Selasa, 26 Januari 2010

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2956

Messages In This Digest (14 Messages)

Messages

1.

[Ruang Sastra] atas nama kebersamaan

Posted by: "radinal" radinal88@yahoo.co.id   radinal88

Mon Jan 25, 2010 4:39 pm (PST)



Di kamarnya, Mansur terlihat bimbang memikirkan sesuatu. Ada sekelumit pertentangan di batin dan juga pikirannya. Entah mengapa, semenjak usulan untuk berlibur di Bali disetujui oleh teman-temannya, ia kelihatan lesu. Ada yang mengganjal di rongga-rongga otaknya.

"Sur, jadi ikut kan?" Bambang yang menjadi ketua rombongan perjalanan tersebut menyapanya di kamar.

"Hmm.. Insya Allah!" ucap Mansur sekenanya. Matanya masih tertuju pada buku yang hanya dilihatnya tak dibacanya.

"Semangat donk!" ujar Bambang dan berlalu pergi menyapa teman-teman yang lain.

*****

"Bang, Taqi mau ujian akhir. Doakan ya bang, supaya Taqi dapat hasil yang baik dan bisa kuliah kayak abang. Abang jadi kan menguliahkan Taqi? Taqi mau ambil jurusan kedokteran di UGM bang. Kata guru Taqi, Taqi insya Allah bisa lulus disana. Bisa kan Bang?"

"Bisa dan harus bisa. Taqi ga' boleh kalah. Walaupun sekarang abang belum punya uang, abang akan menguliahkan Taqi nanti di UGM. Tapi dengan syarat Taqi harus benar-benar belajar. Jangan lupa doakan bapak dan mamak setiap selesai shalat."

"Iya bang. Taqi akan rajin belajar. Taqi mau jadi dokter spesialis. Taqi mau bantu banyak orang yang ga' mampu berobat. Taqi janji akan rajin, Bang!"

"Bagus. Nanti kalau butuh uang atau buku, misscall abang lagi ya? biar abang yang menelpon."

"Iya bang, Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikum Salam!"

*****

"Ayo Sur, cuma kamu yang belum bayar. Teman-teman dah pada bayar semua tuh!" Bambang mengingatkan Mansur.

"Berapa jadinya?"

"250 ribu aja!"

"Nanti disana ngeluarin uang lagi ga?"

"Ga' lagi. Itu udah semua." terang Bambang.

"Ko' murah?" tanya Mansur.

"Ya iyalah. Bambang gitu loch..."

*****

Hari perjalanan pun tiba. Bus melaju kencang melewati jejalanan yang datar berbelok-belok. Ada pepohonan disamping jalan tersebut yang diselingi oleh beberapa rumah dan pertokoan. Pemandangan yang benar-benar menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara zamrud khatulistiwa nan subur lagi permai. Pemandangan yang elok di pandang mata dan menentramkan hati.

Mansur tidak benar-benar menikmati perjalanannya kali ini sebagaimana teman-temannya yang lain. Dalam pikirannya adalah dosa yang besar yang telah ia lakukan dengan berlibur bersenang-senang di Bali tanpa memikirkan tentang bagaimana caranya kelak mendapatkan uang jika-jika adiknya meminta. Ia tak lagi mempunyai uang berlebih untuk itu.

"Kenapa Sur? Suntuk banget keliatannya?" Imran bertanya.

"Ah, masa' sih..? Aku lagi nikmatin pemandangan ko'..." Mansur berkelit.

"Ya dah. Aku tidur dulu ya? nanti kalau dah sampai ke selat bali dan kita dah naik kapal, bangunin aku ya?"

"Yup.." jawab Mansur tanpa mengubah pandangan ke deretan pepohonan yang berdiri kokoh di samping jalan.

******

"Bang, Taqi dah selesai ujian. Sekarang lagi bimbingan tuk ujian masuk perguruan tinggi. Kata guru Taqi, setiap orang membayar 500 ribu. Paling lambat bulan depan."

"O iya. Nanti ingatkan abang lagi ya? Abang lagi dengan teman-teman nih, belum sempat ngirimkan uang untuk Taqi."

"Iya bang. Guru Taqi pun bilang ke Taqi ga' usah buru-buru di bayar. Kalau abang ada uang aja dulu."

"Ya. Nanti segera Abang bayar!"

"Abang lagi dimana ni bang?"

"Hmm.. ini Taqi. Abang lagi dengan teman abang. Lagi di bus."

"Mau kemana, Bang?"

"Hmm.. mau ke rumah kawan."

"Ooo.. hati-hati ya, Bang!"

"Iya. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikum Salam..."

******

Degup jantung Mansur berdetak kencang setelah ia menutup pembicaraan tadi. Ada rasa bersalah yang sangat besar di dadanya. Tak tahu kenapa, rasanya ia ingin membatalkan semua acara ini. Oh, tidak semua, minimal untuk dirinya saja. Ia ingin menarik uang 250 ribu itu dan kembali ke Surabaya, tak jadi ke Bali.

"Teman-teman. Ini acara kan acara kita semua. Jadi ayo, kita foto bersama untuk kebersamaan kita!" ujar Bambang mengomando.

Teman-teman Mansur pun berebut tempat di depan. Sementara Mansur, berfoto tanpa arah. Tak ada semangat. Kalau saja tidak ada kata-kata 'kebersamaan' yang diucapkan oleh Bambang tadi, ia tidak akan mau untuk berfoto.

"Cees...!!!"

*******

"Teman-teman. Tolong yang tidur di bangunin. Kita akan sampai di Pantai Kuta lima menit lagi. Saran saya, supaya ga' basah atau apa gitu, barang-barangnya nanti di tinggal aja. Kan kasihan kalau bawa hp dan nanti basah di sana!"

"Ya sms-an, Bang!"

"Ngupdate status fb woi"

"Ya gpp kalau mau bawa hp atau apa pun. Tapi ya di jaga sendiri. Saya cuma nyaranin." Ucap Bambang menengahi keberatan teman-temannya sambil tersenyum.

*******

Pantai kuta terasa terik. Tak tahu kenapa, panasnya pantai kuta siang itu melebihi panasnya kota Surabaya. Mansur dan teman-temannya memilih untuk duduk-duduk santai terlebih dahulu di bawah pohon. Bola kaki yang telah di persiapkan pun, masih di pegang dan belum ada yang mau memulai untuk menendangnya ke pinggiran pantai.

"Wah.. ga' kayak di tv yo?" Ujar Mansur sedikit bercanda. Ia berusaha untuk melupakan sejenak beban adiknya.

"Iya. Di tv ko' indah gitu ya? Tapi ya biasa-biasa aja tuh..."

"Ntah.. tertipu kita jadinya.."

"Bukan tertipu. Sekarang kan lagi musim penghujan. Ya pantainya agak kotor karena daun-daun gugur di hembus angin. Ikan-ikan pun banyak mati!"

"Ah.. ngarang!"

"Beneran.. Itu lho berita di tv!"

"Ntahlah..."

"Hayo woi, main bolaaaa..." Zaki tiba-tiba berteriak membuyarkan diskusi tentang pemandangan pantai kuta. Di tendangnya bola dan ia pun di kejar beramai-ramai.

*******

"Ya Allah.. apakah ini yang namanya dosa? Engkau begitu sayang padaku sampai-sampai belum aku bertindak lebih lanjut Engkau telah mengingatkanku. Aku sadar ya Allah. Aku khilaf!"

"Kewajibanku sebagai seorang Abang adalah mengayomi adik. Bukannya membiarkan adik terlantar. Sementara aku, abangnya, asyik berlibur bersama teman-teman semua dengan dalih kebersamaan. Aku khilaf ya Allah!"

"Andai Kau mengizinkanku untuk memutar waktu. Aku akan tolak semua ajakan teman-teman itu. Aku akan menggunakan uang liburanku kali ini untuk membiayai bimbingan ujian masuk perguruan tinggi. Aku tidak akan egois dengan memilih kesenanganku dan merasakan penderitaan adikku."

"Taqi. Andai kau ada di depanku adikku, ingin rasanya aku memelukmu dan meminta maaf atas segala kekhilafan Abang. Abang khilaf dek. Abang khilaf!"

"Ya Allah. Tak ada dayaku. Aku tak punya siapa-siapa lagi di sini. Aku pun tak punya apa-apa lagi di sini. Semuanya telah pergi..."

*******

"Woi, Mansur mana?"

"Astaghfirullah.. ga' ada, Mbang!"

"Supir, berhenti!"

"Misscall dulu dah..."

"Wah, hp nya di tas ini semua. Dia ga' bawa apa-apa loh woi.."

"Ya dah balik-balik..."

"Pak supir. Balik Pak, kawan kita tinggal."

********

Bus berhenti. Bambang sebagai ketua rombongan keluar disusul teman-temannya. Semuanya mencari dimana Mansur di tengah keramaian yang masih saja terjadi di pantai Kuta saat malam hari.

"Coba tanya tukang jual nasi itu!"

"Wah.. kamu aja. Ku ga' tau bahasanya..."

"Lah itu Mansur!... Sur.. Mansur..."

"Wah.. kalian ninggalin aku gitu aja woi..." ujar Mansur. Air di matanya hampir jatuh.

"Ga' sadar kami, Sur. Kecape'an"

"Untung aja belum jauh. Sempat dah pulang ke Surabaya baru sadar, wah mati aku mungkin disini. Mana hp dan baju semua di bus."

"Wes.. yuk, di bus ceritanya."

*******

"Wah.. kami minta maaf, Sur! Kami ga' tau kamu ada masalah kayak gini. Kami kira kamu ya senang-senang aja ikutan liburan ke bali. Eh, ternyata..."

"Minta maaf, Mbang! kamu kan yang maksa?"

"Jangan nuduh gitu dong... ini kan untuk kebersamaan kita juga!"

"Ya bersama-bersama. Tapi pikirkan jugalah keadaan teman-teman kita. Kita kan tahu selama ini Mansur memang gitu. Dia ga' akan pernah nolak kalau kita mau senang-senang, walaupun ya kita tahu sendiri, dia berjuang mati-matian membiayai sekolah adiknya!"

Mansur masih saja terdiam dan meneteskan air mata. Di palingkannya wajahnya ke arah jalan. Semuanya telah tumpah dan teman-temannya telah tahu. Tak ada lagi yang perlu di tutup-tutupi dan semuanya telah terjadi. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana bisa pulang, itu yang ada dalam pikiran Mansur. Pulang dan memikirkan biaya adiknya, itu tentunya!

"Sur, ku minta maaf, Sur."

"Hmm..." ujar Mansur tak berpaling sedikit pun.

"Nanti aja Mbang. Biar Mansur nenangin diri dulu." Ujar salah seorang temannya lagi.

*******

"Bang, gimana uangnya? Udah ada kan? Udah akhir bulan, Bang. Taqi malu sama guru kalau terlambat terus. Walaupun guru memaklumi ya kita kan harus tetap berusaha kan, Bang?"

"Iya. Nanti sore Abang kirim ya? Abang lagi kuliah!"

"Bluk..." Mental Mansur pun jatuh mendengar ucapan adiknya melalui telepon tersebut. Ia tak tahu harus melakukan apa untuk dapat mengirim uang kepada adiknya yang berada di Medan. Setidaknya, ada satu cara yang harus di tempuhnya, minjam kepada teman-temannya.

********

Di dalam kelas perkuliahan, tanpa di ketahui oleh Mansur, Bambang mengumpulkan teman-temannya.

"Ya. Alhamdulillah kita telah bersama-sama ke Bali. Kita telah memperlihatkan bahwa kebersamaan kita bukan cuma di bangku kuliah saja, tetapi di mana-mana kita tetap bersama dan selalu bersama."

"Tapi ada satu hal yang mungkin kita harus lakukan bersama-sama juga nih, Mbang!" ujar Imran. "Kita kan tahu Mansur sekarang lagi pusing dengan biaya adiknya. Ya atas nama kebersamaan juga, bagaimana kita nyumbang-nyumbanglah. Ya untuk meringankan beban teman kita. Kan ga' enak kalau kita senang aja yang bersama. Tapi sedihnya di tanggung Mansur sendiri!"

"Iya. Usul bagus tuh. Kasihan loh si Mansur!"

Dan senyum dari semua mahasiswa yang berada di kelas tersebut pun merekah.

*********

Di tempat lain pada waktu yang sama, Mansur kelihatan bingung. Ia bingung mau meminjam uang ke siapa. Toh, teman-teman semua habis liburan di Bali dan hampir dipastikan tidak mempunyai uang lebih lagi.

"Sur, aku mau bicara sebentar." Sapa Bambang dan mengajak Mansur ke tempat yang agak sepi. "Gimana kabar adikmu? Dah selesai ujiannya?"

"Udah Mbang. Sekarang lagi bimbingan ujian masuk perguruan tinggi. Doakan aja sebulan lagi dia ujian di UGM tuk ngambil kedokteran."

"Pasti dah... kita sama-sama mendoakan ko' untuk kebaikan kita semua."

"Makasih, Mbang!"

Bambang pun mengeluarkan sesuatu dari tas kecil yang selalu melingkar di pinggangnya. "Ini, Sur. Teman-teman sepakat tuk bantu kamu tadi di kelas. Atas nama kebersamaan gitu lah..." Bambang memberikan sambil tersenyum..

Mansur tak dapat berkata-kata. Ada keringanan di pundaknya.

; Bali 23 Januari 2009 dan selesai di Surabaya, 26 Januari 2009

Radinal Mukhtar Harahap
http://kumpulan-q.blogspot.com

2a.

Re: Walimatul 'Ursy

Posted by: "siril_wafa" siril_wafa@yahoo.co.id   siril_wafa

Mon Jan 25, 2010 4:42 pm (PST)



Semoga menjadi keluarga yang sakinah.

Ada undangan, bikin seemangat ingin nikah .....hehhe

Sis


--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, bujang kumbang <bujangkumbang@...> wrote:
>
> nggak nyangka banget!!
> wah-wah ternyata inilah yg dinamak misteri ilahi...
> amin
> selamat buat Marli sm Rusdin
> mogaPada Rab, 20/1/10, Siwi LH <siuhik@...> menulis:
>
> Dari: Siwi LH <siuhik@...>
> Judul: Re: [sekolah-kehidupan] Walimatul 'Ursy
> Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Tanggal: Rabu, 20 Januari, 2010, 10:16 AM
>

2b.

Walimatul 'Ursy

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Mon Jan 25, 2010 8:39 pm (PST)



Tahniah dan doa moga barokah untuk Rusdin & Marlin.

Tebakan Mbak Siwi betul. Dua-duanya anak SK. Saya tahu betul itu karena
sewaktu jadi sie Humas di Ultah I SK keduanya hadir. Dan keduanya juga
sama-sama satu angkatan di FLP DKI Jakarta (adik angkatan saya). Entah di
"rumah" yang mana kasih itu mulai bersemi, tepatnya,hehe...

Semoga lancar ya hingga Hari-H.

Tabik,

*Nursalam AR*

2010/1/20 Siwi LH <siuhik@yahoo.com>

>
>
> Hmhh... bukankah Marlina Iryatie juga anak Eska? perasaan dulu pernah akrab
> deh, salam buat istrinya ya mas Rusdin... akhirnyaaaa...
> Barakallahulaka wabaraka'laika, wajama'a bainakuma fii khoir
> semoga hanya Ridho, berkah, dan rahmah Allah SWT yang senantiasa mengiringi
> perjalanan cinta kalian,
> Allahumma Amin...
>
> Salam Hebat Penuh Berkah
> Siwi LH
> cahayabintang. wordpress.com
> siu-elha. blogspot.com
> YM : siuhik
>
>
> ------------------------------
> *From:* Nia Robie' <musimbunga@gmail.com>
> *To:* sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> *Sent:* Wed, January 20, 2010 7:34:29 AM
> *Subject:* Re: [sekolah-kehidupan] Walimatul 'Ursy
>
>
>
> huaa!!! rusdin!!! tak menyangkah sayah sama mba marlin hehe
>
> barakallahu laka... bahagianya merayakan cinta...
> eh itu mah judul buku
> hihi
>
> salam,
>
> nia robie'
>
> Pada 19 Januari 2010 14:59, rusdin visioner <rusdin_kutubuku@ yahoo.com<rusdin_kutubuku@yahoo.com>
> > menulis:
>
>>
>> [Attachment(s) <#12649bb818bfc1f2_1264598b0220eaa2_TopText> from rusdin
>> visioner included below]
>>
>>
>>
>>
>> السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
>>
>> *"Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia
>> berpasang-pasangan"*
>>
>> Dengan penuh rasa syukur kepada Allah s.w.t kami mohon doa restu
>> sekaligus mengundang
>>
>> Ikhwah fillah / Teman - teman ke :
>>
>> Walimatul 'Ursy
>> *
>> *
>>
>> Marlina Iryatie
>>
>> *&*
>>
>> *Rusdin S. Rauf
>> *
>>
>> Pada
>>
>> Ahad, 31 Januari 2010
>>
>> pukul 11.00 - 13.00 WIB
>>
>> di Aula Taman Siswa
>>
>> Jl. Garuda 25 Kemayoran Jakarta Pusat
>>
>>
>> Jazakumullahu khairan jaza'.
>>
>> Wassalam...
>>
>> ***n/b : attchment utk peta lokasi walimah.
>> Rute : *Angkot/Mikrolet M01 (jurusan kemayoran)* dari Senen, turun di
>> pertigaan Jl. Garuda. Sambung MetroMini P11 (arah Senen), turun di depan
>> STIE Taman Siswa
>>
>>
>> **
>>
>> ------------------------------
>> Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang!
>> <http://id.mail.yahoo.com/>
>>
>>
>>
>>
>
>
>

--
"There is no life without risks"
Nursalam AR
Translator - Writer - Trainer
0813-10040723
021-92727391
Facebook: www.facebook.com/nursalam.ar
Blog: www.nursalam.multiply.com
3a.

(garasi) Dari Baju Bekas ke Toko Online Buku Bekas

Posted by: "punya_retno" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Mon Jan 25, 2010 5:49 pm (PST)



Dari Baju Bekas ke Toko Online Buku Bekas
Oleh Retnadi Nur'aini

Pukul 08.30 adalah salah satu waktu sibuk di Pasar Senen. Klakson angkot sudah ramai bersahutan, dengan teriakan para kenek yang berebutan penumpang di terminal. "Aqua, aqua, yang aus, yang aus," teriak penjaja minuman sesekali terdengar. Sementara para pedagang baju bekas mulai membuka lapaknya di bahu jalan.

Dan di sanalah, di lobi Atrium Senen, saya melihat mereka. Wajah-wajah sama yang saya temui di ruangan kuliah, atau saat menyantap pecel ayam di kantin kampus, atau saat menelusuri tumpukan skripsi di perpustakaan jurusan, atau bahkan saat menonton DVD serial Friends di ruang tengah rumah Citra. Wajah-wajah familiar yang kemarin sore baru saja mengucapkan "Sampe besok ya No, ati-ati yaaa."

Seperti saran saya, mereka tidak berpakaian rapih. Citra tidak menyisir rambutnya. Shinta dan Ain mengenakan jilbab langsung pakai. Dhanny mengenakan sandal jepit. Dan Yena kami yang selalu tampil modis bahkan saat akan tidur sekalipun, telah berusaha mengenakan pakaian terbelel miliknya—sepotong kaus abu-abu dan celana selutut. Kami semua membawa satu ransel besar yang dikenakan di depan, satu botol air mineral, dan banyak uang receh.

Dengan bersemangat, mata-mata mereka menatap saya. Lalu berujar "Jadi kita mulai hunting baju darimana nih, No?"
***

Pasar Senen adalah salah satu tempat yang telah saya akrabi sejak saya berusia 15 tahun. Saat itu, dengan bermodalkan uang hadiah menang lomba synopsis, saya membuka rental komik di rumah. Jangan bayangkan rental komik satu ruangan penuh buku dulu, ya. Karena dulu koleksi saya tidak sebanyak itu. Koleksi saya hanyalah beberapa kardus komik dan satu kardus novel.

Seluruh koleksi ini saya data dalam sebuah buku tulis. Kemudian setiap siang, saat istirahat dan usai pelajaran, saya akan menyambangi kelas per kelas di SMP saya untuk menyewakan komik-komik ini. Karena saat itu SMP saya terdiri atas 9 kelas, untuk setiap kelas 1,2, dan 3-nya, maka dari sanalah saya mulai terkenal sebagai "Retno Komik dari kelas 3-1".

Harga sewa komik bervariasi, mulai dari Rp 300- Rp 1,000, dengan waktu sewa maksimal 1 minggu. Tak jarang calon penyewa akan bertanya pada saya "7200 detik itu tentang apa ya, No? Bagus nggak?", atau "No, gua lagi pingin baca Serial Cantik yang romantis, ada nggak?", atau "No, gua baru baca Topeng Kaca sampe Maya-nya jadi Puck. Itu nomer berapa ya?". Dan di sanalah saya, menghabiskan waktu istirahat saya dengan menjawabi pertanyaan itu satu persatu.
***

Setiap Minggu pagi, dengan membawa daftar judul komik yang belum lengkap saya akan berburu komik di terminal Senen. Lalu, pulang menjelang siang dengan ransel penuh. Usai makan siang, saya akan membersihkan setiap komik itu dengan lap bersih. Lalu menyampulinya dengan sampul plastic, dan terakhir, mendatanya sebagai update stok baru di daftar komik saya.

Berapa pendapatan saya saat itu? Tidak banyak memang. Hanya sekitar Rp 5,000-Rp 20,000 per hari. Jumlah yang tidak sebanding dengan pengeluaran saya untuk belanja stok komik tiap minggu. Jumlah yang kalau dihitung-hitung, tetap tidak sebanding dengan usaha saya untuk merawat komik koleksi saya, sementara para penyewa ada yang merusaknya, atau bahkan tidak mengembalikannya sampai sekarang.

Apapun itu, saya mensyukuri pengalaman itu. Dari pengalaman itu, saya belajar akan sulitnya mencari uang, sehingga lebih menghargai nilai uang itu sendiri. Seperti ujaran Kekes dan Ra' di serial Anak-anak Mama Alin karya bubin LantanG "Makanan yang gua makan, air yang gua minum, terasa lebih nikmat. Karena itu semua pake keringat gua sendiri.."
***

Dan enam tahun kemudian, kembalilah saya ke Pasar Senen. Bedanya, kali ini saya tak lagi menyambangi lapak buku bekas, namun lapak baju bekas. Karena hamper tiap minggu kesana, saya sampai nyaris hapal lapak mana yang punya rok bagus, kemeja bagus dengan harga seribuan, rajut-rajut dengan harga murah Rp 15 ribu-2 potong, dll.

Dari sana, saya juga belajar untuk jeli memilih. Apakah pakaian merk Dior ini asli? Apakah rajut-rajutnya utuh dan tidak ada benang yang terburai? Apakah noda ini masih bisa dihilangkan dengan deterjen? Apakah kancingnya lengkap? Dan kalaupun tidak, adakah kancing ekstra di bagian dalam baju untuk mengganti kancing yang lepas ini? Dan banyak detil lain lagi yang saya pelajari.

Dengan mengacu pada majalah mode seperti Cosmopolitan, Seventeen, Cosmo Girl, dan catalog sejumlah merk pakaian, saya juga belajar untuk me-mix and match baju model aneh-aneh. Rok panjang lukis dengan kaus lengan panjang putih dan rompi rajut-rajut putih. Gaun vintage biru renda-renda semata kaki dengan sepatu bot merah. Gaun mini merah dengan jins warna nyaris pudar, dengan bot merah dan kalung manik-manik hitam merah. Dan saat ada yang berkomentar "Iiih, bajunya lucuuu", maka saya akan menjawab "Ini beli di Senen lho, cuma seribu.."

Well, tentu saja, saya tak berburu baju di Senen semata-mata untuk koleksi pribadi saya. Setelah mencuci dan menyeterikanya, saya akan membawa beberapa potong ke kampus, bahkan ke kantor majalah tempat saya nyambi bekerja saat itu. Saat ada bazaar di Balairung, saya dan teman-teman juga patungan menyewa tempat. Lalu bersama-sama, kami akan bergantian menjaga lapak yang isinya sagala aya itu. Mulai dari baju vintage, madu, mahkota dewa, asesoris dari manik-manik seperti kalung, gelang, tas, dompet, dll.

Bagaimanapun, pengalaman buka lapak itu juga mengajarkan saya banyak hal. Diantaranya, alat-alat penunjang untuk display barang dagangan kita—atau setidaknya, bagaimana memaksimalkan apa yang kita punya untuk memaksimalkan display. Dulu, karena tidak punya gantungan baju beroda, yang kami lakukan adalah membawa koper, dan membukanya begitu saja di lapak. Untuk menggantung baju-baju, kami menggunakan dahan pohon dan tali raffia. Menggunakan kardus sebagai pengganti meja pajang. Dan yang terpenting, berlatih menyapa setiap orang yang lewat dengan "Silakan Mbak, baju vintagenya, atau kalung-kalungnya. Handmade lho Mbak.."

Di bazaar itu pula, saya pernah menjual gaun vintage motif komik American Heroes dengan harga Rp 25,000. Gaun itu saya beli di Senen dengan harga Rp 1000. Atau, atasan rajut-rajut warna toska dengan lengan gembung yang saya beli Rp 7,500, dan saya jual Rp 35,000.

Harga jual ini tak semata-mata saya pasang asal taruh. Sebelumnya, saya sudah melakukan riset harga ke sejumlah mal dan butik. Dan karena bagi saya `bekas is bekas', maka harga yang saya pasang hampir selalu 50 % di bawah harga pasar, dan sebisa mungkin dikurangi lagi sampai sekitar 20%. Prinsip ini jugalah yang saya terapkan dalam membuka toko buku online pertama saya, HM Books atau Halaman Moeka Books.
***

Pada Juli 2009, mulanya HM Books hanya menjual buku-buku koleksi pribadi saya saja. Namun dengan berjalannya waktu, saya pun mulai melakukan perburuan buku. Dan hingga kini, HM Books menjual rata-rata 150-200 buku setiap bulan, mulai dari novel, komik, dan majalah, baik baru maupun bekas. Alhamdulillah.

Di HM Books inilah saya kembali belajar pengalaman baru. Tentang seni berburu buku langka. Tentang manajemen keuangan. Tentang bagaimana menghadapi keluhan atau complain pelanggan. Tentang menjawabi permintaan pelanggan. Tentang menghadapi pemesan yang bisa memesan setumpuk buku, kemudian menghilang entah kemana tanpa kabar dan pemberitahuan. Tentang mengirim barang secara cepat. Tentang memenuhi janji pada pelanggan yang memesan buku secara offline. Tentang promo. Tentang menyikapi persaingan ketat di antara penjual online lainnya. Dan masih banyak lagi pelajaran berharga lainnya bagi saya.

Namun yang paling saya syukuri di atas segalanya, adalah bahwa saya bisa melakukannya dari rumah. Untuk pertama kalinya sejak saya pertama kali bekerja kantoran di usia 19 tahun, saya tak perlu lagi berkejaran dengan bus kota dan berdesakan di dalamnya. Saya juga tak perlu lagi pulang larut malam, karena menyelesaikan sejumlah deadline.

Dan yang terpenting, sekarang saya bisa menjalankan toko online ini sambil menjaga dan membesarkan Raihana. Mencoba memberikan ASI eksklusif padanya, sambil mengamatinya setiap perkembangannya, yang kini telah bisa tengkurap dan guling-gulingan di atas kasur. Karena Raihana adalah prioritas utama saya, maka bagi saya pekerjaan utama saya tetaplah sebagai ibu. Dan bahwa pekerjaan lainnya—entah itu menjalankan toko online, mengedit dan mengategorisasikan buku, menulis artikel—apapun itu, tetaplah pekerjaan sampingan saya.

Yes, I love my job &#61514;. Alhamdulillah.
***
Dan bagi para pembaca, silakan berkunjung ke toko online saya di:
http://jualbukubagus.blogspot.com
http://tokoanekakebutuhan.blogspot.com


3b.

Re: (garasi) Dari Baju Bekas ke Toko Online Buku Bekas

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Mon Jan 25, 2010 7:13 pm (PST)



aku udah pesen banyak buku nih sama mba retno bahkan sebelum barangnya ada
hehehehehe...

sukses ya mbak.. *^^*

p.s.: aku masih belum berani nih hunting baju seribuan di senen spt cerita
mba retno...
bawaannya deg2an ajah kalau berkunjung ke senen... dulu waktu masih kuliah,
temen cowokku yg biasa beliin buku2 kuliah murah di senen utkku... sampe
skrg aku masih ngga berani ke sana... *^^*

2010/1/26 punya_retno <punya_retno@yahoo.com>

>
>
> Dari Baju Bekas ke Toko Online Buku Bekas
> Oleh Retnadi Nur'aini
>
> Pukul 08.30 adalah salah satu waktu sibuk di Pasar Senen. Klakson angkot
> sudah ramai bersahutan, dengan teriakan para kenek yang berebutan penumpang
> di terminal. "Aqua, aqua, yang aus, yang aus," teriak penjaja minuman
> sesekali terdengar. Sementara para pedagang baju bekas mulai membuka
> lapaknya di bahu jalan.
>
> Dan di sanalah, di lobi Atrium Senen, saya melihat mereka. Wajah-wajah sama
> yang saya temui di ruangan kuliah, atau saat menyantap pecel ayam di kantin
> kampus, atau saat menelusuri tumpukan skripsi di perpustakaan jurusan, atau
> bahkan saat menonton DVD serial Friends di ruang tengah rumah Citra.
> Wajah-wajah familiar yang kemarin sore baru saja mengucapkan "Sampe besok ya
> No, ati-ati yaaa."
>
> Seperti saran saya, mereka tidak berpakaian rapih. Citra tidak menyisir
> rambutnya. Shinta dan Ain mengenakan jilbab langsung pakai. Dhanny
> mengenakan sandal jepit. Dan Yena kami yang selalu tampil modis bahkan saat
> akan tidur sekalipun, telah berusaha mengenakan pakaian terbelel
> miliknya�sepotong kaus abu-abu dan celana selutut. Kami semua membawa satu
> ransel besar yang dikenakan di depan, satu botol air mineral, dan banyak
> uang receh.
>
> Dengan bersemangat, mata-mata mereka menatap saya. Lalu berujar "Jadi kita
> mulai hunting baju darimana nih, No?"
> ***
>
> Pasar Senen adalah salah satu tempat yang telah saya akrabi sejak saya
> berusia 15 tahun. Saat itu, dengan bermodalkan uang hadiah menang lomba
> synopsis, saya membuka rental komik di rumah. Jangan bayangkan rental komik
> satu ruangan penuh buku dulu, ya. Karena dulu koleksi saya tidak sebanyak
> itu. Koleksi saya hanyalah beberapa kardus komik dan satu kardus novel.
>
> Seluruh koleksi ini saya data dalam sebuah buku tulis. Kemudian setiap
> siang, saat istirahat dan usai pelajaran, saya akan menyambangi kelas per
> kelas di SMP saya untuk menyewakan komik-komik ini. Karena saat itu SMP saya
> terdiri atas 9 kelas, untuk setiap kelas 1,2, dan 3-nya, maka dari sanalah
> saya mulai terkenal sebagai "Retno Komik dari kelas 3-1".
>
> Harga sewa komik bervariasi, mulai dari Rp 300- Rp 1,000, dengan waktu sewa
> maksimal 1 minggu. Tak jarang calon penyewa akan bertanya pada saya "7200
> detik itu tentang apa ya, No? Bagus nggak?", atau "No, gua lagi pingin baca
> Serial Cantik yang romantis, ada nggak?", atau "No, gua baru baca Topeng
> Kaca sampe Maya-nya jadi Puck. Itu nomer berapa ya?". Dan di sanalah saya,
> menghabiskan waktu istirahat saya dengan menjawabi pertanyaan itu satu
> persatu.
> ***
>
> Setiap Minggu pagi, dengan membawa daftar judul komik yang belum lengkap
> saya akan berburu komik di terminal Senen. Lalu, pulang menjelang siang
> dengan ransel penuh. Usai makan siang, saya akan membersihkan setiap komik
> itu dengan lap bersih. Lalu menyampulinya dengan sampul plastic, dan
> terakhir, mendatanya sebagai update stok baru di daftar komik saya.
>
> Berapa pendapatan saya saat itu? Tidak banyak memang. Hanya sekitar Rp
> 5,000-Rp 20,000 per hari. Jumlah yang tidak sebanding dengan pengeluaran
> saya untuk belanja stok komik tiap minggu. Jumlah yang kalau
> dihitung-hitung, tetap tidak sebanding dengan usaha saya untuk merawat komik
> koleksi saya, sementara para penyewa ada yang merusaknya, atau bahkan tidak
> mengembalikannya sampai sekarang.
>
> Apapun itu, saya mensyukuri pengalaman itu. Dari pengalaman itu, saya
> belajar akan sulitnya mencari uang, sehingga lebih menghargai nilai uang itu
> sendiri. Seperti ujaran Kekes dan Ra' di serial Anak-anak Mama Alin karya
> bubin LantanG "Makanan yang gua makan, air yang gua minum, terasa lebih
> nikmat. Karena itu semua pake keringat gua sendiri.."
> ***
>
> Dan enam tahun kemudian, kembalilah saya ke Pasar Senen. Bedanya, kali ini
> saya tak lagi menyambangi lapak buku bekas, namun lapak baju bekas. Karena
> hamper tiap minggu kesana, saya sampai nyaris hapal lapak mana yang punya
> rok bagus, kemeja bagus dengan harga seribuan, rajut-rajut dengan harga
> murah Rp 15 ribu-2 potong, dll.
>
> Dari sana, saya juga belajar untuk jeli memilih. Apakah pakaian merk Dior
> ini asli? Apakah rajut-rajutnya utuh dan tidak ada benang yang terburai?
> Apakah noda ini masih bisa dihilangkan dengan deterjen? Apakah kancingnya
> lengkap? Dan kalaupun tidak, adakah kancing ekstra di bagian dalam baju
> untuk mengganti kancing yang lepas ini? Dan banyak detil lain lagi yang saya
> pelajari.
>
> Dengan mengacu pada majalah mode seperti Cosmopolitan, Seventeen, Cosmo
> Girl, dan catalog sejumlah merk pakaian, saya juga belajar untuk me-mix and
> match baju model aneh-aneh. Rok panjang lukis dengan kaus lengan panjang
> putih dan rompi rajut-rajut putih. Gaun vintage biru renda-renda semata kaki
> dengan sepatu bot merah. Gaun mini merah dengan jins warna nyaris pudar,
> dengan bot merah dan kalung manik-manik hitam merah. Dan saat ada yang
> berkomentar "Iiih, bajunya lucuuu", maka saya akan menjawab "Ini beli di
> Senen lho, cuma seribu.."
>
> Well, tentu saja, saya tak berburu baju di Senen semata-mata untuk koleksi
> pribadi saya. Setelah mencuci dan menyeterikanya, saya akan membawa beberapa
> potong ke kampus, bahkan ke kantor majalah tempat saya nyambi bekerja saat
> itu. Saat ada bazaar di Balairung, saya dan teman-teman juga patungan
> menyewa tempat. Lalu bersama-sama, kami akan bergantian menjaga lapak yang
> isinya sagala aya itu. Mulai dari baju vintage, madu, mahkota dewa, asesoris
> dari manik-manik seperti kalung, gelang, tas, dompet, dll.
>
> Bagaimanapun, pengalaman buka lapak itu juga mengajarkan saya banyak hal.
> Diantaranya, alat-alat penunjang untuk display barang dagangan kita�atau
> setidaknya, bagaimana memaksimalkan apa yang kita punya untuk memaksimalkan
> display. Dulu, karena tidak punya gantungan baju beroda, yang kami lakukan
> adalah membawa koper, dan membukanya begitu saja di lapak. Untuk menggantung
> baju-baju, kami menggunakan dahan pohon dan tali raffia. Menggunakan kardus
> sebagai pengganti meja pajang. Dan yang terpenting, berlatih menyapa setiap
> orang yang lewat dengan "Silakan Mbak, baju vintagenya, atau
> kalung-kalungnya. Handmade lho Mbak.."
>
> Di bazaar itu pula, saya pernah menjual gaun vintage motif komik American
> Heroes dengan harga Rp 25,000. Gaun itu saya beli di Senen dengan harga Rp
> 1000. Atau, atasan rajut-rajut warna toska dengan lengan gembung yang saya
> beli Rp 7,500, dan saya jual Rp 35,000.
>
> Harga jual ini tak semata-mata saya pasang asal taruh. Sebelumnya, saya
> sudah melakukan riset harga ke sejumlah mal dan butik. Dan karena bagi saya
> `bekas is bekas', maka harga yang saya pasang hampir selalu 50 % di bawah
> harga pasar, dan sebisa mungkin dikurangi lagi sampai sekitar 20%. Prinsip
> ini jugalah yang saya terapkan dalam membuka toko buku online pertama saya,
> HM Books atau Halaman Moeka Books.
> ***
>
> Pada Juli 2009, mulanya HM Books hanya menjual buku-buku koleksi pribadi
> saya saja. Namun dengan berjalannya waktu, saya pun mulai melakukan
> perburuan buku. Dan hingga kini, HM Books menjual rata-rata 150-200 buku
> setiap bulan, mulai dari novel, komik, dan majalah, baik baru maupun bekas.
> Alhamdulillah.
>
> Di HM Books inilah saya kembali belajar pengalaman baru. Tentang seni
> berburu buku langka. Tentang manajemen keuangan. Tentang bagaimana
> menghadapi keluhan atau complain pelanggan. Tentang menjawabi permintaan
> pelanggan. Tentang menghadapi pemesan yang bisa memesan setumpuk buku,
> kemudian menghilang entah kemana tanpa kabar dan pemberitahuan. Tentang
> mengirim barang secara cepat. Tentang memenuhi janji pada pelanggan yang
> memesan buku secara offline. Tentang promo. Tentang menyikapi persaingan
> ketat di antara penjual online lainnya. Dan masih banyak lagi pelajaran
> berharga lainnya bagi saya.
>
> Namun yang paling saya syukuri di atas segalanya, adalah bahwa saya bisa
> melakukannya dari rumah. Untuk pertama kalinya sejak saya pertama kali
> bekerja kantoran di usia 19 tahun, saya tak perlu lagi berkejaran dengan bus
> kota dan berdesakan di dalamnya. Saya juga tak perlu lagi pulang larut
> malam, karena menyelesaikan sejumlah deadline.
>
> Dan yang terpenting, sekarang saya bisa menjalankan toko online ini sambil
> menjaga dan membesarkan Raihana. Mencoba memberikan ASI eksklusif padanya,
> sambil mengamatinya setiap perkembangannya, yang kini telah bisa tengkurap
> dan guling-gulingan di atas kasur. Karena Raihana adalah prioritas utama
> saya, maka bagi saya pekerjaan utama saya tetaplah sebagai ibu. Dan bahwa
> pekerjaan lainnya�entah itu menjalankan toko online, mengedit dan
> mengategorisasikan buku, menulis artikel�apapun itu, tetaplah pekerjaan
> sampingan saya.
>
> Yes, I love my job &#61514;. Alhamdulillah.
> ***
> Dan bagi para pembaca, silakan berkunjung ke toko online saya di:
> http://jualbukubagus.blogspot.com
> http://tokoanekakebutuhan.blogspot.com
>
>
>
>
3c.

Re: (garasi) Dari Baju Bekas ke Toko Online Buku Bekas

Posted by: "punya_retno" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Mon Jan 25, 2010 7:28 pm (PST)



hmm, sebenarnya ada buku yg pernah ada, sayangnya udah laku, maaf ya :)
kali lain, kusimpankan utkmu ya :)
sukses juga buat mb lia :)

ps: iya mbak, jangan kesana sendirian. rawan copet, rawan dicolek2. kan masih bisa ke pasar baru, yg relatif lebih aman :)

salam,

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Lia Octavia <liaoctavia@...> wrote:
>
> aku udah pesen banyak buku nih sama mba retno bahkan sebelum barangnya ada
> hehehehehe...
>
> sukses ya mbak.. *^^*
>
> p.s.: aku masih belum berani nih hunting baju seribuan di senen spt cerita
> mba retno...
> bawaannya deg2an ajah kalau berkunjung ke senen... dulu waktu masih kuliah,
> temen cowokku yg biasa beliin buku2 kuliah murah di senen utkku... sampe
> skrg aku masih ngga berani ke sana... *^^*
>

3d.

Re: (garasi) Dari Baju Bekas ke Toko Online Buku  Bekas

Posted by: "wiwiek sulistyowati" winiez15@yahoo.com   winiez15

Mon Jan 25, 2010 7:44 pm (PST)



Wuah, pengalamannya asyik bgt !!
Mau dunks, ikutan hunting baju di Senen :D
Thanks for sharing ya .......

--- On Mon, 1/25/10, Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com> wrote:

From: Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com>
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] (garasi) Dari Baju Bekas ke Toko Online Buku Bekas
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Monday, January 25, 2010, 10:13 PM

 

aku udah pesen banyak buku nih sama mba retno bahkan sebelum barangnya ada hehehehehe.. .

sukses ya mbak.. *^^*

p.s.: aku masih belum berani nih hunting baju seribuan di senen spt cerita mba retno...
bawaannya deg2an ajah kalau berkunjung ke senen... dulu waktu masih kuliah, temen cowokku yg biasa beliin buku2 kuliah murah di senen utkku... sampe skrg aku masih ngga berani ke sana... *^^*

2010/1/26 punya_retno <punya_retno@ yahoo.com>

 

Dari Baju Bekas ke Toko Online Buku Bekas
Oleh Retnadi Nur'aini

Pukul 08.30 adalah salah satu waktu sibuk di Pasar Senen. Klakson angkot sudah ramai bersahutan, dengan teriakan para kenek yang berebutan penumpang di terminal. "Aqua, aqua, yang aus, yang aus," teriak penjaja minuman sesekali terdengar. Sementara para pedagang baju bekas mulai membuka lapaknya di bahu jalan.

Dan di sanalah, di lobi Atrium Senen, saya melihat mereka. Wajah-wajah sama yang saya temui di ruangan kuliah, atau saat menyantap pecel ayam di kantin kampus, atau saat menelusuri tumpukan skripsi di perpustakaan jurusan, atau bahkan saat menonton DVD serial Friends di ruang tengah rumah Citra. Wajah-wajah familiar yang kemarin sore baru saja mengucapkan "Sampe besok ya No, ati-ati yaaa."

Seperti saran saya, mereka tidak berpakaian rapih. Citra tidak menyisir rambutnya. Shinta dan Ain mengenakan jilbab langsung pakai. Dhanny mengenakan sandal jepit. Dan Yena kami yang selalu tampil modis bahkan saat akan tidur sekalipun, telah berusaha mengenakan pakaian terbelel miliknya—sepotong kaus abu-abu dan celana selutut. Kami semua membawa satu ransel besar yang dikenakan di depan, satu botol air mineral, dan banyak uang receh.

Dengan bersemangat, mata-mata mereka menatap saya. Lalu berujar "Jadi kita mulai hunting baju darimana nih, No?"
***

Pasar Senen adalah salah satu tempat yang telah saya akrabi sejak saya berusia 15 tahun. Saat itu, dengan bermodalkan uang hadiah menang lomba synopsis, saya membuka rental komik di rumah. Jangan bayangkan rental komik satu ruangan penuh buku dulu, ya. Karena dulu koleksi saya tidak sebanyak itu. Koleksi saya hanyalah beberapa kardus komik dan satu kardus novel.

Seluruh koleksi ini saya data dalam sebuah buku tulis. Kemudian setiap siang, saat istirahat dan usai pelajaran, saya akan menyambangi kelas per kelas di SMP saya untuk menyewakan komik-komik ini. Karena saat itu SMP saya terdiri atas 9 kelas, untuk setiap kelas 1,2, dan 3-nya, maka dari sanalah saya mulai terkenal sebagai "Retno Komik dari kelas 3-1".

Harga sewa komik bervariasi, mulai dari Rp 300- Rp 1,000, dengan waktu sewa maksimal 1 minggu. Tak jarang calon penyewa akan bertanya pada saya "7200 detik itu tentang apa ya, No? Bagus nggak?", atau "No, gua lagi pingin baca Serial Cantik yang romantis, ada nggak?", atau "No, gua baru baca Topeng Kaca sampe Maya-nya jadi Puck. Itu nomer berapa ya?". Dan di sanalah saya, menghabiskan waktu istirahat saya dengan menjawabi pertanyaan itu satu persatu.
***

Setiap Minggu pagi, dengan membawa daftar judul komik yang belum lengkap saya akan berburu komik di terminal Senen. Lalu, pulang menjelang siang dengan ransel penuh. Usai makan siang, saya akan membersihkan setiap komik itu dengan lap bersih. Lalu menyampulinya dengan sampul plastic, dan terakhir, mendatanya sebagai update stok baru di daftar komik saya.

Berapa pendapatan saya saat itu? Tidak banyak memang. Hanya sekitar Rp 5,000-Rp 20,000 per hari. Jumlah yang tidak sebanding dengan pengeluaran saya untuk belanja stok komik tiap minggu. Jumlah yang kalau dihitung-hitung, tetap tidak sebanding dengan usaha saya untuk merawat komik koleksi saya, sementara para penyewa ada yang merusaknya, atau bahkan tidak mengembalikannya sampai sekarang.

Apapun itu, saya mensyukuri pengalaman itu. Dari pengalaman itu, saya belajar akan sulitnya mencari uang, sehingga lebih menghargai nilai uang itu sendiri. Seperti ujaran Kekes dan Ra' di serial Anak-anak Mama Alin karya bubin LantanG "Makanan yang gua makan, air yang gua minum, terasa lebih nikmat. Karena itu semua pake keringat gua sendiri.."
***

Dan enam tahun kemudian, kembalilah saya ke Pasar Senen. Bedanya, kali ini saya tak lagi menyambangi lapak buku bekas, namun lapak baju bekas. Karena hamper tiap minggu kesana, saya sampai nyaris hapal lapak mana yang punya rok bagus, kemeja bagus dengan harga seribuan, rajut-rajut dengan harga murah Rp 15 ribu-2 potong, dll.

Dari sana, saya juga belajar untuk jeli memilih. Apakah pakaian merk Dior ini asli? Apakah rajut-rajutnya utuh dan tidak ada benang yang terburai? Apakah noda ini masih bisa dihilangkan dengan deterjen? Apakah kancingnya lengkap? Dan kalaupun tidak, adakah kancing ekstra di bagian dalam baju untuk mengganti kancing yang lepas ini? Dan banyak detil lain lagi yang saya pelajari.

Dengan mengacu pada majalah mode seperti Cosmopolitan, Seventeen, Cosmo Girl, dan catalog sejumlah merk pakaian, saya juga belajar untuk me-mix and match baju model aneh-aneh. Rok panjang lukis dengan kaus lengan panjang putih dan rompi rajut-rajut putih. Gaun vintage biru renda-renda semata kaki dengan sepatu bot merah. Gaun mini merah dengan jins warna nyaris pudar, dengan bot merah dan kalung manik-manik hitam merah. Dan saat ada yang berkomentar "Iiih, bajunya lucuuu", maka saya akan menjawab "Ini beli di Senen lho, cuma seribu.."

Well, tentu saja, saya tak berburu baju di Senen semata-mata untuk koleksi pribadi saya. Setelah mencuci dan menyeterikanya, saya akan membawa beberapa potong ke kampus, bahkan ke kantor majalah tempat saya nyambi bekerja saat itu. Saat ada bazaar di Balairung, saya dan teman-teman juga patungan menyewa tempat. Lalu bersama-sama, kami akan bergantian menjaga lapak yang isinya sagala aya itu. Mulai dari baju vintage, madu, mahkota dewa, asesoris dari manik-manik seperti kalung, gelang, tas, dompet, dll.

Bagaimanapun, pengalaman buka lapak itu juga mengajarkan saya banyak hal. Diantaranya, alat-alat penunjang untuk display barang dagangan kita—atau setidaknya, bagaimana memaksimalkan apa yang kita punya untuk memaksimalkan display. Dulu, karena tidak punya gantungan baju beroda, yang kami lakukan adalah membawa koper, dan membukanya begitu saja di lapak. Untuk menggantung baju-baju, kami menggunakan dahan pohon dan tali raffia. Menggunakan kardus sebagai pengganti meja pajang. Dan yang terpenting, berlatih menyapa setiap orang yang lewat dengan "Silakan Mbak, baju vintagenya, atau kalung-kalungnya. Handmade lho Mbak.."

Di bazaar itu pula, saya pernah menjual gaun vintage motif komik American Heroes dengan harga Rp 25,000. Gaun itu saya beli di Senen dengan harga Rp 1000. Atau, atasan rajut-rajut warna toska dengan lengan gembung yang saya beli Rp 7,500, dan saya jual Rp 35,000.

Harga jual ini tak semata-mata saya pasang asal taruh. Sebelumnya, saya sudah melakukan riset harga ke sejumlah mal dan butik. Dan karena bagi saya `bekas is bekas', maka harga yang saya pasang hampir selalu 50 % di bawah harga pasar, dan sebisa mungkin dikurangi lagi sampai sekitar 20%. Prinsip ini jugalah yang saya terapkan dalam membuka toko buku online pertama saya, HM Books atau Halaman Moeka Books.
***

Pada Juli 2009, mulanya HM Books hanya menjual buku-buku koleksi pribadi saya saja. Namun dengan berjalannya waktu, saya pun mulai melakukan perburuan buku. Dan hingga kini, HM Books menjual rata-rata 150-200 buku setiap bulan, mulai dari novel, komik, dan majalah, baik baru maupun bekas. Alhamdulillah.

Di HM Books inilah saya kembali belajar pengalaman baru. Tentang seni berburu buku langka. Tentang manajemen keuangan. Tentang bagaimana menghadapi keluhan atau complain pelanggan. Tentang menjawabi permintaan pelanggan. Tentang menghadapi pemesan yang bisa memesan setumpuk buku, kemudian menghilang entah kemana tanpa kabar dan pemberitahuan. Tentang mengirim barang secara cepat. Tentang memenuhi janji pada pelanggan yang memesan buku secara offline. Tentang promo. Tentang menyikapi persaingan ketat di antara penjual online lainnya. Dan masih banyak lagi pelajaran berharga lainnya bagi saya.

Namun yang paling saya syukuri di atas segalanya, adalah bahwa saya bisa melakukannya dari rumah. Untuk pertama kalinya sejak saya pertama kali bekerja kantoran di usia 19 tahun, saya tak perlu lagi berkejaran dengan bus kota dan berdesakan di dalamnya. Saya juga tak perlu lagi pulang larut malam, karena menyelesaikan sejumlah deadline.

Dan yang terpenting, sekarang saya bisa menjalankan toko online ini sambil menjaga dan membesarkan Raihana. Mencoba memberikan ASI eksklusif padanya, sambil mengamatinya setiap perkembangannya, yang kini telah bisa tengkurap dan guling-gulingan di atas kasur. Karena Raihana adalah prioritas utama saya, maka bagi saya pekerjaan utama saya tetaplah sebagai ibu. Dan bahwa pekerjaan lainnya—entah itu menjalankan toko online, mengedit dan mengategorisasikan buku, menulis artikel—apapun itu, tetaplah pekerjaan sampingan saya.

Yes, I love my job &#61514;. Alhamdulillah.
***
Dan bagi para pembaca, silakan berkunjung ke toko online saya di:
http://jualbukubagu s.blogspot. com
http://tokoanekakeb utuhan.blogspot. com

3e.

Re: (garasi) Dari Baju Bekas ke Toko Online Buku Bekas

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Mon Jan 25, 2010 8:05 pm (PST)



Kompas pernah menurunkan *feature* tentang perburuan baju bekas di Pasar
Senen ini. Tapi tulisan Retno ternyata lebih detil, lebih kaya warna dan
lebih seru:). Cukup kuat mendorong memori saya ke jaman SMP (1991-1993)
waktu masih rajin cari buku ke Pasar Senen, dan sering ditawari -- secara
bisik-bisik -- buku stensilan Enny Arrow dan Freddy S:).

Sang penjual "ilegal" itu sendiri tidak punya lapak, hanya berkeliling
diam-diam mendekati target pembeli. Maklumlah, jaman itu polisi masih sangat
berwibawa. Jika terjadi deal dengan pembeli, transaksi pun dilangsungkan di
toilet. Termasuk untuk dagangan "porno" paling top saat itu, kartu remi
porno. Kisaran harganya -- saat ongkos bis masih seratus atau dua ratus saat
itu -- sudah 15 ribu rupiah. Untunglah, sebagai anak SMP, saya dkk tidak
punya banyak uang jadi tidak pernah khilaf untuk (mampu) membelinya,hehe...

TFS.

Tabik,

Nursalam AR

2010/1/26 punya_retno <punya_retno@yahoo.com>

>
>
> Dari Baju Bekas ke Toko Online Buku Bekas
> Oleh Retnadi Nur'aini
>
> Pukul 08.30 adalah salah satu waktu sibuk di Pasar Senen. Klakson angkot
> sudah ramai bersahutan, dengan teriakan para kenek yang berebutan penumpang
> di terminal. "Aqua, aqua, yang aus, yang aus," teriak penjaja minuman
> sesekali terdengar. Sementara para pedagang baju bekas mulai membuka
> lapaknya di bahu jalan.
>
> Dan di sanalah, di lobi Atrium Senen, saya melihat mereka. Wajah-wajah sama
> yang saya temui di ruangan kuliah, atau saat menyantap pecel ayam di kantin
> kampus, atau saat menelusuri tumpukan skripsi di perpustakaan jurusan, atau
> bahkan saat menonton DVD serial Friends di ruang tengah rumah Citra.
> Wajah-wajah familiar yang kemarin sore baru saja mengucapkan "Sampe besok ya
> No, ati-ati yaaa."
>
> Seperti saran saya, mereka tidak berpakaian rapih. Citra tidak menyisir
> rambutnya. Shinta dan Ain mengenakan jilbab langsung pakai. Dhanny
> mengenakan sandal jepit. Dan Yena kami yang selalu tampil modis bahkan saat
> akan tidur sekalipun, telah berusaha mengenakan pakaian terbelel
> miliknya�sepotong kaus abu-abu dan celana selutut. Kami semua membawa satu
> ransel besar yang dikenakan di depan, satu botol air mineral, dan banyak
> uang receh.
>
> Dengan bersemangat, mata-mata mereka menatap saya. Lalu berujar "Jadi kita
> mulai hunting baju darimana nih, No?"
> ***
>
> Pasar Senen adalah salah satu tempat yang telah saya akrabi sejak saya
> berusia 15 tahun. Saat itu, dengan bermodalkan uang hadiah menang lomba
> synopsis, saya membuka rental komik di rumah. Jangan bayangkan rental komik
> satu ruangan penuh buku dulu, ya. Karena dulu koleksi saya tidak sebanyak
> itu. Koleksi saya hanyalah beberapa kardus komik dan satu kardus novel.
>
> Seluruh koleksi ini saya data dalam sebuah buku tulis. Kemudian setiap
> siang, saat istirahat dan usai pelajaran, saya akan menyambangi kelas per
> kelas di SMP saya untuk menyewakan komik-komik ini. Karena saat itu SMP saya
> terdiri atas 9 kelas, untuk setiap kelas 1,2, dan 3-nya, maka dari sanalah
> saya mulai terkenal sebagai "Retno Komik dari kelas 3-1".
>
> Harga sewa komik bervariasi, mulai dari Rp 300- Rp 1,000, dengan waktu sewa
> maksimal 1 minggu. Tak jarang calon penyewa akan bertanya pada saya "7200
> detik itu tentang apa ya, No? Bagus nggak?", atau "No, gua lagi pingin baca
> Serial Cantik yang romantis, ada nggak?", atau "No, gua baru baca Topeng
> Kaca sampe Maya-nya jadi Puck. Itu nomer berapa ya?". Dan di sanalah saya,
> menghabiskan waktu istirahat saya dengan menjawabi pertanyaan itu satu
> persatu.
> ***
>
> Setiap Minggu pagi, dengan membawa daftar judul komik yang belum lengkap
> saya akan berburu komik di terminal Senen. Lalu, pulang menjelang siang
> dengan ransel penuh. Usai makan siang, saya akan membersihkan setiap komik
> itu dengan lap bersih. Lalu menyampulinya dengan sampul plastic, dan
> terakhir, mendatanya sebagai update stok baru di daftar komik saya.
>
> Berapa pendapatan saya saat itu? Tidak banyak memang. Hanya sekitar Rp
> 5,000-Rp 20,000 per hari. Jumlah yang tidak sebanding dengan pengeluaran
> saya untuk belanja stok komik tiap minggu. Jumlah yang kalau
> dihitung-hitung, tetap tidak sebanding dengan usaha saya untuk merawat komik
> koleksi saya, sementara para penyewa ada yang merusaknya, atau bahkan tidak
> mengembalikannya sampai sekarang.
>
> Apapun itu, saya mensyukuri pengalaman itu. Dari pengalaman itu, saya
> belajar akan sulitnya mencari uang, sehingga lebih menghargai nilai uang itu
> sendiri. Seperti ujaran Kekes dan Ra' di serial Anak-anak Mama Alin karya
> bubin LantanG "Makanan yang gua makan, air yang gua minum, terasa lebih
> nikmat. Karena itu semua pake keringat gua sendiri.."
> ***
>
> Dan enam tahun kemudian, kembalilah saya ke Pasar Senen. Bedanya, kali ini
> saya tak lagi menyambangi lapak buku bekas, namun lapak baju bekas. Karena
> hamper tiap minggu kesana, saya sampai nyaris hapal lapak mana yang punya
> rok bagus, kemeja bagus dengan harga seribuan, rajut-rajut dengan harga
> murah Rp 15 ribu-2 potong, dll.
>
> Dari sana, saya juga belajar untuk jeli memilih. Apakah pakaian merk Dior
> ini asli? Apakah rajut-rajutnya utuh dan tidak ada benang yang terburai?
> Apakah noda ini masih bisa dihilangkan dengan deterjen? Apakah kancingnya
> lengkap? Dan kalaupun tidak, adakah kancing ekstra di bagian dalam baju
> untuk mengganti kancing yang lepas ini? Dan banyak detil lain lagi yang saya
> pelajari.
>
> Dengan mengacu pada majalah mode seperti Cosmopolitan, Seventeen, Cosmo
> Girl, dan catalog sejumlah merk pakaian, saya juga belajar untuk me-mix and
> match baju model aneh-aneh. Rok panjang lukis dengan kaus lengan panjang
> putih dan rompi rajut-rajut putih. Gaun vintage biru renda-renda semata kaki
> dengan sepatu bot merah. Gaun mini merah dengan jins warna nyaris pudar,
> dengan bot merah dan kalung manik-manik hitam merah. Dan saat ada yang
> berkomentar "Iiih, bajunya lucuuu", maka saya akan menjawab "Ini beli di
> Senen lho, cuma seribu.."
>
> Well, tentu saja, saya tak berburu baju di Senen semata-mata untuk koleksi
> pribadi saya. Setelah mencuci dan menyeterikanya, saya akan membawa beberapa
> potong ke kampus, bahkan ke kantor majalah tempat saya nyambi bekerja saat
> itu. Saat ada bazaar di Balairung, saya dan teman-teman juga patungan
> menyewa tempat. Lalu bersama-sama, kami akan bergantian menjaga lapak yang
> isinya sagala aya itu. Mulai dari baju vintage, madu, mahkota dewa, asesoris
> dari manik-manik seperti kalung, gelang, tas, dompet, dll.
>
> Bagaimanapun, pengalaman buka lapak itu juga mengajarkan saya banyak hal.
> Diantaranya, alat-alat penunjang untuk display barang dagangan kita�atau
> setidaknya, bagaimana memaksimalkan apa yang kita punya untuk memaksimalkan
> display. Dulu, karena tidak punya gantungan baju beroda, yang kami lakukan
> adalah membawa koper, dan membukanya begitu saja di lapak. Untuk menggantung
> baju-baju, kami menggunakan dahan pohon dan tali raffia. Menggunakan kardus
> sebagai pengganti meja pajang. Dan yang terpenting, berlatih menyapa setiap
> orang yang lewat dengan "Silakan Mbak, baju vintagenya, atau
> kalung-kalungnya. Handmade lho Mbak.."
>
> Di bazaar itu pula, saya pernah menjual gaun vintage motif komik American
> Heroes dengan harga Rp 25,000. Gaun itu saya beli di Senen dengan harga Rp
> 1000. Atau, atasan rajut-rajut warna toska dengan lengan gembung yang saya
> beli Rp 7,500, dan saya jual Rp 35,000.
>
> Harga jual ini tak semata-mata saya pasang asal taruh. Sebelumnya, saya
> sudah melakukan riset harga ke sejumlah mal dan butik. Dan karena bagi saya
> `bekas is bekas', maka harga yang saya pasang hampir selalu 50 % di bawah
> harga pasar, dan sebisa mungkin dikurangi lagi sampai sekitar 20%. Prinsip
> ini jugalah yang saya terapkan dalam membuka toko buku online pertama saya,
> HM Books atau Halaman Moeka Books.
> ***
>
> Pada Juli 2009, mulanya HM Books hanya menjual buku-buku koleksi pribadi
> saya saja. Namun dengan berjalannya waktu, saya pun mulai melakukan
> perburuan buku. Dan hingga kini, HM Books menjual rata-rata 150-200 buku
> setiap bulan, mulai dari novel, komik, dan majalah, baik baru maupun bekas.
> Alhamdulillah.
>
> Di HM Books inilah saya kembali belajar pengalaman baru. Tentang seni
> berburu buku langka. Tentang manajemen keuangan. Tentang bagaimana
> menghadapi keluhan atau complain pelanggan. Tentang menjawabi permintaan
> pelanggan. Tentang menghadapi pemesan yang bisa memesan setumpuk buku,
> kemudian menghilang entah kemana tanpa kabar dan pemberitahuan. Tentang
> mengirim barang secara cepat. Tentang memenuhi janji pada pelanggan yang
> memesan buku secara offline. Tentang promo. Tentang menyikapi persaingan
> ketat di antara penjual online lainnya. Dan masih banyak lagi pelajaran
> berharga lainnya bagi saya.
>
> Namun yang paling saya syukuri di atas segalanya, adalah bahwa saya bisa
> melakukannya dari rumah. Untuk pertama kalinya sejak saya pertama kali
> bekerja kantoran di usia 19 tahun, saya tak perlu lagi berkejaran dengan bus
> kota dan berdesakan di dalamnya. Saya juga tak perlu lagi pulang larut
> malam, karena menyelesaikan sejumlah deadline.
>
> Dan yang terpenting, sekarang saya bisa menjalankan toko online ini sambil
> menjaga dan membesarkan Raihana. Mencoba memberikan ASI eksklusif padanya,
> sambil mengamatinya setiap perkembangannya, yang kini telah bisa tengkurap
> dan guling-gulingan di atas kasur. Karena Raihana adalah prioritas utama
> saya, maka bagi saya pekerjaan utama saya tetaplah sebagai ibu. Dan bahwa
> pekerjaan lainnya�entah itu menjalankan toko online, mengedit dan
> mengategorisasikan buku, menulis artikel�apapun itu, tetaplah pekerjaan
> sampingan saya.
>
> Yes, I love my job &#61514;. Alhamdulillah.
> ***
> Dan bagi para pembaca, silakan berkunjung ke toko online saya di:
> http://jualbukubagus.blogspot.com
> http://tokoanekakebutuhan.blogspot.com
>
>
>
>

--
"There is no life without risks"
Nursalam AR
Translator - Writer - Trainer
0813-10040723
021-92727391
Facebook: www.facebook.com/nursalam.ar
Blog: www.nursalam.multiply.com
3f.

Re: (garasi) Dari Baju Bekas ke Toko Online Buku Bekas

Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Mon Jan 25, 2010 10:13 pm (PST)



Retno kereeeeeeeen ^^

Moga makin laris, ya, no ^^

Aku jadi ingat pengalamanku jualan-jualan itu, tapi ga sedetail Retno. Baran daganganku berasal dari orang-orang terdekatku, hehe

salam

Novi

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "punya_retno" <punya_retno@...> wrote:
>
> Dari Baju Bekas ke Toko Online Buku Bekas
> Oleh Retnadi Nur'aini
>
> Pukul 08.30 adalah salah satu waktu sibuk di Pasar Senen. Klakson angkot sudah ramai bersahutan, dengan teriakan para kenek yang berebutan penumpang di terminal. "Aqua, aqua, yang aus, yang aus," teriak penjaja minuman sesekali terdengar. Sementara para pedagang baju bekas mulai membuka lapaknya di bahu jalan.
>
> Dan di sanalah, di lobi Atrium Senen, saya melihat mereka. Wajah-wajah sama yang saya temui di ruangan kuliah, atau saat menyantap pecel ayam di kantin kampus, atau saat menelusuri tumpukan skripsi di perpustakaan jurusan, atau bahkan saat menonton DVD serial Friends di ruang tengah rumah Citra. Wajah-wajah familiar yang kemarin sore baru saja mengucapkan "Sampe besok ya No, ati-ati yaaa."
>
> Seperti saran saya, mereka tidak berpakaian rapih. Citra tidak menyisir rambutnya. Shinta dan Ain mengenakan jilbab langsung pakai. Dhanny mengenakan sandal jepit. Dan Yena kami yang selalu tampil modis bahkan saat akan tidur sekalipun, telah berusaha mengenakan pakaian terbelel miliknya—sepotong kaus abu-abu dan celana selutut. Kami semua membawa satu ransel besar yang dikenakan di depan, satu botol air mineral, dan banyak uang receh.
>
> Dengan bersemangat, mata-mata mereka menatap saya. Lalu berujar "Jadi kita mulai hunting baju darimana nih, No?"
> ***
>
> Pasar Senen adalah salah satu tempat yang telah saya akrabi sejak saya berusia 15 tahun. Saat itu, dengan bermodalkan uang hadiah menang lomba synopsis, saya membuka rental komik di rumah. Jangan bayangkan rental komik satu ruangan penuh buku dulu, ya. Karena dulu koleksi saya tidak sebanyak itu. Koleksi saya hanyalah beberapa kardus komik dan satu kardus novel.
>
> Seluruh koleksi ini saya data dalam sebuah buku tulis. Kemudian setiap siang, saat istirahat dan usai pelajaran, saya akan menyambangi kelas per kelas di SMP saya untuk menyewakan komik-komik ini. Karena saat itu SMP saya terdiri atas 9 kelas, untuk setiap kelas 1,2, dan 3-nya, maka dari sanalah saya mulai terkenal sebagai "Retno Komik dari kelas 3-1".
>
> Harga sewa komik bervariasi, mulai dari Rp 300- Rp 1,000, dengan waktu sewa maksimal 1 minggu. Tak jarang calon penyewa akan bertanya pada saya "7200 detik itu tentang apa ya, No? Bagus nggak?", atau "No, gua lagi pingin baca Serial Cantik yang romantis, ada nggak?", atau "No, gua baru baca Topeng Kaca sampe Maya-nya jadi Puck. Itu nomer berapa ya?". Dan di sanalah saya, menghabiskan waktu istirahat saya dengan menjawabi pertanyaan itu satu persatu.
> ***
>
> Setiap Minggu pagi, dengan membawa daftar judul komik yang belum lengkap saya akan berburu komik di terminal Senen. Lalu, pulang menjelang siang dengan ransel penuh. Usai makan siang, saya akan membersihkan setiap komik itu dengan lap bersih. Lalu menyampulinya dengan sampul plastic, dan terakhir, mendatanya sebagai update stok baru di daftar komik saya.
>
> Berapa pendapatan saya saat itu? Tidak banyak memang. Hanya sekitar Rp 5,000-Rp 20,000 per hari. Jumlah yang tidak sebanding dengan pengeluaran saya untuk belanja stok komik tiap minggu. Jumlah yang kalau dihitung-hitung, tetap tidak sebanding dengan usaha saya untuk merawat komik koleksi saya, sementara para penyewa ada yang merusaknya, atau bahkan tidak mengembalikannya sampai sekarang.
>
> Apapun itu, saya mensyukuri pengalaman itu. Dari pengalaman itu, saya belajar akan sulitnya mencari uang, sehingga lebih menghargai nilai uang itu sendiri. Seperti ujaran Kekes dan Ra' di serial Anak-anak Mama Alin karya bubin LantanG "Makanan yang gua makan, air yang gua minum, terasa lebih nikmat. Karena itu semua pake keringat gua sendiri.."
> ***
>
> Dan enam tahun kemudian, kembalilah saya ke Pasar Senen. Bedanya, kali ini saya tak lagi menyambangi lapak buku bekas, namun lapak baju bekas. Karena hamper tiap minggu kesana, saya sampai nyaris hapal lapak mana yang punya rok bagus, kemeja bagus dengan harga seribuan, rajut-rajut dengan harga murah Rp 15 ribu-2 potong, dll.
>
> Dari sana, saya juga belajar untuk jeli memilih. Apakah pakaian merk Dior ini asli? Apakah rajut-rajutnya utuh dan tidak ada benang yang terburai? Apakah noda ini masih bisa dihilangkan dengan deterjen? Apakah kancingnya lengkap? Dan kalaupun tidak, adakah kancing ekstra di bagian dalam baju untuk mengganti kancing yang lepas ini? Dan banyak detil lain lagi yang saya pelajari.
>
> Dengan mengacu pada majalah mode seperti Cosmopolitan, Seventeen, Cosmo Girl, dan catalog sejumlah merk pakaian, saya juga belajar untuk me-mix and match baju model aneh-aneh. Rok panjang lukis dengan kaus lengan panjang putih dan rompi rajut-rajut putih. Gaun vintage biru renda-renda semata kaki dengan sepatu bot merah. Gaun mini merah dengan jins warna nyaris pudar, dengan bot merah dan kalung manik-manik hitam merah. Dan saat ada yang berkomentar "Iiih, bajunya lucuuu", maka saya akan menjawab "Ini beli di Senen lho, cuma seribu.."
>
> Well, tentu saja, saya tak berburu baju di Senen semata-mata untuk koleksi pribadi saya. Setelah mencuci dan menyeterikanya, saya akan membawa beberapa potong ke kampus, bahkan ke kantor majalah tempat saya nyambi bekerja saat itu. Saat ada bazaar di Balairung, saya dan teman-teman juga patungan menyewa tempat. Lalu bersama-sama, kami akan bergantian menjaga lapak yang isinya sagala aya itu. Mulai dari baju vintage, madu, mahkota dewa, asesoris dari manik-manik seperti kalung, gelang, tas, dompet, dll.
>
> Bagaimanapun, pengalaman buka lapak itu juga mengajarkan saya banyak hal. Diantaranya, alat-alat penunjang untuk display barang dagangan kita—atau setidaknya, bagaimana memaksimalkan apa yang kita punya untuk memaksimalkan display. Dulu, karena tidak punya gantungan baju beroda, yang kami lakukan adalah membawa koper, dan membukanya begitu saja di lapak. Untuk menggantung baju-baju, kami menggunakan dahan pohon dan tali raffia. Menggunakan kardus sebagai pengganti meja pajang. Dan yang terpenting, berlatih menyapa setiap orang yang lewat dengan "Silakan Mbak, baju vintagenya, atau kalung-kalungnya. Handmade lho Mbak.."
>
> Di bazaar itu pula, saya pernah menjual gaun vintage motif komik American Heroes dengan harga Rp 25,000. Gaun itu saya beli di Senen dengan harga Rp 1000. Atau, atasan rajut-rajut warna toska dengan lengan gembung yang saya beli Rp 7,500, dan saya jual Rp 35,000.
>
> Harga jual ini tak semata-mata saya pasang asal taruh. Sebelumnya, saya sudah melakukan riset harga ke sejumlah mal dan butik. Dan karena bagi saya `bekas is bekas', maka harga yang saya pasang hampir selalu 50 % di bawah harga pasar, dan sebisa mungkin dikurangi lagi sampai sekitar 20%. Prinsip ini jugalah yang saya terapkan dalam membuka toko buku online pertama saya, HM Books atau Halaman Moeka Books.
> ***
>
> Pada Juli 2009, mulanya HM Books hanya menjual buku-buku koleksi pribadi saya saja. Namun dengan berjalannya waktu, saya pun mulai melakukan perburuan buku. Dan hingga kini, HM Books menjual rata-rata 150-200 buku setiap bulan, mulai dari novel, komik, dan majalah, baik baru maupun bekas. Alhamdulillah.
>
> Di HM Books inilah saya kembali belajar pengalaman baru. Tentang seni berburu buku langka. Tentang manajemen keuangan. Tentang bagaimana menghadapi keluhan atau complain pelanggan. Tentang menjawabi permintaan pelanggan. Tentang menghadapi pemesan yang bisa memesan setumpuk buku, kemudian menghilang entah kemana tanpa kabar dan pemberitahuan. Tentang mengirim barang secara cepat. Tentang memenuhi janji pada pelanggan yang memesan buku secara offline. Tentang promo. Tentang menyikapi persaingan ketat di antara penjual online lainnya. Dan masih banyak lagi pelajaran berharga lainnya bagi saya.
>
> Namun yang paling saya syukuri di atas segalanya, adalah bahwa saya bisa melakukannya dari rumah. Untuk pertama kalinya sejak saya pertama kali bekerja kantoran di usia 19 tahun, saya tak perlu lagi berkejaran dengan bus kota dan berdesakan di dalamnya. Saya juga tak perlu lagi pulang larut malam, karena menyelesaikan sejumlah deadline.
>
> Dan yang terpenting, sekarang saya bisa menjalankan toko online ini sambil menjaga dan membesarkan Raihana. Mencoba memberikan ASI eksklusif padanya, sambil mengamatinya setiap perkembangannya, yang kini telah bisa tengkurap dan guling-gulingan di atas kasur. Karena Raihana adalah prioritas utama saya, maka bagi saya pekerjaan utama saya tetaplah sebagai ibu. Dan bahwa pekerjaan lainnya—entah itu menjalankan toko online, mengedit dan mengategorisasikan buku, menulis artikel—apapun itu, tetaplah pekerjaan sampingan saya.
>
> Yes, I love my job &#61514;. Alhamdulillah.
> ***
> Dan bagi para pembaca, silakan berkunjung ke toko online saya di:
> http://jualbukubagus.blogspot.com
> http://tokoanekakebutuhan.blogspot.com
>

3g.

Re: (garasi) Dari Baju Bekas ke Toko Online Buku Bekas

Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com   siuhik

Tue Jan 26, 2010 1:56 am (PST)



Untuk Retno selalu dengan satu komentar, Retno-Retno! Bisa aja kamu! Thx ya sist sudah membaginya, terasa menohok banget buat saya terutama paragraf terakhirnya, hehehehe... apapun pilihan adalah sebuah keputusan dengan konsekwensinya. Peluk cium buat Raihana....
Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

________________________________
From: punya_retno <punya_retno@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Tue, January 26, 2010 8:49:25 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] (garasi) Dari Baju Bekas ke Toko Online Buku Bekas

Dari Baju Bekas ke Toko Online Buku Bekas
Oleh Retnadi Nur'aini

Pukul 08.30 adalah salah satu waktu sibuk di Pasar Senen. Klakson angkot sudah ramai bersahutan, dengan teriakan para kenek yang berebutan penumpang di terminal. "Aqua, aqua, yang aus, yang aus," teriak penjaja minuman sesekali terdengar. Sementara para pedagang baju bekas mulai membuka lapaknya di bahu jalan.

4a.

Re: [catcil] Tentang Sahabat ^^

Posted by: "siril_wafa" siril_wafa@yahoo.co.id   siril_wafa

Mon Jan 25, 2010 6:27 pm (PST)



Hhhmmmm.......

saya termasuk sahabat yang mana yach...??
suka chat di YM aja kayaknya, nggak pernah ketemu ...:)

sis

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, novi khansa' <novi_ningsih@...> wrote:
>
> Membaca tulisan seorang sahabat di sini membuka ingatan saya

5.

[INFO LOMBA] LOMBA MENULIS NOVEL BERBAHASA JAWA

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Mon Jan 25, 2010 9:32 pm (PST)



*Mohon maaf, sekadar meneruskan dari milis Apsas. Untuk detilnya,silakan
hubungi no.telp atau email panitia.
*

*
*

*Moga bermanfaat. Moga tidak ada yang protes:).
*

*regards,*

*Nursalam AR*

*============
*

*
*

*LOMBA MENULIS NOVEL BAHASA JAWA*

Lomba terbuka untuk umum dengan usia 16 tahun ke atas

� Naskah merupakan karya asli, bukan terjemahan

� Tokoh cerita hendaknya orang biasa saja jaman sekarang dan bukan tokoh
pahlawan, sejarah atau tokoh pewayangan

� Naskah ditulis dengan memperhatikan Ejaan Bahasa Jawa (pepet dan taling
harap
dibedakan)

� Naskah belum pernah dipublikasikan di media massa cetak ataupun elektronik
dan tidak sedang diikutsertakan dalam sayembara lain

� Panjang naskah minimal 300 halaman

� Naskah ditulis dengan menggunakan file Word (doc, docx, rtf, atau htm)
menggunakan huruf Times New Roman ukuran 12, Spasi 1,5 dan ukuran kertas A4

� Naskah dalam bentuk file dikirim melalui email ke:
noveljawa@yahoo.com <h/1f4cnusv60vye/?v=b&cs=wh&to=noveljawa@yahoo.com> dan
noveljawa@gmail.com <h/1f4cnusv60vye/?v=b&cs=wh&to=noveljawa@gmail.com>

� Naskah dalam bentuk Print out sebanyak 3 salinan dikirim ke:

� Suwardi Endraswara
Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa, FBS
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)
Yogyakarta 55281, Telp. (0274) 550843

� Naskah diterima panitia (cap pos) paling lambat tanggal 10 Desember 2010
dengan disertai biodata dan fotokopi identitas. Tuliskan LOMBA NOVEL JAWA di
pojok kiri Amplop. Mohon cantumkan nomor telepon yang bisa dihubungi.

� Naskah akan dinilai oleh dewan juri yang terdiri dari Akademisi, Praktisi
dan Peneliti

� Panitia menentukan kejuaraan dan hadiah sebagai berikut:

Juara I Rp. 7.000.000
Juara II Rp. 4.000.000
Juara III Rp. 3.000.000

� Jika isinya cukup menarik naskah juara I, II, dan III akan diterbitkan
dalam bentuk buku oleh panitia dan bagi pemenang akan diberikan bukti
penerbitan 10 eksemplar dan tidak diberikan tambahan honorarium berupa
apapun sebagai akibat dari penerbitan tersebut. Kalau novelnya sukses besar
dan menghasilkan untung, maka uangnya dikasih kepada sang penulis.

� Pengumuman pemenang akan disampaikan melalui media massa pada tanggal 16
Desember 2010 (Kamis Pon)

� Hadiah pemenang akan diberikan pada tanggal 15 Desember 2010 (Rabu Pahing)
di Yogyakarta.

� Keputusan Juri tidak bisa diganggu gugat.

Jika ada pertanyaan lanjut mohon mengirim email ke:
noveljawa@yahoo.com<h/1f4cnusv60vye/?v=b&cs=wh&to=noveljawa@yahoo.com>atau
noveljawa@gmail.com <h/1f4cnusv60vye/?v=b&cs=wh&to=noveljawa@gmail.com>

--
"There is no life without risks"
Nursalam AR
Translator - Writer - Trainer
0813-10040723
021-92727391
Facebook: www.facebook.com/nursalam.ar
Blog: www.nursalam.multiply.com
6a.

[INFO] LOMBA CIPTA PUISI INDOSAT 2010

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Mon Jan 25, 2010 9:39 pm (PST)



*Dear all,*

*Ini peluang untuk uji kemauan dan kemampuan. Masih terbuka kesempatan
serlaga, setidaknya untuk bulan Februari.*

*
*

*Silakan, untuk yang berminat, hubungi pihak panitia yang bersangkutan jika
ada pertanyaan. Bukan ke saya, yang sekadar meneruskan info ini. Untuk yang
tidak berminat, dengan alasan apapun, juga hubungi panitia aja ya. Itu lkan
ebih tepat salurannya dan lebih jantan. Ketimbang marah-marah tak karuan di
milis:).*

*
*

*Selamat berlomba!*

*
*

*Tabik,*

*
*

*Nursalam AR*

**

*=======
*

*
*

*
*

*Lomba Cipta Puisi Indosat*

* *

Sebagai upaya ikut membentuk karakteristik bangsa yang kreatif, mencintai
keindahan dalam karsa, cipta, dan karya puisi, juga untuk melahirkan seniman
(penyair) dengan talenta baru yang diharapkan dapat menjadi *agent of change
* (agen perubahan), PT. Sinar Abdi Mukti Jaya selaku payung www.situseni.com,
bekerjasama dengan PT. Indosat, Tbk. menggelar LOMBA CIPTA PUISI INDOSAT.
Total hadiah Rp50 Juta. Lomba akan dimulai tanggal 2 Januari 2010, dan
pengiriman puisi disampaikan melalui www.situseni.com.

* *

1. *A. Ketentuan Lomba*

1. *1. Ketentuan Umum*
1. Terbuka untuk umum.
2. Peserta harus mendaftar sebagai member www.situseni.com.
3. Memiliki SIM card Indosat: Mentari atau IM3, nomornya dicantumkan
dalam formulir lomba.
4. Nomor SIM card Indosat harus aktif selama mengikuti lomba. Panitia
akan melakukan pengecekan.
5. Bila nomor SIM card Mentari atau IM3 yang didaftarkan tidak aktif,
atau fiktif, maka peserta akan didiskualifikasi.
6. Mengisi formulir Lomba Cipta Puisi Indosat yang disediakan pada
portal www.situseni.com.

1. *2. Ketentuan Khusus*
1. Puisi ditulis dalam bahasa Indonesia.
2. Tema bebas.
3. Karya sendiri. Bila suatu hari terbukti hasil plagiat, akan
didiskualifikasi.
4. Belum pernah dipublikasikan di media apapun (cetak dan elektronik).
5. Belum pernah diikutsertakan dalam lomba apapun.

1. *3. Ketentuan Teknis*
1. Teknis Umum

1) Lomba terdiri dari dua tahapan: Lomba Bulanan dan Lomba Triwulan
(Grand Final).

2) Puisi yang telah didaftarkan, akan dipublikasikan pada database
Rubrik Puisi. Nama penyairnya tidak dicantumkan.

1. Lomba Bulanan

1) Satu member situseni.com hanya berhak mengirimkan satu judul puisi
pada Lomba Bulanan.

2) Tetapi pada Lomba Bulanan berikutnya, boleh mengikuti lomba kembali
dengan mengirimkan puisi yang lain.

3) Penilaian puisi terbaik dilakukan oleh Dewan Juri dan member
situseni.com.

4) Dewan Juri akan menilai semua puisi yang masuk, dan memilih dua
puluh lima (25) judul Puisi sebagai Finalis Lomba Bulanan.

5) Dua puluh lima (25) judul puisi Finalis Lomba Bulanan akan
ditayangkan pada halaman depan situseni.com.

6) Member situseni.com mem-voting puisi terbaik yang menjadi Finalis
Lomba Bulanan.

7) Setiap member situseni.com hanya bisa melakukan satu kali voting.

8) Dewan Juri menghitung hasil voting, dan mempertimbangkan
kelayakannya untuk menetapkan tiga (3) judul puisi sebagai Puisi Terbaik
Lomba Bulanan.

1. Lomba Triwulan (Grand Final)

1) Lomba Triwulan diikuti oleh Puisi-puisi Terbaik Lomba Bulanan, atau
sebanyak 3 judul puisi X 3 bulan = 9 judul puisi.

2) Ke-9 Judul puisi finalis Lomba Triwulan akan dinilai oleh Dewan Juri
Khusus dan Member.

3) Pemenang Lomba Triwulan (Grand Final) adalah:

a) Satu (1) judul Puisi Terpopuler Indosat versi member situseni.com.

b) Tiga (3) judul Puisi Terbaik Indosat versi Dewan Juri Khusus.

c) Satu (1) judul Puisi Utama Indosat.

*Keterangan:*

*Lomba Bulanan*

1. Pengiriman puisi untuk Lomba Bulanan dibuka mulai tanggal 1 hingga
akhir bulan, pukul 23.59 WIB, melalui formulir yang disedaiakan di
www.situseni.com.
2. Tanggal 1 � 10 bulan berikutnya, Dewan Juri menilai puisi-puisi yang
masuk, dan memilih dua puluh lima (25) judul puisi terbaik sebagai Finalis
Lomba Bulanan.
3. Pengumuman Dua puluh lima (25) judul puisi Finalis Lomba Bulanan
disampaikan oleh Dewan Juri pada tanggal 10 pukul 22.00 WIB, dan ditayangkan
di halaman depan situseni.com.
4. Member situseni.com mulai berhak menilai dan memberikan voting
terhadap dua puluh lima (25) judul puisi Finalis Lomba Bulanan, sejak
tanggal 11 pukul 00.01. WIB hingga tanggal 15 pukul 23.59 WIB.
5. Bila ada voting yang masuk setelah tanggal 15 pukul 23.59 WIB,
dinyatakan gugur.
6. Dewan Juri menilai hasil voting member situseni.com pada tanggal 16 �
17, dan mengumumkan tiga puisi Puisi Terbaik Lomba Bulanan pada tanggal 18
pukul 22.00.
7. Hadiah Puisi Terbaik Lomba Bulanan disampaikan oleh panitia kepada
pemenang via transfer elektrik (pulsa) dan rekening Bank (uang).

*Lomba Triwulan (Grand Final)*

1. Lomba Triwulan diselenggarakan setelah Lomba Bulanan selesai
dilaksanakan selama tiga (3) bulan.
2. Peserta lomba mulai berhak memberikan voting terhadap sembilan (9)
judul puisi finalis untuk memilih satu (1) judul *Puisi Terpopuler
Indosat*. Voting oleh peserta lomba mulai dilakukan tanggal 20 April 2010
pukul 00.01 WIB hingga 30 April 2010 pukul 23.59 WIB.
3. Bila ada voting setelah tanggal tersebut, maka dinyatakan gugur.
4. Dewan Juri Khusus melakukan penilaian terhadap sembilan (9) judul
puisi untuk kemudian memilih tiga (3) judul sebagai *Puisi Terbaik
Indosat, *dan* *satu* (*1) judul* Puisi Utama Indosat,* dilakukan tanggal
20 hingga akhir bulan.
5. Pengumuman Satu (1) judul *Puisi Terpopuler Indosat*, Tiga (3)
judul *Puisi
Terbaik Indosat,* serta satu (1) judul *Puisi Utama Indiosat *disampaikan
oleh Dewan Juri pada tanggal 1 Mei, pukul 22.00 WIB, dan akan ditayangkan di
halaman depan situseni.com <http://www.situseni.com/>
6. Hadiah Lomba Triwulan (grand final) diberikan dalam sebuah acara
khusus yang dihadiri oleh para pemenang, Dewan Juri, pihak Indosat, dan
pihak www.situseni.com.

1. *B. Dewan Juri*
1. Dewan Juri untuk Lomba Bulanan, adalah orang-orang yang kompeten
dalam bidang perpuisian dan kebahasaan.
2. Dewan Juri Lomba Triwulan (Grand Final) adalah Dewan Juri Khusus
yang terdiri dari Dewan Juri Lomba Bulanan ditambah dua orang
yang berasal
dari pakar sastra atau aktivis perpuisian.

1. *C. Aspek Penilaian oleh Dewan Juri*

1. Kedalaman dalam penggarapan tema, amanat, bunyi, suasana, imajinasi,
emosi, dan gaya bahasa.
2. Kekentalan dalam sublimasi dan simbolisasi.

1. *D. Hadiah*
1. Dua puluh lima (25) Puisi Finalis Lomba Bulanan, masing-masing
memperoleh hadiah voucher Indosat Rp150.000.
2. Tiga (3) judul Puisi Terbaik Indosat dalam Lomba Bulanan,
masing-masing memperoleh hadiah voucher Indosat Rp250.000 + uang
Rp1.000.000.
3. Tiga (3) judul Puisi Terbaik Indosat dalam Lomba Triwulan pilihan
Dewan Juri, masing-masing memperoleh hadiah voucher Indosat
Rp500.000 + uang
Rp1.500.000.
4. Satu (1) judul Puisi Terpopuler Indosat pilihan member dalam Lomba
Triwulan, memperoleh hadiah voucher Indosat Rp500.000 + uang Rp 1.500.000.
5. Satu (1) puisi peraih Puisi Utama Indosat dalam Lomba Triwulan,
memperoleh voucher Indosat Rp1.500.000 + uang tunai Rp15.000.000.
6. Hadiah hiburan Lomba Bulanan diberikan kepada peserta yang ikut
melakukan voting untuk Lomba Bulanan. Nomor SIM Card peserta akan diundi,
dan diambil 5 pemenang, masing-masing memperoleh voucher Indosat
Rp100.000.
7. Hadiah hiburan Lomba Triwulan diberikan kepada peserta yang ikut
melakukan voting untuk Lomba Triwulan. Nomor SIM Card peserta
akan diundi,
dan diambil 6 pemenang, masing-masing memperoleh voucher Indosat
Rp250.000.

Keterangan Tambahan:

1. Puisi-puisi finalis pada setiap Lomba Bulanan (total 75 judul puisi),
akan dibukukan oleh www.situseni.com, dan para penulisnya (penyair),
berhak memperoleh royalti sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam royalti
perbukuan.
2. Launching buku akan dilangsungkan bersamaan dengan penyerahan hadiah
bagi pemenang Puisi Utama Indosat.
3. Informasi terbaru yang berkait dengan Lomba Cipta Puisi Indosat ini,
akan disampaikan melalui www.situseni.com.

--
"There is no life without risks"
Nursalam AR
Translator - Writer - Trainer
0813-10040723
021-92727391
Facebook: www.facebook.com/nursalam.ar
Blog: www.nursalam.multiply.com
6b.

Re: [INFO] LOMBA CIPTA PUISI INDOSAT 2010

Posted by: "Mimin" minehaway@gmail.com   mine_haway

Tue Jan 26, 2010 1:55 am (PST)



Makasih infonya Bang.
Hari minggu saya baca posternya di TIM, tapi masih belum jelas, baca ini
lumayan jelas.
Musti aktifin no indosat lagi nih...

--
http://minehaway.com
Recent Activity
Visit Your Group
Share Photos

Put your favorite

photos and

more online.

Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

Group Charity

Be the Change

A citizen movement

to change the world

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: