus, yang aus," teriak penjaja minuman sesekali terdengar. Sementara para pedagang baju bekas mulai membuka lapaknya di bahu jalan.
>
> Dan di sanalah, di lobi Atrium Senen, saya melihat mereka. Wajah-wajah sama yang saya temui di ruangan kuliah, atau saat menyantap pecel ayam di kantin kampus, atau saat menelusuri tumpukan skripsi di perpustakaan jurusan, atau bahkan saat menonton DVD serial Friends di ruang tengah rumah Citra. Wajah-wajah familiar yang kemarin sore baru saja mengucapkan "Sampe besok ya No, ati-ati yaaa."
>
> Seperti saran saya, mereka tidak berpakaian rapih. Citra tidak menyisir rambutnya. Shinta dan Ain mengenakan jilbab langsung pakai. Dhanny mengenakan sandal jepit. Dan Yena kami yang selalu tampil modis bahkan saat akan tidur sekalipun, telah berusaha mengenakan pakaian terbelel miliknya—sepotong kaus abu-abu dan celana selutut. Kami semua membawa satu ransel besar yang dikenakan di depan, satu botol air mineral, dan banyak uang receh.
>
> Dengan bersemangat, mata-mata mereka menatap saya. Lalu berujar "Jadi kita mulai hunting baju darimana nih, No?"
> ***
>
> Pasar Senen adalah salah satu tempat yang telah saya akrabi sejak saya berusia 15 tahun. Saat itu, dengan bermodalkan uang hadiah menang lomba synopsis, saya membuka rental komik di rumah. Jangan bayangkan rental komik satu ruangan penuh buku dulu, ya. Karena dulu koleksi saya tidak sebanyak itu. Koleksi saya hanyalah beberapa kardus komik dan satu kardus novel.
>
> Seluruh koleksi ini saya data dalam sebuah buku tulis. Kemudian setiap siang, saat istirahat dan usai pelajaran, saya akan menyambangi kelas per kelas di SMP saya untuk menyewakan komik-komik ini. Karena saat itu SMP saya terdiri atas 9 kelas, untuk setiap kelas 1,2, dan 3-nya, maka dari sanalah saya mulai terkenal sebagai "Retno Komik dari kelas 3-1".
>
> Harga sewa komik bervariasi, mulai dari Rp 300- Rp 1,000, dengan waktu sewa maksimal 1 minggu. Tak jarang calon penyewa akan bertanya pada saya "7200 detik itu tentang apa ya, No? Bagus nggak?", atau "No, gua lagi pingin baca Serial Cantik yang romantis, ada nggak?", atau "No, gua baru baca Topeng Kaca sampe Maya-nya jadi Puck. Itu nomer berapa ya?". Dan di sanalah saya, menghabiskan waktu istirahat saya dengan menjawabi pertanyaan itu satu persatu.
> ***
>
> Setiap Minggu pagi, dengan membawa daftar judul komik yang belum lengkap saya akan berburu komik di terminal Senen. Lalu, pulang menjelang siang dengan ransel penuh. Usai makan siang, saya akan membersihkan setiap komik itu dengan lap bersih. Lalu menyampulinya dengan sampul plastic, dan terakhir, mendatanya sebagai update stok baru di daftar komik saya.
>
> Berapa pendapatan saya saat itu? Tidak banyak memang. Hanya sekitar Rp 5,000-Rp 20,000 per hari. Jumlah yang tidak sebanding dengan pengeluaran saya untuk belanja stok komik tiap minggu. Jumlah yang kalau dihitung-hitung, tetap tidak sebanding dengan usaha saya untuk merawat komik koleksi saya, sementara para penyewa ada yang merusaknya, atau bahkan tidak mengembalikannya sampai sekarang.
>
> Apapun itu, saya mensyukuri pengalaman itu. Dari pengalaman itu, saya belajar akan sulitnya mencari uang, sehingga lebih menghargai nilai uang itu sendiri. Seperti ujaran Kekes dan Ra' di serial Anak-anak Mama Alin karya bubin LantanG "Makanan yang gua makan, air yang gua minum, terasa lebih nikmat. Karena itu semua pake keringat gua sendiri.."
> ***
>
> Dan enam tahun kemudian, kembalilah saya ke Pasar Senen. Bedanya, kali ini saya tak lagi menyambangi lapak buku bekas, namun lapak baju bekas. Karena hamper tiap minggu kesana, saya sampai nyaris hapal lapak mana yang punya rok bagus, kemeja bagus dengan harga seribuan, rajut-rajut dengan harga murah Rp 15 ribu-2 potong, dll.
>
> Dari sana, saya juga belajar untuk jeli memilih. Apakah pakaian merk Dior ini asli? Apakah rajut-rajutnya utuh dan tidak ada benang yang terburai? Apakah noda ini masih bisa dihilangkan dengan deterjen? Apakah kancingnya lengkap? Dan kalaupun tidak, adakah kancing ekstra di bagian dalam baju untuk mengganti kancing yang lepas ini? Dan banyak detil lain lagi yang saya pelajari.
>
> Dengan mengacu pada majalah mode seperti Cosmopolitan, Seventeen, Cosmo Girl, dan catalog sejumlah merk pakaian, saya juga belajar untuk me-mix and match baju model aneh-aneh. Rok panjang lukis dengan kaus lengan panjang putih dan rompi rajut-rajut putih. Gaun vintage biru renda-renda semata kaki dengan sepatu bot merah. Gaun mini merah dengan jins warna nyaris pudar, dengan bot merah dan kalung manik-manik hitam merah. Dan saat ada yang berkomentar "Iiih, bajunya lucuuu", maka saya akan menjawab "Ini beli di Senen lho, cuma seribu.."
>
> Well, tentu saja, saya tak berburu baju di Senen semata-mata untuk koleksi pribadi saya. Setelah mencuci dan menyeterikanya, saya akan membawa beberapa potong ke kampus, bahkan ke kantor majalah tempat saya nyambi bekerja saat itu. Saat ada bazaar di Balairung, saya dan teman-teman juga patungan menyewa tempat. Lalu bersama-sama, kami akan bergantian menjaga lapak yang isinya sagala aya itu. Mulai dari baju vintage, madu, mahkota dewa, asesoris dari manik-manik seperti kalung, gelang, tas, dompet, dll.
>
> Bagaimanapun, pengalaman buka lapak itu juga mengajarkan saya banyak hal. Diantaranya, alat-alat penunjang untuk display barang dagangan kita—atau setidaknya, bagaimana memaksimalkan apa yang kita punya untuk memaksimalkan display. Dulu, karena tidak punya gantungan baju beroda, yang kami lakukan adalah membawa koper, dan membukanya begitu saja di lapak. Untuk menggantung baju-baju, kami menggunakan dahan pohon dan tali raffia. Menggunakan kardus sebagai pengganti meja pajang. Dan yang terpenting, berlatih menyapa setiap orang yang lewat dengan "Silakan Mbak, baju vintagenya, atau kalung-kalungnya. Handmade lho Mbak.."
>
> Di bazaar itu pula, saya pernah menjual gaun vintage motif komik American Heroes dengan harga Rp 25,000. Gaun itu saya beli di Senen dengan harga Rp 1000. Atau, atasan rajut-rajut warna toska dengan lengan gembung yang saya beli Rp 7,500, dan saya jual Rp 35,000.
>
> Harga jual ini tak semata-mata saya pasang asal taruh. Sebelumnya, saya sudah melakukan riset harga ke sejumlah mal dan butik. Dan karena bagi saya `bekas is bekas', maka harga yang saya pasang hampir selalu 50 % di bawah harga pasar, dan sebisa mungkin dikurangi lagi sampai sekitar 20%. Prinsip ini jugalah yang saya terapkan dalam membuka toko buku online pertama saya, HM Books atau Halaman Moeka Books.
> ***
>
> Pada Juli 2009, mulanya HM Books hanya menjual buku-buku koleksi pribadi saya saja. Namun dengan berjalannya waktu, saya pun mulai melakukan perburuan buku. Dan hingga kini, HM Books menjual rata-rata 150-200 buku setiap bulan, mulai dari novel, komik, dan majalah, baik baru maupun bekas. Alhamdulillah.
>
> Di HM Books inilah saya kembali belajar pengalaman baru. Tentang seni berburu buku langka. Tentang manajemen keuangan. Tentang bagaimana menghadapi keluhan atau complain pelanggan. Tentang menjawabi permintaan pelanggan. Tentang menghadapi pemesan yang bisa memesan setumpuk buku, kemudian menghilang entah kemana tanpa kabar dan pemberitahuan. Tentang mengirim barang secara cepat. Tentang memenuhi janji pada pelanggan yang memesan buku secara offline. Tentang promo. Tentang menyikapi persaingan ketat di antara penjual online lainnya. Dan masih banyak lagi pelajaran berharga lainnya bagi saya.
>
> Namun yang paling saya syukuri di atas segalanya, adalah bahwa saya bisa melakukannya dari rumah. Untuk pertama kalinya sejak saya pertama kali bekerja kantoran di usia 19 tahun, saya tak perlu lagi berkejaran dengan bus kota dan berdesakan di dalamnya. Saya juga tak perlu lagi pulang larut malam, karena menyelesaikan sejumlah deadline.
>
> Dan yang terpenting, sekarang saya bisa menjalankan toko online ini sambil menjaga dan membesarkan Raihana. Mencoba memberikan ASI eksklusif padanya, sambil mengamatinya setiap perkembangannya, yang kini telah bisa tengkurap dan guling-gulingan di atas kasur. Karena Raihana adalah prioritas utama saya, maka bagi saya pekerjaan utama saya tetaplah sebagai ibu. Dan bahwa pekerjaan lainnya—entah itu menjalankan toko online, mengedit dan mengategorisasikan buku, menulis artikel—apapun itu, tetaplah pekerjaan sampingan saya.
>
> Yes, I love my job &#61514;. Alhamdulillah.
> ***
> Dan bagi para pembaca, silakan berkunjung ke toko online saya di:
> http://jualbukubagus.blogspot.com
> http://tokoanekakebutuhan.blogspot.com
>

7.

[Menu Lunch Siang Ini] Sudahkah kita Bersyukur?

Posted by: "Seorang Sahabat" abdul_azis80@yahoo.com   abdul_azis80

Wed Jan 27, 2010 8:59 pm (PST)



Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan. (HR. Tirmidzi)

Seorangayah.wp.com, Siang itu, Jakarta begitu cerah, secerah wajah kami yang baru saja gajian. Temanku tiba-tiba nelpon. "Makan siang yuk", ajaknya. "Oke", jawabku. So she picked me up at the lobby of Jakarta Stock Exchange Building.

Selepas SCBD, kami masih belum ada ide mau makan dimana. Ide ke soto Pak Sadi segera terpatahkan begitu melihat bahwa yang parkir sudah sampai sebrang-sebrang, motor dan mobil antri menunggu "boss"nya yang sedang makan.

Akhirnya kami memutuskan makan gado-gado di Kertanegara. Bisa makan di mobil soalnya sampai di sana masih sepi. Baru ada beberapa mobil. Kami masih bisa memilih parkir yang enak. Mungkin karena masih pada jumatan. Begitu parkir, seperti biasa, calo-calo warung gado-gado sudah menanyakan mau makan apa, minum apa.

Kami pesan dua porsi gado-gado + minuman manis dalam botol (maaf gak mau sebut merek, ntar disangka iklan). Sambil menunggu pesanan, kami-pun ngobrol. So, sedang asyik-asyiknya ngobrol, tiba-tiba kami dikagetkan dengak kehadiran seorang pemuda lusuh nongol di jendela mobil kami, yang membuat kami agak kaget.

"Semir om?" tanyanya, sambil memberikan senyum terbaiknya.

Aku lirik sepatuku. Ugh, kapan ya terakhir aku nyemir sepatuku sendiri? Aku sendiri lupa. Saking lamanya. Maklum, aku kan karyawan sok sibuk...Tanpa sadar tangan ku membuka sepatu dan memberikannya pada dia.

Dia menerimanya lalu membawanya ke emperan sebuah rumah. Tempat yang terlihat dari tempat kami parkir. Tempat yang cukup teduh. Mungkin supaya nyemirnya nyaman.

Pesanan kami pun datang. Kami makan sambil ngobrol. Sambil memperhatikan pemuda tadi nyemir sepatu ku. Pembicaraan pun bergeser ke pemuda itu. Umurnya sekitar 20-an. Terlalu tua untuk jadi penyemir sepatu. Biasanya pemuda umur segitu kalo tidak jadi tukang parkir or jadi kernet,ya jadi pak ogah.

lengkapnya klik di SINI

Tulisan Inspirasi lainnya, main aja ke :
www.seorangayah.wordpress.com

=============================
Dibutuhkan senyum untuk hidup...
Semangat untuk bergerak...
Iman untuk berjuang dan
Sahabat untuk saling mengingatkan...
=============================
Abdul Azis, S.Pd
PT.  JARING DATA INTERAKTIF
Qtv | SwaraChannel
e.mail : azis@qchannel.tv
Ph. +6221-52900303 | Fax. +6221-52900301
www.abdulazis.com
www.cahayarumah.multiply.com
=============================

Recent Activity
Visit Your Group
Sell Online

Start selling with

our award-winning

e-commerce tools.

Y! Messenger

PC-to-PC calls

Call your friends

worldwide - free!

Check out the

Y! Groups blog

Stay up to speed

on all things Groups!

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: