Minggu, 05 Oktober 2008

[daarut-tauhiid] CAHAYA LANGIT: 2,3 atau 3,2 Milyar?

2,3 atau 3,2 Milyar?

 

… dan Allah telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu
ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu (QS. 4:113)

 

Saya mengenal sosok
Syafe'I adalah seorang yang rajin beribadah. Di sebuah masjid perkantoran di
bilangan Jendral Sudirman Jakarta di mana saya sering bersilaturahmi. Kerap
saya dapati Syafe'I selalu pada shaf pertama setiap kali shalat berjamaah
dilangsungkan. Dia adalah seorang muslim yang taat, setidaknya itulah sosok
yang saya kenal dari diri Syafe'i.

 

Syafe'I adalah seorang
driver yang bekerja lebih dari 20 tahun membawa mobil seorang direktur utama
sebuah perusahaan sekuritas di Jakarta. Hal yang membuat Syafe'I disukai dalam
tugasnya ini antara lain karena sifatnya yang jujur, tidak banyak bicara dan
loyal terhadap majikan. Amat sulit rasanya di zaman sekarang ini mencari
seorang pegawai seperti Syafe'I yang setia mengemban tugas yang sama lebih dari
20 tahun. Hal yang menarik dari diri Syafe'I pun adalah sifat qanaah yang
dimilikinya. Gak ngoyo, selalu merasa puas dengan anugerah yang Allah berikan
untuk dirinya dan keluarga.

Inilah manusia yang kaya
pada hakikatnya. Ia senantiasa merasa cukup atas karunia Allah Swt. Tidak
berharap lebih dari apa yang diberikan.

 

Pagi itu Syafe'I hendak
berangkat menuju rumah majikannya. Sebelum meninggalkan rumah, Syafe'I dilepas
dengan sebuah keluhan yang meluncur dari mulut istrinya perihal biaya
pendaftaran kuliah anak mereka sebesar Rp 8 juta. Sang istri meminta Syafe'I
untuk mencari dana sebesar itu, paling tidak dengan cara meminjamnya terlebih
dahulu. Kemudian akan dicicil dari penghasilan bulanan mereka yang pas-pasan.

"Pak, tolong pinjam
dulu kepada majikanmu dana untuk anak kita kuliah!" pinta istri Syafe'i.
Namun Syafe'I tidak berkata sepatah pun menanggapi usulan istrinya. Ia sadar
bahwa dana sebesar itu baginya akan membuat sulit hidup demi mengangsur
cicilan. Apalagi bila dana itu dipinjam dari bossnya, pasti akan membuat
hubungan menjadi tidak enak.

 

Syafe'I lebih memilih
mengadukan urusannya ini kepada Tuhan manusia, daripada harus diceritakan
kepada sesama.

 

***

 

Mulai sejak itu, banyak
doa yang dipanjatkan Syafe'I kepada Allah Swt karena hajat anaknya yang ingin
kuliah. Rupanya kepasrahan diri kepada Allah SWT
menyelesaikan semua masalah.

"Tidak
ada masalah yang besar, semuanya kecil di mata Allah!" gumam Syafe'I
membesarkan hati.

 

Adegan pagi
itu sama seperti hari-hari sebelumnya dalam karir Syafe'i. Ia tengah memegang
kemudi mobil membawa majikannya ke kantor. Namun tiba-tiba pintu ijabah dan
keberkahan Allah Swt mulai terbuka untuknya. Sang majikan tanpa angin tanpa
hujan membuka bicara, "Syafe'I, nanti kalau sudah sampai ke kantor segera
kamu ke divisi General Affair (bagian umum) ya…! Tanya sama mereka vendor
dekorasi mana yang terbaik menurut mereka! Saya mau renovasi rumah yang di
Kebayoran. Bila bagian GA sudah kasih nama vendornya, segera kontak mereka dan
ajak untuk lihat rumah. Saya minta vendor itu untuk ajukan biaya renovasinya.
Kalau sudah direnovasi saya mau jual rumah itu. Kamu paham gak…?" tanya
sang majikan.

"Saya
paham, Pak!" sahut Syafe'I sigap.

 

Syafei
menuruti perintah atasannya. Vendor ia kontak dan diajaknya untuk melihat rumah
majikan yang ada di bilangan Kebayoran. Usai melihat, mengukur dan meninjau
rumah, vendor itu berjanji akan mengajukan penawaran biaya renovasi dalam
beberapa hari. Dan betul seperti yang dijanjikan, akhirnya pengajuan renovasi
rumah itu mereka buat dan dititip ke Syafei.

 

***

"Boss,
ini pengajuan renovasi rumah Kebayoran dari vendor kemarin…" kata Syafe'I
kepada majikannya sebelum masuk ke dalam mobil. Majikannya membaca pengajuan
anggaran renovasi di atas mobil. Baru beberapa menit membaca, sang majikan
langsung berkomentar, "Kok mahal sekali ya…, masa hanya renovasi rumah
begitu saja sampai menghabiskan dana lebih dari Rp 200 juta!"

Mendengarnya
Syafei menimpal, "Wah mahal betul ya boss…!  Kalau boss gak setuju dengan penawaran vendor
itu, saya punya teman pemborong yang kerjaannya bagus. Insya Allah harga yang
ditawarkan jauh lebih murah dari vendor tadi. Kalo boss masih ragu, semua
material boss yang beli, nanti tinggal bayar jasa pengerjaannya saja"
jelas Syafei.

 

Sang majikan
sudah kenal betul sifat dan watak Syafei. 20 tahun bekerja adalah bukti
kejujuran dan loyalitas yang sudah tidak lagi diragukan. Tanpa banyak komentar
sang majikan meminta Syafei mengajak temannya yang pemborong itu untuk
merenovasi rumah. Benar saja…, renovasi rumah lewat pemborong teman akrab
Syafei hanya memakan dana Rp 60 juta!

Sang majikan
senang, karena supirnya telah membuat efisiensi pengeluaran tidak kurang dari
140 juta rupiah.

 

Kesenangan
majikan itu terus berlanjut yang kemudian mempercayakan Syafei untuk menjual
langsung rumah yang baru direnovasi tadi.

Dalam
perjalanan di atas mobil menuju kantor sang majikan berkata kepada Syafei,
"Usai ngantar saya, tolong kamu pergi ke biro iklan. Pasang iklan untuk
menjual rumah Kebayoran itu di media-media cetak. Kamu khan sudah tahu semua
spesifikasi rumah... Kontak person di iklan itu kamu saja Syafei! Terus jangan
lupa untuk cantumkan harga penjualan sebesar 2,3 milyar!!!" jelas
sang majikan kepada Syafei.

Syafei
mengiyakan semua tutur majikannya. Seperti yang diminta beliau, usai mengantar
ke kantor Syafei pun pergi ke biro iklan.

 

Syafei
tengah mengisi semua formulir yang perlu diisi di biro iklan. Dalam lembar
formulir itu, ia sebutkan semua spesifikasi rumah majikannya berikut seluruh
fasilitasnya. Tak lupa ia cantumkan nama dan nomer kontaknya sebagai contact
person. Usai mengisi formulir iklan itu, maka lembar itu ia serahkan kepada petugas
biro iklan. Petugas itu membacanya dan sejurus kemudian petugas itu melemparkan
sebuah tanya kepada Syafei, "Pak harga jualnya mau dicantumkan gak?"
"Oh iya, tolong cantumkan Mbak...!" sahut Syafei. "Berapa harga
yang diminta?" kejar sang petugas. Tiba-tiba saja Syafei memegang
keningnya dengan telapak tangan, tidak hanya itu dia mengusap-usap rambut
kepala bagian belakang seperti orang kepusingan. "Celaka, aku lupa berapa
harga yang diminta majikan...! 2,3 M atau 3,2 M ya?!"
gumamnya.

Terus terang
Syafei malu untuk menanyakan hal itu kepada majikannya. Nanti disangka ia
teledor dalam bekerja. Lama Syafei mengambil keputusan. Bahkan ia perlu keluar
dari kantor biro iklan itu hanya untuk mondar-mandir memutuskan antara 2,3 atau
3,2 angka yang hendak dicantumkan.

 

Setelah
beberapa lama menimbang dan berdoa, tiba-tiba Allah Swt memberi ketenangan di
hati Syafei untuk mengambil sebuah keputusan. "Aha... pasti 3,2 milyar!!!
Lebih bagus 3,2 milyar dicantumkan daripada 2,3. Sebab kalau betul angka yang
diminta majikan adalah 3,2 M sedangkan yang saya cantumkan 2,3 M maka pasti
tekor 900 juta. Siapa yang mau nombokin...?!" gumam Syafei.

Syafei pun
masuk kembali ke kantor biro iklan sambil berujar, "Mbak, tolong cantumin
harga jualnya sebesar 3,2 milyar!"

Usai membayar
dan menerima struk iklan, Syafei pun kembali ke tempat kerja majikannya.

 

Keesokannya
iklan tayang. Tak seperti diduga, 4 perusahaan mengontak Syafei di hari itu
tanda berminat, dan yang paling hebat penawarannya adalah PT Djarum yang
menyatakan minatnya tanpa menawar sedikitpun.

Tentu saja
ini adalah kabar gembira dari Syafei untuk majikannya.

 

***

 

"Hari
ini boss ada waktu gak ke notaris?! Alhamdulillah rumah di Kebayoran ada yang
berminat. PT Djarum mau ambil rumah itu, hebatnya mereka gak pake nawar
lagi" kalimat Syafei membuka pembicaraan di atas mobil.

Sang majikan
surprised mendengarnya, kemudian beliau bertanya kepada Syafei "Memangnya
berapa harga yang kamu tawarkan ke mereka?"

"Saya
cuma kasih harga ke mereka seperti yang boss minta!" jelas Syafei

"Iya,
saya tahu tapi berapa harga yang kamu lepas, Syafei?!" tanya sang majikan
sekali lagi.

"Mereka
saya tawarin harga 3,2 milyar!" imbuh Syafei

 

Degg...!,
sang majikan kaget mendengar harga yang ditawarkan Syafei kepada pembeli.
Padahal kemarin harga yang dia minta hanya 2,3 milyar bukannya 3,2 milyar.
Seolah gak percaya, sang majikan menyediakan waktu untuk bertemu calon pembeli
di notaris hari itu.

Betul saja,
rumah itu laku terjual dengan nilai 3,2 milyar rupiah.

 

Subhanallah...,
Syafei sudah memberi keuntungan kepada majikannya sebanyak Rp 900 juta!!!
Belum lagi efisiensi biaya renovasi rumah yang tidak kurang dari 140 juta
rupiah.

Sang majikan
mengulum senyum tanda puas atas dedikasi Syafei. Usai dari kantor notaris, di
atas mobil sang majikan berkata, "Nanti sampai di kantor bilang kepada
sekretaris saya bahwa kamu disuruh saya untuk buat paspor ya! Gak usah pake
nanya macam-macam, pokoknya kamu bikin paspor Syafei!" tegas majikannya.

 

Syafei hanya
menuruti perintah majikannya. Belakangan ia tahu bahwa ia mau diajak umrah sama
majikannya sebagai syukuran atas penjualan rumah. Syafei mensyukuri karunia
Allah Swt yang tak terduga ini.

 

***

 

Beberapa
hari lagi menjelang umrah, sang majikan berkata kepada Syafei dalam perjalanan
pulang menuju rumah majikannya "Syafei, kita khan mau pergi ibadah umrah
meninggalkan keluarga. Pantang bagi kita orang laki, kalau pergi jauh ninggalin
rumah tapi gak nyisain bekal yang cukup buat keluarga yang ditinggal. Ini
kebetulan ada rezeki. Jangan dilihat besar-kecilnya. Salam saya buat istri dan
anak-anakmu!" Syafei menerima sebuah amplop putih cukup tebal dari
majikannya. Ia berucap hamdalah dan berterima kasih atas pemberian itu.
Usai mengantar majikan pulang, Syafei pun kembali pulang menuju rumahnya.

 

Ia sampai di
rumah. Dan amplop putih titipan majikan ia berikan kepada istrinya. Betapa
terkejut sang istri begitu menghitung uang yang diberikan. Jumlah yang cukup
banyak untuk sebuah keluarga supir seperti Syafei. Uang yang berada di amplop
tersebut ternyata berjumlah 8 juta rupiah!!!

 

Subhanallah....,
angka tersebut rupanya sama seperti kebutuhan keluarga Syafei untuk biaya
daftar anaknya kuliah. Namun yang lebih hebatnya lagi, rupanya Allah Swt malah
mengundang Syafei untuk berangkat umrah menuju rumahNya lewat cara yang tidak
pernah ia duga.

 

***

 

Sungguh Allah
maha tahu kebutuhan hamba-Nya, bahkan seringkali anugerahNya jauh lebih baik dari
apa yang kita harapkan!

 

Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar
dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
beriman. (QS. 3:171)

 

Salam,

Bobby
Herwibowo

www.kaunee.com

 


[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
===================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
mailto:daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: