Jumat, 06 Mei 2011

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3387[1 Attachment]

Messages In This Digest (7 Messages)

Messages

1a.

Re: [Catcil] Kalah Pintar Dengan Pencopet :(

Posted by: "Mimin" minehaway@gmail.com   mine_haway

Thu May 5, 2011 5:30 am (PDT)



2011/5/3 henny <andriyani_henny@yahoo.com>

> salam kenal mba mimin....
> waduh ceritanya hampir sama dengan hape saya yang kecopetan di
> bis.....omongan yang keluar pasti seharusnya....seharusnya....seharusnya
> nggak pake ransel, seharusnya ransel ga ditaruh dibelakang....dll.
> tapi dari itu kita belajar tentang musibah, teguran, juga takdir....dan
> mengambil hikmah dari setiap kejadian
>
Salam kenal juga Mbak Henny
Iya saya juga belajar memetik hikmah dari musibah ini
Lebih hati-hati di jalan, tidak buka2 hp di bis, belajar ikhlas dan sabar.
Yakin Allah sudah siapkan ganti yang lebih baik.
Moga ini kecopetan terakhir.Amin...

--
Write what you think!
http://minesweet.blogspot.com
http://minehaway.com/min-shop/
2.

(no subject)

Posted by: "Mied" mid_sirait@yahoo.com   mid_sirait

Thu May 5, 2011 5:36 am (PDT)

3.

What is The Meaning of Youuuur Job ???

Posted by: "+ Made Teddy Artiana +" made.t.artiana@gmail.com

Thu May 5, 2011 10:54 am (PDT)



*What is The Meaning of Youuuuur Job ?*****

by : Made Teddy Artiana, S. Kom

Chief of Marketing Officer PT. Kairos System & Technology

*Specialist in Integrated Hospital Information System*

**

* *

James Gwee, motivator, *trainer* dan pembicara beken, yang juga merupakan
anggota mailing list kami The Profec (*Profesional & Enterpreneur Club*),
dalam sebuah training di Singapore pernah terlibat dalam sebuah percakapan
menarik. Percakapan yang lebih menyerupai wawancara, dengan seorang tua
dengan job description unik sekaligus membosankan : mengecek seluruh
engsel kunci
kamar di sebuah hotel Bintang Lima. Day by day, door to door !

"Apa yang membuat Anda begitu teliti dengan pekerjaan se-*boring* ini ?",
tanya James.

"Wah, dari cara Anda bertanya Mr. James, berarti Anda tidak tahu apa
pekerjaan saya sebenarnya", tukas Pak Tua itu.

"Pekerjaan saya bukan cuma mengecek engsel pintu. Saya bekerja di hotel
berbintang lima, dan tamu-tamu kami kebanyakan adalah para manager. Setiap
manager tentunya mengepalai sebuah departemen yang memimpin belasan hingga
puluhan karyawan. Orang yang sama juga hampir pasti merupakan seorang kepala
keluarga. Nah, jika terjadi kebakaran di Hotel ini, dan salah satu dari
mereka terjebak, terkunci dan akhirnya tewas, karena engsel pintu yang tidak
bekerja sebagaimana mestinya, maka perusahaan akan kehilangan managernya,
dan sebuah keluarga akan kehilangan kepala keluarganya. Mr. James, pekerjaan
saya tidak cuma mengurusi engsel pintu, melainkan memastikan keselamatan
nyawa para manager itu."

Sebagian orang mungkin menganggap Pak Tua ini sekedar menghibur dirinya,
persis seperti yang dilakukan oleh banyak orang dewasa ini. Mereka tidak
bangga akan pekerjaan mereka. Mereka terpaksa, karena merasa tidak punya
jalan lain untuk bertahan hidup. Bahkan jika itu tidak dianggap berlebihan,
mungkin saja mereka malu dengan pekerjaan mereka. Penyebabnya banyak, tetapi
salah satu yang paling utama adalah : karena mereka tidak mengerti *'the
meaning of their job'. *

Kelihatannya sederhana, namun kadang kala diperlukan sebuah perenungan dan
kreatifitas untuk memahami, apa sih yang sebenarnya yang kita kerjakan.
Melihat tidak sekedar yang terlihat oleh mata. Sebuah pengertian yang
mengatasi pemahaman kebanyakan orang.

Seorang lulusan luar negeri yang kemudian pulang ke tanah air dan membuka
usaha bordiran, misalnya. Dengan mudah akan menuai cibiran dari kanan-kiri,
muka-belakang. "Disekolahkan jauh-jauh dan mahal-mahal, kok *cuman* begitu *
doang* !".

Namun pemahaman tentang bagaimana jumlah *enterpreneur* menjadi tolak ukur
kemajuan perekonomian sebuah negara, tentu akan sedikit memaksa kita
memberikan '*meaning'* yang berbeda, terhadap apa yang dilakukan oleh Sang
Lulusan Luar Negeri tersebut. Belum lagi makna : penciptaan lapangan kerja,
yang berarti juga ikut memberikan rejeki kepada sejumlah kepala, anak-istri
orang lain, yang mau tidak mau membuat kita berintrospeksi tentang sejauh
mana sumbangsih kita kepada orang lain. Terhadap kehidupan.

Aku jadi teringat sebuah kisah tentang 3 orang kuli bangunan, yang memiliki
jawaban yang berbeda-beda atas pertanyaan mengenai apa pekerjaan yang mereka
lakukan.

"Aku hanya seorang kuli bangunan biasa !", itu jawaban kuli pertama.

"Aku tidak terlalu tahu tentang apa yang sedang kami bangun", jawaban yang
kedua.

Dan jawaban orang terakhir adalah : "Aku termasuk salah seorang yang
dipercaya untuk membangun sebuah istana yang megah".

Sebuah cerita yang sangat inspiratif, setidaknya buatku pribadi, tentang
bagaimana pemahaman kita terhadap sebuah pekerjaan dapat mengubah pendekatan
dan kemudian otomatis berdampak terhadap hasil pekerjaan itu sendiri.

Jadi benarlah apa yang dikatakan orang-orang bijak bahwa : orang yang tidak
memiliki kebanggaan dengan apa yang ia kerjakan, terlepas seberapa besar
atau kecilnya pekerjaan itu, hampir mustahil dapat memberi arti pada
pekerjaan tersebut. Dan dapat dipastikan juga tidak akan memberi arti pada
kehidupannya sendiri, apalagi orang lain. Orang-orang yang hanya sekedar
bertahan hidup, sambil menularkan *pesimisme*, lalu menua, mati dan akhirnya
terlupakan.

Semoga TUHAN, Sang Pemilik Kehidupan, senantiasa menolong kita sehingga kita
tidak mati rasa, kemudian tanpa sadar termasuk dalam golongan manusia
'pelengkap penderita' seperti itu, dan akhirnya...mati *beneran* dengan
keyakinan seorang kuli biasa ! Amien (*)

--
*What a wonderfull world ! What an exciting journey !!
*
*
Made Teddy Artiana, S. Kom
*
fotografer, penulis & event organizer
http://semarbagongpetrukgareng.blogspot.com

*Galery & Stock Photo
*http://theBeautyofBelitung.multiply.com
http://fromBaliWithLove.multiply.com
http://LawangSewuKotaTua.multiply.com
http://TriptoPulauPramuka.multiply.com

http://HongkongMacauShenzen.multiply.com
4.

Persepsi

Posted by: "NLP Into Action" nlpintoaction@gmail.com

Thu May 5, 2011 10:54 am (PDT)



Sumber http://nlpintoaction.com/aplikasi-nlp/persepsi/

by Wahyudi Akbar <http://nlpintoaction.com/direktori-praktisi/wahyudi-akbar>

"Persepsi manusia 99% seringkali salah" ini ungkapan yang saya dengar dari
seorang guru Thich Nhat Hanh.

Bagi praktisi NLP pasti mengenal presuposisi "*The map is not the territory*",
presuposisi ini diurutan no.1 dari sekitar 20 presuposisi di NLP.

Dan saya pikir ungkapan itu cocok dengan "*the map is not the territory*"
dan memang persepsi kita seringkali salah bukan hanya persepsi tentang orang
lain, namun juga persepsi kita tentang diri kita sendiri.

Apakah pada saat berkomunikasi dengan orang lain Anda selalu berusaha
membenarkan diri Anda karena Anda merasa Anda yang lebih tahu sehingga Anda
menolak untuk memahami pendapat orang lain?

Apakah pada saat Anda berkomunikasi dengan keluarga, anak, istri maupun
orang tua Anda, dan Anda masih berpikir bahwa merekalah yang harusnya
mengerti Anda?

Apakah Anda sering beranggapan bahwa respon Anda lebih disebabkan karena
tindakan atau pandangan orang lain?

Apakah Anda takut pada hal-hal yang tidak penting? Seperti takut berbicara
di depan umum, ulat, jualan, ditolak, dsbnya?

Apabila Anda menjawab "YA" maka Anda belum benar-benar memahami tentang
teori "*The Map is the Territory*".

Apakah kita sudah mempersepsikan ketakutan itu dengan benar? Apakah kita
sudah mempersepsikan rasa malu itu dengan benar? Apakah kita sudah
mempersepsikan kemarahan itu dengan benar? Apakah kita sudah mempersepsikan
salah paham itu dengan benar? Apakah kita sudah mempersepsikan diri kita
sendiri dengan benar? Apakah kita sudah mempersepsikan ketidakmampuan kita
dengan benar?

Apabila belum.. maka persepsi yang benar menurut diri Anda sendiri itu yang
seperti apa? Maka mulailah latihan menerapkan persepsi tersebut dalam
kehidupan Anda setiap hari.

"Lebih gampang untuk memahami daripada meminta untuk dipahami" merupakan
salah satu prinsip untuk mempraktekan "*the map is not the territory*"

Pada saat kita bisa memahami bahwa di setiap salah ada benar, dan benar ada
salah, maka kita bisa lebih memperkaya *map internal* kita. Salah satu
sumber daya untuk mencapai *performance excellence* untuk jangka panjang
adalah kayanya *map internal* kita.

Salam Memahami.
5.

[Karyaku] - TIPS - Membuat Hidup Tulisan Kita dengan Membuat Hidup P

Posted by: "rw dodo" rw_do2@yahoo.co.id   rw_do2

Thu May 5, 2011 10:54 am (PDT)



Membuat Hidup Tulisan Kita dengan Membuat Hidup Pembaca
Oleh R.W. Dodo*
 
Di pelatihan menulis Writer University minggu kemarin, sebelum jauh membahas materi drafting, saya bertanya satu-satu kepada para peserta.
 
“Bagaimana yang Mbak atau Mas semua rasakan, ketika menulis. Apakah
seolah-olah terasa seperti sedang berbicara dengan orang atau
bagaimana?”
 
Seperti yang saya duga, mereka bilang iya. Semua merasakan seolah
seperti sedang berbicara dengan orang. Lalu, saya lanjutkan dengan
pertanyaan berikutnya.
 
“Seberapa dekat teman-teman dengan orang yang sedang diajak bicara.
Apakah terlihat dengan jelas bayangannya, bahkan mukanya, atau hanya
sekedar seolah seperti berbicara dengan orang, tapi… tidak jelas
bagaimana orangnya?”
 
Pada titik pertanyaan saya ini, dari semua peserta jawabannya
beragam. Ada yang benar-benar merasakan kehadiran orang yang diajak
bicara, ada yang seolah melihat bayangan orang yang diajak bicara, dan
ada juga yang merasakan kedekatan perasaannya dengan pembaca. Ya,
lagi-lagi seperti dugaan saya. Persis seperti yang tergambar di dalam
tulisan mereka, seperti itulah yang dijawabnya.
 
Lalu, bagaimana dengan teman-teman semua. Apa yang teman-teman
rasakan ketika sedang menulis? Apakah benar sama seperti berbicara
dengan seseorang? Seberapa dekat imajinasi teman-teman dengan orang yang
diajak bicara? Apakah tergambar wajahnya dengan jelas, atau hanya
remang-remang, atau bagaimana?
 
Di setiap pribadi penulis memang mempunyai keunikan tersendiri,
kelebihan, dan kelemahan. Sebagian penulis, mereka lihai dalam memilih
diksi, mengurai logika, dan meracik data. Sebagian yang lain, mereka
miskin referensi, tapi bisa mengajak pembaca untuk lebih paham esensi
sebuah makna. Lain lagi, ada yang pintar memelintir kata menjadi canda, hingga pembaca bisa terbahak-bahak lupa segalanya.
 
Dalam tulisan ini, saya tidak mengajak teman-teman semua untuk
menilai keberhasilan mereka dalam menuangkan gagasanya dengan kata.
Hanya saja, saya ingin mengajak teman-teman semua menghidupkan tulisan
kita dengan menghidupkan pengimajinasian pembaca kita.
Sejauh ini, setelah saya menelaah proses membaca, mempelajari hypnosis, Subconsius,
NLP, ilmu komunikasi, dan riset langsung dengan peserta di Writer
University. Saya mendapatkan banyak pemahaman baru tentang menulis dan
membaca. Ya, ternyata menulis tidaklah ubahnya seperti berbicara. Sifat
kita, bisa terlihat dari tulisan kita. Rasa yang kita tuangkan dalam
kata, bisa juga dirasakan oleh pembaca. Begitupun juga imajinasi yang
tergambar dalam pikiran kita saat menulis, sebesar itulah imajinasi yang
tergambar pada pembaca. Dan satu lagi, bagaimana kita menganggap
pembaca kita saat menulis, seperti itulah kalimat yang tertuang di dalam
tulisan kita.
 
Pada kasus peserta pelatihan, yang merasa sangat dekat dengan
pembaca. Bahkan mereka saat menulis, seperti sedang berbicara dengan
adiknya, terlihat muka adiknya saat diajak bicara, terkadang dia menyela
saat dijelaskan, lalu mengangguk-anggukkan kepala saat paham atas apa
yang dijelaskan. Saat saya membaca tulisannya, ya, seperti itulah yang
saya lakukan dan rasakan. Benar-benar seperti anak kecil yang sedang
diajak bicara dengan kakak yang sangat memahami saya. Saya pun terhanyut
dalam tulisannya.
 
Lain lagi dengan beberapa penulis yang hanya seperti berbicara dengan
sebuah banyangan saat menulis. Bayangan itu jelas, tapi, tidak terlihat
dengan baik siapa dia. Saat saya membaca tulisannya, saya merasakan
seolah ada jarak dengan penulis. Terkadang, saya merasakan penulis
sangat otoriter dengan pendapatnya. Bahkan, pada uraian tertentu saya
menolak statement-nya.
 
Pada kasus ini, saya mensinyalir penyebabnya adalah karena
ketidakjelasan imaji penulis saat menulis sedang berbicara dengan siapa.
Karena ketidakjelasan tersebut, membuat penulis kurang menyentuh ranah
rasa dalam tulisannya. Dan untuk bagian kalimat yang membuat saya
menolak, saya mensinyalir diakibatkan karena menganggap pembaca seolah
seperti patung. Jadi pembaca tidak hidup, tidak mempunyai rasa, tidak
mempunyai logika, dan hanya diam menerima ketika diajak bicara.
 
Dalam menyampaikan gagasan dengan tulisan, memang alangkah baiknya
kita perlu menghidupkan imaji calon pembaca. Dengan demikian, kita bisa
menyentuh ranah kecerdasan mereka dengan penuh. Ya, setidaknya mengacu
pada pengukuran yang digagas oleh Benjamin S. Bloom, atau yang lebih
familiar dengan sebutan Taksonomi Bloom. Yaitu ranah kognitif, afektif
dan psikomotor.
 
Yang dimaksud dengan ranah kognitif di sini, menganggap bahwa pembaca
hidup mempunyai keterampilan berpikir, berlogika, dan mempunyai
pengetahuan. Untuk itu, kita upayakan jangan otoriter dengan statement yang
disampaikan. Buatlah proses masuknya logika dengan contoh-contoh,
pengimajian, ilustrasi. Jadi, logika mereka bisa turut mengalir
mengikuti arah logika yang kita buat.
 
Kita juga harus menghidupkan pembaca dengan afektifnya, memahami
bahwa mereka mempunyai rasa, minat, sikap dan mempunyai cara
menyesuaikan diri. Untuk itu, kita perlu menyentuh rasa mereka,
memperhatikan mereka dengan apa yang kita sampaikan, menanyakan apakah
mereka paham atau tidak dan sebagainya. Sehingga timbuh sebuah kedekatan
secara emosional.
 
Selain itu, yang perlu diperhatikan oleh kita adalah, bahwa pembaca
juga mempunyai ruang ekspresi motorik. Untuk itu, kita perlu juga
memberikan ruang kepada mereka untuk mengekspresikan apa yang kita
uraikan dalam tulisan. Contohnya, jika dalam tulisan ini, maka saya akan
mempersilakan kepada pembaca untuk menulis, setelah membaca catatan
saya ini. Lalu, mencermati kembali. Apa yang dirasakan saat menulis?
Apakah seperti berbicara dengan orang yang benar-benar hidup, atau….
Silakan dijawab setelah benar-benar menulis!
Semoga bermanfaat!***

*R.W. Dodo adalah Direktur Literary Agency Mata Pena
Writer, Direktur Anak Kata Publishing, Direktur Writer University, dan
penulis berbagai genre buku.
INFO:Telah dibuka pendaftaran mahasiswa baru Writer University Program Flash Batch 3. Untuk detail informasi bisa dilihat di www.writeruniversity.multiply.com.
6.

Artikel: Proses Menuju Kesempurnaan Diri

Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com   dkadarusman

Thu May 5, 2011 10:55 am (PDT)





Artikel: Proses Menuju Kesempurnaan Diri
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Katanya, manusia itu mahluk sempurna ya? Apakah kesempurnaan itu sudah kita warisi sejak lahir atau baru sekedar ‘potensi’ untuk sempurna? Faktanya, tidak ada manusia yang langsung hebat begitu dia lahir. Jadi, pastilah kesempurnaan manusia itu harus diperjuangkan. Begantung nilai perjuangannya; ada manusia yang semakin mendekati kesempurnaan diri, dan ada juga yang begitu-begitu saja. Lantas, bagaimana caranya supaya kita bisa semakin dekat kepada kesempurnaan itu?
 
Kesempurnaan itu dibangun dari elemen-elemen kecil berupa kualitas pribadi kita. Semakin banyak elemen yang bisa kita perbaiki, semakin dekat kita kepada kesempurnaan diri. Saya merangkum 5 cara yang bisa Anda tempuh untuk memperindah elemen-elemen diri itu. Berikut ini ulasannya. 
 
1.      Adu kualitas kerja dengan kualitas diri. Kualitas kerja seseorang mewakili kualitas pribadinya. Cek apakah kualitas kerja Anda sudah sama dengan kualitas pribadi Anda. Jika sudah sama; maka Anda sudah mencapai setengah jalan menuju diri Anda yang sesungguhnya. Setengahnya lagi apa? Belajar lagi sesuatu untuk meningkatkan kualitas diri Anda sedikit lagi. Lalu, adu lagi hasil kerja Anda, dan seterusnya.
 
2.      Adu jumlah waktu tersia-siakan dengan waktu produktif. Waktu Anda hari ini, berbeda dengan waktu yang sudah berlalu. Sedangkan waktu yang disia-siakan sama sekali tidak meningkatkan nilai diri Anda. Coba periksa kembali, mana yang lebih banyak; waktu produktif Anda atau waktu yang Anda sia-siakan. Pastikan, bahwa waktu yang berharga itu mendukung proses penyempurnaan kapasitas diri Anda.
 
3.      Adu gengsi dengan mawas diri. Gengsi ditandai dengan keengganan untuk mengakui kelemahan yang kita memiliki. Tersinggung jika ada orang yang menunjukkan kelemahan itu. Membela diri atau mencari pembenaran, meskipun hati kecil mengakuinya. Jika Anda selalu mawas diri, terbuka terhadap kritikan dan masukan, lalu melakukan perbaikan demi perbaikan; maka semakin hari, Anda menjadi semakin baik. 
 
4.      Adu kesombongan dengan kerendahan hati. Orang yang sombong itu tidak mau belajar dari orang lain yang derajatnya dinilai lebih rendah. Sekalipun orang yang dipandang rendah itu memiliki keluasan ilmu dan hikmah, jika Anda sombong tidak bisa mengambil pelajaran apapun. Sebaliknya kerendahan hati menuntun Anda untuk belajar dari siapapun sehingga semakin hari, pengetahuan dan keterampilan Anda menjadi semakin tinggi. Selalu ada peluang untuk meningkatkan kapasitas diri bagi mereka yang rendah hati.
 
5.      Adu kebatilan dengan ketakwaan. Ingatlah bahwa tujuan akhir dari kehidupan kita adalah kembali kepada Tuhan. Sempurna atau tidaknya seseorang pada akhirnya akan ditentukan oleh penilaian yang Tuhan berikan. Sedangkan dimata Tuhan, manusia itu sama kecuali nilai takwanya. Artinya, seberapa patuh dia kepada perintah Tuhannya. Apakah perintah Tuhan itu? Menghindari perbuatan buruk, dan mengerjakan amal saleh. Jika manusia sudah mampu memenuhi perintah Tuhan itu, maka dia telah berhasil mencapai kesempurnaan dirinya.
 
Kesempurnaan bukan berarti tidak memiliki kelemahan. Namun, dengan mempraktekkan ke-5 hal diatas, saya yakin kita akan bisa mengimbangi kelemahan yang kita miliki dengan keunggulan yang mumpuni. Dengan begitu, kita akan semakin dekat dengan kesempurnaan insani.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  - 5 Mei 2011
Natural Intelligence Contemplator
www.dadangkadarusman.com
 
Catatan Kaki:
Kesempurnaan manusia adalah proses, bukan keadaan. Makanya, meskipun manusia itu mahluk sempurna, tapi tidak ada manusia yang sempurna. 
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain.
Follow DK on Twitter @dangkadarusman
7.

Fwd: Tadabbur Qur'an; Tafsir Al-Azhar

Posted by: "Mimin" minehaway@gmail.com   mine_haway

Thu May 5, 2011 8:07 pm (PDT)

[Attachment(s) from Mimin included below]

FYI,

<<flyer attached>>

AR-RAHMAN QUR'ANIC LEARNING CENTER (AQL)

Hadirilah Tadabbur Qur'an; Tafsir Al-Azhar "Buya Hamka", brsm Ust. Bachtiar
Nasir.
Jum'at, 06 Mei (setiap pekan ke-1), pkl. 18.30-20.30 wib
di Masjid Al-Azhar Keby. Baru Jak-Sel.

*Diawali Tahsin Al-Qur'an berjamaah

Info : Samade 02199849629 / Yeri 081384244192

--
Write what you think!
http://minesweet.blogspot.com
http://minehaway.com/min-shop/

Attachment(s) from Mimin

1 of 1 Photo(s)

Recent Activity
Visit Your Group
Biz Resources

Y! Small Business

Articles, tools,

forms, and more.

Yahoo! Groups

Parenting Zone

Tips for a happy,

healthy home

Y! Messenger

Group get-together

Host a free online

conference on IM.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.

Tidak ada komentar: