Kekuatan Niat atau Hanya Prasangka Semata
Tidak banyak yang di peroleh Ina hari dari berjualan kue kering hasil masakan ibunya. Rutinitas seperti ini memang harus dilakukan Ina sepulang sekolah dalam membantu ibunya untuk menambah penghasilan keluarga, wajarlah karena sang ayah telah lama meninggalkan mereka yang telah meninggal dunia karena penyakit demam berdarah. Sebagai anak satu-satunya Ina merasa terpanggil untuk membantu ibunya berjualan kue, sementara ibunya membuka jasa jahitan dirumah. Hari itu tidak seperti biasanya, hujan yang terus menerus mengguyur jakarta berimbas juga pada dagangan Ina, hampir separuh dari dagangannya belum laku terjual sementara hujan belum juga berhenti. Sambil menunggu hujan Ina duduk di pojokan halte bis sambil berharap ada calon penumpang yang berkenan membeli dagangannya. Disisi lain halte tersebut nampak seorang ibu sedang menggendong anaknya yang terus saja menangis entah karena kedinginan atau kelaparan, terbersit keinginan Ina bersedekah dengan memberi kue dagangannya kepada ibu tersebut. Baru saja Ina hendak memberikan kue kepada sang ibu ada seorang lelaki separuh baya mendahuluinya, lelaki tersebut memberikan sebungkus roti kemasan dan makanan fast food kepada ibu tersebut mungkin sebagai tanda ke prihatinan juga dan hal ini tentu saja membuat Ina menjadi ragu karena kue yang dimilikinya hanyalah kue kering biasa sehingga muncullah rasa rendah diri untuk bersedekah " ya sudahlah ..kan sudah ada yang membantu.." pikir Ina sambil menatap kosong kejalan yang masih di penuhi dengan genangan air.
Belum jauh pikiran Ina melayang tiba-tiba cipratan mobil yang berjalan dengan kencang membasahi sebagian baju dan kue Ina. Tidak ada yang bisa di perbuat, mobil itu sudah beralalu menjauh tanpa ada yang bisa menghentikan dan tinggal Ina yang di rudung kesedihan karena hampir semua sisa kuenya tidak bisa dimakan karena telah tercampur air kotor cipratan mobil tadi. "mungkin ini ganjaran sesuatu yang telah diniatkan tapi tidak dilaksanakan.
Terkadang kita sering terkecoh oleh berbagai prasangka yang mewarnai niat kita ketika kita hendak memulai sesuatu dan mengaggap bahwa prasangka itu juga merupakan bagian dari niat, namun demikian juga kita sering di buat takjub oleh jawaban Allah terhadap niat dan prasangka kita tanpa kita duga sebelumnya.
Tidak jarang juga kita menggadaikan niat kita ketika berbuat baik dengan berparsangka bahwa kita telah berubah jadi orang baik, padahal Rasulullah telah mengisyaratkan bahwa cermin kita adalah tetangga atau lingkungan artinya jika kita ingin menilai seseorang bertanyalah kepada tetangga atau lingkungannya. terus apakah memang kita beribadah karena kita menyangka akan mendapatkan syurga ? atau sebagai wujud penghambaan kita kepada sang khalik ? Namun apapun itu kita memang tidak pernah dilarang utnuk berharap karena seperti kata pepatah kita harus menjagkau lebih tinggi dari apa yang telah kita genggam agar kita menyadari bahwa diatas langit masih ada langit. diatas kebaikan masih ada yang lebih baik.
Salam
David
[Non-text portions of this message have been removed]
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
===================================================

Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar