Messages In This Digest (18 Messages)
- 1a.
- Re: alhamdulillah, 6 bukuku sudah terbit lagi..... From: agus_salims
- 2a.
- Re: [catcil] Hati yang Terkoyak From: Novi Khansa
- 3a.
- [bahasa] Ana, Antum dan Syukron From: Nursalam AR
- 3b.
- Re: [bahasa] Ana, Antum dan Syukron From: Syafaatus Syarifah
- 3c.
- Re: [bahasa] Ana, Antum dan Syukron From: Siwi LH
- 3d.
- Re: [bahasa] Ana, Antum dan Syukron From: Bang Aswi
- 3e.
- Re: [bahasa] Ana, Antum dan Syukron From: Hadian Febrianto
- 3f.
- Re: [bahasa] Ana, Antum dan Syukron From: Novi Khansa
- 4.
- Re: [bahasa] Ana, Antum dan Syukron--> Mbak Siwi & Sya2 From: Nursalam AR
- 5.
- Inilah Saatnya untuk Berkonsultasi GRATIS.... From: dr Dito
- 6.
- Indeks yang Ngaco From: Anwar Holid
- 7a.
- Re: [LaskarPenulis] (Resensi ala Bunda) Rahasia Melanjutkan Studi da From: Lisman Suryanegara
- 8.
- Who Wants To Be A Motivator? From: Ikhwan Sopa
- 9a.
- Re: (Ruang Musik) Ketika Aku Jatuh Cinta (by Ramaditya) From: anty th
- 9b.
- Re: (Ruang Musik) Ketika Aku Jatuh Cinta (by Ramaditya) From: Ramaditya Skywalker
- 10.
- Artikel: Apakah Nasib Seseorang Bisa Berubah? From: Dadang Kadarusman
- 11a.
- (Inspirasi) The "Hidden Message & True Power" of Water From: ~ Made Teddy Artiana ~
- 11b.
- Re: [sekolah-kehidupan] (Inspirasi) The "Hidden Message & True P From: Ramaditya Skywalker
Messages
- 1a.
-
Re: alhamdulillah, 6 bukuku sudah terbit lagi.....
Posted by: "agus_salims" agus_salims@yahoo.com agus_salims
Sun Jan 17, 2010 5:17 am (PST)
Seamaaat Mbak, dan sangat menarik perhatian, terutama yang -terbold-
dibawah ini. 'Potensi', lebih dekat dg pemberdayaan, dari pada
'cokokan'.
Mudah-mudahan suatu saat nanti ya Mbak, saya bisa menyishkan uang buat
itu.
Salam
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , ammy ramdhania <ammy_ram@..com .>
wrote:
>
> Assalamu alaikum
>
> Meminimalkan salah kaprah di dunia pendidikan usia dini, sehingga
potensi anak bisa digali dengan optimal.
>
> buku ini tidak sama dengan buku lain yang sudah beredar di luar sana.
> Coba lihat dan bandingkan.
>
>
> Apa dia selingkuh? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers.
http://id.answers.yahoo.com
>
- 2a.
-
Re: [catcil] Hati yang Terkoyak
Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com novi_ningsih
Sun Jan 17, 2010 8:31 am (PST)
Baru baca catcil Fety yang ini.
Hmm, pasti Fety kaget pas teman Fety ngomong seperti itu. Aku juga akan kaget. Kenapa bisa diambil kesimpulan seperti itu.
Aku sendiri, saat ini bisa dibilang bosan dan enggan bahas masalah itu walau ternyata belum lama ini aku harus berkutat dengan bahan-bahan tentang poligami.
Hal ini aku lakukan untuk mengerjakan tugas kuliah. Awalnya, aku enggan membuka satu demi satu, tapi karena ini berkaitan dengan tugas kuliah, ya, kenapa nggak, HARUS. Lumayan dapat pencerahan, hehe... apalagi kalau ada yang bilang berpoligami itu mengamalkan Sunah RAsul. Gimana dengan amalan lainnya, hehe..
Oh, ya, dan seperti Fety bilang syarat poligami ga sembarangan...
Masih banyak yang harus diluruskan kayaknya mengenai poligami ini.
Hmm, tertarik untuk diskusi, insya Allah, kapan2 kita berjumpa di YM ^^
salam
Novi
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , febty febriani <inga_fety@.com ..> wrote:
>
> Pengen menuliskan sesuatu yang mengganjal hati beberapa hari terakhir ini.
>
> *****
>
> Di dalam kereta menuju ke arah kampus kami, bersama sebagian teman-teman lab, aku berdiri. Hari itu kami berada di rush hour, sepulang dari sebuah seminar. Masih kurang lebih sekitar satu jam
> hingga sampai di stasiun terdekat dengan kampus kami. Membentuk dua
> kelompok, aku dan seorang teman lab berkewarganegaraan China, berdiri
> sedikit jauh dari teman-teman yang lain. Sedari awal menaiki gerbong
> kereta itu, kami memang dipisahkan oleh para pekerja yang hendak menuju
> ke pangkuan anak istri mereka. Mereka memang sudah memenuhi gerbong itu.
>
> Menggendong sebuah tas ransel yang
> cukup berat, tanganku juga berpegangan erat pada gantungan yang berada
> tepat di atas kepalaku. Di sebelahku berdiri seorang mahasiswa Phd
> labku. Dia berasal dari China. Di batas antara dua gerbong, berdiri
> teman-teman yang lain. Sambil mengobrol dengan tiga orang anak S1 yang
> kebetulan mendapatkan tempat duduk, kedua temanku yang berada di batas
> dua gerbong itu tetap tidak menghiraukan lingkungan sekitar. Asyik
> mengobrol.
>
> âPertama kali bertemu kamu, aku kagetâ, ucapku pada mahasiswa China itu.
>
> âAku punya beberapa teman-teman China
> di kelas bahasa Jepang. Sepertinya, mereka tidak terlalu fasih
> menggunakan bahasa Inggrisâ, aku melanjutkan.
- 3a.
-
[bahasa] Ana, Antum dan Syukron
Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com
Sun Jan 17, 2010 12:47 pm (PST)
*Ana, Antum dan Syukron*
*Oleh Nursalam AR*
"Ana", bukan nama orang, artinya adalah "saya" atau "aku". Kata sapaan dalam
bahasa Arab ini banyak digunakan di kalangan pesantren atau aktivis Islam.
Sementara orang Betawi menyebutnya "ane", sebuah sapaan yang halus daripada
"gue". Biasanya digunakan untuk memberikan penghormatan kepada teman bicara
atau kepada orang yang lebih dihormati atau lebih tua.
Nah, soal "ana" ini, salah seorang kawan saya, seorang Muslimah berjilbab
yang aktivis Rohani Islam, (Rohis) sewaktu SMA kerap membahasakan diri
sebagai "ana".
"Ada Nurul tidak?" tanya saya kepada rekan sekelasnya. Saat itu saya hendak
mengembalikan buku Fisika kepada kawan saya itu.
Anehnya, rekan sekelasnya itu tampak kebingungan. "Nurul? Yang mana?"
"Nurul Fadhliyah, yang pakai jilbab," saya merinci deskripsi sang kawan.
Sang kawan memang satu-satunya yang berjilbab di kelasnya. Kami berbeda
kelas di jurusan A1 (Fisika).
Baru jelas rupanya. "O, si Ana! Itu ada di kelas."
Rupanya nama "Ana" lebih populer daripada nama aslinya. Sampai sekarang sang
kawan masih dipanggil "Ana". Atau, sebagian cukup berkompromi, "Nurul Ana".
Nah, nasib "antum" tak jauh beda. FYI, "antum" adalah sapaan halus untuk
"kamu" atau "Anda". Orang Betawi memakai "ente", dari kata "anta" yakni
orang kedua tunggal. "Antum" sebetulnya untuk orang kedua jamak (lebih dari
dua orang). Tapi sering digunakan untuk sapaan halus dan akrab. Sama seperti
kebiasaan orang Indonesia menyebut "kami" sebagai pengganti "saya" --
meskipun sang penyebut hanya satu orang -- agar terdengar lebih sopan atau
halus.
Sewaktu ramai kasus penangkapan tersangka teroris Muhammad Jibril, ada
wawancara *live *via telepon di petang hari antara presenter sebuah TV
swasta dan si tersangka pascapengumuman polisi bahwa Muhammad Jibril masuk
DPO (Daftar Pencarian Orang) Polri. Sepanjang wawancara, sang presenter
ber-"antum" ria dengan M. Jibriel, seakan mereka kawan lama dalam pergerakan
Islam. Barangkali maksudnya agar lebih akrab dan ada *chemistry *dengan yang
diwawancarai -- yang memang banyak menggunakan istilah-istilah *khos*seperti
*antum, harokah* atau* ikhwan*.
"Gimana perasaan antum?" dsb...Demikianlah wawancara tersebut berlangsung.
Hingga, saat menutup wawancara, si presenter pun mengatakan,"Terima kasih
antum."
Ah, serasa "antum" itu nama orang saja,hehe...
Sementara di sebuah milis, seorang kawan berbagi cerita mengenai pengalaman
rekannya yang menerima sms tentang sebuah kabar demonstrasi. Di ujung sms,
si pengirim berterima kasih dengan ucapan "syukron". "Syukron" sendiri
adalah ucapan terima kasih yang umum. Bentuk yang lebih halus -- karena
berisi doa -- adalah "jazakallah" (ditujukan kepada lelaki) atau
"jazakillah" (ditujukan kepada perempuan) atau "jazakumullah" (ditujukan
kepada banyak orang) yang artinya "semoga Allah yang membalas
(kebaikanmu).." Lebih lengkapnya, *jazakallah khoirol jaza',* semoga Allah
membalas (kebaikanmu) dengan sebaik-baiknya balasan, atau cukup *jazakallah
khoir.*
*Back to laptop*, si wartawati yang tertarik pada kabar itu ingin
menindaklanjutinya. Ia pun menelpon nomor si pengirim dan membuka percakapan
dengan, "Pak Syukron, saya dari....
Kesimpulannya, Kanjeng Nabi Muhammad benar 100 persen ketika
berpesan,"Berbicaralah kepada manusia dengan bahasa kaumnya."
*Jakarta, 18 Januari 2010*
- 3b.
-
Re: [bahasa] Ana, Antum dan Syukron
Posted by: "Syafaatus Syarifah" syarifah@gratika.co.id sya4215
Sun Jan 17, 2010 4:55 pm (PST)
Hehehe..
Saya juga masih suka janggal kalau denger kata "antum" untuk sebutan orang ekdua tunggal,
bukannnya antum itu jamak.. harusnya kan lebih tepat paka "anta " atau "anti " untuk perempaun kan?
tapi kenapa org lebih suka pake antum ya... kedengarannya janggal di telinga ini..makanya saya gak ikut2an deh...
- 3c.
-
Re: [bahasa] Ana, Antum dan Syukron
Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com siuhik
Sun Jan 17, 2010 5:25 pm (PST)
bisaaaa aja Nursalam....., tapi ana setuju kalau antum *kok ada yang aneh ya*berpendapat,
Kesimpulannya, Kanjeng Nabi Muhammad benar 100 persen ketika berpesan,"Berbicaralah kepada manusia dengan bahasa kaumnya."
kalau saya lebih suka bilang "sampeyan", "penjenengan" hehehehe....sama aja ya?...
Tulisan seperti ini menurut saya lebih bergaya Gus Mus, Cak Nun, yaitu suka menyentil orang yang sebenarnya sesuatu itu baik, tapi kadang malah tidak pada tempatnya. Jazakallah ya Mas sudah berbagi....
Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik
_____________________ _________ __
From: Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com >
To: sekolah kehidupan <sekolah-kehidupan@yahoogroups. >; fkmui96 <fkmui96@yahoogroupscom .com >; flpdki <flpdki@yahoogroups.com >
Sent: Mon, January 18, 2010 3:47:23 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] [bahasa] Ana, Antum dan Syukron
Ana, Antum dan Syukron
Oleh Nursalam AR
"Ana", bukan nama orang, artinya adalah "saya" atau "aku". Kata sapaan dalam bahasa Arab ini banyak digunakan di kalangan pesantren atau aktivis Islam. Sementara orang Betawi menyebutnya "ane", sebuah sapaan yang halus daripada "gue". Biasanya digunakan untuk memberikan penghormatan kepada teman bicara atau kepada orang yang lebih dihormati atau lebih tua.
- 3d.
-
Re: [bahasa] Ana, Antum dan Syukron
Posted by: "Bang Aswi" bangaswi@yahoo.com bangaswi
Sun Jan 17, 2010 6:11 pm (PST)
Hahahahaha ... maaf saya ingin tertawa dulu.
Bang Aswi - Pekerja Buku
Blog: http://bangaswi.com
YM: bangaswi
Hotline: 08139472539
--- On Sun, 1/17/10, Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com > wrote:
From: Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com >
Subject: [sekolah-kehidupan] [bahasa] Ana, Antum dan Syukron
To: "sekolah kehidupan" <sekolah-kehidupan@yahoogroups. >, "fkmui96" <fkmui96@yahoogroupscom .com >, "flpdki" <flpdki@yahoogroups.com >
Date: Sunday, January 17, 2010, 12:47 PM
Â
Ana, Antum dan Syukron
Oleh Nursalam AR
"Ana", bukan nama orang, artinya adalah "saya" atau "aku". Kata sapaan dalam bahasa Arab ini banyak digunakan di kalangan pesantren atau aktivis Islam. Sementara orang Betawi menyebutnya "ane", sebuah sapaan yang halus daripada "gue". Biasanya digunakan untuk memberikan penghormatan kepada teman bicara atau kepada orang yang lebih dihormati atau lebih tua.
Nah, soal "ana" ini, salah seorang kawan saya, seorang Muslimah berjilbab yang aktivis Rohani Islam, (Rohis) sewaktu SMA kerap
membahasakan diri sebagai "ana".
"Ada Nurul tidak?" tanya saya kepada rekan sekelasnya. Saat itu saya hendak mengembalikan buku Fisika kepada kawan saya itu.
Anehnya, rekan sekelasnya itu tampak kebingungan. "Nurul? Yang mana?"
"Nurul Fadhliyah, yang pakai jilbab," saya merinci deskripsi sang kawan. Sang kawan memang satu-satunya yang berjilbab di kelasnya. Kami berbeda kelas di jurusan A1 (Fisika).
Baru jelas rupanya. "O, si Ana! Itu ada di kelas."
Rupanya nama "Ana" lebih populer daripada nama aslinya. Sampai sekarang sang kawan masih dipanggil "Ana". Atau, sebagian cukup berkompromi, "Nurul Ana".
Nah, nasib "antum" tak jauh beda. FYI, "antum" adalah sapaan halus untuk "kamu" atau "Anda". Orang Betawi memakai "ente", dari kata "anta" yakni orang kedua tunggal. "Antum"
sebetulnya untuk orang kedua jamak (lebih dari dua orang). Tapi sering
digunakan untuk sapaan halus dan akrab. Sama seperti kebiasaan orang Indonesia
menyebut "kami" sebagai pengganti "saya" -- meskipun sang penyebut hanya satu orang -- agar terdengar
lebih sopan atau halus.
Sewaktu ramai kasus penangkapan tersangka teroris Muhammad Jibril, ada wawancara live via telepon di petang hari antara presenter sebuah TV swasta dan si tersangka pascapengumuman polisi bahwa Muhammad Jibril masuk DPO (Daftar Pencarian Orang) Polri. Sepanjang wawancara, sang presenter ber-"antum" ria dengan M.
Jibriel, seakan mereka kawan lama dalam pergerakan Islam. Barangkali maksudnya agar lebih akrab dan ada chemistry dengan yang diwawancarai -- yang memang banyak menggunakan istilah-istilah khos seperti antum, harokah atau ikhwan.
"Gimana perasaan antum?" dsb...Demikianlah wawancara tersebut berlangsung.
Hingga,
saat menutup wawancara, si presenter pun mengatakan,"Terima kasih antum."
Ah, serasa "antum" itu nama orang saja,hehe...
Sementara di sebuah milis, seorang kawan berbagi cerita mengenai pengalaman rekannya yang menerima sms tentang sebuah kabar demonstrasi. Di ujung sms,
si pengirim berterima kasih dengan ucapan "syukron". "Syukron" sendiri adalah ucapan terima kasih yang umum. Bentuk yang lebih halus -- karena berisi doa -- adalah "jazakallah" (ditujukan kepada lelaki) atau "jazakillah" (ditujukan kepada perempuan) atau "jazakumullah" (ditujukan kepada banyak orang) yang artinya "semoga Allah yang membalas (kebaikanmu) .." Lebih lengkapnya, jazakallah khoirol jaza', semoga Allah membalas (kebaikanmu) dengan sebaik-baiknya balasan, atau cukup jazakallah khoir.
Back to laptop, si wartawati yang tertarik pada kabar itu
ingin menindaklanjutinya. Ia pun
menelpon nomor si pengirim dan membuka percakapan dengan, "Pak Syukron, saya dari....
Kesimpulannya, Kanjeng Nabi Muhammad benar 100 persen ketika berpesan,"Berbicaralah kepada manusia dengan bahasa kaumnya."
Jakarta, 18 Januari 2010
- 3e.
-
Re: [bahasa] Ana, Antum dan Syukron
Posted by: "Hadian Febrianto" hadianf@gmail.com hadian.kasep
Sun Jan 17, 2010 8:37 pm (PST)
hahahaha juga...
Pengalaman saya ketika pindah sekolah dari Jakarta (SMUN 65 Jakbar) ke
Bandung (SMUN 22). Pada saat itu saya memang sedang aktif di Rohis dan akan
aktif di DKM. Pada saat pertemuan pertama kali, saya diminta memperkenalkan
diri.
Dulu saya mengawali dengan salam, dan perkenalan dengan kata "Ana", lebih
tepatnya Nama Ana: Hadian Febrianto... Spontan pada saat itu terdengar
bisik-bisik tetangga dari tempat akhwat (perempuan), "Wah namanya kok kayak
perempuan ya? Manggilnya Ana atau Hadian ya?"
Pada saat itu, saya ingin tertawa tapi sedang bicara. Dan akhirnya saya
jelaskan makna ana dan antum.
--
Regards,
Hadian Febrianto, S.Si
PT SAGA VISI PARIPURNA
Jl. PHH Musthofa no.39
Surapati Core Blok K-7 Bandung
Ph: (+6222) 8724 1434
Fax: (+6222) 8724 1435
- 3f.
-
Re: [bahasa] Ana, Antum dan Syukron
Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com novi_ningsih
Sun Jan 17, 2010 8:59 pm (PST)
Hehehehe...
mantabh, dah :D
mantabh salah pahamnya, hehe
Jadi gimana kabar Ana, Pak Antum, dan Pak Syukron? :P
Di kampusku sekarang ini, justru itu hal yang biasa... Akan tampak aneh ketika aku ber-lo-gue, atau berkata dikau-dirimu seperti ke teman-teman yang lain :D untuk lebih memperhalus kata 'kamu'.
Yah, benar, aku juga harus membiasakan diri di sana...
walau tampak aneh di telinga karena sering mendengar kata 'ukhti, 'akh', dan 'ana' :D
salam
Novi
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Nursalam AR <nursalam.ar@com ...> wrote:
>
> *Ana, Antum dan Syukron*
>
> *Oleh Nursalam AR*
>
>
> "Ana", bukan nama orang, artinya adalah "saya" atau "aku". Kata sapaan dalam
> bahasa Arab ini banyak digunakan di kalangan pesantren atau aktivis Islam.
> Sementara orang Betawi menyebutnya "ane", sebuah sapaan yang halus daripada
> "gue". Biasanya digunakan untuk memberikan penghormatan kepada teman bicara
> atau kepada orang yang lebih dihormati atau lebih tua.
>
>
> Nah, soal "ana" ini, salah seorang kawan saya, seorang Muslimah berjilbab
> yang aktivis Rohani Islam, (Rohis) sewaktu SMA kerap membahasakan diri
> sebagai "ana".
>
>
> "Ada Nurul tidak?" tanya saya kepada rekan sekelasnya. Saat itu saya hendak
> mengembalikan buku Fisika kepada kawan saya itu.
>
>
> Anehnya, rekan sekelasnya itu tampak kebingungan. "Nurul? Yang mana?"
>
>
> "Nurul Fadhliyah, yang pakai jilbab," saya merinci deskripsi sang kawan.
> Sang kawan memang satu-satunya yang berjilbab di kelasnya. Kami berbeda
> kelas di jurusan A1 (Fisika).
>
>
> Baru jelas rupanya. "O, si Ana! Itu ada di kelas."
>
>
> Rupanya nama "Ana" lebih populer daripada nama aslinya. Sampai sekarang sang
> kawan masih dipanggil "Ana". Atau, sebagian cukup berkompromi, "Nurul Ana".
>
>
> Nah, nasib "antum" tak jauh beda. FYI, "antum" adalah sapaan halus untuk
> "kamu" atau "Anda". Orang Betawi memakai "ente", dari kata "anta" yakni
> orang kedua tunggal. "Antum" sebetulnya untuk orang kedua jamak (lebih dari
> dua orang). Tapi sering digunakan untuk sapaan halus dan akrab. Sama seperti
> kebiasaan orang Indonesia menyebut "kami" sebagai pengganti "saya" --
> meskipun sang penyebut hanya satu orang -- agar terdengar lebih sopan atau
> halus.
>
>
> Sewaktu ramai kasus penangkapan tersangka teroris Muhammad Jibril, ada
> wawancara *live *via telepon di petang hari antara presenter sebuah TV
> swasta dan si tersangka pascapengumuman polisi bahwa Muhammad Jibril masuk
> DPO (Daftar Pencarian Orang) Polri. Sepanjang wawancara, sang presenter
> ber-"antum" ria dengan M. Jibriel, seakan mereka kawan lama dalam pergerakan
> Islam. Barangkali maksudnya agar lebih akrab dan ada *chemistry *dengan yang
> diwawancarai -- yang memang banyak menggunakan istilah-istilah *khos*seperti
> *antum, harokah* atau* ikhwan*.
>
> "Gimana perasaan antum?" dsb...Demikianlah wawancara tersebut berlangsung.
>
> Hingga, saat menutup wawancara, si presenter pun mengatakan,"Terima kasih
> antum."
>
>
> Ah, serasa "antum" itu nama orang saja,hehe...
>
> Sementara di sebuah milis, seorang kawan berbagi cerita mengenai pengalaman
> rekannya yang menerima sms tentang sebuah kabar demonstrasi. Di ujung sms,
> si pengirim berterima kasih dengan ucapan "syukron". "Syukron" sendiri
> adalah ucapan terima kasih yang umum. Bentuk yang lebih halus -- karena
> berisi doa -- adalah "jazakallah" (ditujukan kepada lelaki) atau
> "jazakillah" (ditujukan kepada perempuan) atau "jazakumullah" (ditujukan
> kepada banyak orang) yang artinya "semoga Allah yang membalas
> (kebaikanmu).." Lebih lengkapnya, *jazakallah khoirol jaza',* semoga Allah
> membalas (kebaikanmu) dengan sebaik-baiknya balasan, atau cukup *jazakallah
> khoir.*
>
>
> *Back to laptop*, si wartawati yang tertarik pada kabar itu ingin
> menindaklanjutinya. Ia pun menelpon nomor si pengirim dan membuka percakapan
> dengan, "Pak Syukron, saya dari....
>
>
> Kesimpulannya, Kanjeng Nabi Muhammad benar 100 persen ketika
> berpesan,"Berbicaralah kepada manusia dengan bahasa kaumnya."
>
>
> *Jakarta, 18 Januari 2010*
>
- 4.
-
Re: [bahasa] Ana, Antum dan Syukron--> Mbak Siwi & Sya2
Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com
Sun Jan 17, 2010 6:07 pm (PST)
Mbak Syasya dan Mbak Siwi,
Dijawab borongan ya:).
Kenapa orang lebih suka pake "antum"? Jawabannya ada kok di tulisan saya
itu:*
......."Antum" sebetulnya untuk orang kedua jamak (lebih dari dua orang).
Tapi sering digunakan untuk sapaan halus dan akrab. Sama seperti kebiasaan
orang Indonesia menyebut "kami" sebagai pengganti "saya" -- meskipun sang
penyebut hanya satu orang -- agar terdengar lebih sopan atau halus.
*Menurut saya sih tidak salah penggunaan "antum" itu* u*ntuk bentuk halus
atau penghormatan. Toh, dalam Qur'an, Allah (yang Esa atau Maha Tunggal)
kerap menggunakan kata "*nahnu*" atau "kami" sebagai bentuk halus atau
keindahan bahasa.
Sebetulnya yang saya "sentil" -- jika meminjam istilah Mbak Siwi -- bukan
soal tepat tidaknya makna "antum" tapi tepat tidaknya istilah bahasa yang
kita gunakan untuk berkomunikasi dengan sesama kita*. *Sebab tak semua orang
paham bahasa dalam komunitas kita atau kelompok kita. Jika tak paham,
akibatnya bisa salah paham, dan kesalahpahaman bisa mengarah ke konflik yang
tak perlu -- karena hanya akibat miskomunikasi.
Jadi, sabda Kanjeng Nabi Muhammad SAW tsb dalam suatu hadis tsb -- yang saya
lupa apakah periwayatnya Bukhori atau yang lain -- sudah memuat panduan
komunikasi universal tersebut. Tak apa2 kok panggil "kang mas", "sampeyan"
jika itu lebih bisa mengantarkan pada pemahaman yang sama.* *Kalo sama2
paham kan bisa sama2 enak,hehe...
TFR ya:)
Tabik,
*Nursalam AR**
*
2010/1/18 Syafaatus Syarifah <syarifah@gratika.co.id >
>
>
> Hehehe..
> Saya juga masih suka janggal kalau denger kata "antum" untuk sebutan orang
> ekdua tunggal,
> bukannnya antum itu jamak.. harusnya kan lebih tepat paka "anta " atau
> "anti " untuk perempaun kan?
> tapi kenapa org lebih suka pake antum ya... kedengarannya janggal di
> telinga ini..makanya saya gak ikut2an deh...
>
>
>
--
"There is no life without risks"
Nursalam AR
Translator - Writer - Trainer
0813-10040723
021-92727391
Facebook: www.facebook.com/nursalam. ar
Blog: www.nursalam.multiply. com
- 5.
-
Inilah Saatnya untuk Berkonsultasi GRATIS....
Posted by: "dr Dito" ditoanurogo@gmail.com d17o
Sun Jan 17, 2010 6:12 pm (PST)
[Attachment(s) from dr Dito included below]
Aswrwb......
Salam kenal semuanya....
Kami Dr. Dito Anurogo, ingin berbagi artikel yang kami dapatkan dari milis.
Semoga bermanfaat.
Jika memiliki masalah, problem tentang diri sendiri, tentang kesehatan,
psikologi, agama, dsb jangan malu atau segan untuk bertanya kepada kami
melalui email ini atau menghubungi kami di: 085641288711.
Insya Allah kami memiliki solusi Islami dari permasalahan Anda. Sebagai
tambahan, informasi tentang diri dan sebagian karya kami telah kami
lampirkan di dalam format .pdf di email ini.
Waswrwb......
Salam SUKSES dan SEHAT selalu !!!
Resep perkawinan bahagia
(Oleh: Antonius Arif)
Suatu ketika saat saya belajar untuk menjadi trainer dari Zig Ziglar, Krish
Dhanam, Global ambasaddor dari Zig Ziglar bercerita kepada saya bahwa orang
yang dianggap sukses adalah bila dia bukan hanya sukses dipekerjaannya saja
tetapi juga sukses dirumah tangganya. Juga dia pernah berucap, bahwa dia
mempunyai sebuah kebiasaan yang indah walaupun dia sering keluar kota bahkan
keluar negeri tetap saja dia berbicara kepada istri serta anaknya. Bahkan
dia selalu mengucapkan I love you setiap selesai pembicaraan di skype.
Saat saya tanya, apakah dia selalu mengucapkan i love you setiap hari? Dia
katakan iya, lalu dia bercerita kepada saya kenapa terjadinya sebuah
perselingkuhan. Bisa jadi karena pasangan kita kurang mendapatkan kata atau
ucapan sayang dari pasangannya. Berbeda saat pacaran dulu mungkin akan
berhamburan kata sayang atau cinta. Tetapi saat menikah ... duhhhh beda
banget. Dan ada satu kata dari dia yang cukup bagus, kalau anda tidak
mengucapkan kata sayang atau cinta maka suatu saat bisa saja tangki cinta
dia akan kosong. Na bila tangki cintanya kosong maka bisa jadi ada orang
lain yang mengisinya dengan cara mengatakan cinta. Apakah itu sama saja
dengan tidak berabe? Gimana kalau akhirnya dia menangapi kata cinta tadi?
Wuihhhhh ..... sudah tahu akhir ceritanya bukan J
Dalam buku Zig Ziglar See you At The Top ada beberapa resep agar
perkawinan tetap menjadi bahagia. Caranya bagaimana? Begini caranya:
1. Mengingat ketika masa anda sedang jatuh cinta kepada dia sebelum menikah
Ingatlah ketika masa pacaran dulu, kenapa anda jatuh cinta kepada dia dan
anda selalu berusaha untuk menampilkan yang terbaik dari diri anda kepada
pasangan anda. Selalu ramah, sopan, penuh perhatian, bijaksana dan baik. Dan
untuk mempertahankan rumah tangga, kuncinya adalah kembali ketika masa anda
sebelum menikah
2. Perkawinan bukanlah tawaran 50/50 tetapi memberikan komitmen penuh
100/100
Dalam perkawinan anda harus menyerahkan diri anda kepada pasangan anda.
Bukan hanya sekedar agar jangan sakit maka saya kasihnya 50 saja dulu. Lah
gimana perkawinan mau langgeng kalau persepi diawal saja sudah salah. Ingat
loh. Your perception is your projection.
3. Awali dan akhiri kegiatan setiap hari dengan pernyataan cinta bagi
pasangan anda.
Awalnya buat saya setelah menikah 5 tahun untuk memulai kata cinta, wuihhh
susahnya setengah mati. Bahkan saya ada klien yang mengatakan, gila apa.
Gengsi atau norak ngomong cinta. Lah kok bisa gitu? Mentang-mentang sudah
jadi milik dipikir ngga perlu ngomong lagi apa? J percaya deh, begitu anda
ngomong sayang dan cinta, wuihhh semua berubah deh.
4. Kejutkanlah dia dengan memberikan hadiah atau kartu
Ini juga kejadian dengan saya, kok saya ngga pernah membeli bunga, eh
tahu-tahu kasih bunga, dan istri saya sampai senengnya minta ampun. Awalnya
dipikir saya nyeleweng ya makanya ngasih bunga hahahaha.... tapi
kenyataannya. Sampai hari ini saya setia tuh dengan pasangan saya yang
cantik ini.
5. Nikmatilah waktu bersama dengan dia yang bermutu
Setelah saya menikah 6 tahun, saya menyadari bahwa saya perlu mempunyai
kualitas waktu yang berharga dengan istri. Dan menariknya dalam masa sekitar
3 jam itu bersama istri saya, wuihhh berasa kembali ketika masa pacaran
dulu. Ingat, kalau jalan-jalan pakailah baju yang terbaik jangan daster
yahhh J
6. Cobalah menjadi pendengar yang baik
Pendengar yang baik tidaklah terlalu mudah, apalagi maunya bawaannya kalau
ngga proteksi malah ngasih nasehat. Kadang pasangan kita ngga membutuhkan
nasehat kok. Dia hanya membutuhkan kita untuk mendengarkan dia saja. Coba
sekali-kali tahan nafas anda begitu ada kata yang mau keluar dari mulut
anda.
7. Jangan buat pasangan anda sebagai pesaing terhadap anak anda untuk
mendapatkan perhatian anda
Na, alasan klasik biasanya kalau diajak keluar adalah jangan deh, ajak
anak-anak. Kasian deh, ajak merekalah. Lah kalo begini terus. Gimana mau
mesra? Ingat, pasangan anda tetaplah manusia yang butuh diperhatikan. Ingat
woii, isi tangki cintanya. Siapkan waktu untuk mereka.
8. Apabila terjadi perbedaan paham, itu boleh-boleh saja tetapi anda tidak
boleh marah
Marah boleh, beda paham boleh tetapi tetap pegang kata bahwa perbedaan paham
itu tidak akan membuat menjadi kata cerai. Kebanyakan perkawinan adalah
paling enak ngomong cerai. Jadi hold your breath dan jangan langsung
keluarkan kata cerai. Ingat, semua perbedaan itu pasti mempunyai maksud
baik. Hanya mungkin caranya saja yang berbeda.
9. Ingatlah bahwa keluarga harus mempunyai pemimpin yang akan mengambil
keputusan walau dalam keadaan sulit sekalipun
Dalam suatu perjalanan rumah tangga kadang sering adanya suatu kondisi yang
membutuhkan keputusan. Dan ayah sebagai pemimpin rumah tangga, haruslah
bertanggungjawab sebesar-besarnya demi mempertahankan rumah tangga dan
buatlah keputusan apapun berkaitan kondisi keluarga dan doakan hasilnya
kepada Tuhan.
10. Anda harus berupaya habis-habisan untuk menyenangkan atau memahami
pasangan anda
Awalnya saya pernah mendengar yang namanya cinta tanpa syarat. Saya pikir
ahhhh teori. Nggak mungkin. Tetapi setelah berjalan 7 tahun menikah, saya
akhirnya menemukan arti sesungguhnya cinta tanpa syarat. Cinta tanpa syarat
artinya kita menerima kelebihan dan kekurangan pasangan kita apa adanya.
Bahkan biar istri saya bangun siang, ngga bisa masak, ngga bisa dandan tetap
saja dia adalah istri saya yang saya pilih menjadi pasangan hidup saya. Dan
yang paling penting, jangan dengarkan pihak ke tiga yang kadang semakin
memperkeruh kondisi keluarga. Belum orang tuanya ngomong, enak aja anak gue
diginiin, ngga bisa harus melakukan ini dan itu. Saya sarankan, jangan
didengarkan. Ingat anda yang menikah. Bukan orang ketiga tersebut yang
menikah. Alasan anda menikah dulu saya yakin pasti kuat bukan?
11. Cobalah resep cinta : 1 cangkir cinta, 2 cangkir kesetiaan, 3 cangkir
kesediaan memaafkan, 1 cangkir persahabatan, 5 sendok harapan, 2 sendok
kelembutan, 4 liter iman dan 1 barel tertawa.
12. Hendaklah kamu selalu ramah terhadap pasangan anda, penuh kasih mesra
dan saling memaafkan
Apakah susah kita bergandengan tangan? Atau memeluk saat jalan? Bahkan saya
pernah melihat ada seorang suami istri yang sudah punya 2 orang anak masih
pangku-pangkuan didepan umum. Iri bukan kalau kita melihatnya? Kenapa anda
tidak melakukannya? Biarkan orang lain iri melihatnya hahahaha..
13. Berdoa bersama-sama
Ajaklah pasangan anda selalu berdoa atau bersembayang bersama. Karena konon
Tuhan lebih mendengarkan orang berdoa kalau dalam keluarga itu mau berdoa
dan bersembayang bersama-sama. Dan ini menjalin hubungan mesra dengan sang
Pencipta.
14. Ingatlah selalu, apabila terjadi pertengkaran yang tidak terhindarkan.
Siapa yang memulai untuk menyelesaikannya tidaklah penting. Namun orang yang
memulai itu memperlihatkan kematangan dan cinta yang lebih besar
Dah, jangan gengsi-gengsian. Buruan deh meminta maaf atau menyelesaikannya.
Kadang kita suka egois, ngga mau ah. Ngapain gue minta maaf, lah dia yang
mulai. Ngga mau. Harga diri gue bisa rusak. Lah ini bukan masalah harga diri
tetapi masalah kelangsungan rumah tangga bukan? Bukankah lebih baik manusia
itu selalu berpasang-pasangan? Apalagi bisa dengan satu pasangan yang sama.
Wuihhhh indahnya bukan?
Jadi, renungkanlah kata-kata diatas sehingga perkawinan kalian akan langgeng
sampai kakek dan nenek.
Sukses untuk anda.
--------------------- --------- --------- --------- --------- -
Dr. Dito Anurogo
Penemu Hematopsikiatri
Konsultan Kesehatan di www.netsains.com
Attachment(s) from dr Dito
1 of 1 File(s)
- 6.
-
Indeks yang Ngaco
Posted by: "Anwar Holid" wartax@yahoo.com wartax
Sun Jan 17, 2010 6:12 pm (PST)
Indeks yang Ngaco
---Anwar Holid
Sudah lama aku mengidam-idamkan buku Sembilan Elemen Jurnalisme karya Bill Kovach & Tom Rosenstiel (Pantau, 2006, 297 hal.) Selama ini aku hanya suka menyempatkan buka-buka buku itu kalau sedang berkunjung ke toko buku Ultimus. Aku tertarik buku itu setelah Farid Gaban meresensinya di milis jurnalisme@yahoogroup.com . Lagian, sebagai orang yang antusias belajar tentang penulisan, aku ingin memiliki rujukan buku penulisan lebih banyak lagi. Baru kemarin setelah dapat rezeki dan berkunjung lagi ke toko buku itu, aku memutuskan membelinya. Tiga tahun lebih sudah berlalu!
Sembilan Elemen Jurnalisme adalah buku bagus. Sejumlah resensi acak terhadap buku itu di Internet membuktikannya. Di Indonesia tampaknya buku itu diperkenalkan secara konsisten oleh Andreas Harsono. Andreas meresensi edisi Inggris buku itu secara komprehensif di blognya. Kita akan membicarakan edisi Indonesia buku tersebut, persisnya bagian indeks. Jadi bahasan ini berusaha mengesampingkan penilaian terhadap kualitas penyuntingan isi buku tersebut---meskipun tetap saja ada salah eja, cara penulisan dan tanda baca, atau diksi yang agak aneh. Salah eja mencolok misal terjadi pada nama Kuce, Henry (hal. 289) yang mestinya ditulis Luce, Henry---pendiri majalah Time. Lebih fatal lagi mengingat "Kuce, Henry" masuk entri huruf L! Juga Lech Walessa (hal. 9), padahal di halaman 11 dan indeks dieja sebagai Lech Walesa; sebuah kota dieja sebagai Gdanks, padahal mestinya Gdansk.
Karena ingin tahu detail buku itu, aku segera memperhatikan sepuluh halaman indeksnya (hal. 283-293). Entah kenapa ingatanku mengarah ke "The New Yorker"; ternyata kata kunci tersebut muncul, disebut ada di halaman 71. Aku langsung menuju ke halaman itu, mencari-cari... dan tidak ketemu. "Mungkin di halaman selanjutnya" batinku. Ternyata tetap tidak ada, dan di halaman 72 itu aku malah menemukan nama Henry Luce. Aku langsung balik ke halaman indeks, menuju entri huruf L, mencari "Luce"... dan ternyata malah tidak tercantum. Yang ada ialah "Kuce, Henry", di situ disebut ada di halaman 61, 62, 63.
"Wah, gimana indeks buku ini?" batinku kalut, langsung merasa ada yang salah dengan indeksnya.
Jadi aku putuskan menelisiknya lebih teliti.
Indeks pertama buku ini ialah ABC News, 30-31, 32, 102, 170, 171. Aku cek, ternyata di halaman 30 ABC News tidak ada. Baru ada di halaman 31. Namun di halaman 32 kembali tidak ada, begitu juga di halaman 102 dan 170. Baru ada lagi di halaman 172. ABC News sebenarnya juga muncul di sepanjang halaman 194-197, tapi justru tidak dicantumkan di indeks. "Ini kebetulan atau sengaja?"
Indeks buku ini ngaco. Halaman yang ditunjuknya hampir semua salah. Ia secara acak meleset lebih dari sepuluh halaman. Misal Henry Luce, yang ada di halaman 72, ditulis 61. Michael Mann di halaman 87 ditulis 72. The New Yorker, yang disebut ada di halaman 71 dan 119, setelah dicari-cari baru ada di halaman 86 dan 96.
Bagaimana penerbit dan penyunting buku ini menyusun halaman indeks sampai sepuluh halaman itu praktis sia-sia karena malah bikin frustrasi? Di penerbitan, indeks biasanya dikerjakan oleh asisten editor atau juru indeks atas perintah editor, yang sekalian menentukan subjek dan jangkauan indeksnya. Halaman indeks relatif, disesuaikan kebutuhan buku. Tugas juru indeks sebenarnya sederhana, yaitu memilih kata kunci yang dinilai penting dan relevan dengan isi buku dan mencantumkan di halaman berapa kata itu muncul. Hukumnya: kata dan halaman itu harus akurat. Dalam Sembilan Elemen Jurnalisme, kata kuncinya relataif memadai, cuma halamannya kacau. Padahal syarat indeks itu harus bisa menunjukkan kata kunci dengan cepat dan tepat. Kamus Encarta mendefinisikan indeks sebagai "daftar rujukan alfabetik di buku: suatu daftar alfabetik, biasanya ada di akhir buku, berisi nama orang, tempat, atau topik beserta nomor halaman tempat hal tersebut tertera di sana."
Secara harfiah (dari index, b. Latin) kata itu berarti jari telunjuk.
Sungguh merepotkan kalau indeks yang ada ternyata salah.
Aku langsung tanya ke Acia, kawam mantan layouter yang kini jadi programer: "Apa yang membuat halaman di indeks salah (inakurat)? Aku menemukan ada buku halaman indeksnya hampir semua salah."
Jawabnya kena: "Setelah dilayout ulang sesudah proof reading, indeksnya enggak diperiksa lagi (di-update)."
Jelas sudah. Penyunting dan penerbit buku ini tak memeriksa ulang penyusunan indeksnya. Mereka mengira semua baik-baik saja setelah penyuntingan beres, padahal mestinya mengawal pracetak hingga isi buku benar-benar tanpa kesalahan. Kesalahan serius halaman indeks pada Sembilan Elemen Jurnalisme membuat anggapan baikku pada buku ini langsung runtuh. Kasus pada buku ini menunjukkan betapa kesalahan penerbitan bisa terjadi pada siapa saja, dan begitu terjadi, ternyata mudah menemukannya. Sedihnya, ini terjadi pada buku tentang penulisan, yang salah satunya mengajarkan disiplin verifikasi.[]
Anwar Holid bekerja sebagai editor, penulis, dan publisis. Blogger @ http://halamanganjil.blogspot. com.
KONTAK: wartax@yahoo.com | HP: 085721511193 | Panorama II No. 26 B Bandung 40141.
- 7a.
-
Re: [LaskarPenulis] (Resensi ala Bunda) Rahasia Melanjutkan Studi da
Posted by: "Lisman Suryanegara" l_suryanegara@yahoo.com l_suryanegara
Sun Jan 17, 2010 6:14 pm (PST)
Makasih bunda resensinya... duh jadi pingin borong he he...Â
Lisman
--- On Sat, 1/16/10, Rose FN <roses_fn@yahoo.com > wrote:
From: Rose FN <roses_fn@yahoo.com >
Subject: [LaskarPenulis] (Resensi ala Bunda) Rahasia Melanjutkan Studi dan Mendapatkan Beasiswa ke Jepang
To: "FLP-J" <Forum_LingkarPena@yahoogroups. >, sekolah-kehidupan@com yahoogroups. , "ACI" <penulisacipublishincom g@yahoogroups. >, LaskarPenulis@com yahoogroups. , muslimahfukuoka@com yahoogroups. com
Date: Saturday, January 16, 2010, 8:46 PM
Â
Buku : Rahasia Melanjutkan Studi dan Mendapatkan Beasiswa ke Jepang
Buku berukuan : 21 x 14 cm
Ilustrasi cover: Titin Fatima
Tebal halaman: 216+ halaman
Harga bandrol: Rp. 34.500.-
Penerbit: ACI Publishing, Desember, 2008ã(nama baru: ACIKITA,2009) .
Penulis: Jumiarti Agus Ph.D, Willy Yanto Wijaya (S1), Titin Fatimah
(S2),Mochamad Asri (S1), Rina Fitriana (S2), Juariah (S2),Dwi.N.K. Wati
(S2), Yessi Nirwana Kurniadi (S3), Nova Ayu Maulita (Pertukaran
Pelajar), Silvia Aslami (Pre-college) .
............ ......... ......... ......... ......... .........
Resensi buku bea siswa ala bunda:
-Rahasia Melanjutkan Studi dan Mendapatkan Beasiswa ke Jepang (RSMBJ)-
Â
Buku âRahasia Melanjutkan Studi dan Mendapatkan Beasiswa ke
Jepangâ ada di tangan saya. Ilustrator buku ini gagah sekali.
Simbol terkenal Jepang; bunga Sakura, Tokyo Tower berikut gedung megah
dan Gunung Fuji, secara simetris terpampang di depan mata. Rasa bangga
menyelinap di hati karena beberapa penulis adalah teman saya di dunia
maya. Sungguh besar kekuasaan Allah yang memberikan kehebatan kepada
anak-anak bangsa Republik Indonesia.
Membaca kata: âb e a s i s w aâ saja, sudah membuat kagum
sekaligus haru dada saya. Perasaan ini timbul, murni dari sanubari
sebagai ibu, yang memiliki dua anak remaja. Berharap besar, mereka akan
seperti kakak-kakak dalam buku âsukses meraih citaâ ini.
Â
Pertama, saya tertegun pada tulisan seorang mahasiswi belia yang justru
non beasiswa: Silvia Aslami. Tuturannya begitu apik, tidak bertele-tele.
Ditulis mengalir sampai kepada tujuan inti cerita dengan tidak
membosankan. Isinya padat informasi; âBagaimana cara bersekolah di
Jepang, dengan biaya sendiri (non beasiswa). Ia juga tuturkan bagaimana
usahanya untuk dapat meraih beasiswa, agar tidak terlalu menyusahkan
orangtua.
Saya menikmati cerita alami, seorang gadis muda yang punya nama sama
dengan nama ibunda saya; Silvia, ingin meraih cita di negeri maju,
Jepang. Walaupun ia datang bukan karena beasiswa, ia uraikan bagaimana
usaha untuk mendapatkan beasiswa dan bagaimana agar bisa mendapat
beasiswa. Saya yakin pembaca lain pun senang membaca tulisannya yang
menarik dan memberi inspirasi.
Kemudian saya melirik goresan Willy Yanto juga sama asyiknya. Pemuda
yang berhasil mendapatkan âYSEPâ (Young Scientist Exchange
Program)â. Ia memberi semangat kepada pembaca, bahwa: "Bila ingin
studi ke Jepang, tak harus pintar bahasa Jepang dulu. Tapi harus punya
bekal bahasa Inggris yang baik." Penekanan ini pun sungguh perlu.
Karena mengingat bahasa Inggris di Indonesia, sudah diajarkan sejak
SMP, maka seriuslah mempelajarinya, agar bisa menjadi bekal menembus
sekolah ke luar negeri.
Plus pengalaman pribadi Willy Yanto di luar belajar pun ia tuangkan.
Asyik sekali Willy bercerita ketika ia bermain ski dan mandi hot spring
(onsen) atau sumber air panas, melepas penat, yang semua itu ia rasakan
berkat beasiswa. Menarik sekali ia mengajak para pemuda untuk bisa
meraih impian dan menikmati budaya dan fasilitas di negara maju.
Kemudian, saya tersentuh pada penuturan rendah hati seorang Juariah.
Berpredikat master (S2) dari Takushoku University Tokyo. Ia berjuang
dari nol! Sang juara wahid ini, yang pernah gagal masuk ke universitas
negeri di Indonesia, malah menembus perguruan tinggi luar negeri; Todai.
Berkat rahmat Allah dan semangat cita dan cinta yang luhur dari
ayahandanya, berbuah amat manis! Haru biru dalam tuturannya, bisa
membawa inspirasi kepada semua pemuda (sekaligus ajakan kepada
orangtua), untuk "Jangan pernah menyerah!"
Membaca tuturan Mochammad Asri, airmata saya turun menitik. Kepedihan
hatinya ketika menghadapi kepergian ayahandanya ke Rahmatullah. Hanya
tinggal ibunda yang harus membesarkan anak-anak seorang diri. Ahâ¦,
banyak keharuan dan perjuangan yang ia ungkap dengan jujur, dan patut
diteladani. Saya tertarik dengan sebutannya: "Negeri Seribu Gempa untuk
negara Jepang". Yang mana ia sebut demikian, karena sama artinya dengan
perjuangan yang ia jalani. Ya, ia harus berjuang untuk berhasil di
negara maju ini.
Menengok pengalaman Jumiarti Agus, yang berawal karena pendidikan
orangtuanya yang disiplin, menyaksikan sang bunda yang memelihara banyak
anak yatim di rumah dengan pola sama asuh dan sama derajat, mampu
membuka matanya untuk tetap berbagi kepada sesama hingga hari ini.
(ACIKITA tercipta berkat inspirasi bundanya tercinta). Uraian seluk
beluk mendapat beasiswa ia tuang dengan runut, sepertinya tak ada yang
ketinggalan. Ia ingin semua calon mahasiswa baru, dapat meraih sukses
belajar ke negeri sakura seperti dirinya.
Perjuangan dari Titin Fatimah, Rina Fitriana, Nova Ayu dan Yessi
Nirwana, sungguh menginspirasi dan membanggakan. Memang saya tak bisa
sebut lagi satu-satu perjuangan anak bangsa ini. Masya Allah, goresan
pena mereka, mampu menggerakkan hati saya. Sebagai orangtua, ingin
anak-anak di rumah seperti mereka! Bahkan, dari sisi hati yang lain,
sempat berbisik âSaya pun ingin kuliah lagi, ingin mencicip
bagaimana âmanisnyaâ menimba ilmu di negara maju, secara
formal.â
Buku ini cukup mengobarkan semangat saya sebagai pembaca. Setidaknya
akan membagi semangat cita ini kepada buah hati yang mulai menginjak
bangku SMP.
Paparan gaya ACI (ACIKITA), yang memang ditulis oleh mahasiswa hebat,
tersusun dengan teliti dan detil. Saran dan info dituang secara ilmiah
populer dan lugas. Tidak ditimbuni oleh data-data, grafik dan hipotesa
yang membosankan. Pembaca seperti 'diajak ngobrol'. Memang benar sih,
tuturan pengalaman asli itu, akan lebih mengena dihati pembaca. Dan
insya Allah dapat dipercaya kebenarannya, daripada katanya si Mr.A atau
si Miss B.
Sisi kekuranganya; hmâ¦, hampir saya tak temukan dalam buku ini.
Hanya, saya menagih photo-photo sebagai pelengkap yang tak tercetak,
dalam buku âRMSMBJâ. Di mana biasanya bukti photografi lokasi
dan kegiatan; menjadi ciri khas gaya ACIKITA.
Akhir kata, secara garis besar, tak berlebihan bila saya katakan:
"Enggak rugi deh, baca buku 'padat gizi' apalagi bila Anda mau sukses
nembus perguruan tinggi di Jepang, seperti mereka!" Apalagi harga yang
dibandrol penerbit ACIKITA termasuk murah meriah! (*)
Salam sukses untuk semua,
Rose Firdauzi Nakamura
- 8.
-
Who Wants To Be A Motivator?
Posted by: "Ikhwan Sopa" ikhwan.sopa@gmail.com ikhwansopa
Sun Jan 17, 2010 6:15 pm (PST)
Dear all,
Assalamu'alaikum wr.wb.
Terhitung hari ini, saya jadi mentor/trainer/coach untuk mereka yang mau
jadi motivator.
Peminatnya banyak, gabung di sini:
http://bit.ly/5jHm9W - (closed group)
Jika Anda SERIUS bercita-cita menjadi motivator, mari kita sharing dan
sama-sama belajar.
Di sini saya tidak "push", Anda harus "pull".
Siapkan alasan dan impian Anda yang bisa meyakinkan saya mengapprove Anda
Mountains of secrets. All those are free!
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Ikhwan Sopa
Master Trainer E.D.A.N.
http://www.motivasi-komunikasi- leadership. co.cc
- 9a.
-
Re: (Ruang Musik) Ketika Aku Jatuh Cinta (by Ramaditya)
Posted by: "anty th" anty_th@yahoo.com anty_th
Sun Jan 17, 2010 8:07 pm (PST)
maaf baru buka milis
sekarang sudah sembuh kah?
smoga segera d beri kesembuhan
amiin
salam
anty
- 9b.
-
Re: (Ruang Musik) Ketika Aku Jatuh Cinta (by Ramaditya)
Posted by: "Ramaditya Skywalker" ramavgm@gmail.com
Sun Jan 17, 2010 8:19 pm (PST)
Alhamdulillah sudah sembuh, suster...
On 1/18/10, anty th <anty_th@yahoo.com > wrote:
> maaf baru buka milis
> sekarang sudah sembuh kah?
> smoga segera d beri kesembuhan
> amiin
>
> salam
> anty
>
>
--
"Ramaditya Skywalker: The Indonesian game music lover"
- Eko Ramaditya Adikara
http://www.ramaditya.com
- 10.
-
Artikel: Apakah Nasib Seseorang Bisa Berubah?
Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com dkadarusman
Sun Jan 17, 2010 11:16 pm (PST)
Artikel: Â Apakah Nasib Seseorang Bisa Berubah? Â
Â
Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.
Â
Kita percaya akan nasib baik, dan nasib buruk. Herannya, ketika roda kehidupan berada âdibawahâ kita sering berkata âMau bagaimana lagi? Nasib kita memang seperti ini....â Tetapi, kalau segala sesuatunya sedang indah berbunga-bunga kita tidak pernah mengingat-ingat soal ânasibâ. Seolah-olah definisi kita tentang nasib selalu berkaitan dengan hal-hal buruk dalam hidup. Kita sering merasa bahwa semua pencapaian baik diperoleh dari jerih payah diri kita sendiri. Sedangkan keburukan dan kesialan semata-mata adalah nasib dari Tuhan. Terlebih lagi, kita sering mengira bahwa Tuhan terlalu diktator sehingga dia menentukan nasib seseorang tanpa bisa ditawar-tawar lagi. Benarkah demikian?
Â
Ditengah perjalanan saya berhenti untuk beristirahat disebuh Masjid. Kemudian, menuju ke ruang bersuci. Jika anda ingin membuka keran air, anda putar keran berlawanan dengan arah jarum jam, bukan? Dalam ilmu fisika, itu disebut âbesaran vektorâ, dimana usaha yang kita lakukan menghasilkan suatu gaya yang memiliki arah. Aplikasinya, untuk menutup keran air kita memutarnya searah jarum jam, sedangkan untuk membukanya kita memutar kearah berlawanan.
Â
Saya sudah memutar keran sesuai dengan hukum fisika itu. Tetapi, usaha saya tidak berhasil. Saya pikir kerannya macet sehingga membutuhkan tenaga lebih besar. Namun, sekuat apapun saya memutarnya, keran itu tidak hendak bergerak. Dalam situasi yang nyaris membuat frustrasi itu, secara tidak sengaja saya melakukan putaran kearah sebaliknya. Dan tiba-tiba saja air dalam keran itu meluncur keluar. Â Ternyata, ada keran air yang untuk membukanya kita tidak memutar kekiri seperti yang diajarkan oleh ilmu fisika, melainkan kearah yang berlawanan. Hebatnya lagi, setelah pengalaman pertama itu, saya menjadi sering menemukan keran air ânyelenehâ seperti itu.
Â
Keran air aneh itu seolah mengingatkan kita bahwa paradigma-paradigma yang selama ini kita yakini benar itu belum tentu benar-benar âbenarâ. Tanpa disadari, dalam hidup kita juga sering mengira bahwa nasib kita sudah dikunci oleh takdir. Kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menerima apa adanya. Terserah kemana nasib membawa diri kita. Makanya, kalau hidup kita kurang beruntung kita boleh menoleh kepada Tuhan. Karena, Dia-lah yang telah menentukan takdir kita. Jadi, Dia-lah juga yang harus bertanggungjawab atas baik atau buruknya nasib kita. Sehingga, tidak heran jika kita sering menyalahkan Tuhan atas kegagalan-kegagalan yang kita derita.
Â
Bayangkan seandainya anda menemukan keran air seperti itu, lalu anda bersikeras untuk membukanya dengan memutar kearah kiri. Sekuat apapun anda, tidak akan bisa membuat keran itu mengalirkan air. Barangkali, hidup kita juga demikian. Bisa jadi setiap kegagalan yang kita alami itu bukan karena nasib semata. Melainkan karena kita terlampu keras kepala untuk melakukan segala sesuatunya dengan cara-cara yang kita anggap benar. Kita memaksakan diri agar orang lain atau lingkungan melakukan segala sesuatunya sesuai keinginan kita. Padahal, bahkan keran air pun memiliki aturannya sendiri. Sehingga supaya airnya keluar, kita harus bersedia mengalah. Dan meletakkan dogma dalam pelajaran ilmu fisika. Lalu, mengikuti aturan keran itu untuk memutarnya kearah yang bertolak belakang dengan nilai-nilai yang selama ini kita anggap benar. Dan ketika kita mengalah; keran terbuka. Lalu air mengalir untuk kita.
Â
Maka pelajaran yang kita dapatkan dari keran air aneh itu berbunyi; âMerdekakan dirimu dari egoisme, dan perasaan benar sendiri. Lalu beranjaklah kealam toleransi dan saling memahami.â Â Coba kita perhatikan; bukankah sumber segala pertengkaran kita selama ini adalah sikap kita yang keras kepala? Atau nafsu kita untuk memaksakan kehendak kepada orang lain? Atau keangkuhan karena kita merasa kamu salah, dan saya benar? Oleh karena itu, mungkin segala permasalahan hidup yang kita hadapi ini sebenarnya bisa kita atasi dengan cara mengubah diri kita sendiri. Bukan menunggu orang lain yang mengubah diri mereka untuk kita. Karena, seperti keran air itu, ketika kita bersedia mengikuti iramanya; dia bersedia mengalirkan airnya.
Â
Ketika gagal membuka keran aneh itu saya sempat mengira bahwa sudah nasib saya untuk tidak kebagian air. Namun, ketika saya memutar dengan cara yang merontokkan semua paradigma saya tentang âbesaran vektorâ ilmu fisika itu, saya menemukan bahwa ternyata nasib saya bukanlah âtidak mendapatkan airâ. Nasib saya justru adalah; âmendapatkan airâ. Perhatikanlah; betapa mudahnya nasib berganti.
Â
Fenomena itu menunjukkan betapa tipisnya dinding pemisah antara ânasib mendapatkan airâ dan ânasib tidak mendapatkan airâ. Keduanya hanya dipisahkan oleh âusahaâ yang didasari oleh rontoknnya paradigma lama kita. Usaha yang kelihatannya mustahil, namun dengan tenaga yang kecil; bisa menunjukkan hasil yang sesuai dengan keinginan kita.
Â
Dalam hidup juga barangkali demikian. Ada sebuah dinding tipis antara ânasib kita untuk gagalâ, dengan ânasib kita untuk berhasilâ. Memang, selama ini kita sudah bekerja keras. Berusaha semaksimal mungkin untuk meraih ânasib berhasilâ itu. Namun, mengapa kita selalu dihadapkan kepada ânasib gagalâ? Lantas kita berkata;âTuhan, sudah aku lakukan semua yang bisa kulakukan. Tapi, mengapa aku masih gagal juga?â
Â
Mungkin memang benar kita sudah berusaha maksimal. Namun, apakah dalam usaha keras itu kita sudah terbebas dari egosentisme dan paradigma-paradigma yang keliru? Bisa jadi hidup kita membutuhkan cara yang bahkan 180 derajat bertolak belakang dengan apa yang kita kira benar itu.
Â
Mungkin, inilah sebenarnya inti pelajaran dari guru ngaji saya tentang mengubah nasib. Beliau bilang Tuhan berfirman: âSesungguhnya Aku tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga mereka mengubah dengan dirinya sendiri.â
Â
Selama ini saya memahaminya sebagai janji Tuhan untuk membantu kita mengubah nasib, kalau kita bersedia untuk berusaha. Â Namun, keran air aneh itu mengenalkan saya pada kemungkinan lain bahwa yang dimaksudkan Tuhan mungkin bukanlah sekedar bersedia melakukannya sendiri. Melainkan bersedia âmengubah diri sendiriâ. Karena, ketika kita bersedia mengubah diri, maka kita akan mampu menyesuaikan diri. Dan ketika kita mampu menyesuaikan diri, maka kita mempunyai peluang yang lebih besar untuk berhasil. Maka, logislah jika Tuhan menginginkan kita untuk mengubah diri sendiri. Setelah itu, barulah Dia berkenan untuk mengubah nasib kita, menjadi lebih baik. Â
Â
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman
Natural Intelligence & Mental Fitness Learning Facilitator Â
http://www.dadangkadarusman. Âcom/
Talk Show setiap Jumat jam 06.30-07.30 di 103.4 DFM Radio Jakarta
Â
Catatan Kaki:
Perubahan didalam diri seseorang, menentukan kemampuannya untuk mengubah keadaan diluar dirinya sendiri.
Â
Melalui project Mari Berbagi Semangat! (MBS!) sekarang buku saya yang berjudul âBelajar Sukses Kepada Alamâ versi Bahasa Indonesia dapat diperoleh secara GRATIS. Jika Anda ingin mendapatkan ebook tersebut secara gratis silakan perkenalkan diri disertai dengan alamat email kantor dan email pribadi (yahoo atau gmail) lalu kirim ke bukudadang@yahoo.com
- 11a.
-
(Inspirasi) The "Hidden Message & True Power" of Water
Posted by: "~ Made Teddy Artiana ~" made.t.artiana@gmail.com
Sun Jan 17, 2010 11:16 pm (PST)
The âHidden Message & True Powerâ of
Water<http://semarbagongpetrukgareng. >blogspot. com/2010/ 01/hidden- message-true- power-of- water.html
ditulis oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
(mail : teddyartiana_photography@ )yahoo.com
*âJangan ngomong jorok didepan sumur..mur..mur..mur !!â
*
Kira-kira itu perintah âanehâ yang kami terima begitu saja â"walau tanpa
penjelasan yang kami anggap memadai, dan tanpa echo tentunya- pada saat
kecil dulu.
Paling banter, alasan yang diberikan dari mereka orang-orang tua saat itu
adalah : air sumur itukan untuk diminum, jadi harus ndak boleh sembarangan.
(titik ! siapapun yang nekad mbalelo bertanya-tanya, pasti akan merasakan
akibatnya)
Dengan sama sekali tidak bermaksud untuk musryik, mungkin senada dengan
semua itu, seorang yang sakit berangsur pulih, ketika diberi minuman yang
telah didoakan (bahasa dukunnya : dijampi-jampi). Inipun tidak mendapat
penjelasan apa-apa, selain : yang mendoakan itu sakti !!
Tiga puluh tahun berlalu, hingga dua buah buku karangan Dr. Masaru Emoto
berada digenggaman. âThe Hidden Message from Waterâ dan âThe True Power of
Waterâ (sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia) dua buku yang
mengungkapkan fakta ilmiah yang luar biasa dari air.
Dalam buku itu Dr. Masaru Emoto menemukan bahwa air dapat menyimpan segala
bentuk pengaruh emosi yang diberikan oleh lingkungannya. Baik secara sengaja
ataupun tidak sengaja. Caranya pun beragam, lewat kata-kata, perasaan bahkan
tulisan ! Dan ini semua dapat dibuktikan oleh siapa saja lewat analisa
molekul dengan cara Water Crystal Photography.
Maksudnya begini, segelas air yang didoakan, ketika dicek molekul-molekulnya
akan berbentuk persegi enam atau lima dengan sebentuk bunga-bunga kristal
yang sangat indah, namun air yang sengaja dikata-katai dengan sesuatu yang
buruk, akan menampakkan bentuk molekul yang mengerikan. Hal yang sama
berlaku untuk pengaruh yang terjadi pada air dalam gelas yang diberi tulisan
âThankâsâ jika dibandingkan dengan yang diberikan tulisan âFool !!â. Bahkan
dalam bukunya Sang Penemu juga membandingkan molekul air yang ada di sebuah
bendungan di Jepang pada saat sebelum didoakan (dengan agama Shinto
tentunya) dengan air yang sama, setelah penduduk mendoakan bendungan
tersebut. Bahkan juga ketika segelas air dari sumber yang sama, diberi
tulisan âMother Theresaâ dan âAdolf Hitlerâ perbedaan yang sangat jelas pada
molekulnya terjadi. Sungguh menakjubkan !!
Singkat cerita, lewat penyelidikan ini ditemukanlah fakta ilmiah bahwa air
(dengan muatan energi positif) sangat amat dapat menyembuhkan berbagai jenis
penyakit. Untuk yang satu ini orang Indonesia jagonya. Dari sekedar meminum
hingga disembur secara sukarela.
Menariknya semua penyelidikan ini kemudian mengarah kepada tubuh manusia
sendiri, yaitu fakta dimana otak, darah dan lain sebagainya yang katanya
sebesar 70%-80% terdiri dari air.
*(dengan persentase beragam, tergantung apakah Anda doyan minum, habis
berenang, habis tenggelam atau bahkan terpaksa hanya meminum air karena
tidak kebagian makanan ï)
*
Itu berarti bahwa otak kita (dan tubuh kita tentunya) sangat dipengaruhi
oleh kata-kata, emosi, label baik itu positif atau negatif.
Berkaca dengan itu semua berarti mulai saat ini kita harus berhati-hati
menempatkan diri kita dalam sebuah lingkungan dan memasukkan segala sesuatu
kedalam diri ini (lewat telinga, mata dan pikiran) karena semuanya itu
secara ilmiah menentukan indahnya molekul-molekul dalam tubuh ini, yang
berarti juga menentukan derajat kesehatan kita, yang tentunya juga sangat
berbanding lurus dengan inner beauty yang terpancar, sekaligus tingkat
kemuliaan dan kesuksesan kita dalam kehidupan.
Doa-doa, pikiran positif, iman, kesucian, kata-kata yang membangun, bacaan
yang bermanfaat, nasehat-nasehat yang positif dan cara marah yang wajar
tentu akan membuat diri kita begitu indah, bagaikan molekul air yang
terdapat di air Zam-Zam.
Lalu bandingkan jika pikiran kita dijejali
Kekuatiran dan ketakutan,
pornography,
film-film klenik (pocong, kuntilanak dan semua family mereka),
lagu-lagu perselingkuhan (bahkan mereka yang menciptakan dan menyanyikannya
sudah mendapatkan âupahâ mereka sendiri-sendiri),
sinetron-sinetron sinting yang ceritanya tidak jauh dari (pengkhianatan,
tamparan, rencana jahat dan amnesia),
acara-acara gossip (yang memamerkan kawin cerai)â¦.dan lain sebagainya
kemudian dalam proses yang sangat pasti dan sangat ilmiah, molekul-molekul
dalam diri ini akan berubah mengerikan, lalu RASAKAN SENDIRI AKIBATNYA!!!
**** Seandainya saja kita mengetahui betapa hebatnya kita dan betapa kita
dicintai-NYA, maka hati kita akan berpesta pora setiap saat *** *
**
*what a wonderfull world !
**Made Teddy Artiana, S. Kom*
photographer & penulis
http://semarbagongpetrukgareng. blogspot. com/
081317822720
- 11b.
-
Re: [sekolah-kehidupan] (Inspirasi) The "Hidden Message & True P
Posted by: "Ramaditya Skywalker" ramavgm@gmail.com
Mon Jan 18, 2010 12:48 am (PST)
Ini adalah buku yang luar biasa...
Oh ya, saya seorang tunanetra yang juga gemar membaca buku. Apakah
bersedia memberikan saya soft-copy dari buku ini? Mengingat saya
membacanya menggunakan komputer dengan bantuan pembaca layar.
Saya akan tetap membeli buku cetaknya, dan soft-copy tersebut akan
aman bersama saya.
On 1/18/10, ~ Made Teddy Artiana ~ <made.t.artiana@gmail.com > wrote:
> The âHidden Message & True Powerâ of
> Water<http://semarbagongpetrukgareng. >blogspot. com/2010/ 01/hidden- message-true- power-of- water.html
> ditulis oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
> (mail : teddyartiana_photography@ )yahoo.com
>
>
>
> *âJangan ngomong jorok didepan sumur..mur..mur..mur !!â
> *
> Kira-kira itu perintah âanehâ yang kami terima begitu saja â"walau tanpa
> penjelasan yang kami anggap memadai, dan tanpa echo tentunya- pada saat
> kecil dulu.
>
> Paling banter, alasan yang diberikan dari mereka orang-orang tua saat itu
> adalah : air sumur itukan untuk diminum, jadi harus ndak boleh sembarangan.
> (titik ! siapapun yang nekad mbalelo bertanya-tanya, pasti akan merasakan
> akibatnya)
>
> Dengan sama sekali tidak bermaksud untuk musryik, mungkin senada dengan
> semua itu, seorang yang sakit berangsur pulih, ketika diberi minuman yang
> telah didoakan (bahasa dukunnya : dijampi-jampi). Inipun tidak mendapat
> penjelasan apa-apa, selain : yang mendoakan itu sakti !!
>
> Tiga puluh tahun berlalu, hingga dua buah buku karangan Dr. Masaru Emoto
> berada digenggaman. âThe Hidden Message from Waterâ dan âThe True Power of
> Waterâ (sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia) dua buku yang
> mengungkapkan fakta ilmiah yang luar biasa dari air.
>
> Dalam buku itu Dr. Masaru Emoto menemukan bahwa air dapat menyimpan segala
> bentuk pengaruh emosi yang diberikan oleh lingkungannya. Baik secara sengaja
> ataupun tidak sengaja. Caranya pun beragam, lewat kata-kata, perasaan bahkan
> tulisan ! Dan ini semua dapat dibuktikan oleh siapa saja lewat analisa
> molekul dengan cara Water Crystal Photography.
>
> Maksudnya begini, segelas air yang didoakan, ketika dicek molekul-molekulnya
> akan berbentuk persegi enam atau lima dengan sebentuk bunga-bunga kristal
> yang sangat indah, namun air yang sengaja dikata-katai dengan sesuatu yang
> buruk, akan menampakkan bentuk molekul yang mengerikan. Hal yang sama
> berlaku untuk pengaruh yang terjadi pada air dalam gelas yang diberi tulisan
> âThankâsâ jika dibandingkan dengan yang diberikan tulisan âFool !!â. Bahkan
> dalam bukunya Sang Penemu juga membandingkan molekul air yang ada di sebuah
> bendungan di Jepang pada saat sebelum didoakan (dengan agama Shinto
> tentunya) dengan air yang sama, setelah penduduk mendoakan bendungan
> tersebut. Bahkan juga ketika segelas air dari sumber yang sama, diberi
> tulisan âMother Theresaâ dan âAdolf Hitlerâ perbedaan yang sangat jelas pada
> molekulnya terjadi. Sungguh menakjubkan !!
>
> Singkat cerita, lewat penyelidikan ini ditemukanlah fakta ilmiah bahwa air
> (dengan muatan energi positif) sangat amat dapat menyembuhkan berbagai jenis
> penyakit. Untuk yang satu ini orang Indonesia jagonya. Dari sekedar meminum
> hingga disembur secara sukarela.
>
> Menariknya semua penyelidikan ini kemudian mengarah kepada tubuh manusia
> sendiri, yaitu fakta dimana otak, darah dan lain sebagainya yang katanya
> sebesar 70%-80% terdiri dari air.
>
> *(dengan persentase beragam, tergantung apakah Anda doyan minum, habis
> berenang, habis tenggelam atau bahkan terpaksa hanya meminum air karena
> tidak kebagian makanan ï)
> *
> Itu berarti bahwa otak kita (dan tubuh kita tentunya) sangat dipengaruhi
> oleh kata-kata, emosi, label baik itu positif atau negatif.
>
> Berkaca dengan itu semua berarti mulai saat ini kita harus berhati-hati
> menempatkan diri kita dalam sebuah lingkungan dan memasukkan segala sesuatu
> kedalam diri ini (lewat telinga, mata dan pikiran) karena semuanya itu
> secara ilmiah menentukan indahnya molekul-molekul dalam tubuh ini, yang
> berarti juga menentukan derajat kesehatan kita, yang tentunya juga sangat
> berbanding lurus dengan inner beauty yang terpancar, sekaligus tingkat
> kemuliaan dan kesuksesan kita dalam kehidupan.
>
> Doa-doa, pikiran positif, iman, kesucian, kata-kata yang membangun, bacaan
> yang bermanfaat, nasehat-nasehat yang positif dan cara marah yang wajar
> tentu akan membuat diri kita begitu indah, bagaikan molekul air yang
> terdapat di air Zam-Zam.
>
> Lalu bandingkan jika pikiran kita dijejali
> Kekuatiran dan ketakutan,
> pornography,
> film-film klenik (pocong, kuntilanak dan semua family mereka),
> lagu-lagu perselingkuhan (bahkan mereka yang menciptakan dan menyanyikannya
> sudah mendapatkan âupahâ mereka sendiri-sendiri),
> sinetron-sinetron sinting yang ceritanya tidak jauh dari (pengkhianatan,
> tamparan, rencana jahat dan amnesia),
> acara-acara gossip (yang memamerkan kawin cerai)â¦.dan lain sebagainya
>
> kemudian dalam proses yang sangat pasti dan sangat ilmiah, molekul-molekul
> dalam diri ini akan berubah mengerikan, lalu RASAKAN SENDIRI AKIBATNYA!!!
>
> **** Seandainya saja kita mengetahui betapa hebatnya kita dan betapa kita
> dicintai-NYA, maka hati kita akan berpesta pora setiap saat *** *
> **
>
>
>
> *what a wonderfull world !
> **Made Teddy Artiana, S. Kom*
> photographer & penulis
> http://semarbagongpetrukgareng. blogspot. com/
> 081317822720
>
--
"Ramaditya Skywalker: The Indonesian game music lover"
- Eko Ramaditya Adikara
http://www.ramaditya.com
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar