Senin, 25 Januari 2010

[daarut-tauhiid] Perjalanan Pertama Ke Syam Dan Usaha Mencari Rezki

http://www.dakwatuna.com

Perjalanan Pertama Ke Syam Dan Usaha Mencari Rezki

Oleh: Tim dakwatuna.com


dakwatuna.com – Ketika usia beliau 12 th, nabi Muhammad saw diajak
pamannya Abu Thalib berdagang ke Syam. Saat sampai ke Bashra mereka
bertemu seorang pendeta bernama Bahira, ia adalah seorang pendeta
Nasrani yang sangat ahli tentang Injil. Ketika ia melewati nabi
Muhammad saw, ia mengamatinya dan mengajaknya berbicara. Beberapa saat
kemudian Bahira menoleh kepada Abu Thalib dan bertanya, "Apa kedudukan
anak ini di sisimu?" Jawab Abu Thalib, "Ia anakku." (Abu Thalib selalu
memanggil nabi Muhammad saw sebagai anaknya, karena kecintaannya yang
sangat pd beliau), Bahira berkata, "Dia bukan anakmu, karena tidak
mungkin ayah anak ini masih hidup." Abu Thalib terkejut dan berkata,
"Ia anak saudaraku." Maka tanya Bahira lagi, "Bagaimana kondisi
ayahnya?" Abu Thalib menjawab, "Ia meninggal saat ibu anak ini
mengandungnya." Kata Bahira, "Kali ini jawaban Anda benar! Bawalah
anak ini pulang dan jaga dia dari orang Yahudi. Karena kalau mereka
melihat dia di sini, pasti akan dicelakakannya. Sungguh putra
saudaramu ini kelak akan berurusan dg sebuah perkara yang sangat
besar" Maka Abu Thalib cepat pulang kembali ke Makkah[1].

Saat masa remajanya nabi Muhammad saw mencari rizqi dg menggembalakan
kambing dan mengambil upahnya. Beliau bercerita tentang dirinya, "Aku
dulu menggembalakan kambing milik penduduk Makkah dan mendapatkan upah
beberapa qirath[2]." Dan selama masa mudanya, Allah Taala
memeliharanya dari berbagai penyimpangan yang biasanya dilakukan oleh
para pemuda lain seusianya, seperti hura-hura, nonton bareng, pacaran
dan pelbagai perbuatan maksiat lainnya[3].

Beberapa Pelajaran Dan Hukum Yang Dapat Diambil

1. Bahwa nampak jelas para Ahli Kitab generasi awal (baik Yahudi dan
Nasrani) sangat mengetahui akan tibanya seorang nabi terakhir yang
akan menyempurnakan agama mereka. Hal ini nampak dari hadits di atas.
Maha Suci Allah Taala yang telah berfirman, "Dan setelah datang kepada
mereka Al-Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pd mereka,
padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan nabi) untuk
mendapatkan kemenangan atas orang kafir, maka setelah datang kepada
mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya.
Maka laknat ALLAH-lah atas orang yang ingkar itu." (Al-Baqarah: 89)

2. Bahwa nampak pula bahwa mereka tersebut juga sangat mengetahui
secara detil tentang ciri fisik dan pribadi sang nabi terakhir
tersebut dalam kitab mereka (Taurat dan Injil), hal ini nampak dari
kesimpulan Bahira ketika ia selesai mengamat-amati nabi Muhammad saw,
dan hal ini juga diperkuat oleh ayat al-Qur'an, "Org Yahudi dan
Nasrani yang telah KAMI berikan al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal
Muhammad seperti mereka mengenal anak mereka sendiri. Dan sesungguhnya
sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran padahal mereka
mengetahuinya." (Al-Baqarah: 146) Umar bin Khathab ra pernah bertanya
kepada Abdullah bin Salam (seorang Yahudi yang masuk Islam): Apakah
benar kamu mengetahui ciri Muhammad lebih dari ciri anakmu sendiri?
Jawab Ibnu Salam: Bahkan lebih, karena Allah Taala telah menjelaskan
tentang nabi-Nya dalam al-Kitab, sementara anak kami tidak mengetahui
apa yang akan terjadi pd mereka.

3. Bahwa untuk para Ahli Kitab generasi berikutnya, maka mereka
sebagian besar tidak lagi mendapatkan ciri tersebut dalam kitab
mereka, karena berbagai pemalsuan dan perubahan yang terus-menerus
dilakukan oleh para Rahib dan Pendeta mereka atas kitab mereka. Maha
Benar Allah Taala yang telah berfirman, "Dan sebagian mereka adalah
buta, tidak mengetahui apa isi al-Kitab kecuali dongengan yang dusta
belaka. Maka kecelakaan besarlah bagi orang yang menulis al-Kitab dg
tangan mereka sendiri, lalu mereka katakan: Ini dari ALLAH. Untuk
mendapatkan keuntungan yang sedikit dari perbuatan mereka itu. Maka
kecelakaan besarlah bagi mereka karena apa yang mereka tulis dan
kecelakaan besarlah bagi mereka atas apa yang mereka perbuat."
(Al-Baqarah: 78-79)

4. Bahwa dalam kaitan dg pekerjaan nabi Muhammad saw menggembala
kambing ada 3 pelajaran yang dapat diambil sebagai berikut;

a. Perasaan yang halus, beliau memiliki perasaan yang sangat sensitif,
walaupun ia dinafkahi oleh pamannya yang amat sangat menyayanginya,
tapi beliau berusaha sekuat tenaga meringankan beban pamannya
sekemampuan beliau. Walaupun penghasilannya tidak besar, tapi beliau
sejak muda telah memiliki sifat yang mandiri dan tidak manja serta
menggantungkan dirinya pd siapa pun walaupun beliau anak yang sejak
kecil yatim-piatu, sehingga beliau dipuji oleh Allah Taala dalam
ayatnya, "Telah datang kepada kalian seorang Rasul dari jenis kalian
sendiri (manusia), terasa berat baginya penderitaan kalian, sangat
menginginkan keselamatan dan keimanan bagi kalian, dan amat
belas-kasih kepada orang yang beriman. Dan jika mereka masih berpaling
juga maka katakanlah: Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Ilah kecuali
Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Pemilik Arsy yang
Agung." (At-Taubah: 128)

b. Menjelaskan tentang hikmah ujian dan cobaan Allah bagi manusia,
Allah Taala Maha Berkuasa untuk sejak kecil mencukupi dan memberi
rezki kepada manusia yang paling dikasihi dan paling dimuliakan-Nya,
tapi Allah Taala berkenan untuk memberikan ujian yang sangat berat
kepada hamba terkasih-Nya itu untuk suatu hikmah penciptaan manusia
untuk menguji mereka, siapa di antara hamba-Nya yang mampu untuk
bersabar. Maha Benar Allah Taala ketika Dia berfirman, "Apakah kamu
mengira bahwa kamu akan masuk Jannah? Padahal belum lagi datang
kepadamu cobaan sebagaimana yang dialami oleh orang sebelummu? Mereka
itu telah ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta diguncangkan
oleh guncangan yang hebat, sampai berkatalah Rasul dan orang yang
bersamanya: Kapankah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah bahwa
pertolongan Allah itu sangat dekat." (Al-Baqarah: 214)

c. Pekerjaan menggembala kambing milik orang lain adalah pekerjaan
menjaga amanah dari orang, artinya sejak usia yang sangat belia beliau
telah dilatih dg sifat dan akhlaq yang tinggi dan mulia. Beliau
berpanas-panas di siang hari dan berdingin pada malam hari menjaga
amanah orang lain, sehingga dari sejak kecil beliau memiliki
budi-pekerti yang mulia, hal ini dipuji oleh Allah Taala dalam
Al-Qur'an dalam ayat-Nya yang mulia, "Dan sesungguhnya engkau wahai
Muhammad, benar memiliki budi-pekerti yang sangat agung." (Al-Qalam:
4)

5. Berkaitan dengan kisah masa muda beliau yang berbeda dg
pemuda-pemudi lainnya, maka terdapat beberapa pelajaran bagi kita,
sebagai berikut;

* Bahwa nabi Muhammad saw walaupun beliau seorang nabi tapi beliau
tetap seorang manusia yang memiliki kecenderungan kemanusiaannya untuk
juga ingin berbuat kemaksiatan, sebagaimana firman Allah Taala tentang
perkataan nabi Yusuf as, "Dan aku tidak berusaha melepaskan diriku
dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu itu senantiasa cenderung
kepada keburukan (ammarah bis su')…" (Yusuf: 53) Sehingga dg hal ini
Allah Taala ingin menunjukkan kepada kita bahwa nabi Muhammad saw pun
sama halnya dg kita memiliki sifat kemanusiaan, namun yang dilakukan
selanjutnya adalah bagaimana kita mengekang dan mengarahkan semua
sifat itu dg disiplin agar ia bisa cenderung kepada kebaikan dan tidak
bertoleransi atau membiarkannya.

* Akan kasusnya dengan nabi Muhammad saw, maka beliau tidak
memiliki pembimbing dan penjaga seperti kita, maka oleh karena itu
beliau dibimbing dan ditegur langsung oleh Allah Taala jika melakukan
kesalahan, dan Allah Taala tidak pernah mentolerir kesalahan apapun
yang dilakukan oleh manusia yang paling dicintai-Nya itu, sebagaimana
firman Allah Taala, "Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling.
Karena datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia mau
mensucikan dirinya? Atau ia ingin mendapatkan pengajaran lalu
pengajaran itu bermanfaat baginya? Adapun orang yang merasa dirinya
serba cukup. Maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada celaan atasmu
jika ia tidak mensucikan dirinya. Dan adapun orang yang datang
kepadamu dg bersegera. Sedang ia takut kepada Allah. Maka kamu
mengabaikannya. Sekali-kali jangan begitu! Karena sesungguhnya ajaran
Allah itu adalah suatu peringatan." ('Abasa: 1-11)

* Bahwa bimbingan Allah Taala itupun bertahap, dari mulai cara
yang paling halus sampai kepada hukuman (yaitu dg membuat beliau jatuh
pingsan). Demikianlah seorang ibu terhadap anaknya pun hendaklah
mengikuti teladan yang sangat tinggi ini, yakni hendaklah ia mendidik
anaknya dg cara yang sehalus mungkin untuk melaksanakan aturan Ilahi
akan tetapi jika anaknya tidak juga mau berubah maka hendaklah ia
menjatuhkan teguran dan hukuman/sanksi ketika anaknya tidak menurut,
mengapa harus demikian? Karena kasih-sayang kita pd anak kita
hendaklah kita lebih mementingkan agar bagaimana kita menyelamatkan
mereka dari api neraka yang menyala di Hari Akhir kelak, dibandingkan
dg sekadar takut ia sedih atau sakit hati, sebagaimana firman Allah
Taala, "Wahai orang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka, yang BAHAN BAKARNYA ADALAH MANUSIA DAN BATU dan PENJAGANYA
ADALAH MALAIKAT YANG KEJAM DAN BENGIS yang tidak pernah mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya, dan mereka selalu
melaksanakan apa yang diperintahkan." (At-Tahrim: 6)

[1] Diringkas dari Sirah Ibnu Hisyam, 1/80; juga diriwayatkan oleh
at-Thabari dalam tarikh-nya, 2/87; juga Baihaqi dalam sunan-nya; dan
Abu Nu'aim dalam al-Hilyah.

[2] HR Bukhari

[3] Diriwayatkan oleh Ibnul Atsir dan Hakim dari Ali ra; juga
diriwayatkan oleh Thabrani dari Ammar ra.

http://www.dakwatuna.com/2007/perjalanan-yang-pertama-ke-syam-dan-usaha-mencari-rezki/


------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: